Anda di halaman 1dari 27

KELOMPOK : ADAT BUGIS

1. NAZWA NUR AZIZAH


SUKU BUGIS
Suku Bugis adalah salah satu suku yang ada di Pulau Sulawesi Selatan. Sulawesi Selatan
adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian selatan Sulawesi. Ibu kotanya
adalah Makassar, dahulu disebut Ujungpandang.

A. RUMAH ADAT SUKU BUGIS


Rumah adat suku Bugis dapat di bedakan berdasarkan status sosial orang yang
menempatinya, beberapa di antaranya :

Saoraja (Sallasa) berarti rumah besar yang di tempati oleh keturunan raja (kaum
bangsawan) dan Bola adalah rumah yang di tempati oleh rakyat biasa.

Tipologi kedua rumah ini adalah sama-sama rumah panggung, lantainya mempunyai
jarak tertentu dengan tanah, bentuk denahnya sama yaitu empat persegi panjang.

Perbedaannya adalah saoraja dalam ukuran yang lebih luas begitu juga dengan tiang
penyangganya, atap berbentuk prisma sebagai penutup bubungan yang biasa disebut timpak
laja yang bertingka-ttingkat antara tiga sampai lima sesuai dengan kedudukan penghuninya.

Rumah bugis sebenarnya tahan gempa dan banjir. Karena Rumah bugis yang sebenarnya
menggunakan parelepang (fattoppo dan fadongko) yang tidak disambung. Karena struktur kayu
yang tidak disambung dapat meredam getaran hingga getaran yang frekuensinya tinggi. Namun
sekarang mencari kayu yang sangat panjang sangatlah sulit, sehingga parelepang diganti
dengan pattolo (ukurannya lebih kecil).

Rumah Bugis Tradisional merupakan contoh model rumah Asia tenggara yaitu rumah
panggung dari kayu, yang atapnya berlereng dua dan kerangkanya berbentuk huruf ”H” terdiri
dari tiang dan balok yang dirakit tanpa pasak atau paku. Tianglah yang menopang lantai dan
atap sedangkan dinding hanya diikat pada tiang luar.
Karakteristik fisik itu, yang membuat model rumah itu mudah dibongkar atau malah
dipindahkan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan pemukiman orang bugis sering
kali berpindah dan tidak terpusat pada suatu pemukiman permanen.

Rumah bugis memiliki keunikan tersendiri, dibandingkan dengan rumah panggung dari
suku yang lain ( Sumatera dan Kalimantan ). Bentuknya biasanya memanjang ke belakang,
dengan tambahan disamping bangunan utama dan bagian depan (orang bugis menyebutnya
lego lego).

B. LAGU DAERAH SUKU BUGIS


1. Lagu Daerah Sulawesi Selatan - Ammac Ciang
Ammac ciang dendang ammac ciang dendang, ammac ciang !
Tallu luwara lekona Napak napak
lalang bang sikontu bonena lino
Mak biring kasih kibo nudendek, ma tamparang !
Malam parang laisinu Alla mate
te bombang Buhuleng tanna lajjunu
Baku’ ku na bun tulu nakku dendek, naluluang !
Naluluang pangngurangi Alla tenamo kanang
Baji baji ri matangku

2. Lagu Daerah Sulawesi Selatan - Anak Kukang


Kukanga' tunipela
Tunibuang ritamparang
Kunianyukan rije’ne
Narappung tau maraeng
Ca'di ca'di dudu in’ja
Nana pelakka anrongku
Mantang mama kale kale
Tu’guru' je’ne matangku
Aule ... sare sarengna
Ikukang sayang
Sare tea takucini
Empo tena mate’nena
3. Lagu Daerah Sulawesi Selatan - Anging Mamiri
Anging mammiri ku pasang
Pitujui tontonganna
Tusarroa takkaluppa (2X)
E..aule...
Namangngu'rangi
Tutenayya...tutenayya pa'risi'na (2X)
Battumi anging mammiri
Anging ngerang dinging-dinging
Namalantang saribuku
E..aule...
Mangerang nakku
Nalo'lorang... nalo'lorang je'ne mata
Anging mammiri ku pasang
Pitujui tontonganna
Tusarroa takkaluppa

4. Lagu Daerah Sulawesi Selatan - Ati Raja


Se're se'reji batara baule
Ati raja nakijai panganroi baule
Rajale Alla kereaminjo
Ati ati ati raja
Nitarima pappala'na baule
Mannamo ki'minasai baule
Ati raja kipanai ripalata baule
Rajale Alla ta'balle tonji
Ati ati ati raja
Kabatara tangkellai baule

5. Lagu Daerah Sulawesi Selatan - Ganrang Pakarena


Ika teri tura tea bau
Adat taman io loa sayang
E aule pakarenaya
Pakarena ya labiriri pagaukang
Ika tebu tara teang
Punania pagaukang sayang
E aule suku Bajina
Suku Bajina punania pakarena
Pura naba piurukang sayang
Baju bodo kaun lolo saying
E aule suku Bajina
Suku Bajina punania ke anggada

C. ALAT MUSIK TRADISIONAL SUKU BUGIS

1. Ana’ Baccing
alat musik sulawesi selatan - ana beccing

Ana’ Baccing dimainkan dengan cara dipukul

Alat musik tradisional Sulawesi Selatan ini terbuat dari logam dan dimainkan dengan cara
dipukulkan satu sama lain. Bentuknya menarik, mirip sepasang dayung dan sering dimainkan
saat karnaval atau parade, dan upacara adat.

2. Gendang Bulo

alat musik sulawesi selatan - gendang bulo


Gendang Bulo dimainkan dengan cara dipukul.Gendang Bulo, alat musik tradisional
Sulawesi Selatan ini berbentuk seperti gendang, namun ukurannya berbeda, salah satu sisinya
berukuran lebih lebar.

Gendang Bulo biasanya dimainkan pada saat acara tertentu saja seperti pernikahan atau
acara adat. Pemain alat musik ini biasanya kaum laki-laki, namun sayang jarang dijumpai
pemain yang masih muda.
Untuk memainkan Gendang Bulo, anda harus mengatur letaknya terlebih dahulu dan
jika anda normal (tidak kidal) sisi yang lebih besar ada di sebelah kanan dan untuk memukulnya
menggunakan seperti sebuah batang kayu atau stik drum, dan bagian kiri dipukul menggunakan
telapak tangan.
Posisi gendang juga harus diperhatikan, kidal atau tidaknya si pemain menentukan
posisi gendang diletakkan. Pemain biasanya mengenakan pakaian adat memainkan gendang
bulo.

3. Jalappa

alat musik sulawesi selatan - jalappa

Jalappa dimainkan dengan cara dipukul / diadu. Jalappa alat musik Sulawesi Selatan yang
berbentuk seperti simbal, alat musik ini terbuat dari logam dan biasanya dimainkan saat
upacara adat tertentu, seperti saat persembahan sesaji.
Di beberapa daerah, nama alat musik ini berubah dan ada beberapa mengenalnya
dengan sebutan kancing-kancing karena bentuknya yang berupa kancing berukuran besar.
Jalappa juga digunakan saat upacara adat tolak bala. Jika digunakan untuk acara adat,
biasanya sebelum tarian dimulai alat musik ini terlebih dahulu dibaca-bacakan mantra sembari
ditemani alat musik tradisional lainnya.
4. Lalosu

alat musik sulawesi selatan - lalosu

Lalosu dimainkan dengan cara ditiup

5. Pa Geso Geso

alat musik sulawesi selatan - pa geso geso

Pa Geso Geso dimainkan dengan cara digesek. Geso-geso merupakan alat musik Sulawesi
Selatan yang cukup terkenal karena suara yang dihasilkan sangat indah. Alat musik ini memiliki
nama “keso” karena memang cara memainkannya digesek, beberapa orang juga menyebutnya
“kere-kere galang”.
Bagian tubuh geso-geso yang digunakan sebagai resonator, terbuat dari kayu nangka
yang dipilih dan dibentuk agar menciptakan suara yang maksimal. Setelah dipahat sedemikian
rupa sehingga berbentuk cekungan.
Alat penggeseknya tidak diperlukan kayu khusus asalkan kuat maka bisa digunakan
untuk menggesek. Tali busur terbuat dari rambut ekor kuda. Bunyi yang dihasilkan berasal dari
gesekan antara senar dan rambut ekor kuda pada busur.

D. SENJATA PUSAKA DAERAH SUKU BUGIS

1. Senjata Tradisional Badik Raja


adalah jenis badik yang berasal dari daerah Kajuara, Kabupaten Bone. Masyarakat
sekitar percaya bila badik bernama lain gencong raja ata bontoala ini dibuat oleh mahluk halus,
tak heran bila nilai sakral yang dimilikinya menjadi sangat tinggi.
Badik raja berukuran agak besar dengan panjang antara 20 sd 25 cm. Bentuknya seperti
badik lampo battang dengan bilah yang membungkuk dan perut bilah yang membesar. Badik ini
dibuat dari logam kualitas tinggi dan kerap dilengkapi dengan pamor indah di bagian hulunya,
seperti pamor timpalaja atau pamor mallasoancale. Sesuai namanya, senjata tradisional
Sulawesi Selatan ini dahulunya kerap digunakan oleh para raja-raja Bone.

2. Senjata Tradisional Badik Lagecong


Badik ini dahulunya digunakan untuk berperang atau dalam keadaan terdesak. Yang
unik dari badik jenis ini adalah adanya bisa racun yang ada pada bilahnya. Sekali melukai, lawan
tak akan butuh waktu lama untuk menghembuskan nafas terakhirnya. Karena hal itu, badik ini
memiliki nilai kehormatan tersendiri.
3. Senjata Tradisional Badik Luwu
Sesuai namanya, Badik Luwu berasal dari budaya masyarakat kabupaten Luwu di masa
silam. Bentuknya membungkuk seperti bungkuk kerbau (mabbukku tedong). Bilahnya lurus dan
meruncing di bagian ujung.

4. Senjata Tradisional Badik Lompo Battang


Dalam bahasa Bugis, lompo battang berarti perut besar. Tak heran jika kita lihat bentuk
bilahnya memang tampak seperti perut yang besar. Jenis senjata tradisional Sulawesi Selatan
ini juga tak kalah unik. Wajar bila banyak kolektor yang memburunya.

E. MAKANAN KHAS SUKU BUGIS

1.Barongko
Kue ini merupakan makanan tradisional yang dikenal dengan nama Barongko yang bahan
utamanya dari pisang yang dihaluskan dan dicampur dengan bahan kue lainnya. Uniknya kue ini
dibungkus dengan daun pisang yang memiliki bentuk tersendiri.

2.Baje canggoreng

kue tradisonal ini bahan utamanya dari kacang tanah dan gula merah, rasanya gurih dan manis.
Panganan ini dapat bertahan sampai 1 (satu) bulan dalam kemasan. ini biasa terdapat di
penjual2 pinggiran jalan Gan di spanjang jalan poros wilayah sulawesi selatan.

3.Kue Dange

Sepintas kue ini mirip dengan kue pukis atau sagu rangi. Rasanya gurih, manis dan legit karena
ada campuran kelapa parut dan juga gula merahnya.

4.Doko-doko Cangkuling
Doko doko Cangkuling adalah kue yang terbuat dari campuran tepung beras, kentang, gula
tepung dan santan. Isiannya berupa gula merah dan kelapa parut. Biasanya dibungkus
mengerucut memakai daun pisang. kue ini tidak pernah absen jika ada pesta pernikahan di
wilayah sulawesi.

5. Baruasa

Baruasa adalah kue kering khas Sulawesi. Terbuat dari campuran tepung beras, kuning telur,
gula aren, mentega, dan kayu manis. Dibentuk bulatan lalu dipanggang di oven. kue ini
merupaka kue cemilan buat orang2 bugis.

6. Cucuru

Kue tradisional yang satu ini dikenal dengan nama cucuru tekne yang bahan utamanya terbuat
dari tepung beras dan gula merah. Keu ini memilki khas rasa manis gula merah, renyah dan
enak. Bentuknya yang khas lonjong dan sedikit mengkerucut diujungnya menjadikanya lebih
unik. kue ini merupakan kue cemilan saingannya kue baruasa.
7. Putu
Putu, makanan tradisonal ini bahan utamanya dari tepung beras yang dikukus dalam wadah
khusus, rasanya sangat nikmat jika disajikan hangat-hangat dengan sambal khas dari ampas
minyak goreng. Makanan ini hanya didapatkan pada subuh hari untuk sarapan pagi yang
nikmat.

8. Bidara Belanda

Didara Belanda, kue tradisonal ini bahan utamanya tepung terigu dan telur yang memilki warna
khas oranye dan kuning. Panganan kue ini memiliki rasa yang manis. Belum ada sumber sejarah
yang jelas mengapa kue ini dinamakan didara belanda ,mungkin karena warnanya yang oranye
yang merupakan warna kesukaan orang Belanda sehingga dinamakan didara belanda.

F. UPACARA ADAT SUKU BUGIS

1. Mappadendang
Acara Mappadendang (Pesta Panen Adat Bugis) Sulawesi-Selatan. Mappadendang atau
yang lebih dikenal dengan sebutan pesta tani pada suku bugis merupakan suatu pesta syukur
atas keberhasilannya dalam menanam padi kepada yang maha kuasa. Mappadendang sendiri
merupakan suatu pesta yang diadaakan dalam rangka besar-besaran. Yakni acara penumbukan
gabah pada lesung dengan tongkat besar sebagai penumbuknya.
G. PAKAIAN ADAT SUKU BUGIS

1. Baju Bodo Pakaian Adat Sulawesi Selatan

Baju bodo merupakan busana adat khas suku Bugis Makassar yang hanya dapat dipakai
oleh kaum wanita saja. Baju bodo ini kerap di pakai pada acara adat. Akan tetapi seiring dengan
perkembangan zaman baju bodo kini tak hanya dapat dipakai oleh wanita Bugis saja. Wanita-
wanita yang berasal dari daerah lain/bukan suku bugis pun dapat mengenakannya. Contohnya
pada kegiatan parade atau karnaval yang menggunakan pakaian adat khas Indonesia dari
beberapa daerah.
Baju bodo ini begitu digermari mungkin karena dianggap begitu sederhana. Baju bodo
ini hampir mirip dengan busana ponco yang kerap dipakai oleh orang Amerika Latin. Cara
mengenakan Baju bodo cukuplah sederhana yakni dikenakan melalui kepala. Baju Bodo ini tak
berlengan.
Baju bodo yang berbahan dasar dari kain tipis transparan, bentuknya segiempat,
berlengan pendek serta potongannya sangat sederhana. Baju Bodo mempunya corak dengan
varian warna agak cerah seperti merah, hijau, kuning dll. yang jelas Baju bodo berwarna-warni.
Pada awal abad ke 20, Wanita suku Bugis Makassar kadang tak mengenakan bra saat memakai
baju bodo. Mereka hanya menegenakan sarung/kain dan menutupi bagian tubuh atas saja
dengan mengunakan baju bodo.
Pada zaman dahulu zaman batu muda leluhur (nenek moyang) suku bugis yang menjadi
salah satu suku dari provinsi sulawesi sudah mengenal dengan ilmu tektil yatu ilmu membuat
kain untuk membuat baju (pakaian).dimana baju di buat dari hasil pintalan kapas yang di jalin
bersama benang katun. Dan disebut menjadi kain muslin Yaitu bahan membuat Pakaian Wanita
dalam Adat Sulawesi Selatan sedangkan untuk nama pakaian adat suku bugis di kenal dengan
nama Baju Bodo
Baju ( pakaian ) bodo dianggap sebagai pakaian adat Sulawesi Selatan paling pertama
yang dikenal oleh masyarakat suku bugis. Baju (pakaian) adat bodo dibuat dari bahan kain
muslin. Kain ini adalah kain hasil pintalan kapas yang dijalin bersama benang katun. Dengan
Rongga dan kerapatan benang yang cukup renggang, menjadikan kain ini sejuk dikenakan
sehingga cocok dipakai di iklim tropis Sulawesi Selatan.
Sebagian masyarakat Makassar menyebut baju bodo dengan nama bodo gesung.
Alasannya adalah karena pakaian ini memiliki gelembung di bagian punggungnya. Gelembung
tersebut muncul akibat baju bodo dikenakan dengan ikatan yang lebih tinggi
Busana (pakaian) bodo gesung merupakan baju adat Bugis-Makassar yang dikenakan
oleh kaum perempuan. Sedangkan Lipa’ sabbe adalah sarung sutra, yang memiliki ciri khas
bercorak kotak dan dipakai sebagai bawahan baju bodo
Konon dahulu kala, ada peraturan mengenai pemakaian baju bodo. Masing-masing
warna manunjukkan tingkat usia perempuan yang mengenakannya.

 Warna jingga, dipakai oleh perempuan umur 10 tahun.


 Warna jingga dan merah darah digunakan oleh perempuan umur 10-14 tahun.
 Warna merah darah untuk 17-25 tahun.
 Warna putih digunakan oleh para inang dan dukun.
 Warna hijau diperuntukkan bagi puteri bangsawan
 Warna ungu dipakai oleh para janda.

2. Pakaian adat pria Sulawesi Selatan


Para prianya mengenakan pakaian adat yang bernama baju bella dada . Model baju bela
dada adalah baju bentuk jas tutup berlengan panjang dengan kerah dan kancing sebagai
perekat. Baju ini juga dilengkapi dengan saku di bagian kiri dan kanannya terbuat dari bahan
kain lipa sabbe atau lipa garusuk. Sementara untuk warnanya biasanya tidak ada ketentuan
alias bisa disesuaikan dengan selera para penggunanya
Passapu atau tutup kepala yang digunakan sebagai pelengkap baju bella dada umumnya
dibuat dari anyaman daun lontar dengan hiasan mbring atau benang emas yang disusun.
Passapu dapat pula tidak diberi hiasan. Passapu polos atau biasa disebut passapu guru ini
lazimnya digunakan oleh para dukun atau tetua kampong
Gelang yang digunakan adalah gelang dengan motif naga dan terbuat dari emas,
sehingga gelang ini dinamai gelang ponto naga. Keris yang dipakai adalah keris dengan kepala
dan sarung terbuat dari bahan emas. Keris ini disebut pasattimpo atau tatarapeng. Sapu tangan
yang dikenakan adalah sapu tangan dengan hiasan khusus. Sapu tangan ini dinamai passapu
ambara.

SUKU BALI
adalah suku bangsa mayoritas di pulau Bali, yang menggunakan bahasa Bali dan
mengikuti budaya Bali.

A. RUMAH ADAT SUKU BALI

Gapura Candi Bentar merupakan nama dari rumah adat Bali. Pengambilan nama Gapura
Candi Bentar berdasar dari bentuk bangunannya yaitu berupa gapura. Gapura tersebut terdiri
dari 2 bangunan candi dibangun sejajar dan serupa yang merupakan gerbang pintu masuk
kepekarangan rumah.

Gapura tersebut tidak memiliki atap atas yang memisahkan kedua bangunan candi,
sehingga kedua bangunan gapura candi tersebut terlihat tampak jelas terpisah, yang
menghubungkan bangunan gapura tersebut adalah berupa anak-anak tangga dan pagar besi
yang menjadi pintu jalan masuk. Disekitar bangunan gapura terdapat patung-patung yang
merupakan simbol dari kebudayaan Bali.

B. LAGU DAERAH SUKU BALI

1. Lagu Putri Ayu


Cening putri ayu Ngijeng Cening jumah
Memeluas malu Ke peken meb'lanje
Apang ade daharan nasi
Memetiang ngiring Nongos ngijeng jumah
Sambilan mekumpul Ajak titiang dadue
Ditekani nyenggap gapin
Pelalian Cening Kotak wadah gerip
Jaje megenepan Ane luwung luwung
Bunge melah melah Ambunane sarwe miyik

2. Lagu Ratu Anom


Ratu anom metangi meilen-ilen
Ratu anom metangi meilen-ilen
Dong pirengang munyin sulinge di jaba
Dong pirengang munyin sulinge di jaba
Enyen ento menyuling di jaba tengah
Enyen ento menyuling di jaba tengah
Gusti Ngurah Alit Jambe Pemecutan
Gusti Ngurah Alit Jambe Pemecutan

C. ALAT MUSIK SUKU BALI


Bali mempunyai alat musik tradisional yang khas dari daerah ini, alat musik ini adalah
alat musik peninggalan turun menurun leluhur mereka, dan berikut beberapa alat musik
tradisional Bali :

1. Gamelan Bali
Sama seperti daerah lain di Indonesia yang mempunyai alat musik gamelan, Bali pun
mempunyai alat musik gamelan. Namun gamelan Bali ini mempunyai perbedaan dengan
gamelan daerah lain salah satunya yaitu ritme yang dimainkan pada gamelan Bali berjenis ritme
yang cepat.
2. Rindik
Rindik adalah alat musik khas Bali yang terbuat dari bambu yang bernada selendro.
Alat musik ini dimainkan oleh 2 sampai 4 orang, 2 orang menabuh rindik sisanya meniup
seruling. Alat musik ini digunakan untuk pementasan tarian jogged bumbung dan untuk acara
pernikahan.

D. SENJATA PUSAKA DAERAH SUKU BALI

1.Keris
Secara historis, keris Bali adalah bagian dari peninggalan kekuasaan Kerajaan Majapahit.
Konon, pengaruh kebudayaan Majapahit sangat kuat sehingga alat peperangan seperti keris
diadopsi pula oleh kerajaan-kerajaan di Pulau Dewata.

2.Wedhung
Wedhung adalah sebuah senjata genggam berbentuk pisau. wedhung sendiri dimaknai
sebagai kesiapan abdi dalem kepada raja yang sedang berkuasa. sementara itu, wedhung
terbuat dari logam yang ditempah. sementara hulu pegangan dapat terbuat dari kayu maupun
besi.

3.Taji
Tajen berasal dari kata Taji yang berarti benda pipih yang runcing dan tajam (semacam
pisau tapi kecil). Istilah tajen digunakan untuk sabung ayam. Sabung ayam dalam masyarakat
Bali awal mulanya digunakan untuk upacara Tabuh Rah, yaitu taburan darah binatang korban
yang dilaksanakan dalam rangkaian upacara agama (yadnya). Tabuh Rah bertujuan mengusir
Butha (pengaruh negatif) supaya tidak mengganggu manusia dan menghindari marabahaya.

E. MAKANAN KHAS SUKU BALI


Salah satu makanan khas dari orang Bali yang paling terkenal ialah Ayam Betutu. Ayam
Betutu adalah lauk yang terbuat dari ayam atau bebek yang utuh yang berisi bumbu, kemudian
dipanggang dalam api sekam. Betutu ini telah dikenal di seluruh kabupaten di Bali. Salah satu
produsen betutu adalah desa Melinggih, kecamatam payangan kabupaten Gianyar.
F. UPACARA ADAT SUKU BALI
Ada beberapa upacara adat yang rutin dilakukan oleh masyarakat Bali, diantaranya
adalah :

1. Ngaben
Ngaben merupakan upacara pembakaran orang yang sudah meninggal. Menurut
kepercayaan masyarakat Bali, orang yang mati harus disucikan dengan cara dibakar. Namun,
sebelum dibakar, mayat diletakkan di dalam keranda dan ditandu banyak orang. Semakin tinggi
jabatan seseorang, semakin tinggi juga tandu yang dibuat. Tandu ini kemudian diarak di
sepanjang jalan dengan diiringi musik menuju tempat pembakaran, sesekali diputar di
perempatan jalan. Adat seperti ini sudah mereka lakukan sejak jaman nenek moyang dan
dilestarikan secara turun-temurun.

2. Mesangih, Metatah, Mepandes


Mesangih, metatah, mepandes yang merupakan salah satu upacara agama Hindu di Bali
ini merupakan upacara potong gigi. Dalam upacara ini, seseorang harus mengikis 6 gigi bagian
atasnya, terutama yang berbentuk taring. Masyarakat Bali percaya bahwa dengan mengikir
keenam gigi tersebut, sifat buruk manusia (peserta mesangih) akan berkurang.

3. Mesuryak
Tradisi unik lain yang dilestarikan masyarakat Bali adalah mesuryak, yaitu tradisi
melempar uang ke atas. Biasanya, tradisi ini dilakukan 10 hari setelah hari raya Galungan atau
saat hari raya Kuningan. Tradisi ini dilakukan untuk memberi persembahan kepada leluhur
mereka yang oleh masyarakat Bali dipercaya turun pada hari raya Galungan dan naik kembali
pada hari raya Kuningan.

4.Melasti
Upacara ini dilakukan 3 hari sebelum hari raya Nyepi. Pada upacara ini, tubuh manusia,
benda-benda sakral, dan produk alam dibersihkan dengan cara dihanyutkan untuk benda-
benda, sedangkan pembersihan tubuh manusia dengan dipercikki air oleh para pemangku
(pemimpin adat di Bali). Mereka percaya, dengan melakukan tradisi ini, kotoran yang melekat
pada semua hal yang disucikan tadi menjadi hilang dan bersih lagi.
G. PAKAIAN ADAT DAERAH SUKU BALI

1. Pakaian Adat Pria


a.Udeng (Ikat Kepala)
Salah satu yang khas dari pakaian adat pria Bali adalah adanya perlengkapan udeng.
Udeng adalah sebuah penutup kepala dari kain yang digunakan untuk ibadah dan untuk
aktivitas sehari-hari. Untuk ibadah dan acara keagamaan, udeng yang digunakan adalah udeng
putih, sementara untuk aktivitas sehari-hari udeng yang digunakan adalah udeng bermotif
batik. Bentuk udeng yang unik dengan adanya simpul di bagian tengah depan menyimbolkan
bahwa pemakainya harus dapat berpikir jernih dan memusatkan pikiran saat beribadah

b.Baju
Baju atau atasan yang digunakan dalam perlengkapan pakaian adat Bali adalah sebuah
baju tertutup yang modelnya nyaris mirip baju safari. Kendati begitu, pada prinsipnya baju yang
dipakai tidak memiliki aturan khusus, yang penting rapi, bersih, dan sopan.

c. Kamen
Pria bali tidak menggunakan celana sebagai bawahan. Fungsi celana diganti dengan
kamen atau kain sepanjang 2 meter dan lebar 1 meter. Kain ini diikatkan di pinggang melingkar
dari kiri ke kanan. Ikatan tersebut melambangkan darma, sementara pemakaian yang tepi
bawahnya harus sejengkal dari telapak kaki disertai ujung lancip yang menghadap ke bawah
menyentuh tanah melambangkan bentuk penghormatan pada ibu pertiwi.

d. Saput (Kampuh)
Setelah kamen dipakai, ada 1 lagi kain penutup bagian bawah yang harus dikenakan.
Kain tersebut bernama saput atau kampuh. Saput diikatkan di pinggang secara melingkar
berlawanan arah jarum jam. Saput merupakain kain berdesain klasik yang lebih sering dipakai
saat ibadah atau acara keagamaan. Tujuan penggunaannya adalah untuk menutupi lekuk tubuh
dan aurat.

e. Umpal (Selendang Pengikat)


Untuk menguatkan kamen dan saput, digunakan selendang kecil berwarna kuning yang
bernama umpal. Ikatan yang digunakan adalah ikatan dengan simpul hidup yang diletakan di
sebelah kanan. Cara mengikat ini mengandung arti bahwa pria bali harus dapat mengendalikan
semua hal buruk dari segala aktivitasnya. Pada acara tertentu seperti pernikahan, pakaian adat
Bali untuk pria juga dilengkapi dengan aksesoris lainnya seperti keris, baju kemeja, jas, serta
alas kaki.

2. Pakaian Adat Wanita


a. Kebaya
Atasan yang digunakan pada pakaian perempuan adat Bali adalah kebaya dengan motif
sederhana dan warna cerah. Pemilihan kebaya dinilai dapat menonjolkan sisi kecantikan dan
keanggunan wanita Bali. Adapun dalam keperluan ibadah, kebaya yang digunakan haruslah
sopan dari sisi desain, rapi dan bersih

b. Kamen
Untuk bawahan, pakaian adat Bali wanita juga dilengkapi dengan kamen. Kamen dipakai
untuk menutupi tubuh bagian bawah hingga sebatas 1 telapak tangan dari lutut. Batasan ini
diatur agar wanita Bali leluasa dalam bergerak melangkah dan berjalan, namun tetap terlihat
sopan dan anggun.

c. Selendang (Senteng)
Wanita Bali umumnya juga akan mengenakan selendang atau senteng yang disampirkan
di bahu. Pemakaian selendang mempunyai makna filosofis bahwa wanita Bali haruslah ingat
akan ajaran darma dan siap mendidik putra putrinya kelak agar patuh terhadap orang tua.

d. Bulang Pasang
Untuk menguatkan ikan kamen, digunakan sebuah selendang kuning bernama bulang
pasang yang diikatkan di pinggang. Pemakaian selendang bulang pasang dalam pakaian adat
Bali wanita memiliki makna filosofis agar wanita Bali dapat menjaga rahimnya dan
mengendalikan tingkah lakunya dari segala keburukan. Pakaian Adat Bali

e. Sanggul
Bagi wanita Bali, penataan rambut beserta hiasannya memiliki aturan khusus.
Sedikitnya ada 3 jenis gaya tata rambut atau sanggul yang dapat digunakan mereka, yaitu
pusung gonjer, pusung tagel, dan pusung kekupu. Pusung gonjer dikhususkan untuk wanita
yang masih lajang atau belum menikah, pusung tagel dikhususkan untuk wanita yang sudah
menikah, sementara pusung kekupu atau pusung podgala dikhususkan untuk wanita yang
menyandang status janda.
SUKU DAYAK
Suku Dayak adalah salah satu suku yang berada di Pulau Kalimantan.

A. RUMAH ADAT SUKU DAYAK


Rumah Betang atau rumah Panjang adalah rumah adat khas Kalimantan yang terdapat
di berbagai penjuru Kalimantan, terutama di daerah hulu sungai yang biasanya menjadi pusat
pemukiman sku Dayak. Bentuk dan besar rumah Betang ini bervariasi di berbagai tempat. Ada
rumah Betang yang mencapai panjang 150 meter dan lebar hingga 30 meter. Umumnya rumah
Betang dibangun dalam bentuk panggung dengan ketinggian tiga hingga lima meter dari tanah.
Tingginya bangunan rumah Betang ini untuk menghindari datangnya banjir pada musim
penghujan yang mengancam daerah-daerah di hulu sungai di Kalimantan. Beberapa unit
pemukiman bisa memiliki rumah Betang lebih dari satu buah tergantung dari besarnya rumah
tangga anggota komunitas hunian tersebut. Setiap rumah tangga (keluarga) menempati bilik
(ruangan) yang di sekat-sekat dari rumah Betang yang besar tersebut.
Budaya Betang merupakan cerminan mengenai kebersamaan dalam kehidupan sehari-
hari orang Dayak. Di dalam rumah Betang ini setiap kehidupan individu dalam rumah tangga
dan masyarakat secara sistematis diatur melalui kesepakatan bersama yang dituangkan dalam
hukum adat. Keamanan bersama, baik dari gangguan kriminal atau berbagai makanan, suka-
duka maupun mobilisasi tenaga untuk mengerjakan ladang. Nilai utama yang menonjol dalam
kehidupan di rumah Betang adalah nilai kebersamaan di antara para warga yang menghuninya,
terlepas dari perbedaan-perbedaan yang mereka miliki. Dari sini kita mengetahui bahwa suku
Dayak adalah suku yang menghargai suatu perbedaan. Suku Dayak menghargai perbedaan
etnik, agama, ataupun latar belakang sosial.

B. LAGU DAERAH SUKU DAYAK

1. Lagu Tumpi Wayu


Tumpi wayu lapat wayu
Palit ira tangkuraran
Tumpi wayu lapat wayu
Palit ira tangkuraran
Tulak hanyu muneng aku
Kala wundrung balu bayan
Tumpi wayu tuku hiring
Lelek pangut lawung lanyung
Tumpi wayu tuku hiring
Lelek pangut lawung lanyung
Tulak hanyu muneng aku
Kala wundrung balu bayan

2. Lagu Kalayar
Kalayar haut layu kai
Anak wuwut tudi hangwa wungan
I non habar takam masa ya ti
Siurah riwut kami ngirim lengan
Kalayar haut layu kai
Aron sia angan man taka
I non habar takam masa ya ti
Indonesia haut merdeka

3. Lagu Malauk Manjala

Mambesei ayo mambesei


Mambesei akan danau
Mambesei ayo mambesei
Mambesei akan danau
Manjala
Lauk injala
Lalaya
Andau sasanja
Buli huma mimbit keba
Basuang pantik saluang
Sukup simpan
Dinu malauk manjala

C. ALAT MUSIK SUKU DAYAK

1. Garantung atau gong


merupakan salah satu alat musik yang digunakan masyarakat Suku Dayak. Selain
garantung masyarakat Dayak juga menyebutnya dengan gong dan agung. Garatung
diklasifikasikan sebagai salah satu alat musik dalam kelompok idiophone yang terbuat dari
bahan logam; besi, kuningan, atau perunggu.
2. Gandang (GENDANG)
Masyarakat Suku Dayak mengenal dengan baik alat musik gandang sebagai salah satu
alat musik dari kelompok membranophone untuk mengiringi tarian dan lagu yang dinyanyikan.
Karena itu, alat musik gandang pun sangat populer sebagai sebuah bagian harmoni di kalangan
masyarakat Suku Dayak.

3. Kalali
ialah alat music tiup yang terbuat dari buluh kecil yang telah dikecilkan. Ukuran panjang
setengah meter dengan ujung beruas dan dibuat luang kecil dekat ruas tersebut. Ujung ruas
diraut agar dapat dipasang sepotong roan yang telah diraut pula berbentuk tipis. Buluh rotan
diikat pada batang kalali, kemudian dibuat lima buah lubang untuk menentukan tinggi
rendahnya nada

c. Tote
ialah alat music tiup yang terbuat dari buluh kecil yang telah dikeringkan dan ujung
sebelahdalamnya diberi lidah. Pada batang dibuat dua atau tiga buah lubang. Untuk
menghasilkan bunyi ang merdu dan menyayat kalbu, tote atau serupai ditiup pada baian
uungnya.

d. Suling Balawung
ialah alat music tiup yang terbuat dari bamboo berukuran kecil dengan lima lubang
dibagian bawah dan satu lubang dibagian atas. Suling Balawang bias digunakan oleh
perempuan.

D. SENJATA PUSAKA SUKU DAYAK

1. Mandau, Senjata Utama Suku Dayak


Kalau Aceh punya Rencong, dan Jawa Punya Keris, maka Kalimantan atau Dayak
memiliki yang namanya Mandau. Senjata satu ini memang khas Dayak dan hanya ditemui di
sana. Dilihat dari bentuk, Mandau ini sama seperti pedang pada umumnya. Hanya saja ia
memiliki beberapa ciri khas berupa ornamen-ornamennya yang cantik. Bahkan beberapa
mandau juga dihiasi emas dan perak.
Menurut kabar, Mandau ini tidak hanya sekedar senjata tapi juga memiliki kesaktiannya
sendiri. Ia bisa dikemas dengan semacam sihir sehingga katanya bisa terbang sendiri mencari
korbannya. Mandau sendiri sangat sakral bagi orang Dayak. Makanya, senjata ini begitu dijaga
dan dirawat betul-betul.

2. Sumpit Dayak
Tak hanya Mandau, Dayak juga memiliki senjata mematikan lainnya. Namanya adalah
Sipet atau dalam bahasa sehari-hari disebut Sumpit. Senjata ini berbentuk panjang dengan
lubang di tengahnya. Seperti senapan, Sumpit ini dipakai untuk menembakkan jarum-jarum.
Tenaga pelontar Sumpit memang hanya dari hembusan napas. Meskipun demikian jangan
sekali-kali diremehkan karena kecepatan jarum pelurunya bisa menyamai senapan. Belum lagi
jarum-jarum itu dibubuhi racun ganas yang membuat korbannya bakal tak bernapas dalam
waktu yang relatif cepat. Sipet ini sangat akurat dan presisi ketika dipakai oleh si empunya. Jadi,
kalau orang-orang Dayak sudah membidik, maka kemungkinan melesetnya sangat kecil. Senjata
ini pernah bikin tentara Belanda terkencing-kencing dalam arti sesungguhnya.

3. Lonjo, Tombok Khas Dayak yang Sangar


Selain Sipet dan Mandau, Dayak juga punya yang namanya Lonjo. Senjata ini bentuknya
mirip dengan tombak pada umumnya. Tapi, karena kita yang bicarakan adalah Dayak, maka
Lonjo ini jelas beda. Kabar mengatakan kalau Lonjo ini bertuah. Ia memiliki semacam energi
khas yang mampu membuat pemiliknya menjadi lebih kuat.
Lonjo sendiri terbagi atas mata tombak dan juga gagangnya. Untuk gagang, biasanya
memakai kayu-kayu khusus serta memiliki beberapa hiasan. Penggunaan Lonjo ini macam-
macam, mulai dari berburu sampai berperang.

4. Dohong, Keris Sakti Ala Dayak


Di antara semua senjata Dayak, Dohong mungkin adalah yang paling asing di telinga
masyarakat umum. Alasannya tak lain karena senjata ini eksistensinya sudah langka. Padahal
kalau melihat sejarah, Dohong lebih dulu dipakai sebelum Mandau dan yang lainnya.
Dohong sendiri bentuknya agak mirip keris. Dasarnya adalah pisau biasa namun memiliki
lekuk-lekuk unik. Senjata ini sekarang sudah menjadi semacam pusaka sehingga tidak dipakai
untuk mendampingi aktivitas sehari-hari. Tapi, untuk acara-acara tertentu kadang Dohong
dikeluarkan sebentar. Oh iya, senjata ini sendiri katanya kalau dijual sangat mahal harganya
karena mengandung nilai sejarah yang luar biasa

E. MAKANAN KHAS SUKU DAYAK


1. Juhu Singkah / Umbut Rotan
Umbut Rotan (rotan muda) adalah salah satu makanan khas yang dimiliki oleh Suku
Dayak, terutama dari Kalimantan Tengah. Dalam bahasa Dayak Maanyan, umbut rotan dikenal
dengan uwut nang’e. Sedangkan dalam bahasa Dayak Ngaju dikenal dengan juhu singkah.
Umbut rotan ini dikenal masyarakat dayak karena mudah diperoleh didalam hutan tanpa perlu
menanamnya terlebih dahulu.

2. Kalumpe / Karuang
Kalumpe / karuang adalah sayuran yang dibuat dari daun singkong yang ditumbuk halus.
Kalumpe merupakan bahasa Dayak Maanyan dan karuang sebutan sayur ini dalam bahasa
Dayak Ngaju. Dalam pembuatannya, biasanya daun singkong ditumbuk halus dan dicampur
dengan terong kecil atau terong pipit. bumbu untuk masakan ini adalah bawang merah, bawang
putih, serai dan lengkuas yang dihaluskan. Apabila ingin bisa ditambahkan cabe. Kalumpe terasa
sangat enak apabila sedang panas. Masakan ini biasa disajikan bersama dengan sambal terasi
yang pedas dan ikan asin.

3. Wadi
Wadi adalah makanan berbahan dasar ikan atau menggunakan daging babi. Wadi bisa
dibilang adalah makanan yang “dibusukan”. Namun pembusukan ini tidak dibiarkan begitu saja,
sebelum disimpan, ikan atau daging akan dilmuri dengan bumbu yang terbuat dari beras ketan
putih atau bisa juga biji jagung yang di-sangrai sampai kecoklatan kemudian di tumbuk manual
atau di blender. Dalam bahasa Dayak Maanyan bumbu ini disebut dengan Sa’mu dan dalam
bahasa Dayak Ngaju disebut dengan Kenta.

F. UPACARA ADAT SUKU DAYAK

1. Upacara Nebe’e Rau (Tanam Padi)


Upacara Nebe’e Rau/ Tanam Padi ini merupakan upacara tahunan yang harus dibuat,
upacara ini bentuk dari rasa syukur masyarakat Dayak atas ladang mereka yang bisa ditanami
padi dengan harapan hasil yang mereka tanam sangat berlimpah. Tidak heran jika upacara ini
dilangsungkan selama satu bulan, disitu banyak sekali adat-adat Dayak yang dilakukan, diawali
dari memberi makanan sang raja kampung (to’q) untuk menjaga kampung agar selalu terjaga
dari kejahatan. Dalam upacara Adat Nebe’e Rau inilah ada yang namanya Lali Uga’l. Lali Uga’l ini
akan terdapat beberapa tarian-tarian yang sifatnya sakral, dari tarian Hudo’q Apa’h dan Tarian
Henda’q Uling. Tarian ini hanya boleh ditampilkan didalam Lali Uga’l ini saja, karena Tarian ini
merupakan cerita dimasa lalu dijadikan sebagai pengusir hama, dari bentuk dan besarnya akan
sangat membantu masyarakat Dayak dalam menjaga ladang dan hasil tanaman mereka.

2. Upacara Erau (Bentuk syukur atas panen padi)


Upacara Erau ini juga biasanya dilakukan sekali setahun, semua bentuk dari rasa syukur
mereka dengan hasil panenan yang berlimpah.

3. Upacara Ngerangka’u (Upacara untuk kematian)


Upacara Ngerangka’u/ Kematian ini bagi masyarakat Dayak Tunjung begitu sakral,
mereka meyakini upacara ini bentuk dari kekeluargaan mereka untuk memberikan kenyamanan
kepada Almarhum/ mah ketika berada di sisi Tuhan. Biasanya upacara Ngerangka’u ini dibuat
setelah 40 (empat puluh) hari setelah kematian.

4. Upacara Pernikahan (Ngehawa’k)


Upacara Pernikahan/ Ngehawa’k ini merupakan upacara umum yang sering dilakukan
jika ada masyarakat Dayak yang hendak menikah, disini akan banyak benda-benda Adat yang
ditampilkan, tergantung dari keturunan sang mempelai wanita/ pria. Jika wanita keturunan
bangsawan maka pria wajib menyediakan sesuai dengan permintaan dari wanita. Disinilah
benda-benda adat bisa diuangkan seperti yang saya jelaskan diatas. Upacara Ngehawa’k ini
akan ada namanya hukum adat jika kelak terjadi perceraian, dimulai dari denda benda adat dan
hukum adat sesuai dengan kesalahan dari kedua belah pihak, dan denda atau hukuman adat ini
tidaklah ringan/ kecil karena ini sama halnya melanggar adat istiadat dari ADAT DAYAK itu
sendir.

5. Upacara Dahau (pemberian nama anak)


Upacara Dahau/ pemberian nama Anak ini merupakan upacara dari keturunan
bangsawan/ terpandang dikampung/ yang mampu membuat upacara ini. Upacara Dahau ini
dibuat besar-besaran dan undangannya dari berbagai tempat yang didiami Dayak. Upacara
Dahau ini berlangsung selama 1 (satu) bulan penuh, semua kegiatan yang berlangsung akan
banyak ritual-ritual adat yang dibuat selama durasi upacara Dahau ini berlangsung.
G. PAKAIAN ADAT SUKU DAYAK

1. King Bibinge
Pakaian suku dayak khusus wanita disebut King Bibinge. Pakain tersebut terbuat dari
bahan kulit tanaman kapuo atau ampuro. Tanamna tersebut di pilih sebagai pakaian karena
memiliki serat yang tinggi. Tanaman tersebut di ambil kulitnya kemudian diolah menjadi baju
adat yang bagus dan menawan. Adapun seperangkat pakaian wanita terdapat kain bawahan,
stagen, penutup dada. Pada penutup dada sudah dilengkapi dengan pernak pernih dan juga
perhiasan. Seperti halya manik-manik, kalung, bulu buurng enggang dan gelang.

2. King Baba
Pakain yang bernama King Baba ini sebutan untuk Pakaian Adat Dayak Laki-Laki. Selain
king Baba ada banyak sebutan lain di pulai Kalimantan yang lain juga. Untuk penyebutan baju
adat King Baba ini dikhususkan untuk suku dayak pria di Kalimantan Barat. Pakaian ini terbuat
dari tanaman yang diolah kemudian di beri lukisan khas etnik Dayak. Lukisannya menggunakan
pewarna alami, dan terlihat cerah.

Anda mungkin juga menyukai