Anda di halaman 1dari 11

Definisi (Buku ajar IPD Unair) : Fase lanjut penyakit hati kronis yang ditandai proses

keradangan, nekrosis sel hati, usaha regenerasi dan penambahan jaringan ikat difus (fibrosis)
dengan terbentuknya nodul yang mengganggu susunan lobules hati.

Pikirkan Sirosis Hati jika :

Dari Anamnesis :
 Keluhan subyektif seperti : nafsu makan ↓, mual / muntah, kembung, lemah, malaise, berat badan
turun, gusi berdarah, libido turun
 Keluhan2 yang terkait kegagalan fundamental [mata kuning (ikterus), perut membesar (ascites), perut
“mrongkol” (splenomegali), muntah seperti kopi (hematemesis), BAB seperti petis (melena), bulu ketiak
rontok, lemah,letih,lesu (terkait anemia)]
 RPD : Riwayat sakit kuning (Hepatitis B , Hepatits C), Konsumsi alkohol, Sindroma metabolik (Fatty liver)

Dari Pemeriksaan fisik :


 Didapatkan tanda-tanda kegagalan fundamental (Kegagalan fungsi hepar dan hipertensi portal)
 Hepar tidak dapat diraba oleh karena mengecil akibat fibrosis
 Jika ada penderita Sirosis hepatis namun hepar dapat diraba (hepatomegali) → Pikirkan SH
degenerasi maligna

Dari Pemeriksaan laboratorium :


 Rasio albumin : globulin terbalik
(albumin rendah globulin lebih tinggi) Dari Pemeriksaan penunjang :
 USG Abdomen → Gambaran sirosis
 Faal hemostasis yang memanjang
 Endoskopi → Varises Esofagus
 Hb ↓ , jika penderita mengalami
hematemesis melena  Kolonoskopi → Hemorrhoid Interna
 Serum kreatinin ↑, gangguan elektrolit
jika didapatkan hepatorenal syndrome
KEGAGALAN FUNDAMENTAL TERDIRI DARI :

KEGAGALAN FUNGSI HEPAR HIPERTENSI PORTAL

IKTERUS VARISES ESOFAGUS

ASCITES ASCITES

SPIDER NEVI KOLATERAL

ERITEMA PALMARIS CAPUT MEDUSAE

GINEKOMASTI, ATROFI TESTIS (PADA PRIA) ; SPLENOMEGALI


GANGGUAN MENSTRUASI (PADA WANITA)

ANEMIA HEMATEMESIS - MELENA

FAAL HEMOSTASIS MEMANJANG HEMORRHOID INTERNA

BULU KETIAK RONTOK

Diagnosis Sirosis Hepatis


 Diagnosis pasti → Biopsi Hepar
 Diagnosis klinis → melakukan pemeriksaan fisik dengan tujuan mendapatkan gejala dan
tanda dari kegagalan fundamental sebanyak mungkin

Komplikasi Sirosis adalah :


 Ascites
Indikasi MRS pada Sirosis adalah :  Hipertensi Portal
 Ascites permagna  Ensefalopati Hepatik
 Hematemesis-melena  Peritonitis Bakterial Spontan
 Ensefalopati hepatik  Sindroma hepatorenal
 Peritonitis bacterial Spontan  Transformasi → Degenarasi Maligna
 Sindroma Hepatorenal  Kegagalan fungsi hepar
 Sepsis
Setelah diagnosis Sirosis hati tegak → tentukan DERAJAT KEPARAHAN dengan Child Criteria

Klasifikasi A B C
Parameter 1 2 3

Bilirubin (mg/dl) >2 2-3 >3

Albumin (g/dl) > 3,5 3 – 3,5 <3

Ascites - Terkontrol Sulit dikontrol

Ensefalopati - Stad. I / II Stad III / IV

Nutrisi Baik Sedang Jelek

Total Skor 5-7 8 - 10 11 - 15

Child A : Sirosis Hati Ringan


Child B : Sirosis Hati Sedang
Child C : Sirosis Hati Berat
TATALAKSANA SIROSIS HATI
1. Bedrest, diet disesuaikan (tidak perlu diet khusus)
2. Hindari obat2an hepatotoksik, hindari alkohol
3. Pemberian cairan dextrose 5 % → sesuaikan status hidrasi pasien
4. Infus Albumin → Indikasinya : hepatorenal syndrome, penderita dalam keadaan sepsis,
replacement therapy post paracentesis (Tiap 5 liter → 25 gram albumin)
5. Tatalaksana yang lain menyesuaikan dengan indikasi MRS penderita.
Hematemesis-Melena

 Hematemesis : Muntah darah

Bedakan dengan Batuk darah (hemoptysis)

MUNTAH DARAH (HEMATEMESIS) BATUK DARAH (HEMOPTYSIS)

Darah dimuntahkan dengan rasa mual Darah dibatukkan dengan rasa panas

Darah bercampur sisa makanan Darah berbuih campur udara

Darah bersifat Asam Darah bersifat Alkalis

Sering terjadi anemia Kadang terjadi anemia

Benzidin test --> (+) Benzidin test --> (-)

 Melena : Berak hitam seperti petis / kopi


Bedakan dengan Hemotochezia

MELENA HEMATOCHEZIA

Warna hitam seperti petis / kopi Warna merah segar

Asal : perdarahan saluran cerna bagian atas Asal :


 Perdarahan saluran cerna bagian bawah
 Perdarahan saluran cerna atas yang profus
Ascites

Adanya cairan bebas dalam rongga peritoneum

Untuk menentukan kausa ascites → cek Serum-Ascites Albumin Gradient (SAAG)

Cara menghitungnya :
Nilai Konsentrasi albumin serum - Nilai konsentrasi albumin cairan ascites
Nilai ≥ 1, 1 → Hipertensi portal (+)

Ascites Permagna
 Ascites yang mengganggu fungsi dari organ lain
 ciri-cirinya adalah :
 Sesak nafas
 Gangguan kardiovaskular
 Gastropati, Konstipasi
 Umbilikus yang menonjol
 Kulit yang mengkilat
 Edema tungkai

Ascites Refrakter
 Ascites yang gagal dengan pengobatan konservatif atau tidak dapat dicegah timbul
kembali meskipun dengan pemberian obat2an yang maksimal
 Tatalaksana
 Paracentesis berulang
 Transplantasi hepar
 TIPS (Transjugular Intrahepatic Portosystemic Shunt)

Indikasi Paracentesis :
 Ascites Permagna
 Didapatkan Edema Tungkai
 Child B
 Ascites yang tidak membaik dengan diuretik
 Ascites yang disertai prolaps uteri

Kontraindikasi Paracentesis :
Syarat Paracentesis :
 Sepsis
 Bilirubin serum ≤ 10 mg/dl
 Penderita dalam keadaan koma
 Serum kreatinin ≤ 3 mg/dl
 Penderita dalam keadaan hamil
 Trombosit > 50.000 / mm3
 Uncorrected bleeding diathesis
 Protrombine > 40 %
 Previous abdominal surgeryAbdominal wall
cellulitis at the proposed site of puncture
 Tromosit < 50.000, Protrombin Time > 21 detik,
INR > 1,6
Letak Paracentesis
 Normalnya : sebelah kiri antara umbilicus dan SIAS
 Sebelah kanan : boleh saja dilakukan oleh karena hepar mengecil, namun bila ada
komplikasi hepatoma maka sebaiknya pungsi dilakukan di sebelah kiri saja.
 Paracentesis sebelah kanan dilakukan pada keadaan :
 Leukimia , malaria → oleh karena hipersplenisme shg terjadi splenomegali
 Sindroma kartagener
 Jumlah cairan yang dikeluarkan : 5 – 6 liter
 Infus albumin 5 – 8 gram / liter cairan ascites yang dikeluarkan

Ascites pada sirosis hati terbentuk oleh karena :


 Hipertensi Portal
 Hipoalbumin
 Retensi Natrium
 Vasodilatasi Arteri splanknika
 Peningkatan pembentukan cairan limfe hepatic dan splanknika
 Perubahan aliran vaskuler sistemik

 Komplikasi paracentesis adalah : hipotensi postural, koma hepatikum, peritonitis


 Bahaya bila paracentesis dilakukan terlalu cepat :
 Gangguan keseimbangan elektrolit
 Hipotensi postural
Ascites → penderita umumnya dalam posisi berbaring → Pembuluh darah splancnic tertekan
→kemudian saat dilakukan paracentesis secara cepat terjadi pengeluaran cairan ascites secara
mendadak → pembuluh splancnic yang tertekan “mengembang” → aliran darah dengan volume yang
besar masuk ke dalam pembuluh splancnic → sirkulasi perifer menurun → kolaps pembuluh darah →
hipotensi postural

ASCITES KISTOMA OVARII

POSISI TELENTANG Seperti perut katak tidak

PERKUSI ABDOMEN Shifting dullness (+) Shifting dullness (-)

MEIG’S SYNDROME → Terdiri dari : Ascites , efusi pleura bilateral, kistoma ovari
Ensefalopati Hepatikum
Peritonitis Bakterial Spontan

Diagnosis ditegakkan bila :


 Gejala utama : Didapatkan demam, nyeri perut
 Gejala penyerta : gangguan status mental, diare, ileus paralitik, hipotensi
 Pemeriksaan cairan ascites → PMN > 250/mm3

3 konsep terjadinya PBS :


 Pasase transmural secara langsung bakteri usus
 Translokasi dan diseminasi bakteri dalam usus → bakteremia → infeksi cairan ascites
 Penyebaran hematogen dari infeksi lain
Sindroma Hepatorenal

Bagaimana membedakan antara SHR dengan suatu Gangguan ginjal (AKI atau CKD) pada penderita
sirosis hati ?
Jika dilakukan pemeriksaan
 Urinalisis → proteinuria (-) Sangat mungkin suatu SHR
 Natrium urin < 10

Anda mungkin juga menyukai