Nama : Khurin’in
NRP : B253190071
2019/2020
- Imunoglobulin E (igE)
Molekul IgE terdiri dari dua fragmen yaitu Fab (antigen-binding fragment) dan Fc
(crystallizable fragment). Segmen Fab akan mengikat komponen spesifik atau epitop alergen
sedangkan segmen Fc mengikat reseptor FcRI yang terdapat pada permukaan sel mast atau basofil
di sirkulasi. Ada dua tipe reseptor IgE pada permukaan sel efektor yaitu reseptor afinitas tinggi
(FcRI) terutama terdapat pada permukaan sel mast, basofil dan APC, dan reseptor afinitas rendah
(FcRII juga dikenal dengan CD23) terutama terdapat pada beberapa jenis sel diantaranya sel
limfosit B, eosinofil, makrofag dan trombosit. Struktur IgE ditampilkan pada gambar 1 dimana
binding site untuk reseptor terletak pada domain CH3 atau C3.
(A) (B)
Gambar 1. (A) struktur molekul IgE terdiri dari segmen Fab dan Fc (B) struktur skematik IgE
dan lokasi binding site untuk reseptor IgE (C3)
- Mekanisme IgE
Alergen masuk ke dalam tubuh dapat melalui saluran pernapasan, kulit, pencernaan, dan
lain-lain, akan ditangkap oleh antigen presenting cells (APC). Setelah alergen diproses dalam APC
(sel dendritik), kemudian dipresentasikan kepada sel T helper 0 (Th0) melalui Major
Histocompatibility Complex (MHC) kelas II. Sel T helper 0 (Th0) akan berubah menjadi sel T
helper 2 (Th2) yang akan melepaskan interleukin 4 (IL-4), interleukin 5 (IL-5), dan interleukin 13
(IL-13). IL-4 menyebabkan proliferasi sel B menjadi sel plasma untuk memproduksi IgE antibody
(Gambar 2). IgE yang terbentuk akan segera diikat oleh sel mastosit. Proses ini disebut sensitisasi.
Bila terpapar kedua kali atau lebih dengan alergen yang sama, alergen yang masuk tubuh akan
diikat oleh IgE pada permukaan sel mastosit. Ikatan tersebut menimbulkan degranulasi sel mastosit
(Gambar 3), dan merangsang keluarnya mediator dalam granul-granul sitoplasma, yaitu histamin,
Eosinophil Chemotactic Factor-A (ECF-A), Neutrophil Chemotactic Factor (NCF), triptase, dan
kinin yang memunculkan gejala asma seperti sesak, mengi, dan bronkokonstriksi. Sel T helper 2
(Th2) juga menyebabkan terjadinya eosinofilia dengan IL-5. eosinofil yang aktif akan
mengeluarkan Transforming Growth Factor β (TGF- β), IL-13, dan Growth Factors (GF) yang
menyebabkan terjadinya remodelling pada jalur udara.
Alergi, atau yang juga disebut hipersensitivitas, merupakan salah satu respon imun.
Menurut klasifikasi reaksi alergi yang dikembangkan oleh Philip Gell dan Robert Coombs, reaksi
alergi tipe I dimediasi oleh imunoglobulin E (IgE), tipe II oleh antibodi sitotoksik, tipe III dengan
pengikatan silang antibodi terhadap antigen terlarut, dan tipe IV oleh imun seluler. Alergi umum
seperti pollinosis dan dermatitis atopik adalah reaksi alergi tipe I. Sebagian besar reaksi kontak
hipersensitivitas adalah reaksi alergi tipe IV. Reaksi hipersensitivitas tipe II dan III adalah
mekanisme utama yang berkaitan dengan patogenesis penyakit autoimun.
Gambar 4. A. Proses pengikatan IgE pada reseptor FcεRI dengan afinitas tinggi pada sel-
sel efektor seperti sel mastosit dan basophil; B. Pelepasan mediator inflamasi akibat ikatan antara
IgE dan alergen. Tampak mediator yang dilepaskan dalam menit, jam, dan yang segera dilepaskan
Dari imunoglobulin yang telah diketahui, IgE ditemukan dalam jumlah terkecil dalam serum.
IgE diproduksi dalam jumlah tertentu di bawah pengaruh sel Th2. Reseptor yang berikatan dengan
IgE ditemukan dalam basofil dalam darah dan sel mast dalam jaringan. Antigen yang bertemu
dengan IgE yang terikat reseptor dapat memicu kejadian yang tidak diinginkan dalam fase
langsung (dalam beberapa menit) dan fase akhir (setelah beberapa jam) (Gambar 4B). Pertama,
granula yang ditemukan berlimpah di basofil dan sel mast akan dilepaskan. granula-granula ini
terutama mengandung proteoglikan dan histamin. Histamin meningkatkan permeabilitas
pembuluh darah (misal: kulit menjadi merah), dan menyebabkan sekresi lendir dari permukaan
luminal jalur udara dan peristaltik usus. Jika antigen telah menyebar ke seluruh tubuh, gejala parah
yang disebut syok anafilaksis yang disertai dengan penurunan tekanan darah yang cepat dapat
terjadi. Fase akhir merupakan masalah utama pada sel mast yang terlokalisasi dalam epitel trakea.
Selama fase ini, leukotrien dan sitokin tipe Th2 disekresikan, dapat memicu gejala karakteristik
asma, karena akumulasi neutrofil dan remodeling jaringan.
"Kecenderungan alergi" adalah kecenderungan untuk memulai respon imun yang disebabkan
oleh sel Th2, di mana IgE diproduksi. Berbagai jenis polimorfisme gen multipel yang terlibat
dalam respons yang dimediasi Th2 diduga bertanggung jawab atas kecenderungan alergi tersebut.
Gambar 4. Mekanisme alergi: interaksi antara alergen dan IgE
Referensi :