Anda di halaman 1dari 61

ISSN: 2086-3098 (cetak)

ISSN 2502-7778 (elektronik)

JURNAL PENELITIAN KESEHATAN


SUARA FORIKES

DITERBITKAN OLEH:
FORUM ILMIAH KESEHATAN

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume: 7, Nomor: 4
Halaman: 176 - 232
Oktober 2016
ISSN cetak: 2086-3098
ISSN elektronik: 2502-7778
Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA FORIKES


Diterbitkan oleh:
FORUM ILMIAH KESEHATAN (FORIKES)

Penanggungjawab:
Ketua Forum Ilmiah Kesehatan

Pemimpin Redaksi:
Subagyo, S.Pd, M.M.Kes

Anggota Dewan Redaksi:


H. Trimawan Heru Wijono, S.K.M, S.Ag, M.Kes
Budi Joko Santosa, S.K.M, M.Kes
Hery Koesmantoro, S.T, M.T
Rudiati, A.P.P, S.Pd, M.M.Kes
Sahrir Sillehu, S.K.M, M.Kes

Penyunting Pelaksana:
Heru Santoso Wahito Nugroho, S.Kep., Ns., M.M.Kes
Dr. Yessy Dessy Arna, S.Kp., M.Kep.Sp.Kom.
Koekoeh Hardjito, S.Kep., Ns., M.Kes
Handoyo, S.S.T, M.Si.
Suparji, S.S.T, S.K.M, M.Pd
Ayesha Hendriana Ngestiningrum, S.S.T., M.Keb.

Alamat:
Jl. Cemara RT 01 RW 02 Ds./Kec. Sukorejo, Ponorogo
Kode Pos: 63453 Telepon/Whatsapp: +6285853252665
Jl. Danyang-Sukorejo RT 05 RW 01 Serangan, Sukorejo, Ponorogo
Kode Pos: 63453 Telepon: 081335718040

E-mail dan Website:


suaraforikes@gmail.com dan http://forikes-ejournal.com

Terbit setiap tiga bulan, terbit perdana bulan Januari 2010


Harga per-eksemplar Rp. 30.000,00

ISSN
Jurnal Penelitian Kesehatan Volume Nomor Halaman Oktober 2086-3098 (p)
Suara Forikes VII 4 176 – 232 2016 2502-7778 (e)

i Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

PENGANTAR REDAKSI PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL


Salam dari Redaksi Kami menerima artikel asli berupa hasil penelitian atau
tinjauan hasil penelitian kesehatan, yang belum pernah
Yang terhormat para Pembaca, dipublikasikan, dilengkapi dengan: 1) surat ijin atau
halaman pengesahan, 2) jika peneliti lebih dari 1 orang,
pada bulan Oktober tahun 2016 ini
harus ada kesepakatan urutan peneliti yang
kita bertemu lagi dengan ”Suara ditandatangani oleh seluruh peneliti. Dewan Redaksi
Forikes” pada Volume VII Nomor 4. berwenang untuk menerima atau menolak artikel yang
masuk, dan seluruh artikel tidak akan dikembalikan
Pada nomor ini kami sajikan kepada pengirim. Dewan Redaksi juga berwenang
sepuluh artikel ilmiah hasil mengubah artikel, namun tidak akan mengubah makna
penelitian dalam bidang kesehatan yang terkandung di dalamnya. Artikel berupa karya
yang merupakan buah karya para mahasiswa (karya tulis ilmiah, skripsi, tesis, disertasi, dsb.)
harus menampilkan mahasiswa sebagai peneliti utama.
peneliti dari segala penjuru tanah
air. Persyaratan artikel adalah sebagai berikut:

Telah kita ketahui bersama bahwa 1. Diketik dengan huruf Arial 9 dalam 1 kolom, pada
sejak tahun 2016 Suara Forikes kertas HVS A4 dengan margin kiri, kanan, atas, dan
telah memiliki open access journal bawah masing-masing 3,5 cm.
(OAJ) yang dapat dibuka melalui: 2. Jumlah maksimum adalah 10 halaman dan harus
http://forikes-ejournal.com/index.php/SF, dikirim melalui e-mail: suaraforikes@gmail.com.
yang mengelola seluruh aktifitas
Isi artikel harus memenuhi sistematika sebagai berikut:
publikasi secara elektronik melalui
website tersebut.
1. Judul ditulis dengan ringkas dalam Bahasa Indonesia
atau Bahasa Inggris tidak lebih dari 14 kata,
Segenap dewan redaksi menggunakan huruf kapital dan dicetak tebal pada
menyampaikan terimakasih dan bagian tengah.
penghargaan yang setinggi- 2. Nama lengkap penulis tanpa gelar ditulis di bawah
tingginya kepada para peneliti yang judul, dicetak tebal pada bagian tengah. Di bawahnya
telah berpartisipasi, semoga semua ditulis institusi asal penulis.
ini dapat berkontribusi bagi 3. Abstrak ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa
Inggris dicetak miring. Judul abstrak menggunakan
perkembangan IPTEK Kesehatan
huruf kapital di tengah dan isi abstrak dicetak rata kiri
di tanah air kita, aamiin. dan kanan dengan awal paragraf masuk 1 cm. Di
bawah isi abstrak harus ditambahkan kata kunci.
Jika menginginkan informasi lebih 4. Pendahuluan ditulis dalam Bahasa Indonesia rata kiri
lengkap, silakan menghubungi kami dan kanan dan paragraf masuk 1 cm.
melalui surat, telepon, atau e-mail. 5. Metode Penelitian ditulis dalam Bahasa Indonesia rata
Isi jurnal dalam bentuk softcopy kiri dan kanan, paragraf masuk 1 cm. Isi disesuaikan
dapat diunduh pada situs resmi dengan bahan dan metode penelitian yang diterapkan.
6. Hasil Penelitian ditulis dalam Bahasa Indonesia rata kiri
kami yang baru dengan sistem OAJ
dan kanan, paragraf masuk 1 cm. Kalau perlu, bagian
(http://forikes-ejournal.com), serta ini dapat dilengkapi dengan tabel maupun gambar (foto,
portal PDII LIPI. Terimakasih, diagram, gambar ilustrasi dan bentuk sajian lainnya).
sampai berjumpa kembali pada Judul tabel berada di atas tabel dengan posisi di
nomor berikutnya pada bulan tengah, sedangkan judul gambar berada di bawah
Januari 2017 yang akan datang. gambar dengan posisi di tengah.
7. Pembahasan ditulis dalam Bahasa Indonesia rata kiri
Redaksi dan kanan, paragraf masuk 1 cm. Pada bagian ini, hasil
penelitian ini dibahas berdasarkan referensi dan hasil
penelitian lain yang relevan .
8. Simpulan dan Saran ditulis dalam Bahasa Indonesia
rata kiri dan kanan, paragraf masuk 1 cm. Simpulan
dan saran disajikan secara naratif.
9. Daftar Pustaka ditulis dalam Bahasa Indonesia, bentuk
paragraf menggantung (baris kedua dan seterusnya
masuk 1 cm) rata kanan dan kiri. Daftar Pustaka
mengacu pada Sistim Harvard.

Redaksi

ii Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

DAFTAR JUDUL

No Judul dan Penulis Halaman

1 PENGARUH PENGETAHUAN IBU TERHADAP PEMILIHAN ALAT 176 - 179


KONTRASEPSI SUNTIK
Wildan

2 ANALISIS KEBUTUHAN (NEED) MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN 180 – 182


KESEHATAN DI PUSKESMAS MULYOREJO KOTA SURABAYA
Rindha Mareta

3 TINGKAT KEPUASAN PEMANFAATAN (UTILITY) POSYANDU PADA 183 – 187


PUSKESMAS PANDANWANGI KOTA MALANG
Nurnaningsih Herya Ulfah

4 ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB) KARYAWAN DI 188 – 196


PELAYANAN KASIR RUMAH SAKIT NAHDLATUL ULAMA TUBAN
Iik Sartika

5 HUBUNGAN ANTARA ANEMIA, STATUS GIZI, DAN FAKTOR PSIKOLOGIS 197 – 200
(STRESS) DENGAN KEJADIAN DISMINOREA
Rika Andriyani, Eka Safitri

6 ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN 201 – 207


PERAWATAN GIGI DI KLINIK GIGI MY DENTAL CARE SURABAYA
Adityarani Putranti

7 HUBUNGAN PARITAS, USIA IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN PARTUS 208 - 211
LAMA
Rice Noviawanti

8 EFEKTIVITAS SENAM KEGEL TERHADAP WAKTU PENYEMBUHAN LUKA 212 – 216


PERINEUM PADA IBU POST PARTUM NORMAL
Ari Antini, Irna Trisnawati, Jundra Darwanty

9 HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN 217 – 223


MALARIA PADA IBU HAMIL
Rensat Bastian Tino, Santi Martini, Chatarina U.W, Atik Choirul Hidajah

10 EVALUASI PELAKSANAAN FUMIGASI KAPAL PERINTIS DI PELABUHAN 224 – 232


YOS SUDARSO AMBON
M Fadly Kaliky, Ririh Yudhastuti, Y. Denny Ardyanto W

iii Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kehamilan yang tidak direncanakan


merupakan suatu kehamilan yang karena
suatu sebab maka keberadaannya tidak
direncanakan oleh salah satu atau kedua
orang tua bayi tersebut. (Kusmiran, 2011)
Jika seseorang mengalami kehamilan yang
PENGARUH PENGETAHUAN IBU tidak direncanakan kecendrungan yang akan
TERHADAP PEMILIHAN ALAT terjadi adalah aborsi yang akan memberikan
KONTRASEPSI SUNTIK resiko kematian (Suharyono, 2008).
Berdasarkan penelitian WHO saat ini
Wildan angka aborsi di Indonesia diperkirakan
(Jurusan Kebidanan, sekitar 750.000 - 1.500.000 juta tindakan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan) pertahun yang dilakukan dalam keadaan
tidak aman, dan 15% lainnya mengalami
kematian. Aborsi pada hakekatnya
merupakan kehamilan yang tidak
ABSTRAK direncanakan dampak dari pergaulan bebas,
pasangan suami istri kelompok unmerried
Tingginya minat pemilihan alat kontrasepsi serta kegagalan dalam pemakaian alat
suntik disebabkan karena beberapa faktor kontrasepsi atau pasangan suami istri tidak
yaitu pengetahuan, pendidikan, tingkat menggunakan kontrasepsi. (Manuaba,2013)
ekonomi, paritas dan keefektifan kontrasepsi Berdasarkan data Survey Demokrasi dan
suntik.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Kesehatan Indonesia (SDKI) angka
pengaruh pengetahuan ibu terhadap kehamilan yang tidak direncanakan tampak
pemilihan alat kontrasepsi suntik di Klinik cenderung mengalami penurunan dari tahun
Ananda Medan tahun 2014. Penelitian ini 1991 hingga 2002 sampai 2003, tetapi
bersifat analitik dan menggunakan data kembali meningkat pada tahun 2008. Data
primer. Populasi dalam penelitian ini adalah menunjukkan pada tahun 1991 hingga 2002
seluruh akseptor KB suntik di Klinik Ananda sampai 2003 terjadi penurunan kejadian
Medan sebanyak 190 akseptor. Sampel kehamilan yang tidak direncakan. Pada
diambil dengan menggunakan metode tahun 1991 sebesar 22,3%, kemudian sedikit
accidental sampling yaitu 66 akseptor. Hasil meningkat pada tahun 1994 sebesar 22,68%
uji Chi Square menunjukkan adanya dan kemudian terus menurun dari tahun
pengaruh yang signifikan antara 1997 hingga 2002 sampai 2003 dengan
pengetahuan terhadap pemilihan alat masing-masing 17,1% dan 16,8%.
kontrasepsi suntik dengan p value = 0,014. Sementara tahun 2008, kehamilan tidak
Dari 66 akseptor KB suntik, mayoritas ibu direncakan meningkat menjadi 19,7%.
berpengetahuan kurang 35 orang (53%), dan Kondisi rata-rata banyaknya anak yang
lebih banyak menggunakan KB suntik 1 dilahirkan hidup oleh seorang wanita (TFR)
bulan. Sebaiknya tenaga kesehatan yang tidak mengalami penurunan alias stagnan
ada di Klinik Ananda Medan memberikan pada 2,6 (dari sasaran tahun 2014 yaitu 2,1).
konseling yang baik sebelum akseptor Begitu juga angka pemakaian kontrasepsi
memilih alat kontrasepsi suntik sebagai alat (CPR) juga masih 57% (diharapkan pada
kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan. tahun 2014 bisa mencapai 65%), dan
pasangan usia subur yang ingin menunda
Kata Kunci: dan menjarangkan anak tapi tidak terlayani
Pengetahuan Ibu, Pemiihan Alat Kontrasepsi (unmet need) masih 8,1% (sasaran sampai
tahun 2014 sebesar 5%). Indikator angka
kelahiran menurut umur (ASFR) 15 - 19
tahun tercapai sebesar 48/1000 wanita,
sedangkan sasaran pada tahun 2014
sebesar 30/1000 wanita. (BPS, 2013)
Menurut hasil pencatatan Sensus
Penduduk 2010, jumlah penduduk Indonesia
adalah sebesar 237.556.363 yang terdiri dari
119.507.580 laki-laki dan 118.047.783
perempuan. Distribusi penduduk Indonesia
masih terkonsentrasi di Pulau Jawa yaitu

176 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

sebesar 58 persen Jawa Barat, Jawa Timur, berpengetahuan baik terhadap pemilihan KB
dan Jawa Tengah adalah tiga provinsi suntik dan 4 orang ibu berpengetahuan
dengan urutan teratas yang berpendudukan kurang terhadap pemilihan KB suntik. Maka
terbanyak, yaitu masing-masing berjumlah peneliti tertarik untuk meneliti mengenai
43.021.826 orang, 37.476.011 orang, dan “Pengaruh Pengetahuan Ibu Terhadap
32.380.687 Pemilihan Alat Kontrasepsi Suntik di Klinik
orang, yang di ikuti oleh Pulau Sumatera Ananda Medan ”
sebesar 21 persen. Selanjutnya untuk
pulau/kelompok kepulauan lain berturut-turut Tujuan Penelitian
adalah sebagai berikut Sulawesi 7 persen,
Untuk mengetahui pengaruh
Kalimantan sebesar 6 persen, Bali dan Nusa
pengetahuan ibu terhadap pemilihan alat
Tenggara sebesar 6 persen dan Maluku dan
kontrasepsi suntik di Klinik Ananda Medan
Papua sebesar 3 persen.(BKKBN, 2012).
Provinsi Sumatera Utara merupakan Manfaat Penelitian
provinsi keenam berpenduduk terbanyak di
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
Indonesia dan perpenduduk terbesar di luar
bermanfaat secara teoretis maupun praktisi.
pulau jawa. Berdasarkan hasil proyeksi
terhadap hasil Sensus Penduduk Tahun METODE PENELITIAN
2010, dengan pertumbuhan rata-rata
sebesar 1.11% jumlah penduduk Provinsi Adapun jenis desain penelitian dalam
Sumatera Utara Tahun 2011 diperkirakan penelitian ini adalah analitik yang bertujuan
mencapai 13.103.596 orang, yang terdiri untuk mengetahui pengaruh pengetahuan
atas 6.544.092 laki-laki dan 6.559.504 ibu terhadap pemilihan alat kontrasepsi
perempuan dengan jumlah PUS tahun 2011 dengan pendekatan cross sectional.
sebanyak 7.504.820 orang. (BKKBN,2013). Penelitian ini dilaksanakan di Klinik Ananda
Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang, dan Medan, alasan peneliti melakukan penelitian
Kabupaten Langkat adalah tiga di Klinik Ananda Medan karena tersedianya
kabupaten/kota dengan urutan teratas yang masalah dan tersedianya responden. Waktu
memiliki jumlah penduduk terbanyak yang penelitian dilakukan pada bulan Januari -
masing-masing berjumlah 2.117.224 orang Juli 2014.
(16,16%), 1.807.173 orang ( 13,79%), dan Populasi penelitian ini adalah seluruh
976.582 orang (7,45%). (Affandi, dkk, 2010). akseptor KB suntik yang berjumlah 190
Peserta KB aktif di Sumatera Utara yang orang di Klinik Ananda Medan. sampel yang
berhasil di bina sebanyak 5.547.543 diambil sebanyak 66 orang.
(73,92%) dari seluruh Pasangan Usia Subur Definisi variabel penelitian adalah
(PUS) yang mencapai 7.504.820 PUS. sebagai berikut:
Realisasi peserta KB aktif yang 1. Pengetahuan adalah kemampuan yang
menggunakan kontrasepsi suntik 2.239.108, dimiliki ibu atau segala sesuatu yang
Pil 848.503, IUD 557.224 dan kondom diketahui ibu tentang alat kontrasepsi
42.464. (BKKBN, 2013) suntik yang diukur berdasarkan jawaban
Peserta KB tahun 2013 di Kota Medan pada lembar kuesioner sesuai tingkat
baru di proyeksikan terhadap 319.038 PUS. pengetahuan ibu yaitu tahu, memahami,
Pada kecamatan Medan Petisah jumlah aplikasi, analisa, sintesis, evaluasi.
penduduk 61.855 jiwa, jumlah PUS 2. Pemilihan alat kontrasepsi suntik adalah
sebanyak 9.857 jiwa. Pengguna alat dipilih atau tidak dipilihnya alat
kontrasepsi IUD 967, MOP 56, MOW 824, kontrasepsi suntik sebagai alat
Implant 292, Suntik 2.681, Pil 1.380 dan kontrasepsi untuk mencegah kehamilan
Kondom 234. Data tersebut menunjukkan (menjarangkan kelahiran) yang diukur
bahwa alat kontrasepsi yang paling banyak berdasarkan jawaban pada lembar
digunakan adalah suntik sebanyak 2.681. kuesioner.
Tingginya minat pemilihan alat kontrasepsi
suntik dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu, HASIL PENELITIAN
pengetahuan, pendidikan, tingkat ekonomi, Tabel 1. Pengaruh Pengetahuan Terhadap
paritas/jumlah anak dan keefektifan Pemilihan Alat Kontrasepsi Suntik
kontrasepsi suntik (BPS,2013)
Alat Kontrasepsi Total
Metode kontrasepsi yang banyak dipilih 1 bulan 3 bulan P
oleh akseptor di Klinik Ananda Medan Pengetahuan f % f % f % Value
adalah kontrasepsi jenis suntikan yaitu Baik 3 33.33 6 66.67 9 100 0.014
sebesar 65,4% yaitu 190 orang dari 300 Cukup 12 54.54 10 45.45 22 100
akseptor. Dari survey awal yang dilakukan di Kurang 28 80.00 7 20.00 35 100
Klinik Ananda dari 10 orang ibu yang Jumlah 43 65.15 23 34.85 66 100
diwawancarai pada survey awal 6 orang ibu

177 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa Menurut Netdoctor (2009), penggunaan


mayoritas responden berpengetahuan cukup alat kontrasepsi suntik sangat tinggi
dalam memilih alat kontrasepsi suntik 3 keefektifitasannya dan angka kegagalannya
bulan 10 orang (45.45), sedangkan yang sangat rendah
memilih alat kontrasepsi suntik 1 bulan dibandingkan dengan metode
mayoritas berpengetahuan kurang adalah 28 kontrasepsi jenis lain, yang angka
orang (80.00%). Hasil uji Chi-square kegagalannya hanya 0,1, yang artinya hanya
menunjukkan bahwa p = 0,014<0,05, artinya sekitar satu yang akan menjadi hamil
terdapat pengaruh yang signifikan antara diantara sepuluh wanita yang menggunakan
pengetahuan dengan pemilihan alat alat kontrasepsi suntik. Hal ini membuat
kontrasepsi suntik di Klinik Ananda Medan injeksi salah satu yang paling efisien dari
Tahun 2014. semua kontrasepsi. Dalam memilih suatu
metode, ibu harus menimbang berbagai
PEMBAHASAN faktor termasuk faktor status kesehatan, efek
samping, besar keluarga yang diinginkan,
Pengetahuan Ibu Tentang Alat
kerjasama pasangan dan budaya
Kontrasepsi Suntik
(Hartanto,2010)
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa Hasil penelitian ini sesuai dengan
responden mayoritas memiliki pengetahuan penelitian yang dilakukan Dian(2012) di BPS
kurang, dan sebagian kecil pengetahuan Sri Hastuti Surabaya bahwa pemilihan alat
baik . Jadi tingkat pengetahuan ibu terhadap kontrasepsi suntik tinggi, karena alat
alat kontrasepsi suntik yang paling banyak kontrasepsi sendiri sangat sedikit efek
pada kategori kurang. Menurut sampingnya dibandingkan dengan metode
Notoadmodjo (2010), pengetahuan kontrasepsi lain dan dengan cara yang
merupakan hasil dari “tahu” pengindraan sederhana yaitu
manusia terhadap suatu obyek tertentu. penyuntikan yang dilakukan satu bulan
Proses pengindraan terjadi melalui panca dan tiga bulan sekali. Sehingga peminat
indra manusia, yakni indra penglihatan, lebih tertarik memilih alat kontrasepsi suntik
pendengaran, penciuman, perasa dan sebagai pilihan,disamping itu alat
peraba melalui kulit. Faktor-faktor kontrasepsi suntik lebih diminati dikarenakan
mempengaruhi pengetahuan yaitu sosial tidak mengganggu aktifitas ibu dan metode
ekonomi, budaya, pendidikan, pengalaman kontrasepsi ini lebih nyaman digunakan dan
dan umur. tidak mengganggu hubungan suami istri.
Menurut asumsi penulis, dari hasil Penelitian melibatkan 203 akseptor KB, dan
penelitian yang telah dilakukan bahwa masih 170 akseptor memilih alat kontrasepsi suntik
banyak ibu yang berpengetahuan kurang sebagai alat untuk menjarangkan kehamilan,
tentang alat kontrasepsi suntik. Karena dari 170 akseptor terdapat 100 akseptor
berdasarkan hasil penelitian masih banyak yang memutuskan menggunakan alat
ibu yang pendidikannya mayoritas kontrasepsi suntik satu bulan dan 70
pendidikan menengah atas diperkirakan akseptor memilih menggunakan alat
menjadi satu penyebab, pendidikan yang kontrasepsi suntik tiga bulan. Tingginya
tinggi akan mempengaruhi seorang pribadi akseptor yang lebih memilih alat kontrasepsi
dalam berpendapat, berfikir dan bersikap suntik satu bulan dibandingkan tiga bulan
disamping itu pengetahuan ibu juga kurang dikarenakan perubahan siklus menstruasi
diperkirakan karena kurangnya informasi yang ditimbulkan dari KB suntik satu bulan
tentang alat kontrasepsi, penyuluhan yang hanya sedikit dibandingkan tiga bulan.
dilakukan bidan dimasyarakat serta Menurut asumsi penulis, pemilihan alat
kurangnya informasi yang ada di media kontrasepsi suntik lebih diminati sebagai
massa tentang alat kontrasepsi. pilihan untuk menjarangkan kehamilan
disebabkan karena cara penggunaannya
Pemilihan Alat Kontrasepsi Suntik di sederhana yaitu hanya melakukan
Klinik Ananda Medan penyuntikan, dibandingkan dengan alat
Berdasarkan hasil penelitian pemilihan kontrasepsi lain. Alat kontrasepsi suntik juga
alat kontrasepsi suntik di Klinik Ananda tingkat kegagalannya sangat sedikit
Medan yang memilih alat kontrasepsi suntik sehingga alat kontrasepsi suntik ini sangat
1 bulan lebih banyak dari yang memilih alat diminati. Disamping itu alat kontrasepsi jenis
kontrasepsi suntik 3 bulan. Tingginya minat suntik lebih nyaman digunakan tanpa harus
pemakai alat kontrasepsi suntik sebagai dikonsumsi setiap hari (pil), tidak
pilihan untuk menjarangkan kehamilan, hal mengganggu aktifitas (implant), dan tidak
ini disebabkan karena aman, sederhana, mengganggu hubungan suami istri (IUD)
efektif, tidak menimbulkan gangguan dan disamping itu efek samping yang ditimbulkan
dapat dipakai pasca persalinan. hanya sedikit.

178 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

4. Ada pengaruh pengetahuan ibu


Pengaruh Pengetahuan Terhadap terhadap pemilihan alat kontrasepsi
Pemilihan Alat Kontrasepsi Suntik di suntik dapat dilihat dari hasil uji chi-
Klinik Ananda Medan square p value sebesar 0,014 lebih kecil
Dari 66 responden dengan pengetahuan dari 0,05
kurang lebih banyak yang memilih alat Saran
kontrasepsi suntik 1 bulan dari pada memilih
suntik 3 bulan. Hasil uji Chi-Square terdapat Hendaknya dilakukan penelitian lanjutan
pengaruh antara pengetahuan ibu terhadap lebih mendalam bagi peneliti selanjutnya
alat kontrasepsi suntik. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat DAFTAR PUSTAKA
penting dalam membentuk tindakan
Affandi, 2010, Buku Panduan Praktis
seseorang (over behavior), yang salah satu
Pelayanan Kontrasepsi, Jakarta: PT Bina
tindakannya untuk menjadi peserta KB.
Pustaka
Berdasarkan hasil penelitian diketahui
BKKBN, 2012, Laju Pertumbuhan Penduduk,
bahwa pengetahuan ibu tentang alat
http://www.bkkbn.go.id/ViewSiaranPers.a
kontrasepsi suntik paling banyak dengan
spx?SiaranPersID=47, diakses 19
kategori kurang. Kurangnya pengetahuan
Desember 2013
responden tentang alat kontrasepsi suntik
BKKBN, 2013, Laporan Umpan Balik: Hasil
berkaitan dengan pengambilan keputusan
Pelaksanaan Subsistem Pencatatan dan
untuk memilih alat kontrasepsi. Sehingga
Pelaporan
pengetahuan ibu yang kurang menyebabkan
BPS, 2013, Kecamatan Medan Petisah
rendahnya pemahaman tentang pentingnya
Dalam Rangka Tahun 2013, Medan
KB. (Pendit,2009)
Dian, 2012, Tingginya Minat Peserta Alat
Penelitian ini sejalan dengan pendapat
Kontrasepsi Suntik di BPS Sri Hastuti
dari BKKBN (2012) bahwa pengetahuan
Surabaya 2012,
mengenai pembatasan kelahiran dan
http://www.researchgate.net/publication/4
keluarga berencana (KB) merupakan aspek
2324568 diakses tanggal 11 Juli 2014
penting kearah pemahaman tentang
Hartanto, H. 2010. Keluarga Berencana dan
berbagai alat/cara kontrasepsi yang tersedia.
Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar
Selanjutnya, pengetahuan tersebut akan
Harapan.
berpengaruh kepada pemilihan alat/cara
Indriani, 2010, Hubungan Pengetahuan KB
kontrasepsi yang tepat dan efektif.
Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi di
Pengetahuan responden mengenai
Kelurahan Srondol Kulon Kecamatan
kontrasepsi diperoleh dengan cara
Banyumanik Kota Semarang 2010,
menanyakan semua jenis alat atau cara
http://www.researchgate.net/publication/4
kontrasepsi yang pernah didengar untuk
2324568 diakses tanggal 11 Juli 2014
menunda atau menghindari terjadinya
Kusmiran E 2011 Kesehatan Reproduksi
kehamilan dan kelahiran. Hasil penelitian ini
Remaja dan Wanita Jakarta:Salemba
sejalan dengan penelitian Indriani (2010)
Medika
yang melakukan penelitian hubungan
Manuaba I.B.G, 2013, Ilmu Kebidanan
pengetahuan KB dengan pemilihan alat
Penyakit Kandungan dan Keluarga
kontrasepsi di Kelurahan Srondol Kulon
Berencana untuk Pendidikan Bidan,
Kecamatan Banyumanik Kota Semarang
Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta
mendapatkan hasil bahwa pengetahuan
Netdoctor, 2009, Macam-Macam Alat
berhubungan signifikan dengan pemilihan
Kontrasepsi Suntik
alat kontrasepsi suntik
http://netdoctor.wordpress.com/
KESIMPULAN DAN SARAN 2012/02/10/macam-alat-kontrasepsi-
suntik-/. Diakses 14 Juli 2014.
Kesimpulan Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian dapat Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta
disimpulkan sebagai berikut: Pendit,2009.PengertianPengetahuan ,
1. Distribusi ibu yang memilih alat http://pendit.wordpress.com/2009/02/10/p
kontrasepsi suntik di Klinik Ananda engetian-pengetahuan-/. Diakses 14 Juli
Medan berjumlah 66 akseptor. 2014.
2. Mayoritas pengetahuan ibu tentang alat Suharyono. 2008. Masalah Kehamilan Tidak
kontrasepsi suntik dalam kategori kurang Direncanakan di Kalangan Remaja dan
yaitu 35 orang (53%) dan baik yaitu 9 Dampak Ketidakadilan Gender. Jurnal
orang (13,6%) Kesehatan Masyarakat, 4(1) Jul-Des
3. Mayoritas pemilihan alat kontrasepsi 2008
suntik adalah suntik 1 bulan

179 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

PENDAHULUAN
Status kesehatan yang relatif baik
dibutuhkan oleh manusia untuk menopang
semua aktivitas hidupnya. Setiap individu
ANALISIS KEBUTUHAN (NEED) akan berusaha mencapai status kesehatan
MASYARAKAT TERHADAP tersebut dengan menginvestasikan dan atau
PELAYANAN KESEHATAN DI mengkonsumsi sejumlah barang dan jasa
PUSKESMAS MULYOREJO kesehatan (Grossman, 1972). Oleh karena
KOTA SURABAYA itu, Maka untuk mencapai kondisi kesehatan
yang baik tersebut dibutuhkan sarana
Rindha Mareta kesehatan yang baik pula. Menurut Cullis
(Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, dan West dalam Santoso (2007)
Universitas Airlangga, Surabaya) mengatakan bahwa kebutuhan yang
dirasakan terhadap pelayanan kesehatan,
ABSTRAK merupakan penjumlahan dari kebutuhan
fisiologis dan psikologis individu terhadap
Status kesehatan yang relatif baik suatu pelayanan kesehatan. Kebutuhan
dibutuhkan oleh manusia untuk menopang yang dirasakan timbul bila individu
semua aktivitas hidupnya. Untuk menginginkan pelayanan kesehatan.
memperoleh kesehatan yang prima, setiap Untuk memperoleh kesehatan yang
orang akan berusaha dengan berbagai cara prima, setiap orang akan berusaha dengan
untuk mengatasi dan mengobati penyakit berbagai cara untuk mengatasi dan
yang dideritanya hingga sembuh. Seseorang mengobati penyakit yang dideritanya hingga
dalam mencapai kesembuhan yang sembuh. Seseorang dalam mencapai
diharapkan terkadang membutuhkan kesembuhan yang diharapkan terkadang
bantuan dari pihak lain dalam hal ini adalah membutuhkan bantuan dari pihak lain dalam
sarana pelayanan kesehatan di fasilitas hal ini adalah sarana pelayanan kesehata,
kesehatan salah satunya di Puskesmas. salah satunya adalah Puskesma.
Kebutuhan (need) masyarakat terhadap Puskesmas merupakan unit pelaksana
pelayanan kesehatan berupa jenis layanan. tingkat pertama dari Dinas Kesehatan yang
Tujuan penelitian ini mengetahui kebutuhan bertanggung jawab terhadap
(need) masyarakat terhadap pelayanan penyelenggaraan pembangunan kesehatan
kesehatan di wilayah kerja Puskesmas di suatu wilayah kerja. Salah satu tugas
Mulyorejo. Jenis penelitian yang dilakukan Puskesmas adalah memelihara dan
menggunakan pendekatan observasional meningkatan kesehatan perorangan,
deskriptif. Lokasi penelitian adalah keluarga, dan masyrakat berserta
Puskesmas Mulyorejo. Sampel penelitian lingkungannya. Sehingga suatu wilayah
berdasarkan kriteria inklusi berjumlah 50 tersebut dapat kesehatannya dapat terjaga
orang masyarakat yang mengunjungi dengan baik. Tetapi pada kenyataannya,
puskesmas Mulyorejo. Hasil penelitian Puskesmas harus bersaing dengan sarana
Masyarakat di wilayah Puskesmas Mulyorejo pelayanan kesehatan yang lain seperti
membutuhkan pelayanan kesehatan di rumah sakit, klinik swasta, praktek dokter,
Puskesmas dengan alasan lokasi tidak jauh dll. Hal ini dikarenakan adanya
dengan rumah disbanding fasilitas ketidakpuasan masyarakat terhadap
kesehatan yang lain. Masyarakat lebih Puskesmas dalam banyak hal. Adanya
membutuhkan dokter umum dibanding ketidakpuasan tersebut merupakan
tenaga kesehatan yang lain. Masyarakat kesenjangan antara kebutuhan dan
membutuhkan poli umum saat awal berobat permintaan pelayanan kesehatan. Penelitian
ke pelayanan kesehatan dibanding poli yang ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan
lain. Dan masyarakat di wilayah Puskesmas (need) masyarakat terhadap pelayanan
Mulyorejo menggunakan BPJS saat berobat kesehatan di wilayah kerja Puskesmas
ke pelayanan kesehatan. Mulyorejo.
Kata Kunci: METODE PENELITIAN
Kebutuhan, Puskesmas, Pelayanan
Jenis penelitian yang dilakukan
Kesehatan
menggunakan pendekatan observasional
deskriptif. Lokasi penelitian adalah
Puskesmas Mulyorejo. Sampel penelitian ini
memakai kriteria inklusi, yaitu masyarakat
merupakan Pasien yang berobat ke
Puskesmas Mulyorejo sebanyak 6x dalam

180 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

jangka waktu 2 bulan yaitu berjumlah 50 membutuhkan pelayanan dokter spesialis


orang. pada saat berobat yakni sebesar 76%.
Metode yang dilakukan dengan
Tabel 3. Kebutuhan terhadap pelayanan
menggunakan kuesioner yang diberikan
dokter spesialis saat berobat
kepada masyarakat yang ada di sekitar
wilayah kerja puskemas Mulyorejo.
Pertanyaan dalam kuesioner merupakan Jumlah
No Uraian
gabungan pertanyaan tertutup dengan n %
memilih langsung jawaban pilihan yang telah
1 Ya 12 24
disediakan dan 2 pertanyaan terbuka
2 Tidak 38 76
dengan cara mengisi isian. Hasil survey
Total 50 100
dengan kuesioner responden dianalisis
secara deskriptif.
Pemilihan Petugas Kesehatan Yang
HASIL PENELITIAN Diinginkan Untuk Melayani
Pemilihan Langkah Yang Dilakukan Petugas kesehatan yang paling banyak
Ketika Sakit diinginkan saat berobat ke sarana pelayanan
adalah dokter umum yakni sebesar 88%. Hal
Hasil yang didapatkan berdasarkan
ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
pertanyaan yang dilakukan ketika sakit
adalah lebih dari separuh responden memilih Tabel 4 Petugas kesehatan yang diinginkan
untuk memeriksakan diri ke pelayanan saat melakukan pemeriksaan
kesehatan yakni sebesar 68%.
Tabel 1. Langkah yang dilakukan jika sakit Jumlah
No Uraian
n %
Jumlah 1 Dokter Umum 44 88
No Uraian
n % 2 Perawat 1 2
1 Dibiarkan saja 1 2 3 Bidan 2 4
2 Memeriksakan diri ke 34 68 4 Lain-lain 3 6
pelayanan kesehatan Total 50 100
3 Mengobati sendiri 15 30
(beli obat bebas) Alasan Pemilihan Sarana Pelayanan
Total 50 100 Kesehatan Jika Sedang Sakit

Pemilihan Tempat Memeriksa Diri Jika Berdasarkan pertanyaan yang diajukan


Sakit mengenai alasan pemilihan pelayanan
kesehatan yang akan dituju saat melakukan
Berdasarkan sebaran jawaban
pemeriksaan didapatkan jawaban bahwa
responden saat ditanyai mengenai pemilihan
34% memilih lokasi saranan pelayanan
tempat pelayanan kesehatan yang dituju jika
kesehatan yang tidak jauh dari rumah.
sakit maka jawaban terbanyak adalah
Sebesar 16% memilih untuk datang ke
datang ke puskesmas yakni sebesar 52%
dokter yang terampil dan ke sarana
dan juga ke dokter praktek sebesar 24%.
pelayanan kesehatan yang pelayanannya
Tabel 2.Pemilihan tempat sarana pelayanan mudah dan cepat.
kesehatan
Tabel 5. Alasan memilih pelayanan
Jumlah kesehatan yang diharapkan
No Uraian
n %
1 Rumah sakit 8 16 Jumlah
No Uraian
2 Puskesmas 26 52 n %
3 Dokter Praktek 12 24 1 Peralatan Lengkap 2 4
4 Klinik 3 6 2 Dokter Terampil 8 16
5 Lain-lain 1 2 3 Petugas Kesehatan
6 12
Total 50 100 Ramah
4 Tarif Terjangkau 6 12
Kebutuhan Akan Dokter Spesialis Jika 5 Pelayanan Mudah
Sedang Berobat 8 16
dan Cepat
6 Lokasi Tidak Jauh
Dapat disimpulkan bahwa sebagian 17 34
Dari Rumah
besar responden menyatakan tidak 7 Lain-lain 3 6
Total 50 100

181 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

Tempat Pelayanan Kesehatan Yang tergantung dengan kondisi psikologis. Dari


Dipilih Saat Sakit hasil penelitian didapatkan masyarakat lebih
membutuhkan pelayanan kesehatan di
Berdasarkan tabel di bawah ini dapat
Puskesmas Mulyorejo dibanding pelayanan
disimpulkan bahwa 58% responden pada
kesehatan yang lain, hal ini ditunjukkan
saat sakit memilih untuk menuju ke
dengan 52% masyarakat menggunakan
puskesmas sebagai sarana pelayanan
layanan Puskesmas untuk berobat. Dan
kesehatan yang mereka gunakan untuk
sebanyak 34% masyarakat memilih
berobat. Dan, sebanyak 20% memilih
Puskesmas Mulyorejo dengan alasan lokasi
berobat ke dokter praktek.
tidak jauh dengan rumah. Masyarakat
Tabel 6. Tempat pelayanan kesehatan yang kurang membutuhkan dokter spesialis, hal
dipilih saat sakit ini ditunjukkan berdasarkan hasil penelitian
adalah masyarakat 88% membutuhkan
Jumlah dokter umum. Sebanyak 82% masyarakat
No Uraian
n % membutuhkan poli umum saat awal berobat
1 Rumah Sakit 7 14 ke pelayanan kesehatan dibanding poli yang
2 Puskesmas 29 58 lain. Dan 54% masyarakat menggunakan
3 Dokter Praktik 10 20 BPJS saat berobat ke pelayanan kesehatan.
4 Klinik 4 8 Kebutuhan (need) masyarakat di wilayah
Total 50 100 Puskesmas Mulyorejo terhadap pelayanan
kesehatan sangat tinggi. Ini dapat menjadi
Jenis Pelayanan Kesehatan Yang peluang Puskesmas untuk meningkatkan
Digunakan mutu pelayanan kesehatan. Dengan begitu,
Mayoritas dari responden memilih balai masyarakat akan terus menggunakan
pengobatan umum atau poli umum sebagai layanan kesehatan di Puskesmas Mulyorejo.
jenis pelayanan kesehatan yang digunakan,
yakni sebesar 82% responden. KESIMPULAN DAN SARAN
Tabel 7. Jenis pelayanan kesehatan yang
Masyarakat di wilayah Puskesmas
digunakan saat berobat
Mulyorejo membutuhkan pelayanan
Jumlah kesehatan di Puskesmas dengan alasan
No Uraian lokasi tidak jauh dengan rumah disbanding
n % fasilitas kesehatan yang lain. Masyarakat
1 Poli Umum 41 82 lebih membutuhkan dokter umum dibanding
2 Poli Gigi 3 6 tenaga kesehatan yang lain. Masyarakat
membutuhkan poli umum saat awal berobat
3 Laboratorium 1 2
ke pelayanan kesehatan dibanding poli yang
4 Lain-lain 5 10
lain. Dan masyarakat di wilayah Puskesmas
Total 50 100
Mulyorejo menggunakan BPJS saat berobat
Biaya Yang Dikeluarkan Saat Melakukan ke pelayanan kesehatan.
Pemeriksaan
DAFTAR PUSTAKA
Sebanyak 54% resonden mengatakan Azrul Anwar. 1996. Pengantar Administrasi
menggunakan asuransi (BPJS, Askes, dll) Kesehatan. Jakarta: Bina Rupa Aksara
sehingga gratis. Sedangkan 46% responden Grossman, Michael. 1972. On The Concept
adalah pasien umum dimana kisaran biaya of Health Capital and Demand for Health.
yang dikeluarkan sekitar Rp 5.000,- sampai Journal of Political Economic.Vol. 80.
dengan Rp 300.000,- bergantung kepada Hartatik, Fransisca. 2012. Tesis : Upaya
jenis pelayanan dan obat yang digunakan. peningkatan kinerja puskesmas di kota
Tabel 8. Tarif yang dibayarkan saat Surabaya berdasarkan Malcolm
melakukan pemeriksaan baldridge criteria for performance
excellenge. Surabaya: Universitas
Jumlah Airlangga.
No Uraian
n % Santoso, B., 2007. Tesis: Pengembangan
1 BPJS 27 54 Puskesmas Jetis Kabupaten Ponorogo
2 Umum 23 46 Menjadi Puskesmas Perawatan
Total 50 100 Berdasarkan Hasil Analisis Harapan Dan
Kebutuhan Masyarakat. Surabaya:
PEMBAHASAN Universitas Airlangga.
Kebutuhan (need) masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan di Puskesmas

182 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

PENDAHULUAN
TINGKAT KEPUASAN PEMANFAATAN
(UTILITY) POSYANDU PADA Prevalensi balita gizi buruk merupakan
PUSKESMAS PANDANWANGI KOTA indikator Millenium Development Goals
MALANG (MDGs) yang harus dicapai disuatu daerah
(kabupaten/kota) pada tahun 2015, yaitu
Nurnaningsih Herya Ulfah terjadinya penurunan prevalensi balita gizi
(Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, buruk menjadi <3,6%. Sebanyak 4 juta anak
Jurusan Ilmu Kesehatan, Fakultas Ilmu Indonesia yang menderita gizi kurang
Keolahragaan, Universitas Negeri Malang) terancam jatuh ke derajat gizi buruk, jika
tidak mendapat penanganan semestinya.
ABSTRAK Masalahnya, dari 700.000 penderita gizi
buruk, kemampuan pemerintah menangani
Masalah gizi di Indonesia tidak dapat hanya 39.000 anak gizi buruk atau sekitar
diabaikan karena dapat menimbulkan 5,57% per tahun. Kondisi ini menjadi
dampak yang negatif.Kekurangan gizi ancaman karena dari 250.000 Posyandu
berdampak buruk terhadap pertumbuhan, yang ada, tidak lebih dari 50% yang masih
perkembangan intelektual dan aktif.Berarti cakupan pengendalian kualitas
produktivitas.Posyandu sebagai salah satu gizi balita di Indonesia tidak lebih dari 50%.
pelayanan kesehatan di desa yang bertujuan Dampaknya, probabilitas terjadinya gizi
untuk memudahkan masyarakat memantau buruk sangat tinggi (Khomsan,Ali, 2008).
keadaan gizi anak balitanya sehingga dapat Berdasarkan Laporan Riset Kesehatan
mencegah secara dini masalah gizi. Dua Dasar (Riskesdas) Tahun 2007 Provinsi
Puskesmas di Dinas Kesehatan Kota Malang Jawa Timur dalam kategori BB/U didapat
pada tahun 2013 yang memiliki persentase balita dengan status gizi buruk sekitar 4,8%,
gizi buruk tertinggi yaitu Puskesmas balita dengan status gizi kurang sekitar
Kendalkerep (24%) dan Puskesmas 12,6%, balita dengan status gizi baik sekitar
Pandanwangi (22,40%) dan pada tahun 78,0%, balita yang terkena gizi lebih sekitar
2014, Puskesmas dengan status gizi 4,5% dari 29.952 penduduk.
normalterendah adalah Puskesmas Salah satu upaya untuk mengurangi
Kendalkerep (92,33%) dan Puskesmas angka kesakitan dan kematian anak balita
Pandanwangi (91,37%). Tujuan penelitian ini adalah dengan melakukan pemeliharaan
adalah untuk mengetahui gambaran kesehatannya. Pemeliharaan kesehatan
kepuasan Posyandu di Wilayah Puskesmas anak balita dititikberatkan kepada upaya
Pandanwangi Kota Malang. Metode pencegahan dan peningkatan kesehatan
penelitian adalah analitik dengan rancang serta pengobatan dan rehabilitasi yang dapat
bangun crosssectional.Adapun populasi dilakukan di puskesmas, puskesmas
dalam penelitian ini adalah balita berusia 1-5 pembantu, polindes, dan terutama di
tahun di Posyandu wilayah Puskesmas Kota posyandu, karena posyandu merupakan
Malang.Jumlah sampel adalah 105 tempat yang paling cocok untuk memberikan
responden. Analisis data penelitian ini pelayanan kesehatan pada balita secara
menggunakan uji somers’d. Hasil penelitian menyeluruh dan terpadu
menunjukkan bahwa responden merasa (Widiastuti&Kristiani, 2006).
puas terhadap pelayanan di Posyandu.Untuk Menurut Uphoff, dengan membawa balita
5 komponen utility yaitu (1) Tangibility, (2) ke posyandu akan mendapatkan manfaat
Reliability, (3) Responsiveness, (4) yaitu anak mendapatkan kesehatan ke arah
Assurance dan (5) Empatykeseluruhannya yang lebih baik, mendapatkan kemudahan
berada pada kategori puas. Kesimpulan dari pelayanan disatu kesempatan dalam satu
penelitian ini adalah tingkat tempat sekaligus, dapat menghindari
kepuasanpemanfaatan (Utility) pemborosan waktu, tingkat partisipasi
Posyandu.Seluruh komponen utility yaitu 1) masyarakat mencapai target yang
Tangibility, (2) Reliability, (3) diharapkan dan cakupan pelayanan dapat
Responsiveness, (4) Assurance dan (5) diperluas sehingga dapat mempercepat
Empaty berada pada kategori terwujudnya peningkatan derajat kesehatan
puas.Rekomendasi dari penelitian ini adalah balita (Widiastuti&Kristiani, 2006) . Sejalan
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan program yang dilaksanakan oleh
faktor yang mempengaruhi status gizi selain MDGs tentang menurunkan angka kematian
utility. balita terdapat pula program Pemerintah
Indonesia tentang revitalisasi
Kata Kunci: posyandu.Revitalisasi posyandu adalah
utility, status gizi, posyandu upaya pemberdayaan posyandu untuk
mengurangi dampak dari krisis ekonomi

183 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

terhadap penurunan status gizi dan menggunakan software samplesize dengan


kesehatan ibu dan anak. Maka diperlukan cara memasukkan jumlah populasi dan
juga keaktifan dari ibu untuk memeriksakan probabilitas kejadian (0,05) dan besaran
anaknya di posyandu demi meningkatnya derajat ketepatan 90%. Dan diketahui bahwa
status gizi anak tersebut sampel responden dalam penelitian ini
Dinas Kesehatan Kota Malang memiliki sebanyak 105 orang.
15 UPT Puskesmas, Berdasarkan Profil Instrumen yang dipergunakan dalam
Dinas Kesehatan sepanjang Tahun 2013 penelitian ini adalah penyebaran kuisioner
diperoleh data balita dengan status gizi dengan jumlah 34 pertanyaan yang mewakili
buruk adalah sebagai berikut Arjuno setiap dimensi untuk mengetahui tingkat
(3,20%), Bareng (0,80%), Rampalcelaket kepuasan utility posyandu di wilayah
(5,60%), Cisadea (3,20%), Kendalkerep Puskesmas Pandanwangi Kota
(24%), Pandanwangi (22,40%), Malang.Observasi terhadap Kartu Menuju
Kedungkandang (0,80%), Gribig (0,80%), Sehat (KMS) Balita 0-5 tahun pada
Arjowinangun (8,80%), Janti (1,60%), posyandu di wilayah Puskesmas
Ciptomulyo (6,40%), Mulyuroje (6,40%), Pandanwangi Kota Malang.Pemberian skor
Dinoyo (4,80%), Mojolangu (1,60%), menggunakan skala:
Kendalsari (9,60%). Data tersebut 1= Sangat Tidak Setuju (STS)
menunjukkan bahwa angka gizi buruk pada 2= Tidak Setuju (TS)
tahun 2013 di Kota Malang masih 3 = Setuju (S)
ditemukan.Dan ada dua Puskesmas yang 4 = Sangat Setuju (SS)
memiliki persentase gizi buruk tertinggi yaitu Jika ada pernyataan negatif maka skor
Puskesmas Kendalkerep dan Puskesmas dibalik.Total skor akan dikelompokkan
Pandanwangi (Dinkes Kota Malang, 2014). menjadi 3 yaitu:
Pada Tahun 2014 untuk 15 Puskesmas a. Kurang Puas = 34-67
tersebut diperoleh data balita dengan status b. Puas = 68-101
gizi normal adalah sebagai berikut Arjuno c. Sangat Puas = 102-132
(92,68%), Bareng (90,25%), Rampalcelaket
(89,14%), Cisadea (90,30%), Kendalkerep HASIL PENELITIAN
(92,33%), Pandanwangi (91,37%), Tangibility
Kedungkandang (91,49%), Gribig (91,56%),
Arjowinangun (92,95%), Janti (93,31%), Tabel 1.Distribusi Responden di Puskesmas
Ciptomulyo (91,94%), Mulyuroje (91,92%), Pandanwangi Kota Malang Berdasarkan
Dinoyo (92,69%), Mojolangu (94,31%), Tangibility Tahun 2015
Kendalsari (88,79%) (Dinkes Kota Malang,
2014).Berdasarkan data tersebut, maka
peneliti memilih Puskesmas Pandanwangi
sebagai tempat penelitian dikarenakan data
balita dengan status gizi normal pada Tahun
2014 pada Puskesmas Pandanwangi masih
dibawah Puskesmas Kendalkerep.
Berdasarkan latar belakang tersebut
maka,peneliti tertarik mengadakan
penelitian untuk mengetahui Pengaruh
Tingkat Kepuasan Pemanfaatan (utility)
Posyandu Terhadap Gizi Balita (0-5tahun)
Pada Puskesmas Pandanwangi Kota
Malang.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif. Penelitian ini mempelajari
gambaran tingkat kepuasan (Utility)
Posyandu pada Puskesmas Pandanwangi
Kota Malang. Lokasi penelitian ini adalah
Puskesmas Pandanwangi Kota Malang,
dilakukan pada Juli-Desember 2015.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
ibu balita berusia 0-5 tahun di Wilayah
Puskesmas Pandanwangi Kota Malang
yang memiliki buku KIA sebanyak 4620
balita. Besar sampel dalam penelitian ini

184 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

menjelaskan dengan jelas prosedur


pemberian obat saat anak sakit.
Tangibility dalam penelitian diartikan
sebagai ketersediaan dan kelengkapan
Responsiveness
Sarana prasana posyandu. Distribusi
responden Puskesmas Pandanwangi Kota
Malang dalam penelitian ini dapat dilihat Tabel 3. Distribusi Responden di
pada Tabel 1. Diketahui bahwa Tangibility Puskesmas Pandanwangi Kota Malang
secara keseluruhan mendapatkan respon Berdasarkan Responsiveness Tahun 2015
baik. Hal ini dapat dilihat dari sebesar 100%
responden di Puskesmas Pandanwangi
Malang menyatakan Posyandu memiliki alat
timbang berat badan dan memiliki alat
pengukur panjang/tinggi badan bayi. Namun
ada pernyataan yang memiliki respon
berbeda yaitu sebesar 34% responden
menyatakan bidan dating terlambat dan
97,2% responden menyatakan kader
Posyandu datang terlambat.

Reliability
Reliability dalam penelitian diartikan
sebagai kemampuan posyandu dalam
memberikan pelayanan kesehatan yang
sesuai dengan SOP. Distribusi responden
Puskesmas Pandanwangi Kota Malang
dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel
2.

Tabel 2 Distribusi Responden di


Puskesmas Pandanwangi Kota Malang
Berdasarkan Reliability Tahun 2015
Responsiveness dalam penelitian
diartikan sebagai kemauan untuk membantu
dan memberikan pelayanan kesehatan yang
cepat dan tepat pada responden. Distribusi
responden Puskesmas Pandanwangi Kota
Malang dalam penelitian ini dapat dilihat
pada Tabel 3. Diketahui bahwa
Responsiveness secara keseluruhan
mendapatkan respon baik. Hal ini
ditunjukkan dari sebesar 100% responden
menyatakan bidan bersikap ramah dan
sopan dan sebesar 99,1% responden
menyatakan kader Posyandu bersikap
ramah dan sopan. Namun ada pernyataan
yang memiliki respon berbeda yaitu sebesar
18,4% responden menyatakan bidan
melakukan pemeriksaaan dengan perlakuan
kasar.

Assurance
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui
bahwa Reliability secara keseluruhan Assurance dalam penelitian diartikan
mendapatkan respon baik. Hal ini dapat sebagai jaminan kemampuan dari petugas
dilihat dari sebesar 99,1% responden di posyandu dalam memberikan pelayanan
Puskesmas Pandanwangi Malang kesehatan. Distribusi responden Puskesmas
menyatakan kader/petugas Posyandu Pandanwangi Kota Malang dalam penelitian
bertindak cepat dalam memberikan ini dapat dilihat pada Tabel 4.
pelayanan. Dan sebesar 99,1% responden
menyatakan kader/petugas Posyandu

185 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

Tabel 4. Distribusi Responden di Puskesmas Tabel 5 Distribusi Responden di Puskesmas


Pandanwangi Kota Malang Berdasarkan Pandanwangi Kota Malang Berdasarkan
Reliability Tahun 2015 Empaty Tahun 2015

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui Penilaian 5 komponen tingkat kepuasan


bahwa Assurance secara keseluruhan pemanfaatan posyandu di Puskesmas
mendapatkan respon baik. Hal ini dapat Pandanwangi Kota Malang tersebut akan
dilihat dari sebesar 99,1% responden di dikategorikansebesar 51,4% responden
Puskesmas Pandanwangi Malang merasa puas terhadap pelayanan di
menyatakan kader/petugas Posyandu Posyandu dan 48,6% responden
bertindak cepat dalam memberikan menyatakan sangat puas. Penilaian lima (5)
pelayanan. Dan sebesar 99,1% responden komponen tersebut akan dikategorikan
menyatakan kader/petugas Posyandu menjadi 3 tingkat kategori kepuasan
menjelaskan dengan jelas prosedur responden terhadap kualitas Posyandu yaitu:
pemberian obat saat anak sakit. Namun ada 1) Kurang puas, 2) Puas, 3) Sangat puas.
pernyataan yang memiliki respon berbeda Distribusi responden kategori kepuasan
yaitu sebesar 26,6% reponden menyatakan Puskesmas Pandanwangi Kota Malang
jumlah bidan kurang untuk melakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel
pelayanan. 6.

Empaty Tabel 6. Distribusi Responden di Puskesmas


Pandanwangi Kota Malang Berdasarkan
Empaty dalam penelitian diartikan Tingkat Kepuasan Penggunaan (utility)
sebagai perhatian yang tulus dari petugas Posyandu Tahun 2015
posyandu terhadap pengunjung responden.
Tingkat Kepuasan
Distribusi responden Puskesmas No Penggunaan (utility) Jumlah Persen
Pandanwangi Kota Malang dalam penelitian Posyandu
ini dapat dilihat pada Tabel 5. Diketahui 1 Kurang puas 0 0
bahwa Empaty secara keseluruhan 2 Puas 56 51,4
mendapatkan respon baik. Hal ini dapat 3 Sangat puas 53 48,6
dilihat dari sebesar 93,6% responden di Total 109 100
Puskesmas Pandanwangi Malang
menyatakan Bidan/Kader Posyandu Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa
membantu mengurangi rasa cemas saat bayi sebesar 51,4% responden merasa puas
ketakutan mengikuti kegiatan posyandu. Dan terhadap pelayanan di Posyandu
sebesar 92,7% responden bidan
memberikan penjelasan pada saat PEMBAHASAN
melakukan pemeriksaan. Berdasarkan penelitian yang sudah
dilakukan dapat diketahui bahwa sebesar
51,4% responden merasa puas terhadap
pelayanan di Posyandu. Menurut Lupiyoadi

186 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

yang dikutip dari Hendroyono Tangibility, (2) Reliability, (3)


mengemukakan bahwa pasien dalam Responsiveness, (4) Assurance dan (5)
mengevaluasi kepuasan terhadap jasa Empaty berada pada kategori puas.
pelayanan yang diterima mengacu pada Sedangkan untuk tingkat kepuasan total
beberapa aspek yaitu: berada pada kategori puas dan sangat puas.
a. Kualitas Produk atau Jasa. Pasien akan Untuk itu perlu adanya penelitian lanjutan
merasa puas bila hasil evaluasi mengenai faktor yang mempengaruhi status
menunjukkan bahwa produk atau jasa gizi di Puskesmas Pandanwangi kota
yang digunakan berkualitas baik. Malang.
b. Kualitas pelayanan. Pelanggan dalam hal
ini pasien akan merasa puas jika mereka DAFTAR PUSTAKA
memperoleh pelayanan yang baik atau
sesuai dengan yang diharapkan. Hendroyono, H., 2012. Brand
c. Faktor emosional. Pasien yang merasa Gardener. Jakarta: Literati
yakin bahwa orang lain kagum terhadap Widiastuti, I., A dan Kristiani. 2006.
pasien yang memilih rumah sakit dengan Pemanfaatan Posyandu di Kota
kategori rumah sakit mahal cenderung Denpasar.Yogyakarta: Program Magister
memiliki tingkat kepuasan yang lebih Kebijakan dan Manajemen Pelayanan
tinggi. Kesehatan, Universitas Gadjah Mada
d. Harga. Harga merupakan aspek penting. Dinkes Kota Malang, 2014, Profil Dinas
Semakin mahal harga perawatan maka Kesehatan 2014.
pasien mempunyai harapan yang lebih Hanum, F., Khomsan, A. and Heryatno, Y.,
besar dan menimbulkan kepuasan pada 2014.Hubungan Asupan Gizi dan Tinggi
pasien. Badan Ibu dengan Status Gizi Anak
e. Biaya. Pasien yang mendapatkan produk Balita. Jurnal Gizi dan Pangan,9.
atau jasa dengan tidak mengeluarkan Kesehatan, D. and RI, K.K., 2013. Riset
biaya tambahan cenderung puas Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan
terhadap jasa pelayanan tersebut. Penelitian dan Pengembangan
Ketidakpuasan responden terhadap Kesehatan Departemen Kesehatan
pelayananan posyandu dapat dipengaruhi Republik Indonesia
oleh banyak faktor dalam penelitian ini dapat
dilihat dari (1) Tangibility, (2) Reliability, (3)
Responsiveness, (4) Assurance dan (5)
Empaty. Ketidak puasan tersebut didukung
pada komponen tangibility sebesar 34%
responden menyatakan bidan dating
terlambat dan 97,2% responden menyatakan
kader Posyandu datang terlambat. Pada
komponen Responsiveness, diketahui
bahwa sebesar 18,4% responden
menyatakan bidan melakukan pemeriksaaan
dengan perlakuan kasar. Dan pada
komponen Assurance diketahui sebesar
26,6% reponden menyatakan jumlah bidan
kurang untuk melakukan pelayanan.
Dampak ketidakpuasan pasien
terhadap pelayanan yaitu pelanggan yang
tidak puas kemudian akan beralih ke
pemberi pelayanan lainnya dan dari
mereka tidak akan pernah kembali lagi,
pelanggan yang tidak puas rata- rata
menyampaikan masalah keluhan tersebut
kepada orang lain, pelanggan yang tidak
puas mereka ingin mendapatkan keadilan,
pelanggan yang tidak puas ingin
mendapatkan ganti rugi (Syafrudin, Siti
masyitoh, 2011).

KESIMPULAN DAN SARAN

Tingkat kepuasan untuk 5 komponen


pemanfaatan (Utility) Posyandu yaitu 1)

187 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

PENDAHULUAN

Manajemen sumber daya manusia


adalah ilmu dan seni untuk mengatur dan
mengelola sumber daya manusia
ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP didalamnya untuk mencapai tujuan
BEHAVIOR (OCB) KARYAWAN DI organisasi. Aspek sumber daya manusia
PELAYANAN KASIR merupakan bagian yang tidak terpisahkan
RUMAH SAKIT NAHDLATUL ULAMA dari manajemen organisasi, yaitu salah satu
TUBAN faktor penentu keberhasilan organisasi
dalam mencapai tujuan organisasi. Sumber
Iik Sartika daya manusia di sebuah organisasi tidak
(Fakultas Kesehatan Masyarakat, hanya diposisikan sebagai aset produksi
Universitas Airlangga Surabaya) tetapi lebih sebagai aset yang harus dikelola
dan dikembangkan. Salah satu organisasi
padat karya adalah rumah sakit dengan
segala macam sumber daya manusia
ABSTRAK didalamnya. Rumah sakit adalah suatu
institusi pelayanan kesehatan yang menjadi
Rumah Sakit adalah salah satu organisasi pusat pelayanan bagi masyarakat. Salah
padat karya dengan segala macam sumber satu masalah yang tampak adalah sikap
daya manusia didalamnya. Rumah sakit karyawan yang kurang menguntungkan bagi
adalah suatu institusi pelayanan kesehatan kemajuan rumah sakit.
yang menjadi pusat pelayanan bagi Rumah Sakit Nahdlatul Ulama Tuban
masyarakat. Salah satu masalah yang adalah salah satu rumah sakit swasta yang
tampak adalah sikap karyawan yang kurang ada di Kabupaten Tuban. Rumah sakit
menguntungkan bagi kemajuan rumah sakit. sebagai tempat pelayanan kesehatan
Aktivitas Organizational Citizenship Behavior berkewajiban memberikan pelayanan yang
(OCB) di pelayanan kasir Rumah Sakit maksimal pada pasien. Pelayanan pada
Nahdlatul Ulama Tuban belum berjalan pasien di rumah sakit sangat dipengaruhi
dengan baik. Ada tiga karyawan yang oleh sumber daya manusianya. Fenomena
memiliki tingkat OCB yang rendah dan dua permasalahan terkait sumber daya manusia
karyawan memiliki tingkat OCB yang tinggi. juga terjadi di Rumah Sakit Nahdlatul Ulama
Faktor penyebab ada tidaknya OCB di Tuban tepatnya di bagian pelayanan kasir.
pelayanan kasir Rumah Sakit Nahdlatul Berdasarkan survey kepuasan pasien yang
Ulama Tuban adalah role clarity, leadership, dilaksanakan rumah sakit, adanya
motivational drives, organizational ketidakpuasan pasien sebesar 30% terhadap
commitment, organizational justice, dan pelayanan petugas kasir di Rumah Sakit
individual traits. Rekomendasi yang dapat Nahdlatul Ulama Tuban. Ketidakpuasan
diaplikasikan untuk meningkatkan OCB di dikarenakan pelayanan di kasir yang lama
pelayanan kasir Rumah Sakit Nahdlatul dan tidak jelas. Permasalahan tersebut
Ulama Tuban adalah sebagai berikut: 1) dapat disebabkan oleh kurangnya kerjasama
Memperjelas tugas pokok dan fungsi antar karyawan yang ada di pelayanan kasir.
karyawan (Role Clarity), 2) Role model dari Hal ini merupakan ciri kurangnya aktivitas
pemimpin (Leadership), 3) Memasang kata Organizational Citizenship Behavior (OCB) di
motivasi (Motivational Drives), 4) pelayanan kasir Rumah Sakit Nahdlatul
Meningkatkan komitmen organisasi dengan Ulama Tuban. Tujuan dalam penelitian ini
apresiasi dari organisasi (Organizational adalah untuk mengidentifikasi aktivitas dan
Commitment), 5) Perlakuan yang sama faktor penyebab kurangnya Organizational
terhadap karyawan (Organizational Justice), Citizenship Behavior (OCB) karyawan di
6) Pengembangan self confidance, team pelayanan kasir Rumah Sakit Nahdlatul
building, dan leadership untuk karyawan Ulama Tuban, sebagai bahan rekomendasi
(Individual Traits). dalam menyelesaikan permasalahan yang
ada di pelayanan kasir Rumah Sakit
Kata kunci: Nahdlatul Ulama Tuban.
OCB, Karyawan, Rumah Sakit
METODE PENELITIAN

Penelitian menggunakan metode


deskriptif dan apabila dilihat dari waktu
penelitiannya termasuk studi cross sectional.
Unit analisis yang diteliti adalah unit kasir di

188 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

Rumah Sakit Nahdlatul Ulama Tuban, yang satu karyawan non shift, dan 4 karyawan
terdiri dari 5 karyawan sebagai responden. yang bekerja dalam shift. Dalam satu shift
Instrumen penelitian yang digunakan berupa terdiri dari dua karyawan. Dua karyawan
lembar observasi dan kuesioner. perempuan dan dua laki-laki. Pelayanan
Pengumpulan data dilakukan dengan yang ada di kasir hanya ada satu loket
mengamati proses pelayanan di kasir yang melayani transaksi pembayaran pasien
dilaksanakan oleh petugas kasir, dan rawat jalan dan rawat inap. Pasien terdiri dari
wawancara dengan petugas. Analisis data pasien umum dan pasien asuransi.
penelitian menggunakan analisis deskriptif Kondisi layanan kesehatan seperti ini
yaitu menganalisis proses pelayanan yang merupakan persoalan yang mencerminkan
dilakukan oleh petugas kasir, kemudian indikasi adanya gejala Organizational
mengidentifikasi faktor penyebab kurangnya Citizenship Behavior (OCB) yang rendah di
kerjasama antar petugas kasir. lingkungan karyawan bagian pelayanan
kasir. Organizational Citizenship Behavior
HASIL PENELITIAN (OCB) adalah kontribusi individu dalam
melebihi tuntutan pekerjaan di tempat kerja
Aktivitas Pelayanan Kasir meliputi perilaku suka menolong, peduli,
patuh pada aturan dan rela melakukan tugas
Pelayanan kasir di Rumah Sakit extra role di tempat kerja.
Nahdlatul Ulama Tuban, hanya terdiri dari
satu kasir yang dijaga oleh dua karyawan Aktivitas OCB
secara bergantian. Pelayanan untuk pasien
umum lebih sederhana karena kasir hanya Organizational Citizenship Behavior
perlu menyampaikan jumlah total biaya (OCB) adalah kontribusi individu dalam
rumah sakit dan pasien dapat langsung melebihi tuntutan pekerjaan di tempat kerja
membayarnya. Sementara untuk pasien meliputi perilaku suka menolong, peduli,
asuransi membutuhkan waktu yang lebih patuh pada aturan dan rela melakukan tugas
lama dan proses yang rumit. Saat pasien extra role di tempat kerja. Organizational
asuransi datang dan hendak dirawat, bagian Citizenship Behavior (OCB) terdiri dari
informasi atau rekam medis akan konfirmasi beberapa dimensi diantaranya Altuirsm,
pada pihak asuransi via telepon. Bagian Conscientiousness, Sportsmanship,
informasi juga akan menyalurkan informasi Courtesy, dan Civic virtue.
pada bagian kasir untuk mengirimkan
laporan medis awal dari dokter. Bagian
pelayanan kasir berkewajiban untuk Tabel 1 Organizational Citizenship Behavior
mengirimkan berkas pasien meliputi laporan (OCB) Karyawan di Unit Pelayanan Kasir
medis awal pasien via fax atau email, Rumah Sakit Nahdlatul Ulama Tuban
kemudian bagian kasir juga yang bertugas
konfirmasi ke pihak asuransi via telepon No Variabel Karyawan
setelah mengirimkan berkas pasien tersebut. 1 2 3 4 5
Apabila ada berkas yang kurang lengkap, 1Karakteristik
bagian kasir jugalah yang konfirmasi pada aJenis kelamin L L P P P
dokter atau perawat yang mengetahui terkait bStatus karyawan Senior Senior Junior Junior Junior
diagnosis pasien. Saat pasien asuransi yang 2OCB
dirawat inap akan pulang, bagian kasir akan aAltuirsm 2,50 2,30 2,50 2,49 2,99
mengirimkan semua berkas pasien ke pihak bConscientiousness 2,40 2,25 2,16 2,74 3,01
asuransi, untuk mengetahui apakah biaya cSportsmanship 2,46 2,50 2.40 2,88 2,71
pasien terbayarkan oleh asuransi atau tidak. dCourtesy 2,50 2,50 2,50 3,01 3,05
Proses ini yang membutuhkan waktu lama eCivic virtue 2,50 2,10 2,30 2,76 3,18
sehingga pasien terkadang menunggu lama. Mean komposit 2,47 2,33 2,37 2,76 2,99
Penyebabnya adalah terdapat beberapa Keterangan RendahRendahRendah Tinggi Tinggi
karyawan yang kurang tanggap terhadap
Keterangan:
permasalahan tersebut dan malah
Mean komposit
menyerahkan pada karyawan lainnya tanpa
1,00 - 2,50 = OCB Rendah
membantu. Karyawan juga kurang
2,51 - 4,00 = OCB Tinggi
kerjasama sehingga sering terjadi
kesalahpahaman.
Berdasarkan hasil observasi dan
Pelayanan di kasir Rumah Sakit
wawancara terkait aktivitas OCB dengan
Nahdlatul Ulama Tuban terdiri dari tiga shift
karyawan yang ada di pelayanan kasir
kerja meliputi shift pagi, sore dan malam.
Rumah Sakit Nahdlatul Ulama Tuban,
Sumber daya manusia yang ada didalamnya
didapatkan hasil bahwa dari 5 karyawan
meliputi satu kepala bagian pelayanan kasir,

189 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

yang berada di pelayanan kasir terdapat 3 PEMBAHASAN


karyawan yang memiliki OCB rendah, dan 2
karyawan memiliki OCB yang tinggi. Berdasarkan hasil observasi dan
Karyawan yang memiliki OCB rendah adalah wawancara terkait aktivitas OCB dengan
karyawan senior dimana dua diantaranya karyawan yang ada di pelayanan kasir
adalah karyawan laki-laki. Rumah Sakit Nahdlatul Ulama Tuban,
didapatkan hasil bahwa dari 5 karyawan
Faktor Penyebab yang berada di pelayanan kasir terdapat 3
karyawan yang memiliki OCB rendah, dan 2
Berdasarkan hasil analisis aktivitas OCB karyawan memiliki OCB yang tinggi.
di pelayanan kasir Rumah Sakit Nahdlatul Karyawan yang memiliki OCB rendah adalah
Ulama Tuban, dapat dirumuskan beberapa karyawan senior dimana dua diantaranya
faktor penyebab muncul atau tidaknya adalah karyawan laki-laki. Karyawan laki-laki
perilaku OCB pada karyawan di pelayanan cenderung kurang peduli terhadap masalah
kasir Rumah Sakit Nahdlatul Ulama Tuban karyawan lain dan tidak membantu. Hal ini
adalah sebagai berikut: menunjukkan sikap altruism karyawan laki-
1. Role Clarity laki yang masih rendah. Hal ini sesuai
Karyawan dengan OCB rendah merasa dengan penelitian Konrad, et al. (dalam
kurang jelas terkait tugas pokok dan Novliadi, 2007) mengemukakan bahwa
fungsi mereka di bagian pelayanan kasir. perilaku kerja seperti menolong orang lain,
Tugas yang diberikan terkadang bukan bersahabat dan bekerjasama dengan orang
merupakan tugasnya melainkan lain lebih nampak dilakukan oleh wanita
limpahan tugas dari bagian lain. daripada pria. Beberapa penelitian juga
2. Leadership menunjukkan bahwa wanita cenderung lebih
Karyawan dengan OCB rendah merasa mengutamakan pembentukan relasi
kurang adanya role model dari pemimpin (relational identities) daripada pria.
yaitu kepala bagian kasir. Kepala bagian Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa
kasir jarang sekali membantu apabila ada ada perbedaan yang cukup mencolok antara
masalah yang terjadi di kasir. Kepala laki-laki dan perempuan dalam perilaku
bagian kasir juga jarang memberikan menolong dan interaksi sosial ditempat kerja.
arahan dan motivasi pada karyawan Karyawan senior lebih sering
lainnya. meninggalkan tempat kerja untuk keperluan
3. Motivational Drives pribadi dan menyerahkan tanggungjawabnya
Karyawan kurang mendapatkan motivasi pada karyawan junior. Hal ini menyebabkan
dari manajemen rumah sakit. Motivasi pekerjaan menjadi menumpuk dan
yang kurang adalah terkait apresiasi dan pelayanan terhadap pasien semakin lama.
rewads yang jarang diberikan oleh pihak Hal ini bertolak belakang dengan penelitian
manajemen. yang dilakukan oleh Jahangir (2004) bahwa
4. Organizational Commitment semakin lama karyawan bekerja di
Karyawan yang merasa belum puas organisasi maka tingkat OCB pada karyawan
dengan apresiasi dari organisasi juga semakin tinggi, hal ini karena mereka
cenderung belum berkomitmen yang baik memiliki loyalitas yang tinggi pada
terhadap organisasi. Bahkan beberapa organisasi. Berdasarkan hasil wawancara
karyawan memiliki rencana untuk resign diperoleh alasan bahwa karyawan senior
dan mencari pekerjaan lainnya. kadang merasa bosan dengan rutinitas
Komitmen karyawan terhadap organisasi pekerjaan yang dikerjakan. Menurut
akan meningkat apabila kepuasan penelitian Bacrach et al, (2006) karakteristik
karyawan juga meningkat. pekerjaan yang melibatkan diri sendiri
5. Organizational Justice secara aktif cenderung menjadi anteseden
Karyawan masih merasa belum OCB dibandingkan karakteristik pekerjaan
diperlakukan secara adil oleh organisasi. yang rutin dan kurang mandiri karena
Hal ini dikarenakan beban kerja yang pekerjaan yang rutin menyebabkan
mereka anggap terlalu besar sementara karyawan merasa bosan dan tidak bisa
apresiasi yang diberikan organisasi mengembangkan kreativitasnya sehingga
dirasa sangat kurang. enggan untuk berinisiatif secara spontan
6. Individual Traits untuk melakukan sesuatu yang berguna bagi
Karakteristik individu meliputi usia, lama organisasi.
bekerja, jenis kelamin, kepribadian Dalam pelayanan pada pasien asuransi
karyawan (emosi,semangat swasta, karyawan dengan OCB rendah
kerja,motivasi kerja, kepedulian) dan cenderung melimpahkan tugas pada
persepsi terhadap organisasi. karyawan juniornya dan tidak membantu
apabila ada permasalahan. Perilaku

190 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

karyawan senior tidak menunjukkan perilaku juga kurang toleransi terhadap karyawan
altruism. Karyawan junior yang dari segi usia lainnya, misalnya saat pembagian shift kerja,
juga lebih muda justru yang memiliki OCB karyawan senior membagi kurang adil
lebih tinggi dengan sukarela melaksanakan sehingga karyawan junior yang terkena
tugas dengan sebaik-baiknya. Hal ini imbasnya. Hal ini tidak sesuai dengan salah
bertolak belakang dengan penelitian satu dimensi OCB yaitu sportsmanship.
Jahangir (2004) bahwasanya usia akan Fakta yang terjadi di pelayanan kasir Rumah
sangat berpengaruh, dimana karyawan yang Sakit Nahdlatul Ulama Tuban, terkait
lebih muda memiliki OCB lebih rendah pergantian shift kerja pada karyawan. Salah
dibandingkan karyawan yang lebih tua, akan seorang karyawan yang seharusnya shift
berbeda didalam orientasi mereka terhadap malam tiba-tiba tidak bisa memenuhi
diri mereka sendiri, orang lain, dan terhadap tanggung jawabnya untuk bekerja
pekerjaan, perbedaan yang semacam ini dikarenakan adanya suatu urusan yang
akan berujung pada motif-motif untuk harus dia selesaikan. Kemudian dia meminta
melakukan OCB. tolong kepada temannya yang bekerja
Karyawan junior yang memiliki OCB shiftnya sore untuk meneruskan dan
tinggi memperlihatkan kinerja yang lebih menggantikannya. Fakta tersebut dapat
baik, dengan dapat menyelesaikan masalah dijadikan indikasi adanya OCB pada
yang sering ditimbulkan oleh karyawan karyawan (sportsmanship).
senior. Hal ini sesuai dengan penelitian Penelitian Bienstock, et al. (2003)
Bachrach et al. (2006) menyebutkan bahwa mengenai OCB dan pelayanan,
perolehan kinerja tinggi lebih sering menyimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat
dihubungkan dengan perilaku menolong OCB pada pekerja jasa maka semakin tinggi
pekerja ketika tugas-tugas sebuah unit kerja pula tingkat kepatuhan pekerja jasa pada
saling terkait satu sama lain, dan hal itu aturan standart pelayanan. Dalam hal
semakin meningkatkan kinerja organisasi. kualitas dan kuantitas kinerja kelompok,
Hubungan OCB dan performance perilaku altruism dan sportsmanship dalam
berdasarkan hasil penelitiannya, didapatkan dimensi OCB memiliki efek yang signifikan
hasil bahwa OCB memiliki hubungan yang terhadap kuantitas kerja. Dan perilaku
positif disetiap dimensinya terhadap variabel altruism sendiri memiliki efek yang signifikan
kerja. Sehingga karyawan yang terhadap kualitas kinerja kelompok
menampilkan OCB tinggi akan menunjukkan (Podsakoff, et al. 1997). Pekerja yang
untuk kerja yang tinggi pula, begitu juga membantu pekerja lain dengan memberikan
sebaliknya bila OCB karyawan rendah maka waktunya pada pekerja lain yang memiliki
kerjanya juga rendah (Nielsen, et al. 2009). kesulitan dalam bekerja, membagi
Karyawan yang memilki OCB rendah keahliannya dan mengambil langkah untuk

191 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

mencegah terjadinya maslah dengan pekerja beroperasi di berbagai sektor. Demikian


lain, membuat anggota pekerja lainnya lebih juga dalam tujuan yang jelas sektor
produktif, baik dalam kualitas maupun kesehatan dari dokter, perawat, staf
kuantitas, daripada pekerja yang tidak paramedis bersama dengan masing-
menunjukkan perilaku menolong. Menurut masing tugas dan tanggung jawab yang
Organ (1995) terdapat bukti kuat yang diberikan akan membuat kinerja
mengemukakan bahwa budaya organisasi karyawan medis yang lebih baik 'yang
merupakan suatu kondisi awal yang memicu kemudian akan menyebabkan kepuasan
terjadinya OCB. Selain itu didalam iklim pasien.
organisasi yang positif, karyawan merasa 2. Kepemimpinan (Leadership)
lebih ingin melakukan pekerjaannya melebihi Kepemimpinan adalah pengaruh
apa yang telah disyaratkan dalam uraian antarpribadi yang dilakukan melalui
pekerjaan, dan akan selalu mendukung proses komunikasi ke arah pencapaian
tujuan organisasi, jika mereka diperlakukan tujuan yang ditentukan. Kepemimpinan
oleh para atasan dengan sportif dan dengan memainkan peran penting di semua
penuh kesadaran serta percaya bahwa
sektor. Misalnya, kepala berbagai
mereka diperlakukan secara adil oleh
organisasi. Menurut Gunarsa (2008) pada departemen khusus dalam organisasi
umumnya tidak seorangpun dapat bekerja pelayanan kesehatan dapat memainkan
sendiri tanpa adanya seorang atau beberapa peran penting dalam meningkatkan
orang lain dalam hubungan kerja sama. semangat tim, moral dan kekompakan
Demikian pula dengan karyawan di rumah karyawan medis, sehingga dapat
sakit juga membutuhkan kerja sama dengan meningkatkan kepuasan pasien dan
karyawan lainnya. Komunikasi yang baik
efektivitas organisasi.
antar karyawan sangat diperlukan untuk
mencapai efektifitas organisasi. Gaya kepemimpinan yang ditunjukkan
oleh pemimpin organisasi terbukti dapat
meningkatkan OCB karyawan. Selain itu
1. Kejelasan Peran (Role Clarity)
kualitas hubungan pimpinan dan
Kejelasan Peran berfokus pada tugas
karyawan yang biasanya disebut leader
dan tanggung jawab seorang individu
member exchange dapat menyebabkan
yang diharapkan untuk melakukan
munculnya kepuasan kerja maupun
pekerjaan dalam suatu organisasi. Hal ini
komitmen organisasi yang merupakan
berhubungan positif dengan OCB secara
anteseden OCB (Jahangir et al., 2004).
umum dan dengan altruisme, hati nurani,
3. Motivational Drives
kepatuhan organisasi, inisiatif individu
Motivational Drives adalah kekuatan
dan civic virtue pada khususnya.
yang dapat merangsang karyawan untuk
Berdasarkan literatur, empat dimensi
bekerja atau untuk bekerja lebih dan
kejelasan peran adalah efikasi peran,
lebih baik. Mereka memiliki pengaruh
tanggungjawab peran, kinerja peran, dan
kuat pada kesediaan karyawan untuk
konflik peran. Efikasi peran,
terlibat dalam OCB. Motivational Drives
tanggungjawab peran, dan kinerja peran
yang positif berkaitan dengan OCB
diidentifikasi berhubungan positif dengan
secara umum dan dengan altruisme,
OCB (Bray & Lawrence R, 2002),
kelelahan, kesadaran, kepatuhan
sementara konflik peran berhubungan
organisasi , inisiatif individu dan civic
negatif dengan OCB (Nagai et al., 2008).
virtue pada khususnya. Misalnya, di
Keberhasilan peran adalah persiapan
sektor kesehatan manajemen rumah
untuk membedakan antara peran
sakit dapat mendorong karyawan medis
interdependen spesifik menguntungkan
(dokter, perawat, paramedis staf) untuk
dan tidak menguntungkan dalam peran
berpartisipasi aktif dalam pertemuan unit
keseluruhan seorang individu yang
kerja yang akan membantu dalam
diharapkan untuk melakukan suatu
integrasi anggota tim sehingga
pekerjaan dalam suatu organisasi (Bray
menyebabkan peningkatan efektifitas dan
& Lawrence R, 2002). Tanggung jawab
efisiensi kelompok. Karyawan yang hadir
peran adalah kewajiban karyawan yang
dan berpartisipasi aktif dalam pertemuan
merupakan upaya terbaik karyawan
dapat membantu dalam penyebaran
untuk mencapai tujuan organisasi
informasi dalam suatu organisasi,
sehingga kinerja karyawan menjadi lebih
sehingga meningkatkan respon secara
baik dan dapat menyebabkan kepuasan
langsung dan kepuasan pasien secara
kerja (Nagai et al., 2008).
tidak langsung (Jahangir et al., 2004).
Kejelasan peran menjadi anteseden OCB
4. Komitmen Organisasi (Organizational
yang memberikan kontribusi untuk
Commitment)
efektivitas dalam organisasi yang

192 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

Komitmen organisasi dapat didefinisikan Rekomendasi


sebagai sejauh mana seorang individu
menerima dan menginternalisasi tujuan Beberapa faktor penyebab terjadinya
dan nilai-nilai organisasi dan memandang OCB di pelayanan kasir Rumah Sakit
peran organisasi dalam hal kontribusinya Nahdlatul Ulama Tuban dapat dijadikan
terhadap tujuan dan nilai-nilai tersebut. bahan pertimbangan untuk meningkatkan
Komitmen organisasi berhubungan OCB di pelayanan kasir Rumah Sakit
negatif dengan turnover, absensi dan Nahdlatul Ulama Tuban. Adapun
perilaku tidak produktif. Komitmen rekomendasi yang dapat diberikan untuk
organisasi berhubungan positif dengan perbaikan aktivitas OCB di pelayanan kasir
kepuasan kerja, motivasi dan OCB. adalah sebagai berikut:
Hubungan positif antara komitmen 1. Memperjelas tugas pokok dan fungsi
organisasi, OCB dan efektivitas karyawan (Role Clarity)
organisasi akan lebih tinggi untuk rumah Kejelasan peran setiap karyawan dapat
sakit swasta dibandingkan dengan rumah ditingkatkan dengan rancangan tupoksi
sakit umum (Lok Peter et al., 2007). tiap karyawan dengan jelas. Tupoksi
5. Keadilan Organisasi (Organizational tersebut kemudian dapat ditempel di
justice) ruangan sehingga karyawan terpacu
Keadilan organisasi mengacu pada untuk selalu melaksanakan pekerjaan
persepsi seseorang tentang keadilan sesuai tanggungjawabnya. Kejelasan
dalam organisasi. Hal ini secara peran pada karyawan berhubungan
signifikan berhubungan dengan OCB positif dengan OCB. Semakin jelas tugas
pada umumnya, dan dengan altruisme, dan fungsi karyawan, maka semakin baik
civic virtue, kesadaran dan sportivitas kinerja dari karyawan tersebut. Apabila
khususnya. Pada sektor kesehatan, kinerja karyawan maksimal maka pasien
keadilan organisasi dapat meningkatkan akan puas terhadap pelayanan yang
kesamaan kelompok, rasa belongingness diberikan (Bray & Lawrence R, 2002).
antara semua karyawan departemen Peran yang mewajibkan karyawan harus
medis khusus yang pada gilirannya bekerjasama juga dapat dijelaskan
membantu untuk menarik dan dengan rinci, sehingga kinerja kelompok
mempertahankan karyawan medis yang karyawan juga meningkat. Keterkaitan
lebih baik termasuk dokter, perawat, staf yang erat antara OCB dan kinerja
dan paramedis (Meyer et al., 1997). kelompok. Adanya perilaku altruism
6. Karakterisktik individu memungkinkan sebuah kelompok secara
Karakteristik individu adalah integrasi kompak dan efektif untuk saling menutupi
total fisik, intelektual, emosional dan kelemahan masing-masing. Keterkaitan
sosial dan karakteristik yang membentuk erat antara OCB dengan kinerja
individu dan yang dinyatakan dalam kelompok, terutama terjadi dengan
bentuk perilaku, pengalaman, sopan tingginya hasil kerja kelompok secara
santun, sikap, nilai, keyakinan, ambisi, kuantitas (Podsakoff, 1997).
aspirasi, kepentingan, kebiasaan dan 2. Role model dari pemimpin (Leadership)
temperamen (Ashton & Lee, 2007). Karyawan dalam sebuah organisasi yang
Karakteristik individu yang berhubungan dipimpin dengan gaya kepemimpinan
dengan tempat kerja yaitu efektivitas transformasional menunjukkan OCB
positif negatif efektivitas, kesadaran dan secara alami. Gaya kepemimpinan
keramahan dan sifat-sifat pribadi yaitu transformasional lebih cocok digunakan
extraversion, introversion atau di rumah sakit daripada gaya
keterbukaan untuk mengubah secara transaksional, karena kepala bagian
positif berhubungan dengan OCB secara memperlakukan karyawan sebagai mitra
umum dan dengan altruisme, sportif, civic yang juga harus bertanggungjawab
virtue, kepatuhan organisasi khususnya. terhadap pekerjaan yang dijalankan
Karakteristik individu yang berhubungan sehingga meningkatkan ketrampilan
dengan tempat kerja serta sifat pribadi karyawan dalam menjalankan tugasnya
dapat mempengaruhi karyawan medis dan mengatasi masalah yang ditemukan
(perawat, tenaga paramedis) untuk dilapangan. Kepemimpinan
mengkoordinasikan kebutuhan karyawan transformasional adalah kemampuan
dengan kebutuhan organisasi yang lebih seorang pemimpin dalam
fleksibel yang pada gilirannya akan mengembangkan dan mengarahkan
meningkatkan kepuasan karyawan dan potensi dan kemampuan bawahan untuk
meningkatkan kepuasan pasien mencapai bahkan melampaui tujuan
(Jahangir et al., 2004). organisasi. Menurut Jahangir, et al.
(2004) gaya kepemimpinan yang

193 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

ditunjukkan oleh pemimpin organisasi dikerjakan oleh seorang pekerja. Namun,


terbukti dapat meningkatkan OCB hal ini juga harus diimbangi dengan
karyawan. Selain itu kualitas hubungan adanya sistem reward dan juga
pimpinan dan karyawan yang biasanya punishment.
disebut leader member exchange dapat Perlakuan yang sama oleh organisasi
menyebabkan munculnya kepuasan kerja terhadap karyawan akan meningkatkan
maupun komitmen organisasi yang persepsi baik karyawan terhadap
merupakan anteseden OCB. organisasi. Persepsi terkait
3. Memasang kata motivasi (Motivational organizational justice berhubungan positif
Drives) dengan OCB khususnya dimensi
Kata stimulus terkait OCB dapat altruism. Semakin positif persepsi
ditempelkan di tempat pelayanan kasir karyawan maka semakin tinggi tingkat
yang dapat meningkatkan semangat OCB pada karyawan (Jahangir et al.,
kerja karyawan. Hal ini dapat 2004).
memberikan dampak positif pada 6. Pengembangan self confidance, team
karyawan saat bekerja meskipun tidak building, dan leadership untuk karyawan
memberikan dampak secara langsung (Individual Traits)
pada perubahan sikap karyawan. Sesuai Kecerdasan emosi dan soft skill dapat
dengan penelitian yaitu pemasangan ditingkatkan melalui pelatihan
kata-kata stimulus seperti “bangun pengembangan diri diantaranya
teamwork yang baik” kemudian “saling pengembangan self confidance, team
membantu antar rekan kerjamu” building dan leadership. Pengembangan
memberikan dampak positif pada Self confidance, bertujuan tidak hanya
perilaku karyawan yang secara tidak untuk meningkatkan kepercayaan diri
langsung menerapkan stimulus tersebut tetapi juga menyentuh kecerdasan
dalam lingkungan kerjanya. emosional seseorang dengan
4. Meningkatkan komitmen organisasi membangkitkan kesadaran diri dan
dengan apresiasi dari organisasi kendali dorongan, ketekunan, semangat
(Organizational Commitment) dan motivasi diri serta empati dan
Bentuk apresiasi dari organisasi pada kecakapan sosial. Sedangkan
karyawan meliputi gaji, reward, pujian Pengembangan Team building,
akan prestasi, peningkatan jenjang karir meningkatkan rasa saling
dan ada juga non reward. Hal yang ketergantungan, kerjasama, pentingnya
paling tampak mempengaruhi komitmen komunikasi dan membangun suatu tim
karyawan pada rumah sakit adalah yang kompak adalah tujuan dari
terkait gaji. Hal ini sesuai dengan pelatihan ini dan merupakan rancangan
penelitian dari Garay (2006) yang sosiabilitas untuk meningkatkan
mengemukakan karyawan yang merasa kepekaan saraf yang menghubungkan
gaji yang diterima sesuai dengan antara otak individu yang satu dengan
harapannya akan semakin berkomitmen yang lain. Pengembangan Leadership,
terhadap organisasi. Karyawan juga yang dapat mengasah jiwa
terdorong untuk berperilaku OCB. Hal ini kepemimpinan pada diri karyawan.
memotivasi karyawan untuk bekerja extra Permasalahan-permasalahan yang ada
role diluar kewajibannya. Perilaku inilah perlu dihadapi oleh peserta dengan
yang disebut dengan OCB atau dengan pengambilan keputusan yang berkualitas.
kata lain, OCB merupakan perilaku diluar Hal ini sesuai dengan penelitian dari
deskripsi kerja yang telah ditentukan Goleman (2007) yang menyatakan
perusahaan, namun memiliki dampak adanya hubungan positif antara
yang baik bagi perusahaan. Karena OCB kecerdasan emosi dengan OCB.
diluar deskripsi perusahaan, maka tidak Perilaku OCB cenderung melihat
ada pemberian rewads secara formal dari seseoraang karyawan sebagai makhluk
perusahaan. sosial menjadi anggota organisasi,
5. Perlakuan yang sama terhadap karyawan dibandingkan sebagai makhluk individual
(Organizational Justice) yang mementingkan diri sendiri. Sebagai
Selama ini, penilaian kinerja dilakukan makhluk sosial manusia mempunyai
berdasarkan tugas pokok yang dilakukan kemampuan untuk memiliki empati
oleh pekerja saja. Penambahan variabel kepada orang lain dan lingkungannya
OCB sebagai item penilaian kinerja dan menyelaraskan nilai-nilai yang
membuat karyawan akan termotivasi dimiliki lingkungannya untuk melakukan
untuk melakukan kegiatan extra-role, segala sesuatu yang baik manusia tidak
mengingat bahwa perilaku extra-role selalu digerakkan oleh hal-hal yang
tidak bisa lepas dari peran utama yang menguntungkan dirinya, misalnya

194 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

seorang mau membantu orang lain jika DAFTAR PUSTAKA


ada imbalan tertentu. Jika karyawan
dalam organisasi memiliki OCB, maka Ashton, M.C. & Lee, K., 2007. Empirical,
usaha untuk mengendalikan karyawan Theorical and Practical Advantage of the
menurun, karena karyawan dapat HEXACO Model of Personality Review.
mengendalikan perilakunya sendiri atau II(2), pp.150-66.
mampu memilih perilaku terbaik untuk Bachrach, Daniell G., Powell, Benjamin C., &
kepentingan organisasinya. Bendoly, E. 2006. Organizational
7. Organizational Commitment Citizenship Behavior and Performance
Karyawan yang merasa belum puas Evaluations: Exploring The Impact of
dengan apresiasi dari organisasi Task Interdependence. Journal of
cenderung belum berkomitmen yang baik Applied Psychology.
terhadap organisasi. Bahkan beberapa Bienstock, Carol C., DeMoranville, Carol W.,
karyawan memiliki rencana untuk resign & Smith, Rachel, K. (2003).
dan mencari pekerjaan lainnya. Organizational Citizenship Behavior and
Komitmen karyawan terhadap organisasi Service Quality. Journal of Services
akan meningkat apabila kepuasan Marketing.
karyawan juga meningkat. Bray, S.R. & Lawrence R, B., 2002. Role
8. Organizational Justice Efficacy, Role Clarity and Role
Karyawan masih merasa belum Performance. Small Research Group,
diperlakukan secara adil oleh organisasi. II(33), pp.233-53.
Hal ini dikarenakan beban kerja yang Chahal, H. & Mehta, S., 2010. Antecedents
mereka anggap terlalu besar sementara and Consequences of Organizational
apresiasi yang diberikan organisasi Citizenship Behavior (OCB). Journal of
dirasa sangat kurang. Services Research, X.
9. Individual Traits Gunarsa, S.D. 2008. Psikologi Perawatan.
Karakteristik individu meliputi usia, lama Jakarta: PT BPK Gunung Mulia
bekerja, jenis kelamin, kepribadian Jahangir, N., Akbar, M.M. & Haq, M., 2004.
karyawan (emosi,semangat Organizational Citizenship Behavior: Its
kerja,motivasi kerja, kepedulian) dan Nature and Antecedents. Journal of
persepsi terhadap organisasi. BRAC University, I(2), pp.75-85.
Lok Peter, P.Z., Wang, B.W. & Crawford, H.,
KESIMPULAN 2007. Antecedents of Job Satisfaction
and Organizational Commitment and
Aktivitas Organizational Citizenship Mediating Role of Organizational
Behavior (OCB) di pelayanan kasir Rumah Subculture. International Graduate
Sakit Nahdlatul Ulama Tuban belum berjalan School of Business, pp.1-42.
dengan baik. Ada tiga karyawan yang Lovell, S. E., Kahn, A. S., Anton, J.,
memiliki tingkat OCB yang rendah dan dua Davidson, A., Dowling, E., Post, D., dan
karyawan memiliki tingkat OCB yang tinggi. Mason, C. 1999. “Does Gender Affect
Faktor penyebab ada tidaknya OCB di The Link Between Organizational
pelayanan kasir Rumah Sakit Nahdlatul Citizenship Behavior and Preference
Ulama Tuban adalah role clarity, leadership, Evaluation?”. Sex Roles, Vol. 41.
motivational drives, organizational Meyer, J.P., Organ, D.W. & Graham, J.W.,
commitment, organizational justice, dan 1997. Individual Performance Attitudes
individual traits. and Behavior. Journal of International
Rekomendasi yang dapat diaplikasikan Review of Organizational Psychology,
untuk meningkatkan OCB di pelayanan kasir (12), pp.175-228.
Rumah Sakit Nahdlatul Ulama Tuban adalah Nagai, H. et al., 2008. Expatriate
sebagai berikut: 1) Memperjelas tugas pokok Management in China. IABR and TLC
dan fungsi karyawan (Role Clarity), 2) Role Conference Proceedings, pp.1-11.
model dari pemimpin (Leadership), 3) Nielsen, T.M., Hrivnak. G.A., & Shaw, M.
Memasang kata motivasi (Motivational (2009). Organizational Citizenship
Drives), 4) Meningkatkan komitmen Behavior and Performance : A Meta
organisasi dengan apresiasi dari organisasi Analysis of Group level research
(Organizational Commitment), 5) Perlakuan Novliadi, F. 2007. Organizational Citizenship
yang sama terhadap karyawan Behavior Karyawan ditinjau dari Persepsi
(Organizational Justice), 6) Pengembangan terhadap Kualitas interaksi atasan
self confidance, team building, dan bawahan dan persepsi terhadap
leadership untuk karyawan (Individual dukungan organizational. Laporan
Traits). Penelitian, Medan: Universitas Sumatera
Utara.

195 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

Organ D, W., 1988. OCB : The Good Soldier


Syndrome. Lexington: Lexington Books.
Organ, Dennis. W., Podsakoff, Philip. M., &
MacKenzie, Scott B. 2006.
Organizational Citizenship Behavior its
nature, antecedents, and consequences.
United states of America: Sage
Publication, Inc.
Podsakoff, Philip M, Ahearne, M,
MacKenzie., & Scott B. 1997.
Organizational Citizenship Behavior and
the Quantity and Quality of work group
performance, Journal of Applied
Psychology.
Walz, S.M & Niehoff, B.P. 2000.
Organizational Citizenship Behavior: their
Relationship to Organizational
Effectiveness. Journal of Hospitaly and
Tourism Research

196 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dismenorea adalah nyeri pada daerah
panggul akibat menstruasi dan produksi zat
prostatglandin. Derajat nyeri dan kadar
gangguan tentu tidak sama ada yang masih
bisa bekerja (sesekali sambil meringis),
bahkan hingga aktivitas terhenti sama sekali.
Penyebab nyeri berasal dari kontraksi otot
HUBUNGAN ANTARA ANEMIA, STATUS rahim akibat produksi zat prostatglandin. Di
GIZI, DAN RFAKTOR PSIKOLOGIS Amerika Serikat diperkirakan hampir 90%
(STRESS) DENGAN KEJADIAN wanita mengalami disminorea dan 10-15% di
DISMINOREA antaranya mengalami dismenorea berat,
yang menyebabkan mereka tidak mampu
Rika Andriyani melakukan kegiatan apapun dan ini akan
(Prodi D3 Kebidanan, menurunkan kualitas hidup pada individu
STIKes Hang Tuah Pekanbaru) masing-masing dan di Swedia sekitar 72%.
Eka Safitri Insidensi di Indonesia angkanya 55%
(Prodi D3 Kebidanan, perempuan usia reproduktif yang tersiksa
STIKes Hang Tuah Pekanbaru) oleh nyeri selama menstruasi. Angka
kejadian (prevalensi) nyeri menstruasi
berkisar 45-95% di kalangan wanita usia
reproduktif (Nirmala, 2013).
Ada banyak faktor yang mempengaruhi
ABSTRAK terjadinya dismenorea pada remaja yaitu
status gizi, anemia, faktor psikologi,
Ada banyak faktor yang mempengaruhi olahraga, alergi, endokrin atau hormonal.
terjadinya dismenorea pada remaja yaitu Berdasarkan hasilpenelitian Manorek, dkk
status gizi, anemia, faktor psikologi, (2015) menunjukkan bahwa terdapat
olahraga, alergi, endokrin atau pengaruh yang signifikan antara status gizi
hormonal.Tujuan penelitian ini adalah dengan kejadian dismenorea dengan p value
mengetahui hubungan anemia, status gizi, = 0,014 (p < 0,05).
dan faktor psikologis dengan kejadian Hasil penelitian Cholifah & Hadikasari
disminorhea. Responden penelitian adalah (2013) menunjukkan bahwa terdapat
cross sectional ini adalah seluruh mahasiswi pengaruh signifikan antara anemia, status
Progam Studi D-III Kebidanan STIKes Hang gizi dengan hasil uji statistik exact fisher P
Tuah Pekanbaru (79 orang) dipilih dengan (value) anemia (0,006), status gizi (0,023),
teknik simple random sampling. Data artinya ada hubungan antara anemia, status
dikumpulkan menggunakan kuesioner, lalu gizi, dengan dismenore. Berdasarkan hasil
dianalisis dengan uji Chi-square. Dari hasil penelitian Andriani, Yunita (2015) didapatkan
penelitian disimpulkan bahwa ada hubungan bahwa semakin rendah Indeks Massa Tubuh
antara anemia dan faktor psikologis dengan maka tingkat dismenorea semakin berat (p
kejadian dismenorea pada mahasiswi value= 0,029 <α = 0,05), semakin tinggi
Program Studi D-III Kebidanan STIKes Hang tingkat stress maka semakin tinggi tingkat
Tuah Pekanbaru. dismenore (p value=0,024 < α = 0,05),.
Berdasarkan hasil penelitian Yuniar Ika
Kata kunci: Fajarini, pada tahun 2012 menunjukkan
Dismenorea, anemia, faktor psikologis bahwa terdapat hubungan antara stress
dengan kejadian dismenorea primer pada
mahasiswi Asrama Putri Unires UMY dengan
nilai korelasi Spearman Rank sebesar 0,651
dan p value sebesar 0,000.
Berdasarkan survey awal yang dilakukan
peneliti pada tanggal 24 Juni 2015
Mahasiswi kebidanan tingkat II progam studi
DIII kebidanan STIKes Hang Tuah dari hasil
wawancara pada 30 mahasiswi 15 orang
(50%) di antaranya sering mengalami
dismenorea, sehingga mengganggu aktivitas
seperti kuliah dan akitivitas sehari-hari,

197 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

hingga terhenti sama sekali untuk dapat Tabel 2. Hubungan anemia, status gizi dan
beraktivitas seperti biasanya. faktor psikologis dengan kejadian
disminorhea di STIKes Hang Tuah
Tujuan Penelitian
Pekanbaru
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui Variabel Kejadian disminorea P
hubungan anemia, status gizi, dan faktor Value
psikologis dengan kejadian disminorhea. Tidak desminorea Total
desminorea
METODE PENELITIAN
n % n % n %
Penelitianini bersifat analitik- Anemia
observasional dengan desain cross sectional tidak anemia 14 87,5 % 13 20,6% 27 34,2% 0,000
dilakukan di Progam Studi D-III Kebidanan Anemia 2 12,5% 50 79,4% 52 65,8%
STIKes Hang Tuah Pekanbaru pada tanggal ringan
5 desember 2015 sampai 24 februari 2016. Status gizi
Responden dalam penelitian ini adalah normal 9 17,3% 43 82,7% 52 65,8% 0,543
seluruh mahasiswi Progam Studi D-III Tidak normal 7 25,9% 20 74,1 27 34,2
Kebidanan STIKes Hang Tuah Pekanbaru Stress
yang berjumlah 79 responden dari Tidak stress 0 62,5% 11 17,5% 21 26,6% 0,001
pengambilan sampel secara simple random Stress 6 37,5% 52 82,5% 58 73,4%
sampling terhadap 221 orang mahasiswi
Progam Studi D-III Kebidanan STIKes Hang PEMBAHASAN
Tuah Pekanbaru dengan cara jumlah
mahasiswi masing-masing kelas di bagi Anemia
besar populasi dikalikan 100. Kemudian di
lakukan pengambilan nama mahasiswa Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti
sebanyak jumlah sampel pada setiap kelas lakukan terhadap 79 responden terdapat 27
dengan undian secara acak. Nama yang orang yang tidak anemia, responden yang
keluar dilakukan informed consent untuk tidak anemia dengan dismenorea berjumlah
kesediaan nya menjadi responden. 13 orang responden dengan persentase
(20,6%), sedangkan pada responden
dengan anemia ringan berjumlah 52 orang,
HASIL PENELITIAN
responden yang mengalami anemia dengan
Tabel. Distribusi kejadian disminorhea, dismenorea berjumlah sebanyak50 (79,4%)
anemia, status gizi, dan faktor psikologis responden.
Berdasarkan hasil uji Chi-square di
No Variabel f % peroleh p value 0,000< α = 0,05 yang berarti
1. Kejadian Dismenorea ada hubungan yang bermakna antara
Tidak Dismenorea 16 20,3 anemia terhadap kejadian dismenorea pada
Dismenorea 63 79,7 mahasiswi Prodi D-III Kebidanan STIKes
2. Anemia Hang Tuah Pekanbaru. Analisis keeratan
Tidak Anemia 27 34,2 pengaruh kedua variabel di dapat OR (odds
Anemia Ringan 52 65,8 ratio) = 26,923. Hal ini menunjukkan bahwa
3. Status Gizi anemia ringanberesiko26,9 kali terhadap
Normal 52 65,8 kejadian dismenorea.
Tidak Normal 27 34,2 Hal ini sesuai dengan teori yang
4. Faktor Psikologis mengatakan bahwa Faktor konstitusi atau
Tidak Stress 21 26,6 keadaan fisiologis atau psikis individu
Stress 58 73,4 berhubungan erat dengan faktor kejiwaan
Total 79 100 yang dapat menurunkan ketahanan tubuh
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terhadap rasa nyeri di antaranya adalah
remaja yang mengalami dismenorea adalah anemia atau penyakit menahun yang dapat
sebanyak 63 orang dengan persentase mempengaruhi timbulnya nyeri saat
79,7%, dan tidak terdapat data yang menstruasi (Laila, 2011). Anemia dapat
homogen pada variabel-variabel menimbulkan berbagai komplikasi antara
independen. lain, kelelahan, stress, serta menurunnya
Dari tiga variabel, hanya dua variabel kekebalan tubuh, sehingga meningkatkan
yang memiliki hubungan signifikan terhadap risiko terhadap rasa nyeri menstruasi
kejadian dismenorea yaitu anemia dan faktor (Proverawati, 2011).
psikologis (Stress), sedangkan Status Gizi Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
tidak terdapat hubungan signifikan terhadap penelitian Endang Wahyuningsih Linda dan
kejadian dismenorea. Puspita Sari Jurnal Involusi Kebidanan, Vol.
4, No. 7, Januari 2014, 67-78di SMA Negeri

198 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

1 Wonosari Klaten, Jawa Tengah dengan pada menstruasi yaitu dismenorea


judul “Hubungan Kadar Hemoglobin Dengan (Sediaoeteama, 2008).
Kejadian Dismenorea pada siswi kelas XI Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
SMA Negeri 1 Wonosari Klaten”, bahwa penelitian Mulastin (2011) dengan judul
remaja dengan kadar hemoglobin rendah “Hubungan Status Gizi dengan Kejadian
dapat mengakibatkan anemia dan anemia Dismenorea Remaja Putri SMA Islam Al-
berpengaruh terhadap terjadinya dismenorea Hikmah Jepara”, bahwa remaja putri
saat menstruasi dengan nilai p value 0,012 sebagian besar dengan status gizi normal
berarti (p<0,05) yang berarti ada hubungan mengalami dismenorea primer sebanyak 69
bermakna antara anemia terhadap kejadian responden (68,4%), sedangkan status gizi
dismenorea. gemuk juga mengalami kejadian dismenorea
yaitu sebanyak 2 responden (1,9%) dengan
Status Gizi nilai p value 0,687 berarti (p > α = 0,05) yang
berarti tidak ada hubungan bermakna antara
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti status gizi terhadap kejadian dismenorea.
lakukan terhadap 79 responden terdapat 52
orang yang memiliki status gizi normal,
Faktor Psikologis (Stress)
responden yang memiliki status gizi normal
dengan dismenorea berjumlah 43 orang Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti
responden dengan persentase (68,3%), lakukan terhadap 79 responden terdapat 21
sedangkan pada responden dengan status orang yang tidak stress, responden yang
gizi tidak normal berjumlah 27 orang, tidak stress dengan dismenorea berjumlah
responden yang memiliki status gizi tidak 11 orang responden dengan persentase
normal dengan dismenorea berjumlah (17,5%), sedangkan pada responden
sebanyak 20 (31,7%) responden. dengan stress berjumlah 58 orang,
Berdasarkan hasil uji Chi-square di responden yang mengalami anemia dengan
peroleh p value 0,543>α = 0,05 yang berarti dismenorea berjumlah sebanyak 52 (82,5%)
tidak ada hubungan yang bermakna antara responden.
status gizi terhadap kejadian dismenorea Berdasarkan hasil uji Chi-square di
pada mahasiswi Prodi D-III Kebidanan peroleh p value 0,001< α = 0,05 yang berarti
STIKes Hang Tuah Pekanbaru. Analisis ada hubungan yang bermakna antara
keeratan pengaruh kedua variabel didapat anemia terhadap kejadian dismenorea pada
OR (odds ratio) = 0,598 (95%CI : 0,195- mahasiswi Prodi D-III Kebidanan STIKes
1,835). Hal ini menunjukkan bahwa status Hang Tuah Pekanbaru.
gizi beresiko 0,6 kali terhadap kejadian Hal ini sesuai dengan teori yang
dismenorea. mengatakan bahwa kecemasan adalah
Hal ini tidak sesuai dengan teori yang salah satu gejala dari stress. Kecemasan
mengatakan bahwa keluhan-keluhan atau yang dirasakan oleh individu akan
gangguan saat menstruasi pada remaja putri meningkatkan persepsi terhadap rasa nyeri
bisa dicegah dengan mengkonsumsi serta nyeri dapat meningkatkan kecemasan
makanan dengan gizi seimbang sehingga pada diri individu (Prasetyo, 2010). Stress
status gizi menjadi baik. Mempertahankan menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan
status gizi sangat diperlukan saat menstruasi hormon estrogen dan progesteron sehingga
karena pada saat fase luteal terjadi mengakibatkan kram atau nyeri yang sangat
peningkatan kebutuhan nutrisi, sehingga menyakitkan, terutama pada wanita. Saat
mencegah terjadinya keluhan nyeri dan stress risiko mengalami kram dua kali lebih
ketidaknyamanan selama menstruasi besar karena aktivitas saraf simpatik menjadi
(Krummel, 1996 at Paath dkk, 2005). Pada lebih tinggi. Hal itu dapat dicegah dengan
IMT overweight atau tidak normal rajin berolahraga (Siregar, 2011). Menurut
berdampak menurunnya kualitas hidup, daya Elizaberth Lmabardo, phD menyebutkan
tahan tubuh sehingga meningkatkan bahwa stress mempengaruhi sistem
kejadian morbiditas (kesakitan) sedangkan muskuloskeletal, menimbulkan ketegangan
pada Obese dan overweight yang juga dan kontraksi otot dan kejang otot,
termasuk kategori status gizi tidak normal meningkatkan kolesterol, tekanan darah, dan
berdampak terjadi penimbunan lemak pada menurunnya kekebalan tubuh sehingga
organ-organ tubuh dan organ-organ vital menyebabkan terjadinya dismenorea
sehingga menghambat dan mengganggu (Lukaningsih & Bandiyah, 2011).
fungsi organ tersebut seperti jantung, ginjal Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
dan hati yang juga meningkatkan angka penelitian Fitriyah, Yuli. (2009) bahwa
kesakitan dan menurunkan daya tahan tubuh responden yang cenderung mengalami
individu sehingga menimbulkan gangguan stress berat mempunyai risiko 2 kali lebih
besar mengalami dismenorea primer jika

199 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

dibandingkan dengan responden yang Primer Pada Mahasiswi Asrama Putri


mengalami stress ringan dengan nilai p Unires UMY. Yogyakarta : PSIK 12 UMY.
value 0,001 berarti (p < α = 0,05) yang http://digilib.fk.umy.ac.id/gdl.php?mod=brows
berarti ada hubungan bermakna antara e&op=read&id=yoptumyfkpp-gdl-
stress dengan kejadian dismenoreaDengan yuniarikaf-552http://FKIK UMYdiunduh
OR (Odd Ratio) (RR=2,167; CI = 95% 1,204 pada 22/06/2015/pukul 10.52 am.
- 3,898). Fitriyah, Yuli. (2009). Hubungan Antara Stres
Dengan Kejadian Dismenore Primer
KESIMPULAN (Studi Kasus Pada Mahasiswi Fakultas
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa : Psikologi Universitas Diponegoro).
Diponegoro : Fakultas Psikologi
1. Terdapat hubungan anemia ringan
Universitas Diponegoro.
terhadap kejadian dismenorea pada
http://eprints.undip.ac.id/35418/diunduh
mahasiswi Program Studi D-III
23 februari 2016/pukul 13.06 wib.
Kebidanan STIKes Hang Tuah
Laila, Nur Najmi. (2011). Buku Pintar
Pekanbaru Tahun 2016
Menstruasi. Yogyakarta : Buku Biru.
2. Terdapat thubungan bermakna antara
Linda, E.W. & Sari, Puspita. (2014).
faktor psikologis (stress) terhadap
Hubungan Kadar Hemoglobin Dengan
kejadian dismenorea pada mahasiswi
Kejadian Dismenorea pada siswi kelas XI
Program Studi D-III Kebidanan STIKes
SMA Negeri 1 Wonosari Klaten. Klaten :
Hang Tuah Pekanbaru
Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 4, No. 7,
3. Tidak terdapat hubungan antara status
Januari 2014, 67-78
gizi terhadap kejadian dismenorea pada
http://ejournal.stikesmukla.ac.id/index.php/in
mahasiswi Program Studi D-III
volusi/article/view/48diunduh 23 februari
Kebidanan STIKes Hang Tuah
2016/pukul 13.23 wib.
Pekanbaru
Lukaningsih, Z.L., & Bandiyah, S. (2011).
DAFTAR PUSTAKA Psikologi Kesehatan. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Andriani, Yunita. (2015). Hubungan Indeks Manorek, R., dkk (2015). Hubungan Antara
Massa Tubuh, Tingkat Stress, dan Status Gizi Dengan Kejadian Dismenore
Aktivitas Fisik dengan Tingkat Pada Siswi Kelas XI SMA Negeri 1
Dismenorea Pada Mahasiswi DIII Kawangkoan. Manado : Fakultas Ilmu
Kebidanan Semester II STIKes A’Syiyah Kesehatan Masyarakat Sam Ratulangi &
Yogyakarta. Yogyakarta : STIKes Ilmu gizi Poltekkes Manado.
A’Syiyah Yogyakarta. http://fkm.unsrat.ac.id/wp-
http://opac.say.ac.id/833/1/NASKAH%20PU content/uploads/2015/02/riyane-manorek
BLIKASI%20YUNITA%20ANDRIANI%20 101511149-jurnal-1.pdfdiunduh 23
201410104264.pdf februari 2016/pukul 13.19 wib.
http://opac.say.ac.id/833/Diunduh Muslihatin. (2011). Hubungan Status Gizi
29/januari/2016/pukul 11.32 am dengan Kejadian Dismenorea Remaja
Ananda, Nadia Tri. (2015). Efektivitas Putri SMA Islam Al-Hikmah Jepara.
Pemberian Rebusan Kunyit Asam Jepara : Akademi Kebidanan Islam Al-
Terhadap Penurunan Nyeri Disminorea Hikmah Jepara.
Pada Mahasiswi Kebidanan Tingkat I dan http://akbidalhikmah.ac.id/artikel/Jurnal%20
II STIKes Hang Tuah Pekanbaru. %20penelitian%20edisi%20I.pdfdiunduh
Pekanbaru : STIKes Hang Tuah. 23 februari 2016/pukul 13.21 wib.
Cholifah & Hadikasari, Alfinda A. (2013). Paath, E. Francin, dkk. (2005). Gizi. Jakarta :
Hubungan Anemia, Status Gizi, Olahraga EGC
dan Pengetahuan dengan Kejadian Prasetyo, Sigit Nian. (2010). Konsep dan
Dismenore Pada Remaja Putri. Sidoarjo : Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta :
Program Studi D III Kebidanan FIK Graha Ilmu.
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Proverawati, Atikah. (2011). Anemia dan
http://www.umsida.ac.id/tinymcpuk/gambar/fil Anemia Kehamilan. Yogyakarta : Nuha
e/ABSTRAK%20CHOLIFAH%20HUBUN Medika.
GAN%20ANEMIA.pdf diunduh 23 Siregar, Mukhlidah Hanun. (2011). Redakan
februari 2016/pukul 13.30 wib Stress dengan Makanan-makanan
Nirmala, Devi (2013). Gizi Saat Sindrom Khusus. Yogyakarta : Flashbooks.
Menstruasi. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Sediaoetama, Achmad Djaeni. (2008). Ilmu
Populer Kelompok Gramedia Gizi. Jakarta : Dian Rakyat
Fajarini, Yuniar Ika. (2012). Hubungan
Stress dengan Kejadian Dismenorea

200 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

PENDAHULUAN
Pelayanan yang berkualitas harus dijaga
dengan melakukan pengukuran secara terus
menerus, agar diketahui kelemahan dan
kekurangan dari jasa pelayanan yang
diberikan, dan dibuat tindak lanjut sesuai
dengan prioritas permasalahannya. Pihak
manajemen perlu waspada apabila
mendapatkan jumlah kunjungan yang
ANALISIS KEPUASAN PASIEN cenderung menurun pada evaluasi tiap
TERHADAP KUALITAS PELAYANAN tahun.
PERAWATAN GIGI Penyebab turunnya jumlah kunjungan
DI KLINIK GIGI MY DENTAL CARE dan bagaimana mempertahankan pasien
SURABAYA agar mereka tidak berpindah ke pelayanan
kesehatan lainnya perlu untuk selalu
dievaluasi. Berdasar latar belakang tersebut,
maka penulis ingin mengetahui bagaimana
Adityarani Putranti kepuasan pasien di Klinik Gigi My Dental
(S2 Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Care untuk kepentingan kemajuan klinik di
Manajemen Pemasaran dan Keuangan, masa yang akan datang.
Pelayanan Kesehatan,
Fakultas Kesehatan Masyarakat, METODE PENELITIAN
Universitas Airlangga, Surabaya)
Variabel bebas adalah suatu variabel
yang variasi nilainya akan mempengaruhi
nilai variabel yang lain (Mustafa, 2009).
ABSTRAK Variabel bebas penelitian ini adalah dimensi
kualitas pelayanan yang terdiri dari dimensi
Kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi RATER meliputi Reliability, Assurance,
akan jasa layanan kesehatan membuat Tangible, Emphaty dan Responsiveness.
ekspektasi masyarakat terhadap layanan Variabel terikat adalah suatu variabel yang
kesehatan yang baik juga semakin tinggi. variasi nilainya dipengaruhi atau dijelaskan
Pelayanan gigi dan mulut, merupakan salah oleh variasi nilai variabel yang lain (Mustofa,
satu pelayanan kesehatan dasar pada 2009). Variabel terikat dalam penelitian ini
masyarakat. Klinik gigi My Dental Care adalah kepuasan pasien Klinik Gigi My
Surabaya merupakan salah satu klinik gigi Dental Care Surabaya.
yang terletak di Surabaya Selatan. Klinik Gigi Populasi dalam penelitian ini adalah
My Dental Care memiliki permasalahan pasien yang pernah berkunjung ke Klinik
belum tercapainya target jumlah kunjungan Gigi My Dental Care Surabaya sejumlah 51
pasien sebesar 120 pasien per bulan selama pasien dalam satu bulan dengan sampel
tahun 2013-2014. Jenis penelitian ini adalah penelitian sebanyak 30 pasien yang
penelitian analitik observasional dengan merupakan pasien yang berkunjung ke Klinik
pengumpulan data secara cross sectional. Gigi My Dental Care Surabaya yang pernah
Pengambilan sampel dengan metode simple berobat di klinik. Penelitian dilakukan selama
random sampling dan jumlah sampel satu bulan. Teknik sampling yang dipakai
sebesar 30 orang. Penelitian ini dilakukan adalah sampling acak sederhana atau
pada pasien yang melakukan perawatan gigi simple random sampling. Dimana setiap
di Klinik Gigi My Dental Care Surabaya. elemen populasi memiliki kesempatan yang
sama untuk dipilih.
Kata Kunci: Analisis data kuantitatif dilakukan dengan
Kepuasan Pelanggan, Kualitas Pelayanan, deskriptif univariat, untuk melihat gambaran
Klinik Gigi My Dental Care Surabaya distribusi karakteristik responden dan
kepuasan pasien terhadap kualitas
pelayanan perawatan gigi yang meliputi
dimensi Reliability, Assurance, Tangible,
Emphaty dan Responsiveness.

HASIL PENELITIAN

Hasil yang disajikan merupakan analisa


hubungan gambaran karakteristik demografi
responden (jenis kelamin, usia, pendidikan

201 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

terakhir, pekerjaan, sumber informasi Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pasien Klinik


mengetahui klinik, frekuensi kunjungan, Gigi My Dental Care Surabaya pada Bulan
alasan memilih klinik, pengeluaran rata-rata Desember 2014 berdasarkan Pekerjaan
per bulan) dengan kepuasan pasien
Pekerjaan Frekuensi Persen
terhadap kualitas pelayanan di Klinik Gigi My
Pelajar/Mahasiswa 3 10.0
Dental Care Surabaya. Berdasarkan hasil Pegawai Negeri 4 13.3
survei yang dilakukan pada 30 orang pasien Pegawai Swasta 14 46.7
Klinik Gigi My Dental Care Surabaya Wiraswasta 4 13.3
diperoleh gambaran karakteristik pasien Pegawai BUMN 1 3.3
sebagai berikut : Ibu Rumah Tangga 1 3.3
Pensiunan 2 6.7
Karakteristik Responden Tidak Bekerja 1 3.3
Total 30 100.00
Tabel 1. Distribusi Pasien Klinik Gigi My Berdasar tabel 4, didapatkan informasi
Dental Care Surabaya pada Bulan mengenai distribusi pasien berdasar
Desember 2014 berdasarkan Jenis Kelamin karakteristik pekerjaan terbanyak yaitu
Jenis Kelamin Frekuensi Persen sebesar 46.7% pasien bekerja sebagai
Pria 12 40.00 pegawai swasta, selanjutnya pegawai negeri
Wanita 18 60.00 dan wiraswasta masing-masing 13.3%,
Total 30 100.00 pelajar/mahasiswa sebesar 10.0%,
pensiunan sebesar 6.7% dan sisanya
Berdasarkan tabel 1 pasien terbanyak merupakan pegawai BUMN, ibu rumah
adalah wanita yaitu sebanyak 60% dari total tangga serta tidak bekerja masing-masing
pasien. sebesar 3.3%.
Tabel 2. Distribusi Pasien Klinik Gigi My Tabel 5. Distribusi Frekuensi Pasien Klinik
Dental Care Surabaya pada Bulan Gigi My Dental Care Surabaya pada Bulan
Desember 2014 berdasarkan Usia Desember 2014 berdasarkan Sumber
Informasi
Usia Frekuensi Persen
17-24 tahun 4 13.3 Sumber Informasi Frekuensi Persen
25-34 tahun 12 40.00 Keluarga 9 30.0
35-49 tahun 12 40.00 Teman 12 40.0
50-64 tahun 2 6.7 Tetangga 3 10.0
Total 30 100.00 Lainnya 6 20.0
Total 30 100.00
Berdasarkan tabel 2 diatas, pasien
terbanyak adalah pasien berusia 25-49 Berdasarkan tabel 5, diperoleh informasi
tahun yang terbagi atas usia 25-34 tahun mengenai distribusi sumber informasiyang
dan 35-49 tahun yaitu sebesar 80%. Menurut diperoleh pasien terbanyak bersumber dari
pendapat Jacobalis (2000), umur dan jenis kekuatan word of mouth sebesar 80% yang
kelamin merupakan salah satu faktor yang berasal dari informasi keluarga, teman dan
mempengaruhi persepsi konsumen terhadap saudara, sedangkan pasien yang datang ke
mutu pelayanan kesehatan. klinik karena datang sendiri sebesar 20.0%.

Tabel 3. Distribusi Pasien Klinik Gigi My Tabel 6. Distribusi Frekuensi Pasien Klinik
Dental Care Surabaya pada Bulan Gigi My Dental Care Surabaya pada Bulan
Desember 2014 berdasarkan Pendidikan Desember 2014 berdasarkan Frekuensi
Terakhir Kunjungan
Pendidikan Terakhir Frekuensi Persen Frekuensi Kunjungan Frekuensi Persen
Tamat SMA/MA 7 23.3 1 kali 11 36.7
Tamat Diploma 3 10.0 2 kali 2 6.7
Tamat S1/S2/S3 20 66.7 >2 kali 17 56.7
Total 30 100.00 Total 30 100.00
Berdasarkan tabel 3, distribusi pasien
Berdasar tabel 6, diperoleh informasi
berdasarkan karakteristik pendidikan terakhir
bahwa distribusi frekuensi kunjungan pasien
yang ditempuh oleh pasien terbanyak
ke klinik terbanyak yaitu lebih dari 2 kali
sebesar 66.7% adalah tamat perguruan
sebesar 56.7% dan sisanya sebesar 43.3%
tinggi S1/S2/S3, sedangkan 33.3% sisanya
pasien berkunjung ke klinik baru sebanyak 1
adalah tamat SMA/MA dan tamat
dan 2 kali yang artinya separuh dari
Akademi/Diploma (D1/D2/D3).
responden merupakan pasien yang loyal.

202 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

Tabel 7. Distribusi Pemilihan Klinik Gigi My Berdasar tabel 9, dapat diketahui bahwa
Dental Care Surabaya, Bulan Desember 2014 secara umum pasien merasa sangat puas
berdasarkan Alasan Memilih Klinik terhadap dimensi Reliability (Kehandalan)
Alasan Memilih Klinik Frekuensi Persen yang meliputi kehati-hatian dan ketelitian
Informasi atau saran dari orang lain 3 10.0 dokter gigi (73.3%), ketepatan waktu dokter
Anjuran dari dokter gigi lain 1 3.3 gigi dalam memberikan pelayanan (83.3%)
Pelayanan dokter gigi baik 16 53.3 serta kejelasan dokter gigi dalam
Lokasi dekat dengan tempat tinggal 6 20.0 menginformasikan tindakan (73.3%) dengan
Sudah pernah dirawat sebelumnya 6 10.0 nilai mean komposit sebesar 3.76. Namun
Lainnya 1 3.3 bila ditelusuri lebih mendalam ternyata
Total 30 100.00
presentase pasien yang menyatakan puas
Berdasar tabel 7, diperoleh informasi pada variabel kehati-hatian dokter gigi,
mengenai distribusi alasan pasien memilih ketelitian dokter gigi dan kejelasan dokter
klinik terbanyak karena alasan pelayanan gigi dalam menginformasikan tindakan
dokter gigi baik sebesar 53.3%, 20.0% sebanyak lebih dari 20% yaitu masing-
mengatakan karena lokasi dekat dengan masing pada persentase 26.7%.
tempat tinggal dan 26.7 % sisanya karena Tabel 10. Distribusi Frekuensi Kepuasan
berbagai alasan yaitu informasi atau saran Pasien Klinik Gigi My Dental Care Surabaya
dari orang lain, anjuran dari dokter gigi lain, pada Bulan Desember 2014 berdasarkan
sudah pernah dirawat sebelumnya dan Dimensi Assurance
karena alasan lainnya yaitu coba-coba.
Kualitas Kepuasan Jumlah
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Pasien Klinik Pelayanan STP TP P SP
Gigi My Dental Care Surabaya pada Bulan Ketrampilan 0 0 11 19 30
Desember 2014 berdasarkan Pengeluaran dokter gigi (0%) (0%) (36.7%) (63.3%) (100%)
Per Bulan Pengetahuan 0 0 7 23 30
dokter gigi (0%) (0%) (23.3%) (76.7%) (100%)
Pengeluaran Rata-rata per Bulan Frekuensi Persen Kelengkapan 0 0 8 22 30
<Rp1.000.000,- 3 10.0 alat-alat medis (0%) (0%) (26.7%) (73.3%) (100%)
Rp 1.000.000,- - Rp 2.5000.000,- 6 20.0
>Rp 2.500.000,-- Rp 4.000.000,- 13 43.3 Kelengkapan 0 0 8 22 30
>Rp 4.000.000,--Rp 5.000.000,- 6 20.0 catatan medis (0%) (0%) (26.7%) (73.3%) (100%)
>Rp 5.000.000,- 2 6.7 pasien
Total 30 100.00 Mean Komposit 446/120 = 3.72
Berdasar tabel 8, diperoleh informasi Berdasarkan tabel 10, dapat diketahui
bahwa distribusi pasien berdasarkan bahwa sebagian besar pasien menjawab
pengeluarannya ,terbanyak pada kisaran sangat puas atas beberapa item pernyataan
pengeluaran >Rp 2.500.000,00 – Rp tentang kepuasan pasien terhadap
4.000.000,00 yaitu sebesar 43.3%, pada ketrampilan dokter gigi (63.3%),
kisaran <Rp 1.000.000,00 – Rp 2.500.000,00 pengetahuan dokter gigi (76.7%).\,
sebanyak 30.0%, 26.7% sisanya berada di kelengkapan alat-alat medis (73.3%) dan
kisaran pengeluaran >Rp 5.000.000,00. kelengkapan catatan medis pasien (73.3%)
dengan nilai mean komposit sebesar 3.72.
Kepuasan Pasien terhadap Kualitas
Pelayanan dengan Dimensi RATER Tabel 11. Distribusi Kepuasan Pasien Klinik
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Kepuasan Gigi My Dental Care Surabaya pada Bulan
Pasien Klinik Gigi My Dental Care Surabaya Desember 2014 berdasarkan Dimensi Bukti
pada Bulan Desember 2014 berdasarkan Langsung (Tangible)
Dimensi Reliability Kualitas Pelayanan Kepuasan Jumlah
Kepuasan STP TP P SP
Kualitas Pelayanan Jumlah Kerapian dokter gigi 0 0 10 20 30
STP TP P SP
0 0 8 22 30 (0%) (0%) (33.3%) (66.7%) (100%)
Kehati-hatian dokter gigi Kerapian perawat 0 0 10 20 30
(0%) (0%) (26.7%) (73.3%) (100%)
0 0 8 22 30 (0%) (0%) (33.3%) (66.7%) (100%)
Ketelitian dokter gigi Kebersihan alat-alat 0 0 4 26 30
(0%) (0%) (26.7%) (73.3%) (100%)
Ketepatan waktu dokter medis (0%) (0%) (13.3%) (86.7%) (100%)
0 0 5 25 30 Kebersihan klinik 0 2 22 6 30
gigi dalam memberikan
(0%) (0%) (16.7%) (83.3%) (100%) (0%) (6.7%) (73.3%) (20.0%) (100%)
pelayanan
Kejelasan dokter gigi Kenyamanan ruang 0 3 23 4 30
0 0 22 30 tunggu (0%) (10.0%) (76.7%) (13.3%) (100%)
dalam menginformasikan 8 (26.7%)
(0%) (0%) (73.3%) (100%) Keluasan tempat 0 1 24 5 30
tindakan
Mean komposit 451/120 = 3.76 parkir (0%) (3.3%) (80.0%) (16.7%) (100%)
Mean Komposit 603/180 = 3,35

203 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

Berdasar tabel 11, penulis mendapatkan Berdasarkan tabel 13 dapat diketahui


informasi bahwa secara umum pasien bahwa sebagian besar pasien menjawab
merasa sangat puas terhadap dimensi sangat puas atas beberapa item pernyataan
Tangible (Bukti Langsung) dengan nilai tentang kepuasan pasien terhadap
mean komposit sebesar 3.35, namun bila ketanggapan dokter gigi (86.7%), kecepatan
ditelusuri lebih mendalam ternyata dokter gigi dalam merespon keluhan (80.0%)
presentase pasien yang menyatakan puas dan kesesuaian tindakan dokter gigi dengan
pada kelima variabel masih berada di atas prosedur (76.7%) dengan nilai mean
20 % yaitu kerapian dokter gigi dan kerapian komposit sebesar 3.81.
perawat sebesar 33.3%, variabel kebersihan
klinik sebesar 80% (6.7% diantaranya Tabel 14. Distribusi Frekuensi Hasil
menyatakan tidak puas), variabel Tabulasi Silang antara Jenis Kelamin
kenyamanan ruang tunggu sebesar 86.7% dengan Usia Pasien di Klinik Gigi My Dental
(10% diantaranya menyatakan tidak puas), Care Surabaya bulan Desember 2014
terhadap variabel keluasan tempat parkir
sebesar 83.3% (3.3% diantaranya Usia Jenis Kelamin Total
menyatakan tidak puas). Pria Wanita
17-24 1 3 4
Tabel 12. Distribusi Frekuensi Kepuasan tahun (25.0%) (75.0%) (100.0%)
Pasien Klinik Gigi My Dental Care Surabaya 25-34 5 7 12
pada Bulan Desember 2014 berdasarkan tahun (41.7%) (58.3%) (100.0%)
Dimensi Empathy 35-49 4 8 12
Kualitas Pelayanan Kepuasan Jumlah tahun (33.3%) (66.7%) (100.0%)
STP TP P SP 50-64 2 0 2
Kepedulian dokter 0 0 5 25 30 tahun (100.0%) (0%) (100.0%)
gigi (0%) (0%) (16.7%) (83.3%) (100%) Total 12 18 30
Kesopanan dokter 0 0 4 26 30 (40.0%) (60.0%) (100.0%)
gigi (0%) (0%) (13.3%) (86.7%) (100%)
Keramahan dokter 0 0 6 24 30
gigi (0%) (0%) (20.0%) (80.0%) (100%) Berdasarkan tabel 14, didapatkan
Kesabaran dokter 0 0 7 23 30 informasi bahwa presentase pasien
gigi (0%) (0%) (23.3%) (76.7%) (100%) terbanyak di Klinik Gigi My Dental Care
Keakraban 0 0 4 26 30 Surabaya yaitu wanita usia 35-49 tahun
komunikasi dokter (0%) (0%) (13.3%) (86.7%) (100%) dengan presentase sebesar 66.7%.
gigi dengan pasien
Mean Komposit 574/150 = 3.83 PEMBAHASAN
Berdasarkan tabel 12, dapat diketahui
bahwa sebagian besar pasien menjawab Karakteristik Pasien
sangat puas atas beberapa item pernyataan
tentang kepuasan pasien terhadap Berdasarkan karakteristik pasien
kepedulian dokter gigi (83.3%), kesopanan diperoleh informasi yakni mayoritas
dokter gigi (86.7%), keramahan dokter gigi responden adalah wanita yang berusia 35-49
(80.0%) dan kesabaran dokter gigi (76.7%) tahun (66.7%); menyelesaikan pendidikan
serta keakraban komunikasi dokter gigi terakhir perguruan tinggi S1/S2/S3 (66.7%);
dengan pasien dengan nilai mean komposit bekerja sebagai pegawai swasta (46.7%);
sebesar 3.83. sumber informasi mengetahui klinik berasal
Tabel 13. Distribusi Frekuensi Kepuasan dari keluarga, teman dan tetangga (word of
Pasien Klinik Gigi My Dental Care Surabaya mouth) (80%); frekuensi kunjungan ke klinik
pada Bulan Desember 2014 berdasarkan sebanyak lebih dari 2 kali (56.7%) ; alasan
Dimensi Responsiveness memilih klinik karena pelayanan dokter gigi
baik (53.3%) dan pengeluaran rerata pasien
Kualitas Pelayanan Kepuasan Jumlah per bulan sebesar > Rp 2.500.000,00 – Rp
STP TP P SP 4.000.000,00 (43.3%).
Ketanggapan dokter gigi 0 0 4 26 30
(0%) (0%) (13.3%) (86.7%) (100%) Reliability
Kecepatan dokter gigi 0 (0%) 0 6 24 30
dalam merespon keluhan (0%) (20.0%) (80.0%) (100%) Kehati-hatian dokter gigi, ketelitian dokter
Kesesuaian tindakan 0 0 7 23 30 gigi dan kejelasan dokter gigi dalam
dokter gigi dengan (0%) (0%) (23.3%) (76.7%) (100%) menginformasikan tindakan yang akan
prosedur dilakukan masih hanya dinilai puas oleh
Mean komposit 343/90 = 3.81 pasien, karenanya perlu menjadi perhatian

204 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

untuk dipertahankan dan ditingkatkan. mendengarkan keluhan, kesopanan dokter


Kategori puas disini merupakan border line gigi, keakraban dokter gigi dalam
dimana ketika pasien sedikit saja merasakan membangun hubungan komunikasi dengan
ketidaksesuaian antara harapan dengan pasien ditanggapi dengan sangat puas oleh
kenyataan yang didapatkan, maka pasien pasien. Oleh karena itu faktor ini penting
akan berpindah ke provider lain. untuk dipertahankan.
Hal tersebut dikarenakan dimensi mutu Hasil penelitian Coser (1956) dalam Wolf,
pelayanan yang berupa kemampuan untuk Witzel, Fuerst (1984), menyatakan bahwa
memberikan pelayanan/jasa yang telah pasien mengharapkan seorang dokter yang
dijanjikan secara konsisten dan dapat baik dalam merawat, dapat memberikan
diandalkan (akurat) sangat berkaitan dengan kasih sayang, rasa aman, penuh pengertian
kepuasan pasien, dan kepuasan pasien dan perhatian, berusaha sekuat tenaga
itulah yang akan berpengaruh pada perilaku dalam mengobat dan merawat serta tahu
selanjutnya. banyak dan ahli dalam bidangnya.
Dimensi mutu pelayanan yang mencakup
Assurance
keramah-tamahan para karyawan dan
Ketrampilan dokter gigi, pengetahuan kemampuan mereka untuk menimbulkan
dokter gigi dan kelengkapan alat medis yang kepercayaan dan keyakinan, kesopanan dan
tersedia di klinik ditanggapi dengan sangat sifat dapat dipercaya berkaitan erat dengan
puas oleh pasien, namun karena presentase kepuasan pelanggan. Sedangkan
pasien yang menyatakan puas masih diatas keramahan dokter dan kesabaran dokter gigi
20%, maka pihak manajemen masih perlu hanya dinilai puas oleh pasien, maka pihak
memperhatikan dan meningkatkan kualitas manajemen perlu memberikan perhatian
keempat variabel ini. Kategori puas disini pada unsur ini untuk lebih ditingkatkan.
merupakan border line dimana ketika pasien Tjiptono (2000) menyebutkan bahwa
sedikit saja merasakan ketidaksesuaian kepuasan pelanggan memiliki hubungan
antara harapannya dengan kenyataan yang yang erat dengan kualitas. Kualitas akan
didapatkan, maka pasien akan berpindah ke memberikan suatu dorongan kepada
provider lain. pelanggan untuk menjalin ikatan hubungan
yang kuat dengan penyelenggara
Tangible produk/jasa. Pada penelitian Sussman et al,
(2011) faktor perhatian pribadi dokter pada
Dimensi Tangible ini perlu mendapat pasien mempengaruhi mutu pelayanan
perhatian dan prioritas khusus dari pihak kesehatan, dimana mutu pelayanan
manajemen kilinik. Kerapian dokter gigi dan merupakan penentu kepuasan pelanggan.
perawat masih perlu ditingkatkan lagi.
kebersihan klinik, kenyamanan ruang tunggu Responsiveness
klinik, keluasan tempat parkir klinik adalah
variabel yang perlu mendapat perhatian Kecepatan dokter gigi dalam merespon
khusus karena sebagian besar pasien hanya keluhan dan kesesuaian tindakan dokter gigi
mengatakan “puas” pada variabel ini, juga dengan prosedur masih hanya ditanggapi
berdasarkan masukan dari pasien yang puas oleh pasien, hal ini sesuai yang
didapat dari kuesioner terbuka diantaranya dikemukakan oleh Parasuraman et al bahwa
adalah ruang tunggu yang kurang nyaman kemauan untuk membantu pelanggan
karena tidak ada pendingin ruangan, klinik (pasien) dan menyediakan jasa / pelayanan
yang tampak suram karena kurang terang dengan cepat dan tepat, dikaitkan dengan
sehingga kesan kebersihannya kurang, serta kepuasan pelanggan. Jadi faktor ini masih
kurang luasnya tempat parkir kendaraan perlu dipertahankan dan ditingkatkan lagi
pasien. oleh pihak manajemen klinik karena
Hal tersebut dikarenakan dimensi mutu kepuasan dan ketidakpuasan konsumen
pelayanan yang berupa kemampuan untuk terhadap suatu produk / jasa akan
memberikan pelayanan/jasa yang telah mempengaruhi perilaku selanjutnya.
dijanjikan secara konsisten dan dapat
diandalkan (akurat) sangat berkaitan dengan KESIMPULAN DAN SARAN
kepuasan pasien, dan kepuasan pasien
itulah yang akan berpengaruh pada perilaku Kesimpulan
selanjutnya.
Berdasarkan uraian analisa yang telah
Empathy dikemukakan pada bab sebelumnya, maka
hasil riset ini dapat disimpulkan sebagai
Empati yang ditunjukkan oleh dokter gigi berikut :
seperti kepedulian dokter gigi

205 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

1. Berdasarkan karakteristik pasien kesabaran dokter gigi (76.7%) dan


diperoleh informasi yakni mayoritas keakraban komunikasi dokter gigi
responden adalah wanita yang berusia dengan pasien (86.7%), secara
35-49 tahun (66.7%); menyelesaikan umum pasien merasa sangat puas
pendidikan terakhir perguruan tinggi pada dimensi ini.
S1/S2/S3 (66.7%); bekerja sebagai
pegawai swasta (46.7%); sumber e. Dimensi Responsiveness dapat
informasi mengetahui klinik berasal dari diketahui dari sebagian besar
keluarga, teman dan tetangga (word of responden yang menjawab sangat
mouth) (80%); frekuensi kunjungan ke puas atas beberapa item pernyataan
klinik sebanyak lebih dari 2 kali (56.7%) ; seperti ketanggapan dokter gigi
alasan memilih klinik karena pelayanan (86.7%), kecepatan dokter gigi dalam
dokter gigi baik (53.3%) dan pengeluaran merespon keluhan (80.0%) dan
rerata pasien per bulan sebesar > Rp kesesuaian tindakan dokter gigi
2.500.000,00 – Rp 4.000.000,00 (43.3%) dengan prosedur (76.7%), secara
2. Kepuasan pasien terhadap umum pasien merasa sangat puas
a. Dimensi Reliability dapat diketahui pada dimensi ini
dari sebagian besar responden yang 3. Faktor yang perlu dipertahankan oleh
menjawab sangat puas atas pihak manajemen antara lain faktor
beberapa item pernyataan seperti seperti ketepatan waktu dokter gigi dalam
kehati-hatian dokter gigi (73.3%), memberikan pelayanan, kebersihan alat
ketelitian dokter gigi (73.3%), medis, kepedulian dokter gigi, kesopanan
ketepatan waktu dokter gigi dokter gigi, keakraban komunikasi dokter
memberikan pelayanan (83.3%) dan gigi dengan pasien, ketanggapan dokter
kejelasan dokter gigi dalam gigi.
menginformasikan tindakan (73.3%), 4. Faktor yang masih perlu dipertahankan
secara umum pasien merasa sangat dan ditingkatkan pihak manajemen
puas pada dimensi ini. antara lain faktor seperti kehati-hatian
b. Dimensi Assurance dapat diketahui dokter gigi, ketelitian dokter gigi,
dari sebagian besar responden yang kejelasan dokter gigi dalam
menjawab sangat puas atas menginformasikan tindakan, ketrampilan
beberapa item pernyataan seperti dokter gigi, pengetahuan dokter gigi,
ketrampilan dokter gigi (63.3%), kelengkapan alat-alat medis,
pengetahuan dokter gigi (76.7%), ketersediaan catatan medis, kerapian
kelengkapan alat-alat medis (73.3%) dokter gigi, kerapian perawat, keramahan
dan ketersediaan catatan medis dokter gigi, kesabaran dokter gigi,
pasien (73.3%), secara umum pasien kecepatan dokter gigi dalam merespon
merasa sangat puas pada dimensi ini. keluhan, kesesuaian tindakan dokter gigi
c. Dimensi Tangible dapat diketahui dari dengan prosedur.
sebagian besar responden yang 5. Sedangkan faktor yang perlu menjadi
menjawab sangat puas atas perhatian khusus pihak manajemen
beberapa item pernyataan seperti adalah kebersihan klinik, kenyamanan
kerapian dokter gigi (66.7%), ruang tunggu dan keluasan tempat parkir
kerapian perawat (66.7%), dikarenakan ada pasien yang merasa
kebersihan alat medis (86.7%), tidak puas dan yang menyatakan sangat
kebersihan klinik (73.3%), puas dibawah 20%
kenyamanan ruang tunggu klinik 6. Dari ke dua puluh dua variabel
(13.3%), keluasan tempat parkir klinik pernyataan terkait dimensi RATER ,
(16.7%). Walaupun secara umum pihak klinik baru dapat memenuhi
penilaian pasien sangat puas, namun pernyataan “sangat puas” diatas 80%
pada variabel kenyamanan ruang baru sebanyak enam variabel,
tunggu klinik dan keluasan tempat sedangkan enam belas variabel sisanya
parkir masih perlu mendapat dengan presentase pernyataan hanya
perhatian sangat khusus dari pihak pada taraf “puas” lebih dari 20%.
manajemen. Faktor yang perlu menjadi perhatian
d. Dimensi Empathy dapat diketahui dari khusus pihak manajemen adalah kebersihan
sebagian besar responden yang klinik, kenyamanan ruang tunggu dan
menjawab sangat puas atas keluasan tempat parkir dikarenakan ada
beberapa item pernyataan seperti pasien yang merasa tidak puas dan yang
kepedulian dokter gigi (83.3%), menyatakan sangat puas dibawah 20%,
kesopanan dokter gigi (86.7%), karena dari ke dua puluh dua variabel
keramahan dokter gigi (80.0%), pernyataan terkait dimensi RATER , pihak

206 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

klinik baru dapat memenuhi pernyataan restrukturisasi terhadap fasilitas klinik


“sangat puas” diatas 80% baru sebanyak seperti mengubah cat tembok klinik
enam variabel, sedangkan enam belas dengan yang lebih terang agar tampak
variabel sisanya dengan presentase lebih bersih, memasang AC di ruang
pernyataan hanya pada taraf “puas” lebih tunggu dan memperluas tempat parkir
dari 20%. pasien

Saran DAFTAR PUSTAKA

Berdasarkan kesimpulan diatas, Haidar, Moh Azmi. 2005. Analisis Penilaian


direkomendasikan pada pihak manajemen dan Harapan Pasien Rawat Inap
Klinik Gigi My Dental Care hendaknya lebih Terhadap Kualitas Pelayanan di Instalasi
memperhatikan dan memprioritaskan Rawat Inap Rumah Sakit Umum Haji
perbaikan pada atribut kualitas pelayanan: Surabaya. Skripsi. Fakultas Kesehatan
a. Kehati-hatian dokter gigi Masyarakat. Universitas Airlangga.
b. Ketelitian dokter gigi Harijono Liman, Rokiah Kusumapraja. Upaya
c. Kejelasan dokter gigi dalam Peningkatan Mutu Pelayanan di IGD RS.
memprioritaskan tindakan Sumber Waras Melalui Survei Tingkat
d. Ketrampilan dokter gigi Kepuasan Pasien/Keluarganya. Jurnal
e. Pengetahuan dokter gigi Manajemen & Administrasi Rumah Sakit
f. Kerapian dokter gigi Indonesia 2003 : Vol. IV No. 4.
g. Kerapian perawat Kottler, P. 2001. Marketing Management,
h. Keramahan dokter gigi Millenium Edition. New Jersey: Prentice
i. Kesabaran dokter gigi Hall Inc.
j. Kecepatan dokter gigi dalam merespon Parasuraman, A, Zeithaml V.A. and A. Berry
keluhan L.L. 1998. SERVEQUAL : A. Multiple-
k. Kesesuaian tindakan dokter gigi dengan item Scale for Measuring Consumer
prosedur Perception of Service Quality, Journal of
l. Kebersihan klinik Retailing, Vol. 64 (January),p. 12-35
m. Kenyamanan ruang tunggu Tjiptono, F. 2000. Manajemen Jasa.
n. Keluasan tempat parkir Yogyakarta : Penerbit Andi
Berikut adalah rekomendasi saran yang Umar, Husein. 2003. Metode Riset Perilaku
perlu dilakukan pihak manajemen klinik Konsumen Jasa. Jakarta : Penerbit
yaitu: Ghalia Indonesia
1. Mengadakan evaluasi rutin kepada Utama, Surya. 2005. Memahami Fenomena
dokter gigi dan perawat yang bertugas Kepuasan Pasien Rumah Sakit. Jurnal
2. Mengadakan komunikasi dengan pihak Manajemen Pelayanan Kesehatan. 09
internal organisasi dalam hal ini dokter (1), 1-7
gigi dan perawat agar persepsi antara
manajemen dan internal sama mengenai
apa yang diharapkan pasien
3. Berdasarkan data bahwa mayoritas
pasien di klinik adalah wanita maka pihak
manajemen hendaknya lebih
memfokuskan dan meningkatkan
pelayanan yang berfokus pada
kebersihan, keindahan dan kerapian
4. Berdasarkan mayoritas pasien di klinik
adalah berpendidikan terakhir tamat
perguruan tinggi dan berpenghasilan >
Rp 2.500.000,00 – Rp 4.000.000,00 ;
maka pihak manajemen diharapkan
untuk selalu mengupgrade pengetahuan
dan ketrampilan dokter gigi maupun
perawat dengan mengikutsertakan
seminar atau training yang diperlukan
guna mengimbangi ekspektasi pasien
yang cukup tinggi terhadap suatu
pelayanan yang baik
5. Menghitung kembali sumber daya yang
dipunyai klinik, mengecek cashflow klinik
dan jika memungkinkan diadakan

207 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan pada
hakikatnya merupakan upaya untuk
mencapai kemampuan hidup sehat secara
mandiri dengan peningkatan derajat
kesehatan masyarakat yang optimal serta
HUBUNGAN PARITAS, USIA IBU peningkatan sumber daya manusia dan
BERSALIN DENGAN KEJADIAN PARTUS pemerataan jangkauan pelayanan
LAMA kesehatan. Peningkatan derajat kesehatan
masyarakat dapat dilakukan sedini mungkin,
Rice Noviawanti terutama sejak bayi masih dalam kandungan
(Akademi Kebidanan Helvetia Pekanbaru) dan saat kelahiran yang harus dilakukan
oleh seorang ibu dan ini berpengaruh erat
dengan tingkat kematian bayi (Depkes RI
ABSTRAK BinaKes Ibu, 2009).
Salah satu indikator penting untuk
Indikator penting untuk mengetahui derajat mengetahui derajat kesehatan masyarakat
kesehatan masyarakat salah satunya adalah adalah Angka Kematian Bayi atau lebih
menilai Angka Kematian baik ibu maupun dikenal dengan AKB, yaitu bayi yang
bayi. Berdasarkan data Dinas Kesehatan meninggal pada fase antara kelahiran hingga
Provinsi Riau, bahwa angka kematian bayi bayi belum mencapai 1 tahun per 1000
pada tahun 2011 penyebabnya adalah kelahiran hidup (Amiruddin, 2014).
partus lama 11%, abortus 2%, infeksi 3%, Berdasarkan data Dinas Kesehatan
lain-lain 21% serta perdarahan 37%, Provinsi Riau, bahwa angka kematian bayi
sedangkan angka kematian ibu tahun 2012 pada tahun 2011 penyebabnya adalah
penyebabnya adalah perdarahan 39%, partus lama 11%, abortus 2%, infeksi 3%,
eklamsia 20%, partus lama 9%, abortus 0%, lain-lain 21% tetapi perdarahan 37%,
infeksi 3%, lain – lain 29%. Data ibu bersalin sedangkan AKI tahun 2012 penyebabnya
di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru pada adalah perdarahan 39%, eklamsia 20%,
tahun 2016 terdapat 1.580 orang ibu partus lama 9%, abortus 0%, infeksi 3%,
bersalin, dari jumlah tersebut terdapat 104 lain-lain 29% (Dinkes Riau, 2012).
partus lama. Penelitian ini bertujuan untuk Partus lama adalah persalinan yang
mengetahui hubungan paritas dan usia ibu berlangsung melebihi 24 jam pada primipara
bersalin dengan kejadian partus lama di dan ≥18 jam pada multipara. Insiden partus
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2016. lama yaitu 2,8-4,9% (Manuaba, 2010).
Jenis penelitian ini adalah analitik kuantitatif Adapun yang dikatakan dengan partus lama
dengan desain Case Control, sampel kasus apabila pada fase laten ≥8 jam, atau
pada penelitian ini adalah ibu bersalin persalinan yang berlangsung ≥12 jam bayi
dengan partus lama di RSUD Arifin Achmad tidak lahir/ jika serviks dikanan garis
Pekanbaru tahun 2016 berjumlah 104 orang waspada pada fase aktif (Saifuddin, 2010).
(total sampling), sebagai Control diambil 104 Partus lama di dunia menyebabkan
ibu bersalin dengan teknik simple random kematian ibu sebesar 8% dan di Indonesia
sampling. Adapun jenis instrument yang sebesar 9%. Berdasarkan hasil survei Survei
digunakan adalah lembar cheklist. Setelah Kesehatan Rumah Tangga 2011, bahwa
dilakukan uji statistik terdapat hubungan partus lama merupakan komplikasi
antara usia dengan kejadian partus lama penyebab kematian ibu yang terbanyak
dengan P value 0,000 (α 0,05) dan terdapat nomor 5 di Indonesia (Fauziyah, 2012).
hubungan paritas dengan kejadian partus Penyebab dari kejadian ini yaitu
lama dengan P value 0,015 (α 0,05). Ibu-ibu kurangnya pengetahuan masyarakat
disarankan untuk tidak hamil lagi di usia > 35 terhadap tanda-tanda dari partus lama, juga
tahun dan disarankan untuk tidak hamil lagi kurang cepatnya para tenaga tenaga
apabila telah memiliki anak > 4 orang. kesehatan untuk mengambil keputusan klinik
dalam memimpin persalinan (Ishadi, 2011).
Kata kunci: Menurut BKKBN (2010), Paritas adalah
Paritas, Usia, dan Partus lama banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai
oleh seorang wanita, sedangkan umur
merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kejadian partus lama karena
umur yang terlalu muda atau terlalu tua akan
mengakibatkan terganggunya alat
reproduksi. Umur reproduksi sehat untuk ibu

208 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

hamil adalah 20-30 tahun, persalinan pada ibu berusia >35 tahun sebanyak 86 orang
umur yang terlalu muda sering juga (41,3%) dan jumlah ibu bersalin dengan
menyebabkan distosia, dimana distosia partus lama yaitu 104 orang sebagai
dapat menyebabkan terjadinya partus lama kelompok kasus dan 104 orang ibu bersalin
(Prawirohardjo, 2010). yang tidak mengalami partus lama sebagai
Berdasarkan data yang diperoleh di kontrol.
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dari tahun
Paritas Ibu bersalin dengan Kejadian
2010 hingga 2013 terdapat peningkatan
Partus lama
angka kejadian partus lama. Dari data yang
didapat di Rekam Medik RSUD Arifin Tabel 2. Hubungan Paritas Ibu Bersalin
Achmad Propinsi Riau tahun 2015, jumlah dengan Kejadian Partus Lama di RSUD
ibu bersalin sebanyak 1580 orang dan dari Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun 2016
jumlah keseluruhan tersebut terdapat 104
orang ibu yang mengalami partus lama (RM Partus Lama
Paritas Total (%)
RSUD Arifin Achmad, 2015). Ya % Tidak %
Berdasarkan latar belakang perumusan <4 71 34,1 87 41,8 158 75,9
adalah “Apakah Ada Hubungan Paritas dan ≥4 33 15,9 17 8,2 50 24,1
Usia Ibu Bersalin dengan Kejadian Partus Total 104 50 104 50 208 100
Lama di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau OR= 0,120 p-value= 0,015
Tahun 2016”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Berdasarkan tabel 2 di atas dapat dilihat
Hubungan Paritas dan Usia Ibu Bersalin bahwa pada kasus ibu yang mengalami
dengan Kejadian Partus Lama di RSUD partus lama dan paritas ≥ 4 berjumlah 33
Arifin Achmad Provinsi Tahun 2016. orang (15,9%) dan pada kontrol ibu yang
tidak mengalami partus lama dan paritas ≥ 4
METODE PENELITIAN berjumlah 17 orang (8,2%). Dari hasil uji
statistik didapatkan hubungan yang
Jenis penelitian ini adalah analitik
signifikan antara usia ibu bersalin dengan
kuantitatif dengan desain case control.
partus lama pvalue 0.015 (α=0,05), dan nilai
Kasus pada penelitian ini adalah seluruh ibu
OR 0,12 yang berarti bahwa ibu dengan
bersalin dengan partus lama di RSUD Arifin
paritas ≥ 4 lebih beresiko 2,3 kali dibanding
Achmad Provinsi Riau Bulan Desember –
ibu dengan paritas < 4.
Februari tahun 2016 dengan jumlah sampel
adalah 104 orang (total sampling) dan 104 Usia Ibu Bersalin dengan Kejadian Partus
ibu bersalin sebagai control diambil dengan Lama
simple random sampling. Ada pun jenis
instrument yang digunakan adalah lembar Tabel 3. Hubungan Usia Ibu Bersalin
checklist. dengan Kejadian Partus Lama di RSUD
Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun 2016
HASIL PENELITIAN
Partus Lama
Usia Total (%)
Paritas, Usia, Partus Lama Ya % Tidak %
Tabel 1. Distribusi Paritas, Usia, Kejadian <20 tahun 20 9,6 31 14,9 51 24,5
dari Ibu Bersalin Partus Lama di RSUD 20-35 tahun 25 12,0 46 22,1 71 34,1
Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun 2016 >35 tahun 59 28,4 27 13 86 41,4
Total 104 50 104 50 208 100
Kategori Frekuensi Persen
p-value= 0,000
Paritas
<4 158 75,9 Berdasarkan tabel 3 diatas dapat dilihat
≥4 50 24,1 bahwa pada kasus ibu yang mengalami
Total 208 100 partus lama dan usia >35 tahun berjumlah
Usia 59 orang (28,4%) dan pada kontrol ibu yang
< 20 tahun 51 24,5 tidak mengalami partus lama dan usia 20-35
20-35 tahun 71 34,1 tahun berjumlah 46 orang (22,1%). Dari hasil
>35 tahun 86 41,3 uji statistik didapatkan hubungan yang
Total 208 100 signifikan antara usia ibu bersalin dengan
Partus Lama partus lama pvalue 0.00 (α=0,05).
Ya 104 50 PEMBAHASAN
Tidak 104 50
Total 208 100 Paritas Ibu bersalin dengan Kejadian
Partus Lama
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa
mayoritas ibu dengan paritas <4 sebanyak Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
158 orang (75,9%), sedangkan mayoritas bahwa (r= 0,120) pada kasus mayoritas tidak

209 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

beresiko paritasnya <4 sebanyak 71 orang belum matangnya alat-alat reproduksi


(34,1%) dan minoritas ibu beresiko sebanyak sehingga terjadinya partus lama.
33 orang (15,9%) sedangkan pada kontrol Hasil penelitian ini sejalan dengan
mayoritas tidak beresiko dengan paritas <4 penelitian Selvi Hidayati tahun 2013 RSUD
sebanyak 87 orang (41,8%) dan minoritas Kota Surabaya tentang hubungan paritas
dengan paritas ≥4 sebanyak 17 orang dan usia ibu bersalin dengan kejadian partus
(8,2%). Pada hasil uji statistik didapatkan dengan probabilitas (sig) = 0,000 < 0,05.
nilai Pvalue yaitu (0,015), berarti ada Maka hipotesis terbukti, artinya ada
hubungan yang bermakna antara Paritas ibu hubungan antara usia, paritas dengan partus
bersalin dengan Kejadian Partus Lama (α = lama.
0,05)di RSUD Arifin Achmad Propinsi Riau Berdasarkan hasil penelitian dan teori
tahun 2016. diatas maka peneliti berasumsi bahwa usia
Menurut teori yang dikemukakan oleh ada hubungannya dengan kejadian partus
Cunning Cam dalam buku Obstetri dan lama.
Ginekologi (William, 2011) yang menyatakan
bahwa wanita dengan paritas tinggi beresiko KESIMPULAN DAN SARAN
mengalami partus lama karena disebabkan
Kesimpulan
oleh uterus yang mengalami kekendoran
pada dinding rahim. Berdasarkan Dari hasil penelitian tentang
Menurut Sarwono 2010 paritas yang hubungan paritas dan usia ibu bersalin
tinggi yaitu lebih dari 4 jika tidak diatasi dengan kejadian partus lama di RSUD Arifin
dapat menyebabkan terjadinya partus lama Achmad Provinsi Riau tahun 2016 dapat
karena dapat menyebabkan distosia bahu disimpulkan bahwa: Distribusi frekuensi Ibu
sehingga terjadinya partus lama. Sedangkan bersalin berdasarkan paritas di RSUD Arifin
faktor tambahan lainnya adalah primigravida, Achmad Provinsi Riau Tahun 2016
ketuban pecah dini ketika serviks masih mayoritas <4 sebanyak 158 orang (76%).
tertutup keras dan mendatar, analgesi dan Distribusi frekuensi Ibu Bersalin Berdasarkan
anastesi yang berlebihan dalam fase laten. Usia di RSUD Arifin Achmad Provinsi
Hasil penelitian ini sejalan dengan Riautahun 2016 mayoritas >35 tahun
penelitian Selvi Hidayati tahun 2013 RSUD sebanyak 86 orang (41,3%). Distribusi
Kota Surabaya tentang hubungan paritas frekuensi Ibu Bersalin Berdasarkan Kejadian
dan usia ibu bersalin dengan kejadian partus Partus Lama di RSUD Arifin Achmad
lama menunjukkan bahwa hasil uji chi- Provinsi Riau tahun 2016 terdapat 104 ibu
square untuk usia dengan probabilitas (sig) = dengan partus lama. Terdapat hubungan
0,000 < 0,05. Maka hipotesis terbukti, artinya yang bermakna antara paritas dengan
ada hubungan antara usia, paritas dengan kejadian partus lama di RSUD Arifin Achmad
partus lama. Provinsi Riau tahun 2016 dengan (Pvalue =
Berdasarkan hasil penelitian dan teori 0,015). Terdapat hubungan yang bermakna
diatas maka peneliti berasumsi bahwa antara usia dengan kejadian partus lama di
paritas ada hubungannya dengan kejadian RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau tahun
partus lama. 2016 dengan (Pvalue = 0,000).
Usia Ibu Bersalin dengan Kejadian Partus Saran
Lama
Kepada ibu-ibu diharapkan untuk dapat
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan menghindari kehamilan apabila paritas
bahwa hubungan Usia dengan partus lama sudah ≥ 4 dan usia sudah >35 tahun.
kuat (r= 2.379) dan menjelaskan bahwa Kepada Peneliti Selanjutnya Kepada peneliti
semakin bertambah usia ibu maka akan selanjutnya, diharapkan mengkaji faktor-
semakin besar kemungkinan mengalami faktor resiko lain terkait kejadian partus lama
partus lama. pada kasus mayoritas berusia terutama kejadian yang terkait dengan
>35 tahun sebanyak 59 orang (28,4%). Pada proses persalinan.
hasil uji statistik didapatkan nilai Pvalue yaitu
(0,000), berarti ada hubungan yang DAFTAR PUSTAKA
bermakna antara Usia ibu bersalin dengan
Kejadian Partus Lama(α = 0,05) di RSUD Amiruddin R. Partus lama. Jakarta: Trans
Arifin Achmad Propinsi Riau tahun 2016. Info Media; 2014. hlm. 21.
Menurut Sarwono 2010 usia yang terlalu BKKBN. Deteksi dini komplikasi persalinan.
muda yaitu kurang dari 20 tahun jika tidak Jakarta: BKKBN; 2010. hlm. 34.
diatasi dapat menyebabkan terjadinya partus Depkes RI Bina Kesehatan Ibu. .[laman
lama karena umur yang terlalu muda dapat depkes]. 2 Februari 2009. [diunduh 2
menyebabkan distosia bahu hal ini karena April 2016] http://www.bkkbn.go.id

210 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

Dinas kesehatan Provinsi Riau. Profil


kesehatan provinsi Riau tahun
2011.[laman depkes]. 05 Juni 2011.
[diunduh 2 April 2016]
http://dinkesriau.net/hom
Fauziyah Y. Obstetri patologi. Yogyakarta:
Nuha medika; 2012. hlm. 54.
Ishadi I.Partus Lama.[dokumen internet]. 03
Januari 2011. [diunduh 6 Maret 2016].
Http://www.duniabidan.0fees.net/index.-
php-/download-partus-lama
Manuaba IAC. Ilmu kebidanan penyakit
kandungan dan keluarga berencana
untuk pendidikan bidan. Jakarta: EGC;
2010. Hlm 44.
Prawirohardjo S. Pelayanan kesehatan
maternal dan neonatal. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka; 2010. hlm. 89-91
Rekam Medik RSUD Arifin Achmad Provinsi
Riau; 2015.
Saifuddin S. Buku acuan pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal.
Jakarta: YBPSP; 2010. hlm. 54.

211 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

PENDAHULUAN
EFEKTIVITAS SENAM KEGEL TERHADAP
WAKTU PENYEMBUHAN Post partum atau nifas merupakan
LUKA PERINEUM PADA IBU POST keadaan dimana masa pemulihan alat-alat
PARTUM NORMAL reproduksi seperti sebelum hamil. Dalam
Ari Antini masa nifas perlu melakukan perawatan
(Poltekkes Kemenkes Bandung, untuk membantu proses involusi misalnya
Prodi Kebidanan Karawang) mobilisasi, diet, miksi, defekasi, laktasi,
Irna Trisnawati perawatan payudara dan dan perawatan
.
(Poltekkes Kemenkes Bandung, perineum (Basuki, Farida, 2012). Proses
Prodi Kebidanan Karawang) persalinan hampir 90% yang mengalami
Jundra Darwanty robekan perineum, baik dengan atau tanpa
(Poltekkes Kemenkes Bandung, episiotomi. (Ridhyanti, 2013)
Prodi Kebidanan Karawang) Luka perineum didefinisikan sebagai
adanya robekan pada jalan rahim maupun
ABSTRAK karena episotomi pada saat melahirkan janin
(Wiknjosastro, 2005). (Dewi, dkk)
Berdasarkan penelitian Ajenifuja 2010 di Perawatan yang tepat segera setelah
Nigeria dari 76 wanita perdarahan post persalinan atau penjahitan dapat membantu
partum primer yang dirawat dari tahun 2002 mengurangi edema dan memar. Jika area
sampai 2006 disebabkan laserasi jalan lahir perineum gagal sembuh, atau masih
(11,84%). Penelitian dengan survey dalam menyebabkan nyeri meskipun seharusnya
skala besar dilakukan dua bulan pada ibu sudah terjadi penyembuhan awal, mungkin
post partum sebagian besar ibu mengatakan dapat disarankan untuk dilakukan penjahitan
masih merasakan nyeri pada perineumnya, ulang atau perbaikan. (Frase & cooper,
77% diantaranya adalah primipara dan 52% 2009) Biasanya penyembuhan luka pada
multipara. Penyembuhan luka pada robekan robekan perineum ini akan sembuh
perineum bervariasi, ada yang sembuh bervariasi, ada yang sembuh normal (6-7
normal (6-7 hari) dan terlambat. Tujuan hari) dan ada yang mengalami
penelitian untuk mengetahui efektivitas keterlambatan dalam penyembuhannya.
senam kegel terhadap waktu penyembuhan (Saleha, 2009).
luka perineum pada ibu post partum normal . Berdasarkan survey Demografi
Metode penelitian menggunakan desain Kesehatan Indonesia (SDKI) dan Biro Pusat
quasi eksperimen. Analisis data Statistik (BPS) tahun 2008 didapatkan ibu
menggunakan analisis univariat, bivariat nifas yang mengalami infeksi sebanyak 67%.
menggunakan uji T. Sampel dalam penelitian Menurut rustam (1998) jenis infeksi nifas, 22-
ini adalah ibu nifas hari pertama melahirkan 55% disebabkan karena infeksi jalan lahir.
bulan mei sampai dengan nopember 2015 (Rendra, 2009) Angka kejadian infeksi luka
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Besar perineum di Vietnam tahun 2005 dilaporkan
sampel didapatkan 30 responden masing- 0,3-3%. (Sim Romi, 2009) Berdasarkan
masing baik pada kelompok perlakuan penelitian Ajenifuja 2010 di Nigeria bahwa
maupun kelompok kontrol. Hasil Penelitian dari 76 wanita yang mengalami perdarahan
didapatkan Rata-rata waktu penyembuhan post partum primer yang dirawat dari tahun
luka perineum pada kelompok senam kegel 2002 sampai 2006 disebabkan laserasi jalan
adalah 6 hari dengan batasan minimal 5 hari lahir (11,84%).
dan maksimal 7 hari lebih cepat Menurut Smeltzer, 2002 terdapat faktor
dibandingkan pada kelompok mobilisasi rata- eksternal yang mempengaruhi
rata adalah 7 hari, batasan minimal 4 hari penyembuhan luka adalah lingkungan,
dan maksimal 9 hari. Hasil analisis bivariat tradisi, pengetahuan, sosial ekonomi,
diperoleh nilai P=0,000, sehingga dapat penanganan petugas, kondisi ibu dan gizi.
disimpulkan terdapat hubungan yang Sedangkan faktor internal yang
bermakna lama waktu penyembuhan luka mempengaruhi penyembuhan luka adalah
antara ibu melakukan senam kegel dengan usia, penanganan jaringan, haemoragic,
ibu melakukan mobilisasi pada ibu post hipovolemia, faktor lokal edema, deficit
partum. Disarankan bagi tenaga Kesehatan nutrisi, personal hygiene, deficit oksigen,
khususnya bidan agar senantiasa over aktifitas. (Smeltzer, 2002) Berdasarkan
mengajarkan senam kaegel pada ibu-ibu penelitian didapatkan lebih dari 85% wanita
khususnya ibu hamil dan ibu post partum. post partum mengalami trauma pada
perineum, di UK yang sampai spingter ani
Kata Kunci: 0,5%-7%, trauma pada perineum
Senam kegel, post partum menyebabkan masalah fisik dan psikologis

212 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

dalam jangka waktu yang lama. (Kettle (33%), dan berdasarkan hasil wawancara
Chris, 2008) pada ibu post partum didapatkan lama
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa penyembuhan luka perineum lebih dari 8 hari
38% ibu mengatakan nyeri perineum dan ibu tidak pernah melakukan senam
meningkat pada hari ke 7 setelah kegel.
persalinan. Sebuah penelitian dengan survey
dalam skala besar yang telah dilakukan dua METODE PENELITIAN
bulan pada ibu post partum, sebagian besar
hasil penelitian ibu mengatakan masih Penelitian ini merupakan penelitian quasi
merasakan nyeri pada perineumnya, 77% eksperimen, Waktu penelitian pada bulan
diantaranya adalah primipara dan 52% Mei-November 2015. Tempat penelitian
multipara. (Fransisco, 2010) dilakukan di Wilayah Puskesmas Kabupaten
Penghambat keberhasilan penyembuhan Karawang. Alasan pemilihan tempat
luka menurut Boyle (2008) adalah sebagai berdasarkan cakupan sasaran ibu bersalin
berikut : malnutrisi, merokok, kurang tidur, dan lokasi mudah dijangkau. Populasi dalam
stress, kondisi medis dan terafi, apusan penelitian ini adalah semua ibu post partum
kurang optimal, lingkungan optimal untuk terutama yang melahirkan pada bulan mei
penyembuhan luka, kurang mobilisasi dan sampai nopember 2015. Sampel dalam
infeksi. (Boyle, 2008). Beberapa manfaat penelitian ini adalah adalah ibu nifas hari
senam nifas secara umum adalah pertama yang melahirkan pada bulan mei
membantu penyembuhan rahim, perut, dan sampai dengan nopember 2015 yang
otot pinggul yang mengalami trauma serta memenuhi kriteria inklusi: Ibu Post Partum
mempercepat kembalinya bagian-bagian hari pertama dengan robekan perineum
tersebut ke bentuk normal, membantu grade 2, Ibu melahirkan di wilayah
menormalkan sendi-sendi yang menjadi Puskesmas Kabupaten Karawang tahun
longgar akibat kehamilan dan persalinan 2015, Ibu melahirkan kategori primipara, Ibu
serta mencegah pelemahan dan peregangan nifas tidak mengalami anemia, Ibu nifas tidak
lebih lanjut, mengahasilkan manfaat melakukan pantang makan selama proses
psikologis, menambah kemampuan pengamatan, Kondisi luka pada saat mulai
menghadapi stress dan bersantai sehingga pengamatan tidak ada tanda-tanda infeksi,
mengurangi depresi masa nifas. Ibu tidak mendapatkan terapi (obat antibiotik
Mobilisasi yang efektif dilakukan untuk dan vitamin). Kriteria Eksklusi adalah Ibu
ibu nifas dalam mempercepat proses yang tidak bersedia untuk dijadikan subjek
penyembuhan luka perineum dengan penelitian, Ibu yang tidak mempunyai
senam kegel, diantaranya untuk catatan persalinan lengkap.
memperbaiki sirkulasi darah, memperbarui Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
sikap tubuh, memperbaiki otot pelvis/ dasar efektivitas senam kegel terhadap waktu
panggul seorang perempuan. (Bobak, penyembuhan luka perineum pada ibu post
20015). Berdasarkan hasil penelitian Paul partum Normal. Perhitungan besar sampel
fine 2007 didapatkan latihan dasar panggul dalam penelitian ini menggunakan rumus
pada ibu hamil dan ibu nifas merupakan besar sampel untuk eksperimen dan
potensi yang baik. (Paul fine, 2009). diperoleh sampel sebesar 30 responden
Berdasarkan hasil penelitian di United masing-masing baik pada kelompok
Kingdom didapatkan 23-42% wanita perlakuan maupun kelompok kontrol.
mengalami kesakitan dan ketidaknyamanan Pengambilan sampel dalam penelitian ini
yang berlanjut 10-12 hari post partum dan menggunakan teknik purposive sampling di
didapatkan terdapat hubungan yang Kabupaten Karawang. Analisis dalam
bermakna antara yang diberikan senam nifas penelitian ini menggunakan analisis univariat
dengan pemulihan kekuatan otot dasar dan analisis bivariat Analisis bivariat. Dalam
panggul. (Anonim, 1996). Berdasarkan hasil penelitian ini dilakukan analisis dengan
penelitian Ridlayanti, 2013 didapatkan ada menggunakan uji T. Penelitian ini telah
hubungan antara senam kegel dan mendapatkan persetujuan dari Komite Etik
penyembuhan luka perineum dengan p value Penelitian Poltekkes Kemenkes Bandung.
= 0,006. (Ridhyanti, 2013)
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan HASIL PENELITIAN
didapatkan sasaran ibu bersalin/ nifas tahun
2014 ke-2 terbanyak adalah Puskesmas Pada tabel 1 Hasil analisis diketahui luka
Klari sebanyak 2632 ibu. Berdasarkan studi berwarna kemerahan pada kelompok senam
pendahuluan di Puskesmas Klari didapatkan kegel (1-2 hari) berlangsung lebih cepat
data dari bulan Januari-Oktober 2014 dibandingkan kelompok mobilisasi (1-4 hari).
terdapat 86 persalinan, dan terdapat 28 ibu Pada proses Luka mulai kering dan menutup
bersalin dengan ruptur perineum derajat 2 pada kelompok mobilisasi berlangsung lebih

213 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

awal tetapi prosesnya lebih lama (2-6 hari), dengan standar deviasi 1,45. Hasil uji
dibandingkan kelompok senam kegel (3-4 statistik diperoleh nilai p 0,000, (p<0,05)
hari). Demikian juga mulai muncul jaringan berarti pada alpha 5 % dapat disimpulkan Ho
parut pada kelompok mobilisasi (3-9 hari) gagal ditolak yang berarti bahwa senam
berlangsung lebih awal tetapi prosesnya kegel lebih efektif secara signifikan terhadap
lebih lama dibandingkan kelompok senam waktu penyembuhan luka dibandingkan
kegel (4-6 hari). Pada proses luka menutup dengan ibu yang melakukan mobilisasi.
dengan baik pada kelompok mobilisasi (4-9
hari) berlangsung lebih awal tetapi Tabel 3 Efektivitas senam kegel terhadap
prosesnya lebih lama dibandingkan waktu penyembuhan luka perineum pada ibu
kelompok senam kegel (5-7 hari) post partum Normal di Wilayah Puskesmas
Kabupaten Karawang tahun 2015
Tabel 1. Gambaran proses penyembuhan
luka perineum di Wilayah Puskesmas St. St. P
Kabupaten Karawang Tahun 2015 Variabel N Mean
Deviasi Error value
Waktu
Luka Luka Terdapat Luka
penyembuhan
berwarna mulai jaringan menutup
Variabel Kemerahan kering parut dengan Senam kegel 30 5,9 0,76 0,139 0,000
dan baik Mobilisasi 30 7,4 1,45 0,265
menutup
Senam 1-2 hari 3-4 hari 4-6 hari 5-7 hari PEMBAHASAN
Kegel
Mobilisasi 1-4 hari 2-6 hari 3-9 hari 4-9 hari Rata-Rata Lama Waktu Penyembuhan
Luka Perineum

Tabel 2. Gambaran umur responden dan Rata-rata lama waktu penyembuhan luka
waktu penyembuhan luka pada kelompok perineum pada kelompok senam kegel
senam kegel dan mobilisasi di Wilayah adalah 6 hari dengan batasan minimal 5
Puskesmas Kabupaten Karawang Tahun hari dan maksimal 7 hari lebih cepat
2015 (n=30) dibandingkan pada kelompok mobilisasi
dengan rata-rata jumlah hari adalah 7 hari,
Standar Minimum- dengan batasan minimal 4 hari dan
Variabel Mean maksimal 9 hari.
Deviasi Maksimum
Umur responden 23,37 3,74 20 – 35 Smeltzer (2002), dan Ismail (2012)
Waktu menyebutkan bahwa fase penyembuhan
penyembuhan luka terdiri dari Fase Inflamasi yang
Senam kegel 5,9 0,76 5–7 berlangsung selama 1 sampai 4 hari
Mobilisasi 7,4 1,45 4–9 (Ketika mikrosirkulasi mengalami kerusakan,
elemen darah seperti antibodi, plasma
Pada tabel 2, hasil analisis diketahui rata- protein, elektrolit, komplemen, dan air
rata umur responden adalah 23,37 tahun, menembus spasium vaskular selama 2
dengan standar deviasi 3,74 tahun, umur sampai 3 hari, menyebabkan edema, teraba
terendah yaitu 20 tahun dan umur tertinggi hangat, kemerahan dan nyeri), Fase
35 tahun. Sedangkan waktu penyembuhan Proliferatif, berlangsung 5 sampai 20 hari,
diketahui rata-rata waktu penyembuhan dan fase Maturasi berlangsung 21 hari
pada kelompok senam kegel adalah 5,9 hari, sampai sebulan atau bahkan tahunan.
dengan standar deviasi 0,76, waktu (Ridhyanti, 2013; Ismail, 2012). Pada
penyembuhan tercepat 5 hari dan waktu kenyataannya rata-rata penyembuhan luka
penyembuhan terlama 7 hari., sedangkan perineum bervariasi ada yang berlangsung
pada kelompok mobilisasi rata rata waktu normal (6-7 hari) dan ada yang berlangsung
penyembuhan yaitu 7,4 hari lebih lama dari lambat (lebih dari 7 hari). Cepat lambatnya
kelompok senam kegel, dengan standar penyembuhan luka perineum dipengaruhi
deviasi 1,45 hari, waktu penyembuhan oleh beberapa faktor yang meliputi faktor
tercepat 4 hari dan terlama 9 hari. internal yaitu usia, penanganan jaringan,
Tabel 3 rata-rata waktu haemorogic, hipovolemia, faktor lokal
penyembuhan pada kelompok senam kegel edema, defisit nutrisi, personal hygine, defisit
5,9 hari dengan standar deviasi 0,76, oksigen dan over aktifitas. Sedangkan
sedangkan untuk kelompok mobilisasi rata- pengaruh faktor eksternal meliputi
rata waktu penyembuhan yaitu 7,4 hari lebih lingkungan, tradisi, pengetahuan, sosial
besar dari rata-rata kelompok senam kegel ekonomi, penanganan petugas dalam
memberikan pendidikan kesehatan

214 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

perawatan luka perineum dan latihan nifas merupakan potensi yang baik dalam
mobilisasi. kondisi ibu dan gizi. meningkatkan elastisitas otot perineum pada
Salah satu faktor pendukung yang dapat saat persalinan dan mempercepat
mempercepat penyembuhan luka perineum kesembuhan luka perineum pada ibu post
adalah melalui anjuran mobilisasi oleh partum. (Paul fine, 2009)
tenaga kesehatan. Mobilisasi tersebut bisa Hasil penelitian menunjukan adanya
diarahkan dengan berbagai latihan. Bentuk kesesuaian teori dan didukung oleh hasil
latihan yang dianjurkan menurut Nursalam penelitian Ridhlayanti tahun 2013 yang
(2006) bahwa latihan kegel akan dapat mengatakan bahwa terdapat hubungan yang
memberikan pengaruh yang baik terhadap bermakna antara senam kegel dengan
tingkat kemampuan fisik manusia bila penyembuhan luka jahitan perineum pada
dilaksanakan dengan tepat dan terarah, ibu post partum normal (Nilai p=0,006).
karena dengan latihan kegel dapat Sehingga dapat disimpulkan bahwa senam
memperkuat otot-otot dasar panggul kagel yang dilakukan dengan frekuensi 3 kali
terutama otot pubococcygeal sehingga /hari pada hari ke-1 dan 2 dan 5 kali/ hari
wanita dapat memperkuat otot-otot saluran pada hari ke 3, 4, 5, 6 dan seterusya sampai
kemih dan otot-otot vagina sehingga berefek luka perineum sembuh dapat mempercepat
terhadap percepatan proses penyembuhan penyembuhan luka.
luka perineum. selain kaegel banyak
gerakan yang dapat dilakukan oleh ibu post KESIMPULAN DAN SARAN
partum diantaranya adalah mengangkat
panggul secara bertahap dan lain-lain. Kesimpulan
Hasil penelitian Ridlayanti, 2013
didapatkan bahwa rata-rata hari Rata-rata lama waktu penyembuhan luka
penyembuhan luka perineum dengan perineum pada kelompok senam kegel
menggunakan latihan kegel lebih yaitu 5-7 adalah 6 hari dengan batasan minimal 5
hari. Sedangkan menurut penelitian Dewi hari dan maksimal 7 hari lebih cepat
Dina (2013) yang meneliti tentang efektivitas dibandingkan pada kelompok mobilisasi
mobilisasi dini terhadap kecepatan dengan rata-rata jumlah hari adalah 7 hari,
penyembuhan luka perineum didapatkan dengan batasan minimal 4 hari dan
bahwa dari 16 responden sebagian besar maksimal 9 hari.
responden (10) percepatan penyumbuhan Hasil analisis bivariat diperoleh nilai
luka lebih lambat (>7) dan hanya 6 P=0,000.sehingga dapat disimpulkan bahwa
responden yang masuk kategori terdapat hubungan yang bermakna lama
kesembuhan lukanya cepat. waktu penyembuhan luka antara ibu yang
Hasil penelitian menunjukan bahwa rata- melakukan senam kegel dengan ibu yang
rata hari kesembuhan luka untuk senam melakukan mobilisasi pada ibu post partum
kaegel lebih cepat dibandingkan dengan
mobilisasi (latihan mengangkat panggul) SARAN

Efektivitas Senam Kegel dengan rata-rata Bagi tenaga kesehatan khususnya bidan
lama penyembuhan luka perineum diharapkan selalu mengajarkan senam kegel
pada ibu hamil dan terutama pada ibu-ibu
Hasil uji statistik mengenai efektivitas primigravida pada saat kontak dengan ibu
senam kegel dengan lama watu hamil baik pada saat pemeriksaan kehamilan
penyembuhan luka perineum dengan maupun pada saat pelaksanaan kelas ibu
menggunakan uji T didapatkan nilai P= hamil.
0,000 dapat disimpulkan bahwa senam kegel Bagi tenaga Kesehatan khususnya bidan
lebih efektif secara signifikan terhadap waktu agar senantiasa mengajarkan senam kaegel
penyembuhan luka dibandingkan dengan ibu yang merupakan bagian dari senam nifas
yang melakukan mobilisasi. pada ibu-ibu khususnya ibu post partum
Pengaruh senam kegel terhadap dengan luka perineum, serta menyediakan
percepatan penyembuhan luka perineum media penyuluhan seperti leaflet/brosur dll
disebabkan karena kontraksi otot-otot yang dapat dijadikan panduan ibu dalam
pubococcygeal mempengaruhi sirkulasi melakukan senam kagel di rumah.
oksigenisasi dan memperlancar peredaran
darah sehingga membuat tumbuhnya DAFTAR PUSTAKA
jaringan baru untuk merapatkan luka jahitan
24
(mempercepat fase proliferatif). Paul fine Anonim.1996. The effect of post natal
(2007) dalam penelitiannya menjelaskan exercises to strengthen the pelvic floor
bahwa dengan latihan kontraksi otot-otot muscles. Vol 75. No 4, Pages 382-385.
pubococcygeal pada masa kehamilan dan

215 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

Basuki Dwi, Farida Luluk. Gambaran proses


penyembuhan luka perineum pada nifas
hari ke 1 sampai 14 di BPS Umi Nadifah
Pelintahan Kec. Pandaan Pasuruan.
Jurnal Keperawatan Bina Sehat, Vol 7
no. 1. 2012 .
Bobak, Lowedermilk, jhonson, 2005. Buku
Ajar Keperawatan Maternitas edeisi 4.
Jakarta:EGC.
Boyle, Maureen. 2008. Pemulihan Luka.
Jakarta: EGC
Dewi D, Ratnawati R, Berlian I. Hubungan
mobilisasi dini dengan kecepatan
kesembuhan luka perineum pada ibu
post partum di seluruh wilayah kerja
Puskesmas Singosari Kabupaten
Malang. Di akses melalui
http://www.ejournal.umm.ac.idindex.phpk
eperawatanarticleviewFile10501133_um
m_scientific_journal.pdf diakses pada
tanggal 21 Oktober 2014
Fransisco A A ,et all. 2010. Women
experiences of perineal pain during the
immediate postnatal period : A cross
sectional study in brazil. Volume 27,
Issue 6, pages e 254-e259
Frase & cooper (2009), Myles buku ajar
bidan, Jakarta:EGC
Ismail. 2012. http://harsonosites.com/
2014/06/12/luka-jahitan-perineum-
tinjauan-pustaka/ diakses 12 nop 2015
Kettle Chris, dr. 2008. Clinical midwife
spesialist and Susan to hill.
Paul fine, et all. 2009. Teaching and
practicing of pelvic floor muscle exercises
in primiparous women during pregnancy
and the post partum period. Volume 197.
Issue 1, pages 107, e1-107.e5
Rendra, 2009. Asuhan pada ibu nifas, http//:
www. Info-cyber.neth.com.id
Ridhyanti Annisa. Hubungan antara senam
kegel dengan penyembuhan luka jahitan
perineum pada ibu post partum normal.
Stikes Aisyiyah Bandung. 2013
Saleha Siti. 2009. Asuhan Kebidanan pada
masa nifas. Jakarta: Salemba Medika
Sim Romi. Kejadian Infeksi Luka Episiotomi
dan Pola Bakteri pada persalinan Normal
di RSUP H. Adam Malik dan RSUD Dr.
Pirngadi Medan. Tesis. 2009
Smeltzer.2002. Referensi kesehatan.
www.google.com

216 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

PENDAHULUAN
HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU
PENCEGAHAN Transmisi malaria telah terjadi di 106
TERHADAP KEJADIAN MALARIA PADA Negara. Sebanyak 97 negara diantaranya
IBU HAMIL merupakan daerah endemis malaria.
Sebanyak 3,3 milyar penduduk dunia tinggal
Rensat Bastian Tino di daerah berisiko tertular malaria. perkiraan
(Program S2 Epidemiologi, FKM, jumlah kasus malaria di dunia sebanyak 198
Universitas Airlangga Surabaya) juta kasus pada Tahun 2013, dengan angka
Santi Martini insiden 30% dan angka mortalitas 40% sejak
Departemen Epidemiologi, FKM, Tahun 2000. Di Association of Southeast
Universitas Airlangga Surabaya) Asian Nations (ASEAN) termasuk Indonesia
Chatarina U.W jumlah kasus malaria sebesar 28 juta
Departemen Epidemiologi, FKM, dengan jumlah kematian sebanyak 584 ribu
Universitas Airlangga Surabaya) orang terutama anak balita (78%) setiap
Atik Choirul Hidajah tahun. Di seluruh dunia diperkirakan terdapat
Departemen Epidemiologi, FKM, 42,6 juta bayi lahir dari ibu yang berisiko
Universitas Airlangga Surabaya) terkena malaria falciparum dan/atau malaria
vivax. Data lain menyebutkan bahwa sekitar
125 juta ibu hamil diseluruh dunia terkena
ABSTRAK risiko malaria setiap tahun yang
mengakibatkan 200.000 kematian bayi yang
Infeksi malaria pada kehamilan merugikan
berhubungan dengan infeksi malaria pada
ibu dan janin yang dikandungnya karena
kehamilan. Untuk daerah Asia-Pasifik
dapat meningkatkan morbiditas dan
terdapat 54,4 juta ibu hamil berisiko malaria
mortalitas ibu maupun janin. Data kematian
dengan kematian berkisar 75.000-200.000
ibu di Kabupaten Timor Tengah Selatan
kematian bayi setiap tahun (WHO, 2014;
Tahun 2014, menunjukkan bahwa kematian
Poespoprodjo, 2011; Steketee dkk., 2001).
ibu berdasarkan penyebab malaria berada
Angka postif malaria di Indonesia pada
pada urutan ke tiga. Tujuan penelitian untuk
kelompok rentan seperti ibu hamil dan anak
menganalisis pengaruh faktor perilaku
umur 1-9 tahun cukup tinggi (1,9%)
pencegahan (pemakaian kelambu,
dibanding kelompok umur lainnya
pemasangan kawat kasa, penggunaan obat
(Kemenkes RI, 2013). Hasil Mass Blood
anti nyamuk dan kebiasaan berada di luar
Survei (MBS) di 14 propinsi, menunjukkan
rumah pada malam hari) terhadap kejadian
bahwa kasus infeksi malaria pada ibu hamil
malaria pada ibu hamil di Kabupaten TTS.
yang terbanyak adalah Nusa Tenggara
Penelitian dilakukan menggunakan
Timur (NTT), kemudian Maluku (Kemenkes
rancangan penelitian case control. Teknik
RI, 2011). Kabupaten di NTT dengan
pengambilan sampel menggunakan Multi
penderita malaria positif yang tertinggi pada
Stage Sampling dengan besar sampel
tahun 2013 adalah Kabupaten Sumba Barat
sebanyak 90 orang. Analisis data
Daya, Timor Tengah Selatan (TTS), dan
menggunakan analisis bivariabel. Hasil
Belu, (Dinkes Prop. NTT, 2013).
penelitian menunjukkan ibu hamil yang tidak
Kabupaten TTS masih tergolong daerah
menggunakan kelambu dan atau memiliki
endemis, jika dilihat berdasarkan Annual
kebiasaan berada di luar rumah pada malam
Parasite Incidens (API) pada periode Tahun
hari memiliki risiko yang lebih besar untuk
2011-2014 API diatas 5 per 1000. Di daerah
terinfeksi malaria di Kabupaten TTS p=0,000
endemis malaria, wanita hamil lebih mudah
(OR 8,389, 95% CI : 3,152-22,292) dan p :
terinfeksi parasit malaria dibandingkan
0,010 (OR : 3,143, 95% CI : 1,300-7,599).
wanita tidak hamil. Kemudahan infeksi itu
Dengan demikian maka perlu adanya
terjadi karena kekebalan yang menurun
pemerataan, monitoring pemanfaatan dan
selama kehamilan, akibatnya dapat terjadi
pemeliharaan kelambu berinsektisida dan
peningkatan prevalensi densitas parasit
perlu mengidentifikasi potensi-potensi lokal
malaria berat (Chahaya, 2003).
yang dapat dijadikan sebagai media
Proporsi kasus malaria pada ibu hamil
pengusir nyamuk dan dapat juga
periode waktu Tahun 2011-2015 di
memanfaatkan tanaman-tanaman pengusir
Kabupaten TTS menunjukkan bahwa
nyamuk, seperti zodia, selasih, geranium,
proporsi kasus malaria pada ibu hamil
suren, lavender, serai dan mimba.
fluktuatif dengan proporsi tertinggi pada
Tahun 2015 sebesar 4,5% (73 kasus) di
Kata Kunci:
Tahun 2015 dan terendah 2,73% (100
Malaria, Ibu Hamil, Perilaku, Pencegahan
kasus) di tahun 2014. Infeksi malaria pada
kehamilan sangat merugikan ibu dan janin

217 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

yang dikandungnya, karena infeksi ini dapat Puskesmas Oinlasi (timur), Puskesmas
meningkatkan kejadian morbiditas dan Kapan dan Puskesmas Binaus (utara),
mortalitas ibu maupun janin. Komplikasi Puskesmas Noemuke (selatan). Stage III :
malaria pada ibu hamil seperti anemia, semua ibu hamil yang menderita penyakit
hipoglikemia, malaria serebral, udema paru, malaria berdasarkan hasil pemeriksaan
infeksi plasenta, gagal ginjal akut, sepsis mikroskop yang tercatat pada register KIA di
puerperal dan perdarahan postpartum, 5 puskesmas tahun 2015 dicuplik sebagai
bahkan dapat mengakibatkan kematian. sampel kasus, sedangkan ibu hamil yang
Angka mortalitas malaria pada ibu hamil tidak menderita malaria berdasarkan hasil
dengan komplikasi hipoglikemia sebesar 45- pemeriksaan mikroskop yang tercatat pada
75%, sedangkan malaria serebral memiliki register KIA di 5 puskesmas tahun 2015
mortalitas 20-50%. Data kematian ibu di dicuplik secara acak sebagai sampel kontrol.
Kabupaten TTS pada Tahun 2014 yang Analisis data yang digunakan adalah
diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten univariabel dan bivariabel menggunakan chi-
TTS Tahun 2014, menunjukkan bahwa square.
kematian ibu berdasarkan penyebab
diantaranya adalah malaria yang berada di HASIL PENELITIAN
urutan 3 sebesar 8,7% (2 kematian).
Upaya pengendalian malaria melalui Penelitian dilakukan di Kabupaten Timor
penemuan kasus, pengobatan, pembagian Tengah Selatan pada Bulan April-Mei 2016.
kelambu dan upaya preventif serta upaya Berdasarkan pengumpulan data yang
promotif lainnya telah dilakukan oleh dilakukan, diperoleh gambaran responden
perintah Kabupaten TTS. Namun demikian berdasarkan karakteristik pada Tabel 1, yang
kasus malaria masih saja terjadi. Oleh menunjukkan bahwa secara keseluruhan
karena itu, perlu dilakukan penelitian yang responden berkisar antara 16 -41 tahun.
mendalam untuk dapat menemukan faktor Pada kelompok kasus, umur berkisar antara
risiko perilaku yang berhubungan terhadap 18-41 tahun. Tingkat pendidikan lebih
kejadian malaria pada ibu hamil di banyak berpendidikan rendah yaitu SD
Kabupaten TTS. dengan jenis pekerjaan lebih banyak sebagai
Tujuan penelitian ini adalah petani. Rata-rata tingkat pendapatan
Mendeskripsikan karakteristik Ibu hamil keluarga responden perbulan paling berkisar
(umur, pekerjaan, tingkat pendidikan dan antar Rp. 20.000,- sampai 4.000.000,-.
tingkat pendapatan ekonomi). Menganalisis
hubungan faktor perilaku pencegahan Tabel. 1 Distribus Karakteristik Responden
(pemakaian kelambu, pemasangan kawat
kasa, penggunaan obat anti nyamuk dan Karakteristik Frekuensi %
kebiasaan berada di luar rumah pada malam Umur
hari) terhadap kejadian malaria di Kabupaten
TTS. 15-20 10 11,1
21-34 63 70
METODE PENELITIAN >34 17 18,9
Tingkat Pendidikan
Penelitian dilakukan dengan Tidak Sekolah 10 11,1
menggunakan rancangan penelitian case SD 36 40
control. Populasi kasus adalah ibu hamil SMP 16 17,8
yang menderita malaria dan populasi kontrol SMA 20 22,2
adalah ibu hamil yang tidak menderta Diploma 3 4 4,4
malaria berdasarkan register KIA puskesmas Sarjana (S1) 4 4,4
tahun 2015. Teknik pengambilan sampel Jenis Pekerjaan
menggunakan Multi Stage Sampling dengan Tidak Bekerja 11 12,2
besar sampel berjumlah 45 orang kasus dan Petani 56 62,2
45 orang kontrol. Penentuan sasaran Wiraswasta 14 15,6
penelitan dilakukan dalam beberapa stage, Honorer 4 4,4
Stage I: membagi wilayah Kabupaten TTS PNS 5 5,6
menjadi 3 (tiga) zona (timur, utara dan Tingkat Pendapatan
selatan). Stage II: dicuplik secara acak <Rp 500.000 60 66,7
puskesmas dengan indikator yang Rp 500.000-1.250.000 16 17,8
melaporkan kasus malaria ibu hamil pada >Rp 1.250.000 14 15,6
Tahun 2015 >3 (tiga) kasus malaria pada ibu
hamil dicuplik sebagai lokasi penelitian.
Puskesmas yang terambil menjadi lokasi
penelitian adalah Puskesmas Nunkolo dan

218 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

Tabel 2. Faktor Perilaku Pencegahan yang rumah pada malam hari pada kelompok
Berhubungan Terhadap Kajadian malaria kasus lebih banyak dari pada kelompok
pada Ibu Hamil kontrol. Artinya ibu hamil yang menderita
malaria di Kabupaten TTS lebih banyak yang
Ibu Hamil
p OR memiliki kebiasaan berada diluar rumah
Variabel Kasus Kontrol
value (95% CI) pada malam hari. Hasil analisis bivariabel
n % n %
Penggunaan menunjukkan bahwa variabel kebiasaan
Kelambu berada diluar rumah pada malam hari
Tidak 29 64,4 8 17,8 8,389 memiliki hubungan bermakna terhadap
0,000 (3,152- kejadian malaria pada ibu hamil di
Ya 16 35,6 37 82,2 22,292) Kabupaten TTS karena nilai p=0,010 dengan
Penggunaan OR : 3,143. Artinya ibu hamil yang memiliki
Obat Nyamuk kebiasaan berada di luar rumah pada malam
Tidak 43 95,6 40 88,9 2.688
hari berisiko 3,143 kali lebih besar terinfeksi
0,238 (0,493-
Ya 2 4,4 5 11,1 14,644) penyakit malaria dibanding ibu hamil tidak
Kebiasaan memiliki kebiasaan berada di luar rumah
Berada di pada malam hari.
Luar Rumah
Ya 24 53,3 12 26,7 3,143 Hubungan Pemasangan Kawat Kasa pada
0,010 (1,300- Ventilasi Terhadap Kejadian Malaria pada
Tidak 21 46,7 33 77,3 7,599) Ibu Hamil
Pemasangan
Kawat Kasa
Tabel 2 menunjukkan bahwa tidak ada
Tidak 44 97,8 41 91,1 4,239
0,167 (0,461- perbedaan bermakna antara proporsi
Ya 1 2,2 4 8,9 40,010) responden yang tidak memasang kawat
kasa pada ventilasi pada kelompok kasus
Hubungan Penggunaan Kelambu dan kontrol. Hasil analisis bivariabel
Terhadap Kejadian Malaria pada Ibu menunjukkan bahwa variabel pemasangan
Hamil kawat kasa pada ventilasi tidak ada
Tabel 2 menunjukkan bahwa responden hubungan bermakna secara statiskit
yang tidak menggunakan kelambu pada terhadap kejadian malaria pada ibu hamil di
kelompok kasus lebih banyak dari pada Kabupaten TTS (p=0,176).
kelompok kontrol. Hasil analisis bivariabel
menunjukkan bahwa variabel penggunaan PEMBAHASAN
kelambu memiliki hubungan bermakna
secara statistik terhadap kejadian malaria Hubungan Penggunaan Kelambu
pada ibu hamil di Kabupaten TTS karena Terhadap Kejadian Malaria pada Ibu
nilai p=0,000, dengan OR : 8,389. Artinya ibu Hamil
hamil yang tidak menggunakan kelambu
berisiko 8,389 terkena penyakit malaria Ibu hamil tidak menggunakan kelambu
dibanding ibu hamil yang menggunakan secara signifikan berhubungan terhadap
kelambu. kejadian malaria pada ibu hamil di
Kabupaten TTS. Ibu hamil tidak
Hubungan Penggunaan Obat Anti menggunakan kelambu berisiko 8,389 kali
Nyamuk Terhadap Kejadian Malaria pada lebih besar terinfeksi malaria dibanding ibu
Ibu Hamil hamil yang menggunakan kelambu
Tabel 2 menunjukkan bahwa tidak ada (p=0,000), disajikan pada Tabel 2. Hasil ini
perbedaan berarti antara proporsi responden sejalan dengan penelitian Ismen (2007),
yang tidak menggunakan obat anti nyamuk bahwa tidak menggunakan kelambu
pada kelompok kasus dan kontrol. Hasil berpengaruh terhadap kejadian malaria pada
analisis bivariabel menunjukkan bahwa ibu hamil di Way Muli-Lampung Selatan dan
variabel penggunaan obat anti nyamuk tidak penelitian Salim dkk (2013) ada pengaruh
ada hubungan bermakna secara statistik penggunaan terhadap kejadian malari di
terhadap kejadian malaria pada ibu hamil di Mador-Kalimantan Barat. Berbeda dengan
Kabupaten TTS (p=0,238). Agomo dkk (2013), bahwa ibu hamil tidak
menggunaan kelambu bukan merupakan
Hubungan Kebiasaan Berada di Luar faktor risiko di Lagos-Nigeria (p=0,099).
Rumah pada Malam Hari Terhadap Ada berbagai pendapat terkait dengan
Kejadian Malaria pada Ibu Hamil tujuan dan manfaat penggunaan kelambu
dalam pengendalian transmisi malaria. Munif
Tabel 2 menunjukkan bahwa responden
(2010), mengemukakan bahwa penggunaan
yang memiliki kebiasaan berada diluar
kelambu bertujuan untuk mengurangi kontak

219 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

antara manusia dengan nyamuk pada dengan melibatkan semua pemanfaat atau
malam hari karena pada malam hari aktifitas masyarakat. Selain itu perlu monitoring
nyamuk menggigit manusia sangat tinggi di pemanfaatan dan pemeliharaan kelambu
dalam rumah. Sedangkan Harijanto (2012), secara berkala terhadap semua masyarakat
mengemukakan bahwa penggunaan khususnya ibu hamil dengan melibatkan
kelambu merupakan salah satu metode semua elemen masyarakat di tingkat desa,
untuk menghindari gigitkan nyamuk paling kecamatan maupun kabupaten.
efektif. WHO sebagai organisasi kesehatan Hal lain yang perlu diperhatikan adalah
dunia juga merekomendasikan strategi bahwa pembagian kelambu secara gratis
penanggulangan malaria pada kehamilan berpotensi untuk disalah gunakan. Sebab
diantaranya adalah penggunaan kelambu berdasarkan penelitian Nwagha dkk (2009),
berinsektisida (Pospoprodjo, 2011). mengemukakan bahwa pembagian kelambu
Dibuktikan dengan penelitian Kamuliwo dkk secara gratis di Nigeria dimanfaatan oleh
(2015), penggunaan kelambu berinsektisida pebisnis untuk dijual di pasaran dan
erat hubungannya dengan penurunan beberapa politisi serta Non Government
kejadian malaria pada ibu hamil di Zambia Organisation (NGO) memanfaatkan program
sejak tahun 2010 sampai tahum 2013. Selain tersebut untuk kepentingan tertentu.
itu berdasarkan uji coba yang dilakukan oleh
CDC terkait penggunaan kelambu Hubungan Penggunaan Obat Anti
berinsektisida pada Tahun 2007 diperoleh Nyamuk Terhadap Kejadian Malaria pada
hasil bahwa penggunaan kelambu dapat Ibu Hamil
mengurangi kematian akibat infeksi malaria
sebesar 20% (Lagerberg dkk, 2008). Penggunaan obat anti nyamuk tidak ada
Selama ini Dinas Kesehatan Kabupaten hubungan terhadap kejadian malaria pada
TTS telah membagikan kelambu ibu hamil di Kabupaten TT (OR=2,688 95%
berinsektisida secara gratis kepada CI: 0,493-14,644) p=0,238, disajikan pada
masyarakat dikhususkan bagi ibu hamil dan Tabel 2. Temuan dilapangan menunjukkan
anak balita. Namun masih banyak yang tidak bahwa sebagian besar konstruksi rumah
menggunakan kelambu tersebut dengan pada kelompok kasus maupun kontrol tidak
alasan tidak nyaman saat beristirahat. Selain memiliki langit-langit rumah. Sejalan dengan
itu, juga diperoleh fakta bahwa perawatan alasan yang disampaikan oleh sebagian
kelambu berinsektisida belum dilakukan responden, bahwa tidak adanya langit-langit
dengan baik, sehingga kelambu yang telah rumah berdampak pada tidak efektifnya
dimiliki oleh ibu hamil sebagian besar dalam penggunaan obat anti nyamuk dengan jenis
kondisi sobek atau rusak. bakar dan spraying terhadap keberadaan
Perawatan dan pemanfaatan kelambu vektor nyamuk. Hasil ini berbeda dengan
menjadi kendala sebab asumsi masyarakat penelitian Rahmawati (2014), ada pengaruh
setempat bahwa kelambu tersebut diperoleh penggunaan obat anti nyamuk dengan
secara gratis, sehingga rasa memiliki kejadian malaria pada ibu hamil di Prafi-
menjadi menjadi rendah serta kondisi Papua Barat dan Nurlette dkk (2012),
dinding dan tempat tidur dengan konstrurksi mengemukakan bahwa ada hubungan
yang tidak rata mengakibatkan kelambu antara penggunaan obat anti nyamuk setiap
menjadi rentan sobek atau rusak. Selain itu malam hari menjelang tidur dengan kejadian
masih ada kelompok masyarakat khususnya malaria.
ibu hamil yang berdomisili di daerah endemis Menurut Sorontou (2013), kegiatan yang
belum mendapatkan kelambu secara gratis, dapat dilakukan untuk mengurangi kasus
hal ini diduga karena belum adanya malaria di suatu daerah adalah penggunaan
pemerataan pembagian kelambu atau obat anti nyamuk. Namun kenyataan
pembagian kelambu tidak tepat sasaran. dilapangan penggunaan obat anti nyamuk
Penggunaan kelambu merupakan faktor (jenis bakar, semprot dan repellent) bukan
risiko paling berpengaruh berdasarkan merupakan kebutuhan utama, hal ini ada
penelitian ini, maka perlu perhatian serius keterikatannya dengan rendahnya
dari pemerintah setempat. Perbaikan pendapatan ekonomi sebagian besar
prosedur distirbusi kelambu berinsektisida responden. Selain itu tingkat pendidikan
gratis bagi masyarakat, agar dapat responden yang rendah diduga berperan
memperhatikan asas tepat sasaran, dengan terhadap rendahnya pengetahuan
cara penentuan sasaran prioritas distribusi pencegahan malaria menggunakan obat anti
kelambu berinsektisda gratis berdasarkan nyamuk. Sebab berdsarkan fakta di
endemisitas suatu wilayah. Sosialisasi dan lapangan menunjukkan bahwa ibu hamil
penyebarluasan informasi mengenai cara yang menggunakan obat anti nyamuk adalah
penggunaan, pemeliharaan kelambu dan ibu hamil dengan pendapatan dan
manfaat kelambu perlu dimaksimalkan pendidikan tinggi.

220 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

Meskipun penggunaan obat anti nyamuk semprot maupun elektrik yang beredar di
bukan merupakan faktor risiko kejadian pasaran dapat dapat mencegah gigitan
malaria pada ibu hamil. Namun penggunaan nyamuk, namun menurut Setyowati (2015),
obat anti nyamuk perlu menjadi perhatian bahwa penggunaan obat anti nyamuk dapat
dalam pengendalian malaria secara khusus menimbulkan berbagai gangguan pada
pada ibu hamil di Kabupaten TTS, dengan kesehatan, karena zat-zat kimia berbahaya
memanfaatkan potensi-potensi lokal yang yang terkandung dalam insektisida tersebut
dapat digunakan sebagai obat anti nyamuk, dapat menimbulkan sesak napas, iritasi pada
seperti yang dilakukan oleh beberapa kulit bahkan dapat menimbulkan kanker
responden di lokasi penelitian yaitu apabila terhirup oleh manusia setiap saat
menggunakan biji kapuk yang dibakar untuk dalam jangka waktu yang lama.
mengusir nyamuk pada malam hari. Akan Keberadaan nyamuk di lokasi
tetapi penggunaan obat pengusir nyamuk penelitian menjadi masalah yang sangat
dengan petensi lokal yang dibakar dirasakan oleh masyarakat setempat,
berdampak pada akan berdampak negatif sehingga meskipun masyarakat setempat
terhadap kesehatan. Sehingga perlu mengalami kesulitan untuk membeli obat anti
peneltian tentang potensi-potensi lokal yang nyamuk yang beredar di pasaran, namun
dapat dijadikan sebagai obat anti nyamuk. masyarakat setempat telah memiliki cara
atau obat anti nyamuk yang bersifat
Hubungan Kebiasaan Berada di Luar tradisional dalam mencegah gigitan nyamuk
Rumah pada Malam Hari Terhadap pada malam hari. Obat anti nyamuk tersebut
Kejadian Malaria pada Ibu Hamil berasal dari biji kapuk yang dibakar, asap
yang dihasilkan diakui dapat mengusir
Kebiasaan ibu hamil berada di luar nyamuk. Hal ini sangat potensial dalam
rumah pada malam hari ada hubungan pengendalian malaria, akan tetapi
terhadap kejadian malaria di Kabupaten penggunaan obat anti nyamuk bakar
TTS. Ibu hamil yang memiliki kebiasaan menimbulkan asap sehingga akan
berada di luar rumah pada malam hari berdampak negatif bagi kesehatan.
berisiko 3,243 kali lebih besar terinfeksi Kebiasaan responden di lokasi
malaria dibanding ibu hamil yang tidak penelitian dalam mencegah gigitan nyamuk
memiliki kebiasaan berada di luar rumah dengan memanfaatkan kearifan lokal,
pada malam hari (p=0,010). Temuan ini merupakan peluang dalam pengendalian
sejalan dengan peneltian Rahmawati (2014), malaria, sebab kemauan untuk mencegah
kebiasaan berada di luar rumah pada malam gigitan nyamuk telah dimiliki oleh
hari dianggap bermakna secara signifikan masyarakat setempat. Artinya jika
terhadap kejadian malaria pada ibu hamil. pelaksanaan pengendalian malaria dengan
Wahyuningtyas (2011), juga mengemukakan pendekatan penggunaan obat anti nyamuk
bahwa kebiasaan berada diluar rumah ada berbasis kearifan lokal dan pemanfaatan
hubungannya dengan kejadian malaria di potensi-potensi hayati lainnya yang tidak
wilayah kerja puskesmas Ayah Kabupaten memerlukan biaya, maka dengan sendirinya
Kebumen. Berbeda dengan penelitian masyarakat khususnya ibu hamil akan
Kalangie dkk (2014), bahwa tidak ada termotivasi untuk mengaplikasikan metode
hubungan antara kebiasaan berada diluar tersebut dalam mencegah gigitan nyamuk.
rumah pada malam dengan kejadian malaria Penggunaan berbagai tanaman atau
di Touluaan Kabupaten Minahasa Tenggara. herba yang berpotensi untuk menggusir atau
Kebiasaan berada di luar rumah membunuh nyamuk Anopheles sp tersebut
pada malam hari oleh ibu hamil yang dapat diupayakan. Kandungan senyawa
menderita malaria erat hubungannya dengan yang terdapat pada tanaman tersebut
jenis pekerjaan ibu hamil di Kabupaten TTS diharapkan dapat mengatasi gangguan
yang didominasi oleh petani atau tidak nyamuk pada manusia. Tanaman-tanaman
memiliki pekerjaan tetap. Hal tersebut yang berpotensi sebagai pengusir dan
karena kebiasaan masyarakat setempat pembunuh nyamuk antara lain : zodia
pada malam hari melakukan aktifitas (Evodia suaveolens), selasih (Ocimum) dan
mengemas atau memilah hasil pertanian geranium (Pelargonium citrosa), suren
(budaya ikat jagung) dan adanya kebiasaan (Toona sureni) sebagai tanaman hidup
bermalam di kebun tanpa melindungi diri pengusir nyamuk sedangkan lavender
dengan menggunakan kelambu atau obat (Lavandula angustifolia), serai (Andropogon
anti nyamuk. Selain itu masyarakat setempat nardus L) dan mimba (Azadirachta indica A.
termasuk ibu hamil memiliki kebiasaan Juss) adalah tanaman yang dapat
ngobrol di luar rumah pada malam hari. menghasilkan bahan anti nyamuk
Penggunaan insektisida kemiawi (Setyowati, 2015; Budiasih, 2011).
melalui obat nyamuk bakar, reppelent,

221 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

Hubungan Pemasangan Kawat Kasa pada dan pemeliharaan kelambu serta perlu
Ventilasi Terhadap Kejadian Malaria pada adanya pemerataan pembagian
Ibu Hamil kelambu dengan mempertimbangkan
endemisitas suatu wilayah.
Pemasangan kawat kasa pada ventilasi 2. Perlu mengidentifikasi potensi-potensi
rumah tidak ada hubungan terhadap lokal yang dapat dijadikan sebagai
kejadian malaria pada ibu hamil di media pengusir nyamuk dan dapat juga
Kabupaten TTS (OR=4,329 95% CI: 0,461- memanfaatkan tanaman-tanaman
40,010) p=0,167 disajikan pada Tabel 2. pengusir nyamuk, seperti zodia, selasih,
Temuan dilapangan menunjukkan bahwa geranium, suren, lavender, serai dan
sebagian besar rumah responden tidak mimba.
memiliki kawat kasa pada ventilasi masing-
masing 97,8% pada kelompok kasus dan DAFTAR PUSTAKA
91,1% pada kelompok kontrol. Berbeda
dengan penelitian Karmelita dkk (2011), Agomo, C.O. and Oyibo, W.A., 2013. Factors
bahwa faktor lingkungan fisik rumah associated with risk of malaria infection
(pemasangan kasa pada ventilasi) among pregnant women in Lagos,
merupakan faktor risiko kejadian malaria di Nigeria. Infectious diseases of poverty,
Muara-Kota Bengkulu. Vol 2, no 1, p.1-8.
Proporsi pemasangan kawat kasa pada Budiasih, K.S. and Si, M., 2011.
ventilasi rumah ibu hamil di Kabupaten TTS Pemanfaatan Beberapa Tanaman yang
yang tergolong rendah ada keterkaitan Berpotensi Sebagai Bahan Anti
dengan rendahnya pendapatan ekonomi ibu Nyamuk. Universitas Negeri Yogyakarta.
hamil yang menderita malaria maupun yang Vol 20.
tidak menderita malaria. Hal tersebut Chahaya, 2003. Pengaruh Malaria Selama
berdampak pada tidak adanya banyak biaya Kehamilan. Bagian Kesehatan
untuk memiliki rumah yang layak. Fakta di Lingkungan Fakultas Kesehatan
lapangan menunjukkan bahwa kondisi Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
rumah responden lebih banyak masih USU digital library.
tradisional dengan konsturksi beratap daun Dinkes Kab. TTS, 2015. Profil Kesehatan
giwang atau alang-alang, berdinding Kabupaten Timor Tengah Selatan 2014.
pelepah/papan dan tidak terdapat kasa pada SoE: Dinkes Kabupaten TTS.
ventilasi serta tidak memiliki lantai. Dinkes Provinsi NTT, 2013. Profil Kesehatan
Upaya untuk mencegah nyamuk masuk Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun
ke dalam rumah dengan cara memasang 2013. Kupang: Dinkes Provinsi NTT.
kawat kasa menggunakan pelekat karet di Harijanto P.N., Nugroho A. Gunawan A.C.,
sekelilingnya yang dilekatkan pada alat 2012. Malaria dari Molekuler ke Klinis.
khusus yang dipasang di kusen pada pintu Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
maupun jendela (Kemenkes, 2014). Kedokteran EGC.
Meskipun pemasangan kawat kasa pada Ismen, 2007. "Kehamilan dan Kejadian
ventilasi rumah memiliki peran penting dalam Malaria di Puskesmas Way Muli,
penularan penyakit malaria. Namun temuan Lampung Selatan." Kesmas: Jurnal
ini menunjukan bahwa pemasangan kawat Kesehatan Masyarakat Nasional 2, no.
kasa tidak menjadi perioritas dalam dalam 1.
pengendalian malaria pada ibu hamil di Kemenkes RI, 2014. Pedoman Manajemen
Kabupaten TTS. Malaria. Jakarta: Kemenkes RI.
Kemenkes RI, 2013. Riset Kesehatan Dasar
KESIMPULAN DAN SARAN (Riskesdas) Tahun 2013. Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesimpulan Kesehatan Kemeterian Kesehatan RI.
Kamuliwo, M., Kirk, K.E., Chanda, E.,
Ibu hamil yang tidak menggunakan Elbadry, M.A., Lubinda, J.,
kelambu dan atau memiliki kebiasaan Weppelmann, T.A., Mukonka, V.M.,
berada di luar rumah pada malam hari Zhang, W., Mushinge, G., Mwanza-
memiliki risiko yang lebih besar untuk Ingwe, M. and Haque, U., 2015. Spatial
terinfeksi malaria di Kabupaten TTS. patterns and determinants of malaria
infection during pregnancy in Zambia.
Saran Transactions of The Royal Society of
Tropical Medicine and Hygiene, Vol 109,
1. Pembagian kelambu berinsektisida no 8, p 514-521.
tahan lama secara gratis agar ditindak Kalangie, F., Rombot, D.V., Kawatu, P.A.
lanjuti dengan monitoring pemanfaatan and Manado, F.K.U.S.R., Faktor-Faktor

222 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kebumen, Tesis-Universitas Gadjah


Malaria Di Wilayah Kerja Puskesmas Mada.
Touluaan Kabupaten Minahasa
Tenggara. Vol 2, no1.
Lagerberg, R.E., 2008. Malaria in pregnancy:
a literature review. Journal of Midwifery
& Women’s Health, Vol 53, no 3, p 209-
215.
Munif A, Imron M., 2010. Panduan
Pengamatan Nyamuk Vektor Malaria. 1
ed. Jakarta: Sagung Seto.
Nwagha, U.I., Ugwu, V.O., Nwagha, T.U.
and Anyaehie, B.U., 2009.
Asymptomatic Plasmodium
parasitaemia in pregnant Nigerian
women: almost a decade after Roll Back
Malaria. Transactions of the Royal
Society of Tropical Medicine and
Hygiene, Vol 103, no 1, p 16-20.
Nurlette, F.R., Ishak, H. and Manyullei, S.,
2008. Hubungan Upaya Masyarakat
Menghindari Keterpaparan Nyamuk
Dengan Kejadian Malaria Di Wilayah
Kerja Puskesmas Rijali Kecamatan
Sirimau Kota Ambon Tahun 2012.
Poespoprodjo J.R., 2011. Malaria dalam
Kehamilan (Skrining Malaria dan
Pengobatan yang Efektif). Buletin
Jendela DATA & INFORMASI
KESEHATAN, Volume 1, TRIWULAN I
2011.
Rahmawaty, 2014. Determinan Kejadian
Malaria Pada Ibu Hamil di Papua Barat.
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia
(2016), Vol 10, no 3.
Setyowati E. A., 2015. Potensi Herba
sebagai Pengendali Nyamuk.
Purwokerto: Fakultas Biologi Universitas
Jenderal Soedirman.
Sorontou, Y., 2014. Ilmu Malaria Klinik.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Salim, M., Suhartono, S. and Wahyuningsih,
N.E., 2013. Faktor-Faktor yang
Berhubungan Dengan Kejadian Malaria
Di Wilayah Pertambangan Emas tanpa
Izin (PETI) Kecamatan Mandor
Kabupaten Landak Propinsi Kalimantan
Barat. Jurnal Kesehatan Lingkungan
Indonesia, Vol 11, no 2, p 160-165.
Steketee, R. W., Nahlen, B. L., Parise, M. E.,
& Menendez, C., 2001. The burden of
malaria in pregnancy in malaria-endemic
areas. The American journal of tropical
medicine and hygiene, Vol 64, no 1, p
28-35.
WHO, 2014. Word Malaria Report.:WHO
Library Cataloguing-in-Publication Data.
Wahyuningtyas, M., 2011. Hubungan Faktor
Lingkungan Dan Perilaku Dengan
Kejadian Malaria Di Wilayah Kerja
Puskesmas Ayah I Kabupaten

223 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

PENDAHULUAN

EVALUASI PELAKSANAAN FUMIGASI Permenkes RI Nomor


KAPAL PERINTIS DI PELABUHAN YOS 2348/Menkes/PER/XI/2011, Tentang Kantor
SUDARSO AMBON Kesehatan Pelabuhan (KKP) sebagai unit
pelaksana teknis di bidang pengendalian
M Fadly Kaliky dan pencegahan penyekit menular di
(Politeknik Kesehatan Kemenkes Maluku) lingkungan Depkes RI, mempunyai tugas
Ririh Yudhastuti pokok melaksanakan pencegahan masuk
(Fakultas Kesehatan Masyarakat, dan keluarnya penyakit karantina dan
Universitas Airlangga Surabaya) penyakit potensi wabah melalui kapal laut
Y. Denny Ardyanto W dan pesawat udara, KKP juga melaksanakan
(Fakultas Kesehatan Masyarakat, tugas pemeliharaan sanitasi lingkungan
Universitas Airlangga Surabaya) pelabuhan serta pelayanan kesehatan
ABSTRAK terbatas.
Upaya yang dilakukan oleh pemerintah
Permenkes RI Nomor 2348/Menkes/PER/
dalam program pemberantasan tikus dikapal
XI/2011, Tentang KKP sebagai unit
yang dilakukan dengan fumigasi. Upaya
pelaksana teknis di bidang pengendalian
tersebut menjadikan Indonesia bebas dari
dan pencegahan penyekit menular di
penyakit pes, mengingat di negara Afrika
lingkungan Depkes RI, KKP juga
seperti Kongo, Madagaskar, Malawi,
melaksanakan tugas pemeliharaan sanitasi
Mozambique, Namibia, Tanzania, Uganda,
lingkungan pelabuhan serta pelayanan
Zambia, Zimbabwe, dan negara-negara
kesehatan terbatas. Permenkes RI Nomor
Amerika antara lain Bolovia, Brazil, Ekuador,
34 tahun 2013 tentang penyelenggaraan
dan Peru. Di Amerika tenggara, Vietnam
tindakan hapus tikus atau hapus serangga
merupakan daerah endemis Pes (Suryawan,
pada alat angkut di pelabuhan, bandara
2013).
udara dan pos lintas batas darat. Penelitian
Permasalahan yang sering timbul
ini bertujuan untuk mengevaluasi
terhadap sanitasi kapal adalah masalah
pelaksanaan fumigasi kapal perintis pada
kehidupan binatang pengganggu yaitu tikus.
pelabuhan Yos Sudarso Ambon. Besar
Pemberantasan tikus di kapal bertujuan
sampel adalah 14 orang. Cara pengumpulan
untuk mengurangi populasi tikus, karena
data dilakukan dengan menggunakan
tikus berkembangbiak sangat cepat
kuesioner, observasi. Analisis data dilakukan
bilakondisi lingkungan sangat mendukung,
secara deskriptif, juga menggunakan analisis
seperti adanya makanan yang cukup, karena
jalur. Hasil penelitian menunjukan hubungan
seekor tikus betina dalan 1 periode atau 40
pendidikan, secara lansung terhadap
hari dapat melahirkan 6-12 ekor anak tikus.
pengetahuan atau 0.856%, hubungan
Salah satu cara mengendalikan tikus di
pelatihan dengan pengetahuan secara
kapal adalah dengan cara fumigasi. Di
lansung atau dengan tingkat pengaruh
Indonesia fumigasi masih di lakukan oleh
sedang (koefisien struktural 0.383), tingkat
Badan Usaha Swasta dan di bawah
pengetahuan berpengaruh secara langsung
pengawasan Kantor Kesehatan Pelabuhan
terhadap pelaksanaan fumigasi kapal,
(Kementerian Pertanian, 2015).
dengan tingkat pengaruh kuat (koefisien
struktural 0.679), dan tingkat pendidikan
METODE PENELITIAN
berpengaruh secara tidak langsung terhadap
pelaksanaan fumigasi kapal melalui tingkat
Jenis penelitian yang digunakan adalah
pengetahuan, dengan tingkat pengaruh
observasional dengan pendekatan deskriptif
sedang (koefisien struktural 0.582). Hasil
untuk mendapatkan gambaran mengenai
observasi sarana dan prasarana fumigasi
evaluasi pelaksanaan fumigasi kapal perintis
kapal tingkat kesesuaian pada sarana dan
pada Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP)
prasarana tidak tersedia 16 %, dan tersedia
Kelas II Ambon.
84%. Sedangkan hasil observasi kapal
Penelitian ini ditinjau dari pengembilan
perintis setelah dilakukan pemeriksaaan
data merupakan penelitian deskriptif dengan
sanitasi kapal masih terdapat tanda-tanda
rancangan bangun cross sectional yang
tikus pada bagian luar kapal
bertujuan untuk mendapatkan gambaran
perintis.Pelaksanaan fumigasi kapal perintis
mengenai evaluasi pelaksanaan fumigasi
berjalan dengan baik apabila semua pihak
kapal yang didapat melalui wawancara,
bekerjasama dengan baik
kuesioner, observasi dan pemeriksaan
Kata Kunci: sarana dan prasarana yang dilakukan
Evaluasi, Pelaksanaan, Fumigasi Kapal sekaligus pada suatu saat (point time

224 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

approach), artinya setiap subjek hanya (UPT), dilingkungan Depkes RI


dilakukan observasi pada waktu yang sama. melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai
Penelitian dilaksanakan pada Kantor amanat Permenkes RI No.
Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas II 356/Menkes/VI/2008. Tugas dan fungsi
Ambon, penelitian dilaksanakan selama 6 tersebut antara lain melakukan pencegahan
bulan terhitung mulai dari kegiatan masuk dan keluarnya penyakit, penyakit
parapoposal, proposal, kaji etik, penelitian, berpotensi wabah, surveillance epidemiologi,
pengumpulan data, seminar hasil penelitian kekarantinaan, pengendalian dampak
sampai dengan seminar laporan penelitian. kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan
Populasi dari penelitian ini adalah, terbatas, Pengawasan OMKABA,
sebagian pegawai Pengendalian Risiko pengamanan penyakit baru dan penyakit
Lingkungan (PRL,) pada kantor kesehatan yang muncul kembali, bioterorisme unsur
pelabuhan (KKP) kelas II Ambon dan tenaga biologi, kimia, radiasi di wilayah kerja baik
penyelenggara atau badan usaha swasta pelabuhan Laut, Bandara dan Pos Lintas
(BUS) sebanyak 14 orang. Sampel dipilih Batas (PLB). Visi, Misi Kesehtan Pelabuhan
menggunakan total populasi yaitu semua (KKP) Kelas II Ambon
populasi dapat dijadikan sebagai sampel
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan
berjumlah 14 orang dengan rincian 4
Umur Pada Petugas Fumigasi Kapal
pegawai Pengendalian Risiko Lingkungan
Perintis Pada KKP Kelas II Ambon
(PRL) dan Badan Usaha Swasta (BUS)
sebanyak 10 orang. Umur Frekuensi Persen
Data primer maupun data sekunder yang <25 tahun - 0
telah di kumpulkan dianalisis dan 25-45 tahun 12 85.7
diinterprestasikan lebih lanjut secara >45 tahun 2 14.3
deskriptif selanjutnya hasil disajikan dalam Total 14 100
bentuk tabel dan dinarasikan.Tahap
selanjutnya adalah melakukan analisis Tabel 1 menunjukkan responden yang
tentang pengaruh pendidikan terhadap menjadi petugas fumigasi kapal perintis
tingkat pengetahuan tentang fumigasi kapal, pada kelompok umur 25-45 tahun lebih
pengaruh peltihan terhadap pengetahuan banyak dibandingan dengan kelompok umur
tentang fumigasi kapal serta pengaruh >45 Tahun, sedangkan kelompok umur <25
pengetahuan terhadap pelaksanaan fumigasi tahun tidak ada.
kapal.Ketika hipotesis tersebut dianalisis
secara bersama-sama mengunakan analisis Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan
jalur.Dalam analisis ini tidak digunkan jenis kelamin pada petugas fumigasi kapal
goodness of fit dan interpretasi p-value perintis pada KKP Kelas II Ambon
karena data yang digunakan merupakan
Jenis Kelamin Frekuensi Persen
data populasi atau total sampel.Dalam hal ini
interpretasi didasarkan pada besarnya nilai Laki-Laki 13 92.8
koefisien jalur.Semakin besar nilai koefisien Perempuan 1 7.2
jalur maka pengaruh semakin kuat. Total 14 100
Tabel 2 menunjukkan responden yang
HASIL PENELITIAN menjadi petugas fumigasi kapal perintis
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak
Ambon merupakan salah satu bentuk dibandingkan dengan jenis kelamin
informasi kesehatan yang secara berkala perempuan pada KKP kelas II Ambon.
diterbitkan setiap tahun untuk Input Pelaksanaan Fumigasi Kapal
menggambarkan tentang perkembangan
pembangunan bidang kesehatan di unit Pelaksanaan fumigasi kapal perlu di
masing-masing maka dikembangkan suatu dukung dengan adanya input sehingga
sistem informasi kesehatan yang salah pelaksanaan fumigasi kapal dapat berjalan
satunya antara lain profil kesehatan. Yang dengan baik, input pelaksanaan fumigasi
mana dalam profil tersebut memuat semua kapal antara lain, sumber daya yang terdiri
data dan informasi dan program tentang dari kuantitas dan kualitas (pendidikan dan
kegiatan dan pencapaian kegiatan serta pengetahuan) serta sarana prasarana yang
semua aspek yang mendukung ataupun terdiri dari peralatan inti, peralatan tambahan
yang menghambat proses kegiatan dan peralatan pendukung.
pembangunan kesehatan. Sumber Daya manusia
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) yang
berdiri pada tahun tujupuluan dan KKP kels Dalam pelaksanaan fumigasi kapal
II Ambon sebagai unit pelaksana teknis sumber daya manusia adalah faktor yang

225 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

sangat penting karena sebagai faktor utama Tabel 4 menunjukkan tingkat pendidikan
yang melaksanakan fumigasi kapal, sumber pada level perguruan tinggi yaitu diplomma
daya manusia dalam pelaksanaan fumigasi tiga kesehatan dan strata 1 kesehatan cukup
kapal dapat di lihat dari segi kuantitas dan banyak yaitu 64,2% dibandingkan dengan
kualitas yakni kuantitas berupa jumlah tingkat pendidikan SLTA yang berjumlah
pelaksana fumigasi kapal dan kualitas 35.8%.
berupa tingkat pendidikan dan pengetahuan
pelaksana fumigasi kapal. Pelatihan
Kuantitas
Pengalaman pelatihan petugas
Hasil evaluasi pada variabel kuantitas pelaksanaan fumigasi kapal perintis pada
sumber daya manusia pada Badan Usaha KKP kelas II Ambon dan BUS atau CV.
Swasta (BUS) dan KKP Kelas II Ambon yang Keterampilan dapat diihat pada tabel berikut
terdiri dari pengawas,fumigator, dokter, ini:
perawat, penempel dan supir adapat dilihat
pada tabel 5.3 sebagai berikut. Tabel 5 Distribusi responden berdasarkan
pelatihan petugas pelaksanan fumigasi kapal
Tabel 3 Kuantitas Sumber daya manusia
perintis
pelaksanaan fumigasi kapal di KKP Kelas II
Ambon
Pelatihan
No Katagori SDM Prekuensi Persen No Fumigasi Frekuensi Persen
1 Pengawasa KKP 2 orang 37 Kapal
2 Pengawas BUS 2 orang 7 1 Pernah 3 21.5
3 Fumigator 2 orang 14 2 Tidak Pernah 11 78.5
4 Dokter 1 orang 14
Jumlah 14 100
5 Perawat 1 orang 14
6 Supir 1 orang 7
Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 14
7 Penempel 5 orang 7
petugas pelaksana fumigasi kapal masih
Jumlah 14 orang 100 banyak yang belum pernah mengikuti
pelatihan tentang fumigasi kapal yaitu
Tabel 3 menunjukkan bahwa sumber 78.5% dan yang sudah mengikuti pelatihan
daya manusia pelaksanaan fumigasi kapal fumigasi kapal sebanak 21,5%.
perintis yang terdiri dari pengawas KKP,
pengawas penyelenggara atau BUS, Tingkat pengetahuan
fumigator, dokter, perawat, Supir dan
penempel yang berjumlah 14 orang. Tingkat pengetahuan pelaksana
fumigasi kapal perintis pada KKP kelas II
Kualitas Ambon dan BUS atau CV. Ketrampilan dapat
dilihat pada 6. Dari 14 responden petugas
Kualiatas sumber daya manusia pelaksana fumigasi kapal perintis pada
pelaksanaan fumigasi kapal mencakup pelabuhan Yos Sudarso di wilayah kerja
tingkat pendidikan, pengalaman pelatihan, KKP kelas II Ambon seluruhnya memiliki
tingkat pengetahuan dan sarana dan tingkat pengetahuan atau pemahaman dan
prasaranan pada KKP kels II Ambon dan dikategori baik, dikarenakan dari 17
BUS Atau CV. Keterampilan. pertanyaan yang diajukan rata-rata
responden menjawab 16 pertanyaan dengan
Tingkat pendidikan benar.
Tabel 4 Distribusi responden terhadap Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan
tingkat pendidikan pada petugas fumgasi Tingkat Pengetahuan Petugas Pelaksana
kapal perintis di KKP kelas II Ambon Funigasi Kapal Perintis Pada Wilayah Kerja
KKP Kelas II Ambon
Petugas Fumigasi Tingkat Tingkat
No Prekuensi Persen No Frekuensi Persen
Kapal Pendidikan Pengetahuan
1 Penempel SLTA 5 orang 37 1 Baik 14 100
2 Supir SLTA 1 orang 7 2 Cukup 0 0
3 Pengawas bus SLTA 2 orang 14 3 Kurang 0 0
4 Fumigator SLTA 2 orang 14 Jumlah 14 100
5 Perawat D-III Perawat 1 orang 7
6 Pengawas KKP S-1 Kesmas 2 orang 14
7 Dokter S-1 Kedokteran 1 orang 7
Sarana dan prasarana
Jumlah 14 100

226 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

Berikut ini dapat disajikan data mengenai


sarana dan parasarana fumigasi kapal yang Perencanaan
mengacu kepada Permenkes no 34 Tahun
2013. Informasi tentang ada tidaknya sarana 1. Ketentuan Fumigasi
dan prasarana fumigasi kapal dapat dilihat Berdasrkan hasil kuesioner dan
pada tabel berikut ini: wawancara dengan petugas pelalsana
fumigasi kapal perintis terkait
Tabel 7 Observasi Terhadap Sarana Dan perencanaan mengenai ketentuan
Prasaranan Fumigasi Kapal fumigasi yang dilakukan oleh KKP kelas
II Ambon didapatkan informasi bahwa
Ada ketentuan fumigasi kapal dalam kategori
Ada tetapi
Tak baik, dikarenakan petugas fumigasi kapal
Bo- Kondisi Kondisi Total
NO Sarana dan Prasarana Ada telah melakukan dan melaporkan hasi
bot Baik Tidak Skor
Baik pemeriksaan sanitasi kapal kepada
2 1 0 kepala KKP. Selain itu petugas fumigasi
A. Peralatan Inti 70
juga menerima laporan dari nakhoda
1 Pakaian kerja 5 √ 10
2 Sarung tangan 5 √ 10 kapal terkait dengan permintaan
3 Masker 5 √ 10 fumigasi.
4 Canester 5 √ 10 2. Disposisi kepala KKP
5 Gas detector 5 √ 10
6 Selang gas fumigant 5 √ 5
Berdasarkan hasil kuesioner dan
7 Interferometer 5 √ 10 wawancara kepala KKP kelas II Ambon
8 Coversheet 5 √ 10 mengenai perihal disposisi perencanaan
9 Topi keselamatan 5 √ 10 pelaksanaan fumigasi bahwa setelah
10 Gas methyl bromide 5 √ 10
11 Timbangan 5 √ 5 menerima laporan dari petugas fumigasi
12 Tanda Awas 5 √ 5 kapal, kepala KKP lansung melakukan
13 Kendaraan operasional 5 √ 10 disposisi kepada kepala seksi PRL yang
14 Kipas angin 5 √ 10
B. Peralatan Tambahan 20
ditujukan kepada pengawas KKP dan
15 Selotape 1.4 √ 4.2 BUS. Disposisi kepala KKP
16 Thermometer 1.4 √ 4.2 dikategorikan baik.
17 Pemanas atau Evaporizer 1.4 √ 4.2
18 Kunci inggris 1.4 √ 4.2
19 Bendera VE 1.4 √ 1.4
Prosedur Pelaksanaan Fumigasi
20 Lakban putih dan hitam 1.4 √ 4.2
21 Cirigen 1.4 √ 1.4 Pelaksanaan fumigasi kapal perintis oleh
22 Obeng 1.4 √ 4.2 tenaga pelaksana mempunyai tanggung
C. Peralatan Cadangan 10
29 Tangga lipat 1.1 √ 0 jawab dan bekerja sesuai apa yang di
30 Hazard Tape 1.1 √ 0 tuangkan dalam standar operasional
31 Kabel rol 1.1 √ 1,1 prosedur (SOP) fumigasi kapal, mulai dari
32 Troli 1.1 √ 0
33 Peralatan dokumentasi 1.1 √ 0
persiapan sampai dengan pelaporan.
34 Ambulans 1.1 √ 2,2 Pelaksanaan fumigasi kapal perintis pada
35 Sarung Tangan Katun 1.1 √ 0 KKP kelas II Ambon dapat diihat pada tabel
36 Kain pel 1.1 √ 0 berikut ini:
37 Alat penempatan slang 1.1 √ 2,2
38 Meteran 1.1 √ 2,2
Total 100 22 9 6 173.3 Tabel 8 Distribusi Penilaian Responden
Berdasarkan Prosedur Pelaksanan
Tabel 7 menunjukkan hasil observasi Fumigasi Kapal Perintis Di Wilayah Kerja
sarana dan prasarana fumigasi kapal perintis KKP Kels II Ambon
pada PT keterampilan atau Badan Usaha
Swasta (BUS) bahwa sarana dan Pelaksanaan
No Frekuensi Persen
prasarana yang dimiliki dalam kategori baik, Fumigasi
dikarenakan sarana dan prasarana pada 1 Baik 4 28.57
pelatan inti dan peralatan tambahan rata-rata 2 Cukup 7 50
telah tersedia dan dalam kondisi baik. 3 Kurang 3 21.43
Total 14 100
Proses Pelaksanaan Fumigasi Kapal
Diwilayah Kerja KKP Kelas II Ambon Berdasarkan tabel 8 tentang penilaian
responden berdasarkan pelaksanaan
Proses pelaksanaan fumigasi kapal fumigasi kapal perintis diwilayah kerja KKP
diwilayah kerja KKP Kelas II Ambon kelas II Ambon baik dari persiapan sampai
didasarkan pada perencanaan yang terdiri dengan pelaporan dikategorikan cukup,
dari ketentuan fumigasi dan pembuatan SPK dikarenakan 14 melaksanakan fumigasi
oleh Kepala KKP, serta pelaksanaan
fumigasi dan Evaluasi.

227 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

kapal belum sesuai dengan ketentuan


pelaksanaan fumigasi kapal.

Evaluasi

Berdasarkan hasil kuesioner dan


wawancara dengan petugas pelalsana
fumigasi kapal perintis terkait evaluasi
pelaksanaan fumigasi yang dilakukan oleh
KKP kelas II Ambon didapatkan informasi
bahwa evaluasi dilakukan setiap bulan dan
di kirim ke P2PL dengan mengunakan
SIMKespel dan setiap tahun untuk interenal
KKP sehingga dikategorikan baik.

Output

Output merupakan keluaran atau hasil Gambar 5.4 Hasil Analisis Jalur
dari kegiatan pelaksanaan fumigasi sebagai
kolaborasi input dan proses sehingga Pada tahap selanjutnya diuraikan tentang
menghasilkan sebuah keluaran fumigasi pengaruh antar variabel dalam model
yaitu Kapal bersih dan bebas dari tanda- struktural, baik efek langsung, efek tidak
tanda tikus dan bebas dari penyebaran langsung maupun efek total pada setiap jalur
penyakit pes. Berdasrkan hasil kuesioner pengaruh antar variabel, sebagaimana
dan wawancara dengan petugas pelaksana ditampilkan ada tabel 5.8 berikut ini:
fumigasi kapal perintis dikategorikan baik,
hail ini terkait dengan pemeriksaan sanitasi Tabel 9 Nilai Koefisien Struktural Pada Efek
kapal baik kedatangan maupun Langsung, Efek Tidak Langsung dan Efek
keberangkatan serta pelaksanaan fumigasi total Yang Telah Distandarkan
kapal, didapatkan informasi bahwa
pelaksanaan fumigasi kapal oleh petugas Efek Efek Tak Efek
sudah diaksanakan sesuai ketentuan dan No Jalur Pengeruh
Langsung Langsung Total
Permenkes Nomor 34 Tahun 2013.
1 Pendidikan 0.856 - 0.856
2 Pengetahuan 0.383 - 0.383
Outcome
3 Pelatihan 0.679 - 0.679
4 Pengetahuan - 0.582 0.582
Outcome merupakan manfaat yang di 5 Pengetahuan - 0.260 0.260
peroleh dari input, proses dan output berupa Pelaksanaan
Penerbitan sertifikat SSCC dan SSECC yang Pendidikan
berfungsi sebagai surat kesehatan kapal Pelaksanaan
untuk mengetahui kapal tersebut layak Pelatihan
berlayar. Hasil kuesioner menunjukkan Pelaksanaan
bahwa pada variabel outcome di
kategorikan baik, karena penerbitan sertifikat Berdasarkan tabel 9 dapat dijelaskan
SSCC dan SSCEC setelah dilakukan tentang efek langsung dan tidak langsung,
pemeriksaan sanitasi kapal dan fumigasi maupun efek total sebagai berikut:
sera diberikan sertifikat kepada pihak kapal 1. Tingkat pendidikan berpengaruh secara
atau nakhoda yang sudah di registrasi oleh langsung terhadap tingkat pengetahuan
kepala KKP. tentang fumigasi kapal, dengan tingkat
pengaruh sangat kuat (koefisien
Hasil Analisis Pelaksanaan Fumigasi struktural = 0.856).
Kapal Perintis 2. Pengalaman pelatihan berpengaruh
secara langsung terhadap tingkat
Pada bagian ini menjelaskan hasil pengetahuan tentang fumigasi kapal,
analisis dengan menggunakan analisis jalur dengan tingkat pengaruh sedang
dengan metode amos yang meliputi tingkat (koefisien struktural = 0.383).
pendidikan, pelatihan, tingkat pengetahuan 3. Tingkat pengetahuan berpengaruh
serta pelsaksanaan fuigasi kapal. secara langsung terhadap pelaksanaan
fumigasi kapal, dengan tingkat pengaruh
kuat (koefisien struktural = 0.679).
4. Tingkat pendidikan berpengaruh secara
tidak langsung terhadap pelaksanaan

228 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

fumigasi kapal melalui tingkat Pengaruh Pelatihan Terhadap


pengetahuan, dengan tingkat pengaruh Pengetahuan Tentang Fumigasi Kapal.
sedang (koefisien struktural = 0.582).
5. Pengalaman pelatihan berpengaruh Berdasarkan hasil analisis bahwa
secara tidak langsung terhadap pelatihan berengaruh sedang terhadap
pelaksanaan fumigasi kapal, dengan penngetahuan. Pengaruh ini bersifat positif
tingkat pengaruh lemah (koefisien yang berarti semakin banyak melakukan
struktural = 0.260). pelatihan penelitian semakin tinggi pula
tingkat pengetahuan petugas pelaksanaan
PEMBAHASAN fuigasi kapal. Hal ini sejalan dengan
penelitian Hardjanto (2012), pelatihan adalah
Evaluasi Input adalah penilaian terhadap “Bagian dari pendidikan. Pelatihan bersifat
kesesuaian antara input, program dengan spesifik, praktis, dan segera. Spesifik berarti
tujuan program. Input adalah semua jenis pelatihan berhubungan dengan bidang
barang, jasa, dana, tenaga manusia, pekerjaan yang dilakukan. Praktis dan
teknologi dan sumber daya lainnya, yang segera berarti yang sudah dilatihkan dapat
perlu tersedia untuk terlaksananya suatu dipraktikkan. ”Pelatihan (training) Flippo
kegiatan dalam rangka menghasilkan Output (2000), yaitu merupakan “Suatu usaha
dan tujuan suatu program. peningkatan pengetahuan dan keahlian
seorang pegawai untuk mengerjakan suatu
Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap pekerjaan tertentu. ”Menurut pasal 1 ayat 9
Pengetahuan Tentang Fumigasi Kapal undang-undang No 13 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan, pelatihan adalah
Dari hasil analisis bahwa pendidikan “Keseluruhan kegiatan untuk memberi,
berpengaruh sangat kuat terhadap tingkat memperoleh, meningkatkan serta
pengetahuan. Pengaruh ini bersifat positif mengembangkan kompetensi kerja,
yang berarti semakin tinggi tingkat produktivitas, disiplin, sikap dan etos kerja
pendidikan akan semakin tinggi pula pada tingkat katerampilandan keahlian
pengetahuan pelaksanan fumigasi kapal. tertentu sesuai dengan jenjang dan
Kondisi tersebut sesuai dengan keadaan di kualifikasi jabatan dan pekerjaan.
lapangan bahwa sebagian besar tenaga
pelaksana fumigasi kapal sudah berlatar Pengaruh Pengetahuan Terhadap
pendidikan perguruan tinggi dan tingkat Pelaksanaan Fumigasi Kapal
pengetahuan sebagian besar baik. Tingkat
pendidikan dapat mempengaruhi pola Berdasarkan hasil analisis bahwa
berpikir seseorang. Apabila tingkat pengetahuan berengaruh sedang terhadap
pendidikan seseorang tinggi, maka cara pelaksanaan fumigasi kapal. Pengaruh ini
berpikir seseorang lebih luas, hal ini bersifat positif yang berarti semakin tinggi
ditunjukkan oleh berbagai kegiatan yang pengetahuan tinggi pula tingkat pelaksanaan
dilakukan sehari-hari (Enjang I, 2000). fuigasi kapal. Morissan (2010), manusia
Aisah (2009), penelitian dapat memiliki kemampuan dan kapasitas untuk
disimpukan bahwa tingkat pendidikan sangat memahami dan menggunakan sebagai
berhubungan dengan pengetahuan. simbol yang memungkinkan manusia untuk
Semakin tinggi tingkat pendidikan yang menyimpan, memproses dan
diperoleh maka semakin tinggi pula tingkat mentransformasikan pengalaman kedalam
pengetahuan dan kesadaran Ibu rumah berbagai model kognitif yang akan memandu
tangga terhadap reproduksi yang sehat, mereka dalam melakukan berbagai tindakan
serta kesadaran untuk mencari informasi atau membuat keputusan dimasa depan.
yang lebih banyak untuk menambah Hasil penelitian lain dengan teori Lawrence
pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Green yang mengemukakan bahwa
Mutalazimah dalam penelitiannya pengetahuan berpengaruh terhadap
menyatakan bahwa tingkat pendidikan perilaku, pengetahuan atau kognitif adalah
mempunyai hubungan yang eksponensial dominan yang penting bagi individu untuk
dengan tingkat kesehatan. Semakin tinggi melakukan tindakan atau pelaksanan.
tingkat pendidikan semakin mudah
menerima konsep hidup sehat secara Pengaruh Tingkat Pendidikan Secara
mandiri, kreatif dan berkesinambungan. Tidak Langsung Terhadap Pelaksanaan
Selanjutnya dikatakan bahwa latar belakang Fumigasi Kapal, Melalui Tingkat
pendidikan seseorang berhubungan dengan Pengetahuan
tingkat pengetahuan seseorang.
Berdasarkan hasil analisis bahwa tingkat
pendidikan berengaruh secara tidak

229 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

langsung terhadap pelaksanaan fumigasi sudah baik dan memadai. Sedangkan


kapal, dengan tingkat pengaruh dalam pelaksanaan pelatihan masih
kategori sedang. Pengaruh ini bersifat positif dikategorikan cukup dan tingkat
yang berarti semakin tingkat pendidikan pengetahuan petugas fumigasi kapal
akan semakin tinggi pula tingkat rerata dikategorikan baik, sedangkan
pengetahuan tentang fumigasi. Tingginya sarana dan prasarana dikategorikan
tingkat pengetahuan tentang fumigasi ini cukup karena belum sesuai dengan
selanjutnya berdampak positif yaitu Standar Operasional Prosedur (SOP)
meningkatkan pelaksanaan fumigasi kapal. KKP kelas II Ambon
Dengan demikian, pelaksanaan fumigasi 2. Proses, perencanaan fumigasi kapal
kapal bisa ditingkatkan dengan cara yang terdiri dari ketentuan fumigasi dan
meningkatkan jenjang pendidikan formal dari disposisi kepala KKP dikategorikan baik
para pelaksana fumigasi kapal. Upaya ini sedangkan prosedur pelaksanaan
bisa dilakukan dengan pendidikan lanjut, fumigasi kapal dikategorikan cukup atau
melalui izin belajar atau tugas belajar. 50% karena prosedur pelaksanaan
fumigasi kapal yang dilakukan oleh
Pengaruh Pelatihan Secara Tidak petugas fumigasi kapal belum
Langsung Terhadap Pelakasnaan sepenuhnya dilakukan mulai dari
Fumigasi Kapal, Melalui Tingkat persiapan sampai dengan pelaporan
Pengetahuan sesuai dengan standar Permenkes 34
Tahun 2013 tentang pedoman
Mengacu kepada hasil analisis data penyelenggaraan tindakan hapus tikus.
bisa diinterpretasikan bahwa pelatihan Sedangkan evaluasi pelaksanaan
berpengaruh secara tidak langsung terhadap fumigasi kapal masih dikategorikan baik.
pelaksanaan fumigasi kapal, dengan tingkat namun hasil observasi lapangan adalah
pengaruh dalam kategori lemah. Meskipun evaluasi dilakukan atas laporan yang
pengaruh ini lemah, namun koefisien jalur diberikan oleh petugas fumigasi kapal
masih lebuh besar dari pada 0.005, sehingga sedangkan evaluasi di lapangan tidak di
masih bisa diinterpretasikan laksanakan.
meaningfull atau bermakna. Pengaruh ini 3. Output, pelaksanaan fumigasi kapal
bersifat positif yang berarti semakin beasar dikategorikan baik, karena kondisi kapal
pengalaman pelatihan maka akan semakin perintis memenuhi persyaratan sanitasi
tinggi tingkat pengetahuan tentang fumigasi. yaitu kapal bersih dan bebas dari tanda-
Tingginya tingkat pengetahuan tentang tanda tikus.
fumigasi ini selanjutnya berdampak positif 4. Outcome pelaksanaan fumigasi kapal
yaitu meningkatkan pelaksanaan fumigasi dikategorikan baik berdasarkan hasil
kapal. Dengan demikian, pelaksanaan pemeriksaan sanitasi kapal dan
fumigasi kapal bisa ditingkatkan dengan cara pelaksanaan fumgasi dan diberikan
meningkatkan pengetahuan para pelaksana sertifikat SSCC dan SSCEC kepada
fumigasi kapal dengan memberikan nakhoda kapal.
kesempatan untuk mengikuti pelatihan- 5. Tingkat pendidikan pelaksana fumigasi
pelatihan yang berkaitan dengan fumigasi berperngaruh terhadap tingkat
kapal. Pelatihan-pelatihan ini bisa dilakukan pengetahuan tentang fumigasi kapal.
dalam bentuk on the job training yaitu 6. Pengalaman penelitian pelaksana
pelatihan yang diselenggarakan ditempat fumigasi berpengarug terhadap tingkat
kerja. Selain itu, para pelaksana fumigasi pengetahuan tentang fumigasi kapal.
kapal juga bisa diberi kesempatan untuk 7. Tingkat pengetahuan pelaksana fumigasi
mengikuti pelatihan-pelatihandi luar tempat berpengaruh terhadap prosedur
kerja. Baik diselenggarakan oleh pemerintah pelaksanaan fumigasi kapal.
maupun non pemerintah.
Saran
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Perlu adanya peningkatan pelatihan
Kesimpulan tentang prosedur pelaksanaan fumigasi
kapal secara berkala yang dilakukan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai dalam setahun 2 kali di KKP kelas II
evaluasi pelaksanaan fumigasi kapal pada Ambon.
Kantor Kesehatan Pelabuhan kelas II 2. Perlu adanya pengadaan dan
Ambon, maka kesimpulan dari peneltian ini penambahan sarana dan prasarana
adalah: fumigasi kapal berupa tangga lipat, hajar
1. Input, sumber daya manusia baik tape atau polisi line, troli, perelatan
kuantitas dan kualitas tingkat pendidikan dokumentasi, sarung tangan katun, dan

230 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

kain pel yang sesuai dengan standar Change Theory, Human Sciencie Press,
yang beralaku sehingga dapat membantu New York.
dan memperlancar proses atau prosedur Chen, Huey T. (2016) Interfacing theories
pelaksanaan fumigasi kapal di KKP kela of program with theories of evaluation for
II Ambon. advancing evaluation practice:
3. Perlu adanya evaluasi akhir dari Reductionism, systems thinking, and
pimpinan KKP kelas II Ambon terhadap pragmatic synthesis.
petugas fumigasi kapal setelah Evaluation and Program Planning.
pelaksanaan fumigasi kapal dilakukan. Direktorat jendral PP&PL departemen
4. Perlu adanya komitmen bersama dan kesehtan RI 2007. Pedoman teknis
standar operasional prosedur fumigasi pengendalian resiko kesehatan
kapal mulai dari persiapan sampai lingkungan di pelabuhan, bandara dan
dengan pelaporan antara KKP Kelas II lintas batas dalam rangka karantina
Ambon dan pihak ketiga yang kesehatan
bertanggung jawab dalam pelaksanaan Depkes RI 1990,Surat Keputusan Direktorat
fumigasi kapal. Jenderal PPM&PLP Depkes R.I Nomor :
5. Perlu adanya koordinasi antara PT. 716-I/Pd.03.04.Ei/1990 Tentang Bahan
PELNI, KKP Kelas II Ambon dan pihak Fumigan Yang Digunakan Untuk
ketiga tentang prosedur pelaksanaan Fumigasi Dalam Rangka Pemberantasan
fumigasi kapal perintis. Tikus Khususnya Di Kapal, Jakarta
Depkes RI,(2003) Pedoman
DAFTAR PUSTAKA Penanggulangan Pes di
Indonesia,Direktorat Jenderal
Ahmad Faaris Humaan, (2012) Studi Pemberantasan Penyakit Menular dan
pelaksanaan inspeksi sanitasi kapal Penyehatan Lingkungan, Jakarta.
penumpang di wilayah kerja Kantor Entjang I., (2000) Ilmu Kesehatan
Kesehatan Pelabuhan (KKP) kelas 1 Masyarakat. Bandung. Citra Aditya Bakti.
makassar (pelabuhan induk makassar). Gibson I. D., (1996) Organisasi Perilaku
Aisah., (2009) Hubungan Tingkat Struktur dan Proses, Jilid 2, Erlangga,
Pendidikan Dengan Pengetahuan Jakarta.
Kesehatan Reproduksi Ibu Rumah Ginting M., (2002) Gambaran Pelaksanaan
Tangga Di Desa Rukoh Kecamatan Fumigasi Kapal dengan menggunakan
Syiah Kuala Banda Aceh fumigan HCN (Hydrogen Cyanida) dan
Anwar., (2000) Reliabilitas dan Validitas. CH3Br (Methyl Bromida) di pelabuhan
Edisi ketiga. Cetakan Pertama. Belawan
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hardjanto I., (2012) Manajemen Sumber
Arikunto S., (2006) Prosedur Penelitian Daya Aparatur (MSDA). Malang
Suatu pendekatan Praktis. Jakarta: PT Hasibuan M., 2000. Manajemen Sumber
Rineka Cipta Daya Manusia. Edisi Revisi. Bumi
Arikunto S., (2013) Manajemen Penelitian, Aksara, Jakarta.
studi tentang kegiatan penelitian Human., (2012) Studi Pelaksanaan Inspeksi
di lembaga pendidikan dan Sanitasi Kapal Penumpang di Wilayah
pengembanganilmu pengetahuan. Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan
Jakarta: PT Rineka Cipta (KKP) Kelas 1 Makassar Pelabuhan
ASPPHI., (2016) Asosiasi Perusahaan Induk Makassar
Pengendalian Hama Indonesia. kegiatan Ilyas., (2002) Manajemen Rumah Sakit.
Pelatihan Teknis Helper Fumigasi. DKI Salemba Medika, Jakarta
Jakarta Kementerian Pertanian., (2010) Tentang
Azwar, (1996) pengantar Administrasi pedoman registrasi perusahaan fumigasi
Kesehatan, Jakarta: Banarupa Aksara. dengan methyl bromide (CH3Br) Skim
Budiman, Nurcholis Arif, (1999) Hubungan audit badan karantina pertanian
Antara Sanitasi Kapal Dengan Tanda- Kementerian Pertanian., (2012) Badan
Tanda Keberadaan Tikus Pada Kapal Karantina Pertanian. Manual Fumigasi
Berbendera RI Yang Berlabuh Di Methyl Bromida, Untuk Perlakuan
Pelabuhan Tanjung Emas Karantina Tumbuhan.
Semarang.Undergraduate Thesis, Kementerian Pertanian., 2014 Pedoman
Diponegoro University. Registarasi Perusahaan Fumigasi Methyl
Budiman, (2002) ilmu kesehatan masyarakat Bromida, Skim Audit Badan Karantina
dalam konteks kesehatan lingkungan. Pertanian
Blum, HL., (1979) Planning for Health Kementerian Pertanian., (2015) Pusat
Development and Aplication of Social Karantina Tumbuhan dan Keamanan
Hayati Nabati Badan Karantina

231 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)

Tumbuhan. Standar perlakuan fumigasi Peraturan Meteri Kesehatan RI Nomor 34


metil bromide dan fosfin pada palka kapal Tahun 2013 tentang penyelenggaraan
Kementerian Kesehatan RI 2013, Pedoman tindakan hapus tikus atau hapus
Penanggulangan Pes di serangga pada alat angkut di pelabuhan,
Indonesia,Direktorat Jenderal bandara udara, pos lintas batar darat
Pemberantasan Penyakit Menular dan Permenkes tahun 2008 Tentang Organisasi
Penyehatan Lingkungan, Jakarta. Dan Tata Kerja Kantor Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI Nomor: Pelabuhan.
356/MENKES/SK/IV/2008 KKP Permenkes tahun 1987 Sanitasi kapal di
Pelaksanaan Teknis Di Bidang Pelabuhan Laut. Pemutusan matarantai
Pengendalian Penyakit Menular Penularan Penyakit di Kapal
Keputusan Kepala Badan Karantina Pemerintah Kota Ambon, (2015) data
Pertanian Nomor: Sarana dan Prasarana
798/KPTS/KT.240/L/09/2014 Tentang Rinaldi M., (2014) Evaluasi Pemeriksaan
pedoman registrasi perusahaan fumigasi Sanitasi KapalDi Pelabuhan Boom Baru,
Methyl Bromide (CH3Br), Skim Audit Fakultas Kesehatan
Badan Karantina Pertanian MasyarakatUniversitas Sriwijaya
Laporan tahunana Kantor Kesehatan Setiono, Benny Agus. 2010. Analisis Faktor-
Pelabuhan Kelas II Ambon tahun 2015, Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
data pelaksanaan fumigasi kapal di Pelabuhan. Jurnal Aplikasi Pelayaran
pelabuhan Yos Sudarso Ambon. dan Kepelabuhanan. 1(1): 39-60
Masdar Ginting, 2002, gambaran Standar Operasional Prosedur (SOP),
pelaksanaan fumigasi kapal dengan (2014) Pengendalian Risiko Lingkungan
menggunakan fumigan HCN (Hydrogen Di Pintu Masuk Negara
Cyanida) Dan CH3Br (Methyl Bromida)di Suprihati. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang
pelabuhan belawan. Mempengaruhi Kinerja Karyawan
Mulyadi., (2011) Hubungan Fungsi Perusahaan Sari Jati di Sragen. Jurnal
Pengawasan Oleh Petugas Kantor Paradigma. 12 (1): 93-112
Kesehatan Pelabuhan Dengan Supriyanto Stefanus, Nyoman anita
Keberadaan Tikus Di Kapal Yang Damayanti, (2007) Perencanaan dan
Berlabuh Di Pelabuhan Tanjung Emas Evaluasi, Surabaya Airlangga University
Semarang Hubungan Fungsi Press. Hal 11-13
Pengawasan Oleh Petugas Kantor Suriyawan F. R.,(2013)Pangantar
Kesehatan Pelabuhan Dengan Kepabeanan, Imigrasi dan Karantina.
Keberadaan Tikus Di Kapal Yang Sutrisno, (2008) Kajian Manajemen Sanitasi
Berlabuh Di Pelabuhan Tanjung Emas Lingkungan di Pelabuhan
Semarang. Pontianak.Study of Environmental
Mulyatiningsih, Endang, (2011) Evaluasi Sanitation Management at Pontianak
Proses Suatu Program, Jakarta: Bumi Harbor.
Aksara Wijino, D., (2007) Evaluasi Program
Mary Parker Follett, (2013) Pengertian Kesehatan Dan Rumah Sakit, Surabaya,
Manajemen Sumber Daya Manusia CV DutaPrima Airlangga.
(MSDM) W illiam N.D, (2014)Pengantar
Morissan, (2010) Psikologi Komunikasi. Analisis kebijakan Publik,
Bogor: Ghalia Indonesia Jogyakarta, Gadjah Mada
Notoatmodjo S, (2012) Metodologi Univercity Press, Cetakan Kelima
Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi World Health Organization, 2005,
Rineka Cipta, Jakarta Internasional Health Regulation (IHR),
Notoatmodjo S, (2010) Kesehatan (peraturan Kesehatan Internasional),
Masyarakat Ilmu dan Seni ,Rineke Cipta, Jenewa, Swiss.
Jakarta. Yossa, S., dan Zunaidah. 2013. Analisis
Notoatmodjo S, (2010) Pengembangan Pengaruh Kemampuan Karyawan,
Sumber Daya Manusia. Rineka Cipta. Pembagian Tugas, dan Motivasi
Jakarta Terhadap Kinerja Karyawan pada PT.
Notoatmodjo S, (2010) Pendidikan dan Pelabuhan Indonesia II (Persero) Cabang
Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta, Palembang. Jurnal Manajemen dan
Jakarta Bisnis Sriwijaya.
Pakpahan., (2014) Pengaruh Pendidikan dan
Pelatihan Terhadap Kinerja Pegawai
(Studi Pada Badan Kepegawaian Daerah
Kota Malang). Jurnal Administrasi Publik.
2(1): 116-121

232 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

Anda mungkin juga menyukai