Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran media massa terhadap perubahan
perilaku yang terjadi pada remaja kpopers Batam dan peran media dalam proses komunikasi
terkait dengan perubahan perilaku imitasi pada remaja kpopers Batam. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan analisis data Miles &
Huberman, dalam menentukan informan, peneliti menggunakan teknik purposive sampling
dan informan yang terdiri dari anggota masyarakat mirip KPOP di Batam. Data primer dan
data sekunder yang digunakan oleh peneliti adalah wawancara mendalam, dokumentasi,
observasi non-partisipan, dan artikel dari internet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
remaja yang dipengaruhi oleh imitasi dari Korea Wave memberikan beberapa perubahan
perilaku pada remaja yang menyukai kpop. Perubahan perilaku yang terjadi adalah meniru
idola mereka, dari perilaku idola mereka seperti kebiasaan idola yang mereka lihat melalui
video, mode, hingga belajar dan menggunakan bahasa Korea dalam kehidupan sehari-hari,
perubahan ini terjadi pada: (1) proses perhatian, ( 2) proses zikir, (3) proses reproduksi
motorik dan (4) motivasi.
Abstract
The purpose of this study was to determine the role of mass media on behavior change that
occurred in Batam kpopers adolescents and the role of the media in the communication
process related to changes in imitation behavior in Batam kpopers adolescents. This study
uses a qualitative descriptive method using Miles & Huberman data analysis, in determining
informants, researchers used purposive sampling technique and informants consisted of
KPOP-like community members in Batam. Primary data and secondary data used by
researchers are in-depth interviews, documentation, non-participant observation, and
articles from the internet. The results showed that adolescents affected by the imitation of the
Korean Wave gave some behavioral changes to adolescents who liked kpop. The behavioral
changes that occur are imitating their idols, from the behavior of their idols such as the idol
habits they see through video, fashion, to learning and using Korean in their daily lives,
these changes occur in: (1) attention processes, (2 ) the process of remembrance, (3) the
process of motor reproduction and (4) motivation.
www.journal.uniga.ac.id 275
Jurnal Komunikasi Universitas Garut: Hasil Pemikiran dan Penelitian
Vol. 5, No. 2, Oktober 2019
Halaman 275-285
www.journal.uniga.ac.id 276
Jurnal Komunikasi Universitas Garut: Hasil Pemikiran dan Penelitian
Vol. 5, No. 2, Oktober 2019
Halaman 275-285
www.journal.uniga.ac.id 277
Jurnal Komunikasi Universitas Garut: Hasil Pemikiran dan Penelitian
Vol. 5, No. 2, Oktober 2019
Halaman 275-285
www.journal.uniga.ac.id 278
Jurnal Komunikasi Universitas Garut: Hasil Pemikiran dan Penelitian
Vol. 5, No. 2, Oktober 2019
Halaman 275-285
www.journal.uniga.ac.id 279
Jurnal Komunikasi Universitas Garut: Hasil Pemikiran dan Penelitian
Vol. 5, No. 2, Oktober 2019
Halaman 275-285
ragam, Ben Agger (1992:24) dalam membentuk perilaku itu sesuai dengan
Bungin (2013:100) menyimpulkan bahwa yang di harapkan (Walgito, 2010:14).
budaya populer dapat dikelompokkan 1. Cara pembentukan perilaku dengan
pada empat aliran (1) budaya dibangun kodisioning atau kebiasaan.
berdasarkan kesenangan namun tidak Dengan cara membiasakan diri untuk
substanstial dan hanya untuk kesenangan berperilaku seperti yang diharapkan,
bagi orang yang ingin melepaskan akhirnya akan terbentuklah perilaku
kejenuhan akibat bekerja sepanjang hari; tersebut.
(2) budaya popular menghancurkan nilai- 2. Pembentukan perilaku dengan
nilai budaya tradisional; (3) budaya adalah pengertian.
masalah utama dari sudut pandang Selain pembentukan perilaku dengan
ekonomi kapitalis Marx, (4) budaya kondisioning atau kebiasaan,
popular adalah budaya yang menetes dari pembentukan perilaku dapat ditempuh
atas. Budaya popular banyak berkaitan dengan pengertian atau insight. Dengan
dengan masalaha sehari-hari yang dapat di memperhatikan sebab dan akibat maka
nikmati oleh siapa saja atau orang tertentu. perilaku tersebut terbentuk dengan
sendiri nya.
Perubahan Perilaku dan Imitasi 3. Pembentukan perilaku dengan
Menurut Skinner (1976) oleh Walgito menggunakan model.
(2008: 17), perilaku dibagi menjadi dua Pembentukan perilaku yang dapat
jenis yaitu perilaku alami dan perilaku ditempuh dengan menggunakan model
operasional. Perilaku alami adalah atau contoh. Kalau menjadikan orang
perilaku yang dilakukan oleh manusia saat tersebut sebagai model sehingga
lahir, misalnya. Naluri refleksif atau menciptakan suatu perilaku yang
tertentu, dan perilaku operan adalah mampu untuk kita tiru atau imitasikan.
perilaku yang terjadi atau berkembang Perilaku imitasi terjadi karena adanya
selama terjadinya proses pembelajaran. proses pembelajaran. Pada tahun 1941,
Perilaku refleks terjadi karena adanya Neil Miller dan John Dollard mengatakan
rangsangan stimulus secara spontan tanpa bahwa imitasi adalah hasil dari proses
di buat-buat yang terjadi mengenai pembelajaran dengan cara meniru perilaku
organisme yang bersangkutan. Sedangkan orang lain. Proses pembelajaran tersebut
perilaku oprean terjadi karena perilaku dinamakan sebagai “social learning” atau
manusia yang dikendalikan dan diatur pembelajaran sosial. Perilaku peniruan
oleh otak yang kemudian di terima oleh manusia terjadi karena manusia merasa
reseptor kemudian di teruskan ke otak telah memperoleh tambahan ketika kita
sebagai pusat susunan syaraf yang meniru orang lain, dan memperoleh
berperan sebagai pusat kesadaran, hukuman ketika kita tidak menirunya.
kemudian terjadi lah suatu gerakan. Menurut Bandura, sebagian besar tingkah
Perilaku manusia sebagian terbesar laku manusia dipelajari melalui peniruan
merupakan perilaku yang dibentuk, maupun penyajian, contoh tingkah laku
perilaku yang dipelajari. Maka salah satu peniruan (modeling). Dalam hal ini orang
persoalan ialah bagaimana cara tua,guru dan lingkungan memainkan peran
penting sebagai model dan tokoh bagi
www.journal.uniga.ac.id 280
Jurnal Komunikasi Universitas Garut: Hasil Pemikiran dan Penelitian
Vol. 5, No. 2, Oktober 2019
Halaman 275-285
anak-anak untuk menirukan tingkah laku mendominasi Korea pada tahun 1920,
(Winarto, 2015). sebelum Korea terbagi menjadi dua negara
Korean Wave seperti sekarang. Musik pop yang muncul
Kim Chang Nim dalam Yulius (2013:9) pertama kali pada masa kolonialisme
seorang profesor dari departemen Media berkembang pada tahun 1990-an dimana
dan Komunikasi di Universitas fenomenda industri musik menciptakan
Sungkonghoe menyimpulkan bahwa K- pemuda sebagai target pasar dengan
pop merupakan singkatan dari “Korean mengembangkan berbagai grup idola yang
Populer Pop” atau musik populer Korea. dimulai dengan kemunculan Seo Tai Ji
Sebutan ini mulai digunakan di Jepang and Boys pada tahun 1992 dan
pada awal tahun 2000-an saat K-pop mulai berkembang hingga sekarang. (Yulius,
merambah di Asia Timur. Sebenarnya, 2013:11).
istilah ini belum digunakan dan populer di
negara aslinya, meski ia sudah menjamur Metode Penelitian
dimana-mana, termasuk Asia dan Eropa. Metode penelitian ini menggunakan
Oleh karena itu K-pop merupakan pendekatan kualitatif dengan jenis
fenomena transnasional lintas budaya penelitian deskriptif dengan aliran post
yang terkait dengan fenomena budaya. K- positivisme, analisis data yang digunakan
pop dinikmati tak hanya dalam batas lokal adalah analisis reduksi data, penyajian
negara penghasilnya, tetapi juga dunia data serta penarikan kesimpulan dan
internasional seiring dengan globalisasi verifikasi. Dalam penentuan informan
dan arus teknologi internet. Korean Wave digunakan teknik purposive sampling
mengacu pada penyebaran budaya Korea dimana informan dipilih dengan
Selatan di seluruh dunia atau kecintaan pertimbangan dan tujuan tertentu, dalam
terhadap ekspor budaya Korea Selatan. penelitian ini yang menjadi informan
Korean Wave merujuk pada peningkatan adalah anggota dari komunitas k-popers
secara signifikan popularitas budaya Batam yang mengikuti perkembangan
Korea Selatan di seluruh dunia sejak abad budaya Korea dan mengimitasi perilaku
ke-21, terutama dikalangan Generasi Net. idola ke dalam gaya hidup mereka sehari-
Dalam buku K-POP: A New Force in hari. Data yang digunakan menggunakan
Pop Music dalam Yulius (2013:10) yang data primer dan data sekunder melalui
diterbitkan oleh Layanan Informasi dan wawancara mendalam, dokumen,
Budaya Korea (Korean Culture and observasi nonpartisipan serta beberapa
Information Service), K-pop merupakan artikel yang diperoleh dari media internet.
singkatan dari “Korean Pop”. Istilah ini Data dianalisis menggunakan analisis
mulai digunakan saat popularitas musik reduksi data, penyadian data dan
korea mulai terkenal di negara lain, yakni penarikan kesimpulan serta verifikasi.
saat pertengahan tahun 1990-an yang
Hasil Penelitian dan Pembahasan
ditandai dengan kemunculan idol group,
Media massa yang berperan sebagai
alias boyband dan girlband. Kpop
pemberi informasi terhadap masyarakat
bukanlah sesuatu hal yang baru. Musik
mampu memberikan suatu perubahan
kpop sebenarnya dikembangkan karena
perilaku terhadap remaja penggemar kpop.
adanya kolonialisme yang masih
www.journal.uniga.ac.id 281
Jurnal Komunikasi Universitas Garut: Hasil Pemikiran dan Penelitian
Vol. 5, No. 2, Oktober 2019
Halaman 275-285
Hal ini terjadi karena ada nya pengaruh Hangul, hingga playlist lagu yang ada di
media massa yang menyebarkan suatu handphone hampir 90% berisikan lagu-
budaya yang banyak disukai oleh orang lagu Korea.
lain sehingga terjadi nya suatu konsep
Media sosial seperti instagram, twitter,
yang bernama budaya populer. Budaya
dan youtube gunakan oleh para
populer terjadi karena banyak nya budaya
penggemar kpop tersebut untuk mencari
yang di senangi oleh masyarakat luas.
informasi terbaru terkait dengan idolanya,
Salah satu budaya yang di gemari dan di
karena kecepatan internet dalam
senangi oleh masyarakat untuk saat ini
menyebarkan informasi tersebut sehingga
adalah budaya Korea. Peminat budaya
dimanfaat kan oleh para penggemar untuk
Korea lebih banyak di minati oleh para
selalu mencari tau informasi terbaru apa
remaja, namun untuk para remaja rata-rata
saja yang sedang terjadi. Efek pesan dari
mereka lebih menyukai musik korea yang
media massa terdiri dari tiga efek yaitu
sering disebut sebagai musik Kpop.
efek kognitif, efek afektif dan efek
Dalam penelitian ini, fenomena Korean
behavioral.
Wave masuk ke kota Batam ditandai
dengan adanya komunitas Kpopers Batam 1. Efek kognitif yang diterima adalah
yang di bentuk oleh para remaja pecinta bahwa media massa mampu
Kpop hal ini terbukti dengan ada nya menyebarkan kebudayaan Korea dan
komunitas Kpopers Batam serta banyak menyebarkan Kpop ke seluruh dunia
nya fandom-fandom yang di bentuk oleh hingga menciptakan suatu ketertarikan
remaja kpopers Batam seperti fandom terhadap apa yang dilihat melalui
Army Batam, Wannable Batam, Exo-L media massa. Media massa mampu
Batam dan lain-lain. Remaja kpopers memberikan efek secara kognitif
Batam dalam mengategorikan dirinya kepada penggemar Kpop karena media
kedalam budaya populer adalah lebih massa mampu menyebarkan informasi
kepada masalah keseharian yang dapat tentang benda, orang, ataupun tempat
mereka nikmati oleh semua orang seperti yang belum pernah kita lihat
mereka mengapresiasikan apa yang ingin sebelumnya.
mereka tunjukkan kepada orang lain, 2. Efek afektif, Remaja k-popers ini
budaya popular sendiri banyak dikaitkan menempatkan posisi nya sebagai
dengan masalah yang dapat di nikmati komunikan yang memiliki faktor
oleh barang seperti music, film, tata rias, predisposisi sosial, faktor yang
fashion dan lain-lain. Dalam kasuk menunjukkan sejauh mana komunikan
kpopers Batam mereka ingin merasa terlibat dengan tokoh yang
menunjukkan bahwa mereka menyukai ditampilkan dalam media massa,
kpop dan mereka mengidentifikasikan diri karena mereka ikut merasakan apa
mereka sebagai seorang kpopers. Hal yang yang idola mereka rasakan. Ketika
paling menonjol adalah dari segi fashion, idola nya memenangkan suatu acara
perawatan wajah, hingga mempelajari musik untuk pertama kali nya mereka
budaya Korea seperti bagaimana cara turut ikut bergembira dan sedih
berbicara menggunakan bahasa Korea dan dikarenakan mereka merasakan emosi
bagaimana cara menulis huruf Korea atau dari idola yang mereka sampaikan.
www.journal.uniga.ac.id 282
Jurnal Komunikasi Universitas Garut: Hasil Pemikiran dan Penelitian
Vol. 5, No. 2, Oktober 2019
Halaman 275-285
www.journal.uniga.ac.id 283
Jurnal Komunikasi Universitas Garut: Hasil Pemikiran dan Penelitian
Vol. 5, No. 2, Oktober 2019
Halaman 275-285
www.journal.uniga.ac.id 284
Jurnal Komunikasi Universitas Garut: Hasil Pemikiran dan Penelitian
Vol. 5, No. 2, Oktober 2019
Halaman 275-285
Komunikasi (1st ed.). Yogyakarta: Yulius, H. (2013). All About K-Pop. (A.
CAPS. Noverina, Ed.). Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Tarsono. (2010). Implikasi Teori Belajar
Sosial (Social Learning Theory) Dari
Albert Bandura Dalam Bimbingan
Dan Konseling. Jurnal Ilmiah
Psikologi, iii.
Tribun Batam. (2017). Penggemar K-Pop
di Batam Gabung Komunitas Ini,
Yuk! Senin, 18 Desember 2017
21:02. Retrieved from
http://batam.tribunnews.com/2017/12
/18/penggemar-k-pop-di-batam-
wajib-gabung-komunitas-ini?
Upton, P. (2012). Psikologi
Perkembangan. (R. Rachmat & A.
Maulana, Eds.). Jakarta: Erlangga.
Walgito, B. (2008). Psikologi Sosial Suatu
Pengantar (IV). Yogyakarta: Andi
Offset Yogyakarta.
Walgito, B. (2010). Pengantar Psikologi
Umum (5th ed.). Yogyakarta:
Penerbit ANDI.
Wardani, A. D. K. (2013). Kontribusi
Media Massa Dalam Perubahan
Perilaku Remaja Di Dusun Bawang,
Kaloran, Temanggung. Eprints@uny.
Winarto, J. (2015). Teori Belajar Sosial
Albert Bandura. Retrieved January 4,
2018, from
https://www.kompasiana.com/jokowi
narto/teori-belajar-sosial-albert-
bandura_550094558133119a17fa79f
d
Yudi. (2016). Analisis Perilaku Imitasi Di
Komunitas White Family Samarinda
Setelah Menonton Tayangan
Boyband/Girlband Korea Di Kbs
Channel. EJournal Ilmu Komunikasi,
4.
www.journal.uniga.ac.id 285