Anda di halaman 1dari 7

A.

Pengertian Kerja Keras

Kerja berarti kegiatan melakukan sesuatu atau sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah.
Kerja yang dilakukan oleh manusia bertujuan untuk memperoleh makanan, pakaian, jaminan, dan
kebahagiaan hidupnya.

B. Pengertian Bertanggung jawab

Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja
maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sesuatu sebagai perwujudan
kesadaran akan kewajibannya

C. Dalil Tentang Bekerja Keras dan Bertanggung jawab

Tiap-tiap manusia sebagai makhluk Alloh bertanggung jawab atas perbuatannya. Firman
Alloh SWT :

Tiap-tiap diri ( individu ) bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya. ( QS.al-Mudatstsir,
74: 38)

Dari ayat diatas, tampak bahwa pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang bartanggung jawab.
Disebut demikian karena manusia, selain merupakan makhluk individual dan makhluk sosial, juga
merupakan makhluk Tuhan. Manusia memiliki tuntutan yang sangat besar untuk bertanggung jawab
mengingat bahwa manusia memegang beberapa peranan dalam konteks sosial, individual, ataupun
teologis.

Kerja keras artinya melakukan sesuatu untuk mencari nafkah dengan sungguh-sungguh. Kerja keras
untuk mencapai tujuan atau prestasi sebaiknya disertai dengan berserah diri (tawakal) kepada Allah
swt., baik untuk kepentingan dunia maupun akhirat.

Firman Allah swt.:

Artinya:

”Dan carilah (pahala) negeriakhiratdengan apa yangtelah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi
janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah
tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan”. (Surah Al-Qasas [28]: 77).

Perintah untukbekerja, berkarya, dan mencari rezeki yang halal dinyatakan dalam Al-Qur’an dan
Hadis Nabi. Firman Allah saw.:
Artinya:

“Dan katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang Mukmin akan
melihat pekerjaanmu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan
yang nyata, lalu diberikan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Surah At-Taubah
[9]:105).

Hadis Nabi Muhamamd saw. :

Artinya:

“Dari miqdam r.a. berkata : Nabi Muhammad saw. bersabda: “Tidak satu pun makanan yang
dimakan seseorang lebih baik daripada kerja tangannya. Sesungguhnya Nabi Daud makan dari hasil
kerja tangannya”. (H.R. Bukhari )

D. Jenis-jenis tanggung jawab

1. Tanggung jawab kepada Alloh

Tanggung jawab kepada Alloh menuntut kesadaran manusia untuk memenuhi kewajiban dan
pengabdiannya kepada Alloh SWT. Sebagai makhluk ciptaan Alloh SWT manusia harus bersyukur
atas karuniaNya yang telah menciptakan, memmberi rizki dan selalu memberikan yang terbaik untuk
makhlukNya. Karena itu manusia wajib mengabdi kepada Alloh SWT sesuai firman Alloh SWT :

“Tidaklah aku jadikan jin dan manusia, melainkan supaya mereka itu menyembah kepada-Ku.(QS.az-
Zariyat, 51:56).

Menyembah itu mengabdi kepada Alloh SWT , sebagai wujud tanggung jawab kepada Alloh.
Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa tanggung jawab erat kaitannya dengan kewajiban.
Kewajiban merupakan sesuatu yang dibebankan terhadap seseorang. Namun Alloh hanya
memberikan beban kepada seseorang disesuaikan dengan kemampuannya. Firan Alloh SWT :
“ Alloh tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala
(dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa ( dari kejahatan yang dikerjakannya).(
QS.al-Baqarah, 2:286)

Dalam kehidupan sehari-hari manusia solat sesuai dengan perintah Alloh SWT. Apabila
manusia tidak solat maka ia harus mempertanggung jawabkan kelalaiannya itu di akhirat nanti.

2. Tanggung jawab kepada keluarga

Masyarakat yang terkecil adalah keluarga. Keluarga adalah ayah ibu, anak-anak, dan juga
orang-orang lain yang menjadi anggota keluarga. Tiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab
terhadap keluarganya. Tanggung jawab ini menyangkut nama baik keluarga. Tetapi tanggung jawab
juga merupakan kesejahteraan, keselamatan, pendidikan dan kehidupan. Tanggung jawab kepada
keluarga ini menuntut tiap anggota keluarga untuk mempunyai kesadaran dalam hal tanggung
jawab. Misalnya seorang ayah mempunyai tanggung jawab yang sangat besar yaitu untuk
melindungi dan menghidupi istri dan anak-anaknya dengan seluruh kemampuannya, seorang ayah
yang baik tidak akan pernah lari dari tanggung jawabnya untuk membahagiakan keluarganya. Sama
halnya dengan seorang ibu, ibu mempunyai tanggung jawab yang sangat penting yaitu mengurus
suami dan anak-anaknya dengan semua tenaga dan pikirannya, seorang ibu juga bertanggung jawab
untuk mendidik anak-anaknya agar menjadi anak yang soleh dan solehah. Seorang anakpun juga
mempunyai tanggung jawab yang besar kepada keluarga terutama kedua orang tuanya yaitu dengan
membahagiakannya, dengan sungguh-sungguh belajar, menjaga nama baik keluarga dan berusaha
dengan sungguh-sungguh mengoptimalkan potensi sehingga bisa membuat kedua orang tua bangga
dengan apa yang kita lakukan.

Dari semua pemaparan di atas, jadi sangat jelas bahwa setiap anggota keluarga mempunyai
tanggung jawab masing-masing yang harus dilakukan untuk menjaga nama baik keluarga.

3. Tanggung jawab kepada masyarakat

Manusia merupakan makhluk sosial, manusia merupakan anggota masyarakat. Oleh karena
itu dalam berfikir, berbicara dan bertingkah laku, manusia terikat oleh masyarakat. Manusia terikat
akan norma-norma yang ada di dalam masyarakat. Oleh sebab itu semua tingkah laku dan perbuatan
yang dilakukan manusia sebagai anggota masyarakat harus dipertanggung jawabkan kepada
masyarakat.Misalnya di dalam masyarakat di sekita kiita tinggal sedang mengadakan kerja bakti dan
kita dengan sengaja tidak ikut berpartisipasi di dalamnya, maka kita harus mempertanggung
jawabkan perbuatan kita itu. Akibatnya kita harus siap apabila akan terjadi ketidak nyamanan dalam
hubungan dengan masysrakat sekitar, misalnya kita akan menjadi bahan omongan masyarakat
sekitar dan jika memang ada sanksi yang telah disepakati bersama misalnya dengan membayar
denda karena tidak ikut berpartisipasi, maka kita harus bertanggung jawab dalam hal ini yaitu
dengan membayar dan berusaha untuk mengikuti kegiatan yang ada dalam masyarakat sekitar.

Dari situlah kita tau bahwa tanggung jawab kita sebagai anggota masysrakat bukan sekedar
wacana saja tetapi juga dalam hal perbuatan kita harus bertanggung jawab. Contoh lain ketika
mmenjadi aparatur desa yang dipilih oleh masyarakat aka harus dengan kesadaran untuk
melaksanakan tanggung jawab tersebut dengan sepenuh hati dan ikhlas, yaitu dengan cara bekerja
secara optimal sebagai aparatur desa yang jujur dan bertanggung jawab akan tuga-tugasnya.

Tiap-tiap anggota masyarakat juga mempunyai tanggung jawab yaitu saling menjaga
kerukunan dan keharmonisan antar anggota masyarakat.
4. Tanggung jawab kepada Bangsa Negara

Suatu kenyataan bahwa seorang manusia merupakan warga negara suatu negara. Manusia
terikat dengan norma-nora atau peraturan, hukum yang dibuat oleh suatu negara tersebut jadi
seseorang tidak bisa berbuat sesuai kemauannya sendiri. Apabila perbuatan seseorang itu salah dan
melanggar aturan yang ada dalam negaranya maka harus dipertanggung jawabkan kepada negara.
Misalnya seorang pejabat pemerintahan, mempunyai tanggung jawab untuk mengatur dan
mengelola pemerintahan yang telah dipercayakan kepadanya, akan tetapi ketika seorang pejebat
tersebut melakukan korupsi maka ia juga harus mempertanggung jawabkan perbuatannya kepada
pemerintaha, yaitu dengan diproses secara hukum dan harus memoertangung jawabkan
perbuatannya di dalam penjara. Sebabagai warga negara yang baik kita memiliki tanggung jawab
untuk menjaga nama baik negara kita, berusaha untuk memajukan negara kita yaitu sebagai pelajar
kita harus terus menuntut ilu untuk kepentingan kemajuan bangsa kita dari segi pendidikan. Sebagai
warga negara kita juga mempunyai tanggung jawab untuk mematuhi peraturan yang telah dibuat
oleh pemerintah.

E. Cara bekerja yang baik

Cara bekerja yang baik sesuai dengan ajaran Islam antara lain :

1. Menanamkan keimanan yang kuat agar tidak mudah tergoda oleh bisikan setan saat
menjalankan suatu pekerjaan.

2. Menanamkan kesabaran yang kuat agar tidak tergesa-gesa, karena setiap pekerjaan harus
dikerjakan dengan tekun dan teliti agar memperoleh hasil yang baik.

3. Yakin dalam hati bahwa pekerjaan yang baik sesuai ajaran Islam termasuk ibadah, sehingga
dapat bersungguh-sungguh dan sepenuh hati dalam bekerja.

F. Ciri orang yang memiliki semangat kerja

Orang yang memiliki semangat kerja akan terlihat berbeda dengan orang tidak memiliki semangat
kerja. Ciri-ciri orang yang memiliki semangat kerja diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Kerja keras dan teliti

2. Menghargai waktu

3. Orientasi ke masa depan

4. Bertanggung jawab

5. Hemat dan sederhana

6. Adanya iklim kompetisi/bersaing secara jujur dan sehat

G. Contoh Sikap Tanggung Jawab

Contoh Sikap tanggung jawab di lingkungan Rumah

· Seorang ayah bertanggung jawab membiayai dan menghidup


· keluarga

· Tugas utama seorang ayah adalah mencari nafkah

· Kedudukan ayah di rumah adalah kepala keluarga

· Seorang ibu bertanggung jawab mengurus rumah tangga

· Tugas utama ibu adalah mengurus keperluan ayah dan anak-anaknya

· Kedudukan ibu di rumah adalah ibu rumah tangga

· Seorang anak bertanggung jawab untuk belajar dengan sungguh-sungguh

· Tugas anak di rumah adalah membatu orang tua

· Kedudukan anak dalam keluarga adalah anggota rumah tangga

Contoh sikap tanggung jawab di lingkungan sekolah

· Memperhatikan guru saat menjelaskan materi pelajaran.

· Mengerjakan latihan dan ulangan dengan sungguh-sungguh

· Piket kelas

· Membuang sampah pada tempatnya

· Menjaga kebersihan lingkungan sekolah

Contoh sikap tanggung jawab di lingkungan masyarakat

· Mengikuti kerja bakti atau gotong royong bersama masyarakat

· Menjaga ketertiban dan keamanan dengan mengikuti ronda malam

· Menjaga kebersihan dan kenyamanan lingkungan masyarakat

H. Perilaku yang mencerminkan kerja keras

Perilaku orang yang mencerminkan kerja keras antara lain :

1. Bersungguh-sungguh dalam mengerjakan sesuatu agar meraih hasil yang maksimal.

2. Mengerjakan tugas selalu tepat waktu.

3. Menjalankan tugas sebaik-baiknya yang menjadi tanggung jawab.

I. Dalam mewujudkan nilai-nilai ibadah dalam bekerja yang dilakukan oleh setiap insan, diperlukan
adab dan etika yang membingkainya, sehingga nilai-nilai luhur tersebut tidak hilang sia-sia. Diantara
adab dan etika bekerja dalam Islam adalah :

1. Bekerja dengan ikhlas karena Allah Shubhanahu Wata’ala

Ini merupakan hal dan landasan terpenting bagi seorang yang bekerja. Artinya ketika bekerja, niatan
utamanya adalah karena
Allah. Ia sadar, bahwa bekerja adalah kewajiban dari Allah yang harus dilakukan oleh setiap hamba.
Ia faham bahwa memberikan

nafkah kepada diri dan keluarga adalah kewajiban dari Allah. Ia pun mengetahui, bahwa hanya
dengan bekerjalah ia dapat menunaikan kewajiban-kewajiban Islam yang lainnya, seperti zakat, infak
dan shodaqah. Sehingga ia selalu memulai aktivitas pekerjaannya dengan dzikir kepada Allah.

2. Itqon, tekun dan sungguh-sungguh dalam bekerja

Implementasi dari keikhlasan dalam bekerja adalah itqon (profesional) dalam pekerjaannya. Ia sadar
bahwa kehadiran tepat pada waktunya, menyelesaikan apa yang sudah menjadi kewajibannya
secara tuntas. Dalam sebuah hadits, riwayat Aisyah ra, bahwa Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya
Allah mencintai seorang hamba yang apabila ia bekerja, dia itqan (baca ; menyempurnakan) dalam
pekerjaannya.” (HR. Thabrani).

3. Jujur dan amanah

Etika lain dari bekerja dalam Islam adalah jujur dan amanah. Karena pada hakekatnya pekerjaan
yang dilakukannya tersebut merupakan amanah, baik secara duniawi dari atasannya atau pemilik
usaha, maupun secara duniawi dari Allah yang akan dimintai pertanggung jawaban atas pekerjaan
yang dilakukannya. Dalam hadits riwayat Imam Turmudzi : Dari Abu Said Al-Khudri ra, beliau berkata
bahwa Rasulullah bersabda, “Pedagang yang jujur lagi dipercaya (amanah) akan bersama para nabi,
shiddiqin dan syuhada’.

4. Menjaga etika sebagai seorang muslim

Bekerja juga harus memperhatikan adab dan etika sebagai seorang muslim, seperti etika dalam
berbicara, menegur, berpakaian, bergaul, makan, minum, berhadapan dengan customer, rapat, dan
sebagainya. Bahkan akhlak atau etika ini merupakan ciri kesempurnaan iman seorang mukmin.
Dalam sebuah hadits Rasulullah mengatakan, “Orang mu’min yang paling sempurna imannya adalah
mereka yang paling baik akhlaknya.” (HR. Turmudzi).

5. Tidak melanggar prinsip-prinsip syariah.

Aspek lain dalam etika bekerja dalam Islam adalah tidak boleh melanggar prinsip-prinsip syariah
dalam pekerjaan yang dilakukannya. Tidak melanggar prinsip syariah ini dapat dibagi menjadi
beberapa hal, Pertama dari sisi dzat atau substansi dari pekerjaannya, seperti memporduksi barang
yang haram, menyebarluaskan kefasadan. Kedua dari sisi penunjang yang tidak terkait langsung
dengan pekerjaan, seperti tidak menutup aurat, ikhtilat antara laki-laki dengan perempuan,
membuat fitnah dalam persaingan dsb. Pelanggaran-pelanggaran terhadap prinsip syariah, selain
mengakibatkan dosa dan menjadi tidak berkahnya harta, juga dapat menghilangkan pahala amal
shaleh kita dalam bekerja. Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan
taatlah kepada Rasul-Nya dan janganlah kalian membatalkan amal perbuatan/ pekerjaan kalian.”
(QS. 47 : 33).

6. Menghindari syubhat

Dalam bekerja terkadang seseorang dihadapkan dengan adanya syubhat atau sesuatu yang
meragukan dan samar antara kehalalan dengan keharamannya. Oleh karena itulah, kita diminta hati-
hati dalam kesyubhatan ini. Dalam sebuah hadits Rasulullah

bersabda, “Halal itu jelas dan haram itu jelas, dan diantara keduanya ada perkara-perkara yang
syubhat. Maka barang
siapa yang terjerumus dalam perkara yang syubhat, maka ia terjerumus pada yang diharamkan.”
(HR. Muslim)

7. Menjaga ukhuwah Islamiyah.

Aspek lain yang juga sangat penting diperhatikan adalah masalah ukhuwah islamiyah antara sesama
muslim. Jangan sampai dalam bekerja atau berusaha melahirkan perpecahan di tengah-tengah kaum
muslimin. Rasulullah sendiri mengemukakan tentang hal

yang bersifat prefentif agar tidak merusak ukhuwah Islamiyah di kalangan kaum muslimin. Beliau
mengemukakan, “Dan janganlah kalian menjual barang yang sudah dijual kepada saudara kalian”
(HR. Muslim). Karena jika terjadi kontradiktif dari hadits di

atas, tentu akan merenggangkan juga ukhuwah Islamiyah diantara mereka; saling curiga, su’udzon
dan sebagainya. Karena masalah pekerjaan atau bisnis yang menghasilkan uang, akan sangat sensitif
bagi palakunya. Kaum Anshar dan Muhajirin yang secara sifat, karakter, background dan pola
pandangnya sangat berbeda telah memberikan contoh sangat positif bagi kita; yaitu ukhuwah
islamiyah. Salah seorang sahabat Anshar bahkan mengatakan kepada Muhajirin, jika kamu mau, saya
akan bagi dua seluruh kekayaan saya; rumah, harta, kendaraan, bahkan (yang sangat pribadipun
direlakan), yaitu istri. Hal ini terjadi lantaran ukhuwah antara mereka yang demikian kokohnya.

Anda mungkin juga menyukai