DITERBITKAN OLEH:
FORUM ILMIAH KESEHATAN
Penanggungjawab:
Ketua Forum Ilmiah Kesehatan
Pemimpin Redaksi:
Subagyo, S.Pd, M.M.Kes
Penyunting Pelaksana:
Heru Santoso Wahito Nugroho, S.Kep., Ns., M.M.Kes
Dr. Yessy Dessy Arna, S.Kp., M.Kep.Sp.Kom.
Koekoeh Hardjito, S.Kep., Ns., M.Kes
Handoyo, S.S.T, M.Si.
Suparji, S.S.T, S.K.M, M.Pd
Ayesha Hendriana Ngestiningrum, S.S.T., M.Keb.
Alamat:
Jl. Cemara RT 01 RW 02 Ds./Kec. Sukorejo, Ponorogo
Kode Pos: 63453 Telepon/Whatsapp: +6285853252665
Jl. Danyang-Sukorejo RT 05 RW 01 Serangan, Sukorejo, Ponorogo
Kode Pos: 63453 Telepon: 081335718040
ISSN
Jurnal Penelitian Kesehatan Volume Nomor Halaman Oktober 2086-3098 (p)
Suara Forikes VII 4 176 – 232 2016 2502-7778 (e)
Telah kita ketahui bersama bahwa 1. Diketik dengan huruf Arial 9 dalam 1 kolom, pada
sejak tahun 2016 Suara Forikes kertas HVS A4 dengan margin kiri, kanan, atas, dan
telah memiliki open access journal bawah masing-masing 3,5 cm.
(OAJ) yang dapat dibuka melalui: 2. Jumlah maksimum adalah 10 halaman dan harus
http://forikes-ejournal.com/index.php/SF, dikirim melalui e-mail: suaraforikes@gmail.com.
yang mengelola seluruh aktifitas
Isi artikel harus memenuhi sistematika sebagai berikut:
publikasi secara elektronik melalui
website tersebut.
1. Judul ditulis dengan ringkas dalam Bahasa Indonesia
atau Bahasa Inggris tidak lebih dari 14 kata,
Segenap dewan redaksi menggunakan huruf kapital dan dicetak tebal pada
menyampaikan terimakasih dan bagian tengah.
penghargaan yang setinggi- 2. Nama lengkap penulis tanpa gelar ditulis di bawah
tingginya kepada para peneliti yang judul, dicetak tebal pada bagian tengah. Di bawahnya
telah berpartisipasi, semoga semua ditulis institusi asal penulis.
ini dapat berkontribusi bagi 3. Abstrak ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa
Inggris dicetak miring. Judul abstrak menggunakan
perkembangan IPTEK Kesehatan
huruf kapital di tengah dan isi abstrak dicetak rata kiri
di tanah air kita, aamiin. dan kanan dengan awal paragraf masuk 1 cm. Di
bawah isi abstrak harus ditambahkan kata kunci.
Jika menginginkan informasi lebih 4. Pendahuluan ditulis dalam Bahasa Indonesia rata kiri
lengkap, silakan menghubungi kami dan kanan dan paragraf masuk 1 cm.
melalui surat, telepon, atau e-mail. 5. Metode Penelitian ditulis dalam Bahasa Indonesia rata
Isi jurnal dalam bentuk softcopy kiri dan kanan, paragraf masuk 1 cm. Isi disesuaikan
dapat diunduh pada situs resmi dengan bahan dan metode penelitian yang diterapkan.
6. Hasil Penelitian ditulis dalam Bahasa Indonesia rata kiri
kami yang baru dengan sistem OAJ
dan kanan, paragraf masuk 1 cm. Kalau perlu, bagian
(http://forikes-ejournal.com), serta ini dapat dilengkapi dengan tabel maupun gambar (foto,
portal PDII LIPI. Terimakasih, diagram, gambar ilustrasi dan bentuk sajian lainnya).
sampai berjumpa kembali pada Judul tabel berada di atas tabel dengan posisi di
nomor berikutnya pada bulan tengah, sedangkan judul gambar berada di bawah
Januari 2017 yang akan datang. gambar dengan posisi di tengah.
7. Pembahasan ditulis dalam Bahasa Indonesia rata kiri
Redaksi dan kanan, paragraf masuk 1 cm. Pada bagian ini, hasil
penelitian ini dibahas berdasarkan referensi dan hasil
penelitian lain yang relevan .
8. Simpulan dan Saran ditulis dalam Bahasa Indonesia
rata kiri dan kanan, paragraf masuk 1 cm. Simpulan
dan saran disajikan secara naratif.
9. Daftar Pustaka ditulis dalam Bahasa Indonesia, bentuk
paragraf menggantung (baris kedua dan seterusnya
masuk 1 cm) rata kanan dan kiri. Daftar Pustaka
mengacu pada Sistim Harvard.
Redaksi
DAFTAR JUDUL
5 HUBUNGAN ANTARA ANEMIA, STATUS GIZI, DAN FAKTOR PSIKOLOGIS 197 – 200
(STRESS) DENGAN KEJADIAN DISMINOREA
Rika Andriyani, Eka Safitri
7 HUBUNGAN PARITAS, USIA IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN PARTUS 208 - 211
LAMA
Rice Noviawanti
PENDAHULUAN
Latar Belakang
sebesar 58 persen Jawa Barat, Jawa Timur, berpengetahuan baik terhadap pemilihan KB
dan Jawa Tengah adalah tiga provinsi suntik dan 4 orang ibu berpengetahuan
dengan urutan teratas yang berpendudukan kurang terhadap pemilihan KB suntik. Maka
terbanyak, yaitu masing-masing berjumlah peneliti tertarik untuk meneliti mengenai
43.021.826 orang, 37.476.011 orang, dan “Pengaruh Pengetahuan Ibu Terhadap
32.380.687 Pemilihan Alat Kontrasepsi Suntik di Klinik
orang, yang di ikuti oleh Pulau Sumatera Ananda Medan ”
sebesar 21 persen. Selanjutnya untuk
pulau/kelompok kepulauan lain berturut-turut Tujuan Penelitian
adalah sebagai berikut Sulawesi 7 persen,
Untuk mengetahui pengaruh
Kalimantan sebesar 6 persen, Bali dan Nusa
pengetahuan ibu terhadap pemilihan alat
Tenggara sebesar 6 persen dan Maluku dan
kontrasepsi suntik di Klinik Ananda Medan
Papua sebesar 3 persen.(BKKBN, 2012).
Provinsi Sumatera Utara merupakan Manfaat Penelitian
provinsi keenam berpenduduk terbanyak di
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
Indonesia dan perpenduduk terbesar di luar
bermanfaat secara teoretis maupun praktisi.
pulau jawa. Berdasarkan hasil proyeksi
terhadap hasil Sensus Penduduk Tahun METODE PENELITIAN
2010, dengan pertumbuhan rata-rata
sebesar 1.11% jumlah penduduk Provinsi Adapun jenis desain penelitian dalam
Sumatera Utara Tahun 2011 diperkirakan penelitian ini adalah analitik yang bertujuan
mencapai 13.103.596 orang, yang terdiri untuk mengetahui pengaruh pengetahuan
atas 6.544.092 laki-laki dan 6.559.504 ibu terhadap pemilihan alat kontrasepsi
perempuan dengan jumlah PUS tahun 2011 dengan pendekatan cross sectional.
sebanyak 7.504.820 orang. (BKKBN,2013). Penelitian ini dilaksanakan di Klinik Ananda
Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang, dan Medan, alasan peneliti melakukan penelitian
Kabupaten Langkat adalah tiga di Klinik Ananda Medan karena tersedianya
kabupaten/kota dengan urutan teratas yang masalah dan tersedianya responden. Waktu
memiliki jumlah penduduk terbanyak yang penelitian dilakukan pada bulan Januari -
masing-masing berjumlah 2.117.224 orang Juli 2014.
(16,16%), 1.807.173 orang ( 13,79%), dan Populasi penelitian ini adalah seluruh
976.582 orang (7,45%). (Affandi, dkk, 2010). akseptor KB suntik yang berjumlah 190
Peserta KB aktif di Sumatera Utara yang orang di Klinik Ananda Medan. sampel yang
berhasil di bina sebanyak 5.547.543 diambil sebanyak 66 orang.
(73,92%) dari seluruh Pasangan Usia Subur Definisi variabel penelitian adalah
(PUS) yang mencapai 7.504.820 PUS. sebagai berikut:
Realisasi peserta KB aktif yang 1. Pengetahuan adalah kemampuan yang
menggunakan kontrasepsi suntik 2.239.108, dimiliki ibu atau segala sesuatu yang
Pil 848.503, IUD 557.224 dan kondom diketahui ibu tentang alat kontrasepsi
42.464. (BKKBN, 2013) suntik yang diukur berdasarkan jawaban
Peserta KB tahun 2013 di Kota Medan pada lembar kuesioner sesuai tingkat
baru di proyeksikan terhadap 319.038 PUS. pengetahuan ibu yaitu tahu, memahami,
Pada kecamatan Medan Petisah jumlah aplikasi, analisa, sintesis, evaluasi.
penduduk 61.855 jiwa, jumlah PUS 2. Pemilihan alat kontrasepsi suntik adalah
sebanyak 9.857 jiwa. Pengguna alat dipilih atau tidak dipilihnya alat
kontrasepsi IUD 967, MOP 56, MOW 824, kontrasepsi suntik sebagai alat
Implant 292, Suntik 2.681, Pil 1.380 dan kontrasepsi untuk mencegah kehamilan
Kondom 234. Data tersebut menunjukkan (menjarangkan kelahiran) yang diukur
bahwa alat kontrasepsi yang paling banyak berdasarkan jawaban pada lembar
digunakan adalah suntik sebanyak 2.681. kuesioner.
Tingginya minat pemilihan alat kontrasepsi
suntik dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu, HASIL PENELITIAN
pengetahuan, pendidikan, tingkat ekonomi, Tabel 1. Pengaruh Pengetahuan Terhadap
paritas/jumlah anak dan keefektifan Pemilihan Alat Kontrasepsi Suntik
kontrasepsi suntik (BPS,2013)
Alat Kontrasepsi Total
Metode kontrasepsi yang banyak dipilih 1 bulan 3 bulan P
oleh akseptor di Klinik Ananda Medan Pengetahuan f % f % f % Value
adalah kontrasepsi jenis suntikan yaitu Baik 3 33.33 6 66.67 9 100 0.014
sebesar 65,4% yaitu 190 orang dari 300 Cukup 12 54.54 10 45.45 22 100
akseptor. Dari survey awal yang dilakukan di Kurang 28 80.00 7 20.00 35 100
Klinik Ananda dari 10 orang ibu yang Jumlah 43 65.15 23 34.85 66 100
diwawancarai pada survey awal 6 orang ibu
PENDAHULUAN
Status kesehatan yang relatif baik
dibutuhkan oleh manusia untuk menopang
semua aktivitas hidupnya. Setiap individu
ANALISIS KEBUTUHAN (NEED) akan berusaha mencapai status kesehatan
MASYARAKAT TERHADAP tersebut dengan menginvestasikan dan atau
PELAYANAN KESEHATAN DI mengkonsumsi sejumlah barang dan jasa
PUSKESMAS MULYOREJO kesehatan (Grossman, 1972). Oleh karena
KOTA SURABAYA itu, Maka untuk mencapai kondisi kesehatan
yang baik tersebut dibutuhkan sarana
Rindha Mareta kesehatan yang baik pula. Menurut Cullis
(Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, dan West dalam Santoso (2007)
Universitas Airlangga, Surabaya) mengatakan bahwa kebutuhan yang
dirasakan terhadap pelayanan kesehatan,
ABSTRAK merupakan penjumlahan dari kebutuhan
fisiologis dan psikologis individu terhadap
Status kesehatan yang relatif baik suatu pelayanan kesehatan. Kebutuhan
dibutuhkan oleh manusia untuk menopang yang dirasakan timbul bila individu
semua aktivitas hidupnya. Untuk menginginkan pelayanan kesehatan.
memperoleh kesehatan yang prima, setiap Untuk memperoleh kesehatan yang
orang akan berusaha dengan berbagai cara prima, setiap orang akan berusaha dengan
untuk mengatasi dan mengobati penyakit berbagai cara untuk mengatasi dan
yang dideritanya hingga sembuh. Seseorang mengobati penyakit yang dideritanya hingga
dalam mencapai kesembuhan yang sembuh. Seseorang dalam mencapai
diharapkan terkadang membutuhkan kesembuhan yang diharapkan terkadang
bantuan dari pihak lain dalam hal ini adalah membutuhkan bantuan dari pihak lain dalam
sarana pelayanan kesehatan di fasilitas hal ini adalah sarana pelayanan kesehata,
kesehatan salah satunya di Puskesmas. salah satunya adalah Puskesma.
Kebutuhan (need) masyarakat terhadap Puskesmas merupakan unit pelaksana
pelayanan kesehatan berupa jenis layanan. tingkat pertama dari Dinas Kesehatan yang
Tujuan penelitian ini mengetahui kebutuhan bertanggung jawab terhadap
(need) masyarakat terhadap pelayanan penyelenggaraan pembangunan kesehatan
kesehatan di wilayah kerja Puskesmas di suatu wilayah kerja. Salah satu tugas
Mulyorejo. Jenis penelitian yang dilakukan Puskesmas adalah memelihara dan
menggunakan pendekatan observasional meningkatan kesehatan perorangan,
deskriptif. Lokasi penelitian adalah keluarga, dan masyrakat berserta
Puskesmas Mulyorejo. Sampel penelitian lingkungannya. Sehingga suatu wilayah
berdasarkan kriteria inklusi berjumlah 50 tersebut dapat kesehatannya dapat terjaga
orang masyarakat yang mengunjungi dengan baik. Tetapi pada kenyataannya,
puskesmas Mulyorejo. Hasil penelitian Puskesmas harus bersaing dengan sarana
Masyarakat di wilayah Puskesmas Mulyorejo pelayanan kesehatan yang lain seperti
membutuhkan pelayanan kesehatan di rumah sakit, klinik swasta, praktek dokter,
Puskesmas dengan alasan lokasi tidak jauh dll. Hal ini dikarenakan adanya
dengan rumah disbanding fasilitas ketidakpuasan masyarakat terhadap
kesehatan yang lain. Masyarakat lebih Puskesmas dalam banyak hal. Adanya
membutuhkan dokter umum dibanding ketidakpuasan tersebut merupakan
tenaga kesehatan yang lain. Masyarakat kesenjangan antara kebutuhan dan
membutuhkan poli umum saat awal berobat permintaan pelayanan kesehatan. Penelitian
ke pelayanan kesehatan dibanding poli yang ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan
lain. Dan masyarakat di wilayah Puskesmas (need) masyarakat terhadap pelayanan
Mulyorejo menggunakan BPJS saat berobat kesehatan di wilayah kerja Puskesmas
ke pelayanan kesehatan. Mulyorejo.
Kata Kunci: METODE PENELITIAN
Kebutuhan, Puskesmas, Pelayanan
Jenis penelitian yang dilakukan
Kesehatan
menggunakan pendekatan observasional
deskriptif. Lokasi penelitian adalah
Puskesmas Mulyorejo. Sampel penelitian ini
memakai kriteria inklusi, yaitu masyarakat
merupakan Pasien yang berobat ke
Puskesmas Mulyorejo sebanyak 6x dalam
PENDAHULUAN
TINGKAT KEPUASAN PEMANFAATAN
(UTILITY) POSYANDU PADA Prevalensi balita gizi buruk merupakan
PUSKESMAS PANDANWANGI KOTA indikator Millenium Development Goals
MALANG (MDGs) yang harus dicapai disuatu daerah
(kabupaten/kota) pada tahun 2015, yaitu
Nurnaningsih Herya Ulfah terjadinya penurunan prevalensi balita gizi
(Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, buruk menjadi <3,6%. Sebanyak 4 juta anak
Jurusan Ilmu Kesehatan, Fakultas Ilmu Indonesia yang menderita gizi kurang
Keolahragaan, Universitas Negeri Malang) terancam jatuh ke derajat gizi buruk, jika
tidak mendapat penanganan semestinya.
ABSTRAK Masalahnya, dari 700.000 penderita gizi
buruk, kemampuan pemerintah menangani
Masalah gizi di Indonesia tidak dapat hanya 39.000 anak gizi buruk atau sekitar
diabaikan karena dapat menimbulkan 5,57% per tahun. Kondisi ini menjadi
dampak yang negatif.Kekurangan gizi ancaman karena dari 250.000 Posyandu
berdampak buruk terhadap pertumbuhan, yang ada, tidak lebih dari 50% yang masih
perkembangan intelektual dan aktif.Berarti cakupan pengendalian kualitas
produktivitas.Posyandu sebagai salah satu gizi balita di Indonesia tidak lebih dari 50%.
pelayanan kesehatan di desa yang bertujuan Dampaknya, probabilitas terjadinya gizi
untuk memudahkan masyarakat memantau buruk sangat tinggi (Khomsan,Ali, 2008).
keadaan gizi anak balitanya sehingga dapat Berdasarkan Laporan Riset Kesehatan
mencegah secara dini masalah gizi. Dua Dasar (Riskesdas) Tahun 2007 Provinsi
Puskesmas di Dinas Kesehatan Kota Malang Jawa Timur dalam kategori BB/U didapat
pada tahun 2013 yang memiliki persentase balita dengan status gizi buruk sekitar 4,8%,
gizi buruk tertinggi yaitu Puskesmas balita dengan status gizi kurang sekitar
Kendalkerep (24%) dan Puskesmas 12,6%, balita dengan status gizi baik sekitar
Pandanwangi (22,40%) dan pada tahun 78,0%, balita yang terkena gizi lebih sekitar
2014, Puskesmas dengan status gizi 4,5% dari 29.952 penduduk.
normalterendah adalah Puskesmas Salah satu upaya untuk mengurangi
Kendalkerep (92,33%) dan Puskesmas angka kesakitan dan kematian anak balita
Pandanwangi (91,37%). Tujuan penelitian ini adalah dengan melakukan pemeliharaan
adalah untuk mengetahui gambaran kesehatannya. Pemeliharaan kesehatan
kepuasan Posyandu di Wilayah Puskesmas anak balita dititikberatkan kepada upaya
Pandanwangi Kota Malang. Metode pencegahan dan peningkatan kesehatan
penelitian adalah analitik dengan rancang serta pengobatan dan rehabilitasi yang dapat
bangun crosssectional.Adapun populasi dilakukan di puskesmas, puskesmas
dalam penelitian ini adalah balita berusia 1-5 pembantu, polindes, dan terutama di
tahun di Posyandu wilayah Puskesmas Kota posyandu, karena posyandu merupakan
Malang.Jumlah sampel adalah 105 tempat yang paling cocok untuk memberikan
responden. Analisis data penelitian ini pelayanan kesehatan pada balita secara
menggunakan uji somers’d. Hasil penelitian menyeluruh dan terpadu
menunjukkan bahwa responden merasa (Widiastuti&Kristiani, 2006).
puas terhadap pelayanan di Posyandu.Untuk Menurut Uphoff, dengan membawa balita
5 komponen utility yaitu (1) Tangibility, (2) ke posyandu akan mendapatkan manfaat
Reliability, (3) Responsiveness, (4) yaitu anak mendapatkan kesehatan ke arah
Assurance dan (5) Empatykeseluruhannya yang lebih baik, mendapatkan kemudahan
berada pada kategori puas. Kesimpulan dari pelayanan disatu kesempatan dalam satu
penelitian ini adalah tingkat tempat sekaligus, dapat menghindari
kepuasanpemanfaatan (Utility) pemborosan waktu, tingkat partisipasi
Posyandu.Seluruh komponen utility yaitu 1) masyarakat mencapai target yang
Tangibility, (2) Reliability, (3) diharapkan dan cakupan pelayanan dapat
Responsiveness, (4) Assurance dan (5) diperluas sehingga dapat mempercepat
Empaty berada pada kategori terwujudnya peningkatan derajat kesehatan
puas.Rekomendasi dari penelitian ini adalah balita (Widiastuti&Kristiani, 2006) . Sejalan
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan program yang dilaksanakan oleh
faktor yang mempengaruhi status gizi selain MDGs tentang menurunkan angka kematian
utility. balita terdapat pula program Pemerintah
Indonesia tentang revitalisasi
Kata Kunci: posyandu.Revitalisasi posyandu adalah
utility, status gizi, posyandu upaya pemberdayaan posyandu untuk
mengurangi dampak dari krisis ekonomi
Reliability
Reliability dalam penelitian diartikan
sebagai kemampuan posyandu dalam
memberikan pelayanan kesehatan yang
sesuai dengan SOP. Distribusi responden
Puskesmas Pandanwangi Kota Malang
dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel
2.
Assurance
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui
bahwa Reliability secara keseluruhan Assurance dalam penelitian diartikan
mendapatkan respon baik. Hal ini dapat sebagai jaminan kemampuan dari petugas
dilihat dari sebesar 99,1% responden di posyandu dalam memberikan pelayanan
Puskesmas Pandanwangi Malang kesehatan. Distribusi responden Puskesmas
menyatakan kader/petugas Posyandu Pandanwangi Kota Malang dalam penelitian
bertindak cepat dalam memberikan ini dapat dilihat pada Tabel 4.
pelayanan. Dan sebesar 99,1% responden
menyatakan kader/petugas Posyandu
PENDAHULUAN
Rumah Sakit Nahdlatul Ulama Tuban, yang satu karyawan non shift, dan 4 karyawan
terdiri dari 5 karyawan sebagai responden. yang bekerja dalam shift. Dalam satu shift
Instrumen penelitian yang digunakan berupa terdiri dari dua karyawan. Dua karyawan
lembar observasi dan kuesioner. perempuan dan dua laki-laki. Pelayanan
Pengumpulan data dilakukan dengan yang ada di kasir hanya ada satu loket
mengamati proses pelayanan di kasir yang melayani transaksi pembayaran pasien
dilaksanakan oleh petugas kasir, dan rawat jalan dan rawat inap. Pasien terdiri dari
wawancara dengan petugas. Analisis data pasien umum dan pasien asuransi.
penelitian menggunakan analisis deskriptif Kondisi layanan kesehatan seperti ini
yaitu menganalisis proses pelayanan yang merupakan persoalan yang mencerminkan
dilakukan oleh petugas kasir, kemudian indikasi adanya gejala Organizational
mengidentifikasi faktor penyebab kurangnya Citizenship Behavior (OCB) yang rendah di
kerjasama antar petugas kasir. lingkungan karyawan bagian pelayanan
kasir. Organizational Citizenship Behavior
HASIL PENELITIAN (OCB) adalah kontribusi individu dalam
melebihi tuntutan pekerjaan di tempat kerja
Aktivitas Pelayanan Kasir meliputi perilaku suka menolong, peduli,
patuh pada aturan dan rela melakukan tugas
Pelayanan kasir di Rumah Sakit extra role di tempat kerja.
Nahdlatul Ulama Tuban, hanya terdiri dari
satu kasir yang dijaga oleh dua karyawan Aktivitas OCB
secara bergantian. Pelayanan untuk pasien
umum lebih sederhana karena kasir hanya Organizational Citizenship Behavior
perlu menyampaikan jumlah total biaya (OCB) adalah kontribusi individu dalam
rumah sakit dan pasien dapat langsung melebihi tuntutan pekerjaan di tempat kerja
membayarnya. Sementara untuk pasien meliputi perilaku suka menolong, peduli,
asuransi membutuhkan waktu yang lebih patuh pada aturan dan rela melakukan tugas
lama dan proses yang rumit. Saat pasien extra role di tempat kerja. Organizational
asuransi datang dan hendak dirawat, bagian Citizenship Behavior (OCB) terdiri dari
informasi atau rekam medis akan konfirmasi beberapa dimensi diantaranya Altuirsm,
pada pihak asuransi via telepon. Bagian Conscientiousness, Sportsmanship,
informasi juga akan menyalurkan informasi Courtesy, dan Civic virtue.
pada bagian kasir untuk mengirimkan
laporan medis awal dari dokter. Bagian
pelayanan kasir berkewajiban untuk Tabel 1 Organizational Citizenship Behavior
mengirimkan berkas pasien meliputi laporan (OCB) Karyawan di Unit Pelayanan Kasir
medis awal pasien via fax atau email, Rumah Sakit Nahdlatul Ulama Tuban
kemudian bagian kasir juga yang bertugas
konfirmasi ke pihak asuransi via telepon No Variabel Karyawan
setelah mengirimkan berkas pasien tersebut. 1 2 3 4 5
Apabila ada berkas yang kurang lengkap, 1Karakteristik
bagian kasir jugalah yang konfirmasi pada aJenis kelamin L L P P P
dokter atau perawat yang mengetahui terkait bStatus karyawan Senior Senior Junior Junior Junior
diagnosis pasien. Saat pasien asuransi yang 2OCB
dirawat inap akan pulang, bagian kasir akan aAltuirsm 2,50 2,30 2,50 2,49 2,99
mengirimkan semua berkas pasien ke pihak bConscientiousness 2,40 2,25 2,16 2,74 3,01
asuransi, untuk mengetahui apakah biaya cSportsmanship 2,46 2,50 2.40 2,88 2,71
pasien terbayarkan oleh asuransi atau tidak. dCourtesy 2,50 2,50 2,50 3,01 3,05
Proses ini yang membutuhkan waktu lama eCivic virtue 2,50 2,10 2,30 2,76 3,18
sehingga pasien terkadang menunggu lama. Mean komposit 2,47 2,33 2,37 2,76 2,99
Penyebabnya adalah terdapat beberapa Keterangan RendahRendahRendah Tinggi Tinggi
karyawan yang kurang tanggap terhadap
Keterangan:
permasalahan tersebut dan malah
Mean komposit
menyerahkan pada karyawan lainnya tanpa
1,00 - 2,50 = OCB Rendah
membantu. Karyawan juga kurang
2,51 - 4,00 = OCB Tinggi
kerjasama sehingga sering terjadi
kesalahpahaman.
Berdasarkan hasil observasi dan
Pelayanan di kasir Rumah Sakit
wawancara terkait aktivitas OCB dengan
Nahdlatul Ulama Tuban terdiri dari tiga shift
karyawan yang ada di pelayanan kasir
kerja meliputi shift pagi, sore dan malam.
Rumah Sakit Nahdlatul Ulama Tuban,
Sumber daya manusia yang ada didalamnya
didapatkan hasil bahwa dari 5 karyawan
meliputi satu kepala bagian pelayanan kasir,
karyawan senior tidak menunjukkan perilaku juga kurang toleransi terhadap karyawan
altruism. Karyawan junior yang dari segi usia lainnya, misalnya saat pembagian shift kerja,
juga lebih muda justru yang memiliki OCB karyawan senior membagi kurang adil
lebih tinggi dengan sukarela melaksanakan sehingga karyawan junior yang terkena
tugas dengan sebaik-baiknya. Hal ini imbasnya. Hal ini tidak sesuai dengan salah
bertolak belakang dengan penelitian satu dimensi OCB yaitu sportsmanship.
Jahangir (2004) bahwasanya usia akan Fakta yang terjadi di pelayanan kasir Rumah
sangat berpengaruh, dimana karyawan yang Sakit Nahdlatul Ulama Tuban, terkait
lebih muda memiliki OCB lebih rendah pergantian shift kerja pada karyawan. Salah
dibandingkan karyawan yang lebih tua, akan seorang karyawan yang seharusnya shift
berbeda didalam orientasi mereka terhadap malam tiba-tiba tidak bisa memenuhi
diri mereka sendiri, orang lain, dan terhadap tanggung jawabnya untuk bekerja
pekerjaan, perbedaan yang semacam ini dikarenakan adanya suatu urusan yang
akan berujung pada motif-motif untuk harus dia selesaikan. Kemudian dia meminta
melakukan OCB. tolong kepada temannya yang bekerja
Karyawan junior yang memiliki OCB shiftnya sore untuk meneruskan dan
tinggi memperlihatkan kinerja yang lebih menggantikannya. Fakta tersebut dapat
baik, dengan dapat menyelesaikan masalah dijadikan indikasi adanya OCB pada
yang sering ditimbulkan oleh karyawan karyawan (sportsmanship).
senior. Hal ini sesuai dengan penelitian Penelitian Bienstock, et al. (2003)
Bachrach et al. (2006) menyebutkan bahwa mengenai OCB dan pelayanan,
perolehan kinerja tinggi lebih sering menyimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat
dihubungkan dengan perilaku menolong OCB pada pekerja jasa maka semakin tinggi
pekerja ketika tugas-tugas sebuah unit kerja pula tingkat kepatuhan pekerja jasa pada
saling terkait satu sama lain, dan hal itu aturan standart pelayanan. Dalam hal
semakin meningkatkan kinerja organisasi. kualitas dan kuantitas kinerja kelompok,
Hubungan OCB dan performance perilaku altruism dan sportsmanship dalam
berdasarkan hasil penelitiannya, didapatkan dimensi OCB memiliki efek yang signifikan
hasil bahwa OCB memiliki hubungan yang terhadap kuantitas kerja. Dan perilaku
positif disetiap dimensinya terhadap variabel altruism sendiri memiliki efek yang signifikan
kerja. Sehingga karyawan yang terhadap kualitas kinerja kelompok
menampilkan OCB tinggi akan menunjukkan (Podsakoff, et al. 1997). Pekerja yang
untuk kerja yang tinggi pula, begitu juga membantu pekerja lain dengan memberikan
sebaliknya bila OCB karyawan rendah maka waktunya pada pekerja lain yang memiliki
kerjanya juga rendah (Nielsen, et al. 2009). kesulitan dalam bekerja, membagi
Karyawan yang memilki OCB rendah keahliannya dan mengambil langkah untuk
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dismenorea adalah nyeri pada daerah
panggul akibat menstruasi dan produksi zat
prostatglandin. Derajat nyeri dan kadar
gangguan tentu tidak sama ada yang masih
bisa bekerja (sesekali sambil meringis),
bahkan hingga aktivitas terhenti sama sekali.
Penyebab nyeri berasal dari kontraksi otot
HUBUNGAN ANTARA ANEMIA, STATUS rahim akibat produksi zat prostatglandin. Di
GIZI, DAN RFAKTOR PSIKOLOGIS Amerika Serikat diperkirakan hampir 90%
(STRESS) DENGAN KEJADIAN wanita mengalami disminorea dan 10-15% di
DISMINOREA antaranya mengalami dismenorea berat,
yang menyebabkan mereka tidak mampu
Rika Andriyani melakukan kegiatan apapun dan ini akan
(Prodi D3 Kebidanan, menurunkan kualitas hidup pada individu
STIKes Hang Tuah Pekanbaru) masing-masing dan di Swedia sekitar 72%.
Eka Safitri Insidensi di Indonesia angkanya 55%
(Prodi D3 Kebidanan, perempuan usia reproduktif yang tersiksa
STIKes Hang Tuah Pekanbaru) oleh nyeri selama menstruasi. Angka
kejadian (prevalensi) nyeri menstruasi
berkisar 45-95% di kalangan wanita usia
reproduktif (Nirmala, 2013).
Ada banyak faktor yang mempengaruhi
ABSTRAK terjadinya dismenorea pada remaja yaitu
status gizi, anemia, faktor psikologi,
Ada banyak faktor yang mempengaruhi olahraga, alergi, endokrin atau hormonal.
terjadinya dismenorea pada remaja yaitu Berdasarkan hasilpenelitian Manorek, dkk
status gizi, anemia, faktor psikologi, (2015) menunjukkan bahwa terdapat
olahraga, alergi, endokrin atau pengaruh yang signifikan antara status gizi
hormonal.Tujuan penelitian ini adalah dengan kejadian dismenorea dengan p value
mengetahui hubungan anemia, status gizi, = 0,014 (p < 0,05).
dan faktor psikologis dengan kejadian Hasil penelitian Cholifah & Hadikasari
disminorhea. Responden penelitian adalah (2013) menunjukkan bahwa terdapat
cross sectional ini adalah seluruh mahasiswi pengaruh signifikan antara anemia, status
Progam Studi D-III Kebidanan STIKes Hang gizi dengan hasil uji statistik exact fisher P
Tuah Pekanbaru (79 orang) dipilih dengan (value) anemia (0,006), status gizi (0,023),
teknik simple random sampling. Data artinya ada hubungan antara anemia, status
dikumpulkan menggunakan kuesioner, lalu gizi, dengan dismenore. Berdasarkan hasil
dianalisis dengan uji Chi-square. Dari hasil penelitian Andriani, Yunita (2015) didapatkan
penelitian disimpulkan bahwa ada hubungan bahwa semakin rendah Indeks Massa Tubuh
antara anemia dan faktor psikologis dengan maka tingkat dismenorea semakin berat (p
kejadian dismenorea pada mahasiswi value= 0,029 <α = 0,05), semakin tinggi
Program Studi D-III Kebidanan STIKes Hang tingkat stress maka semakin tinggi tingkat
Tuah Pekanbaru. dismenore (p value=0,024 < α = 0,05),.
Berdasarkan hasil penelitian Yuniar Ika
Kata kunci: Fajarini, pada tahun 2012 menunjukkan
Dismenorea, anemia, faktor psikologis bahwa terdapat hubungan antara stress
dengan kejadian dismenorea primer pada
mahasiswi Asrama Putri Unires UMY dengan
nilai korelasi Spearman Rank sebesar 0,651
dan p value sebesar 0,000.
Berdasarkan survey awal yang dilakukan
peneliti pada tanggal 24 Juni 2015
Mahasiswi kebidanan tingkat II progam studi
DIII kebidanan STIKes Hang Tuah dari hasil
wawancara pada 30 mahasiswi 15 orang
(50%) di antaranya sering mengalami
dismenorea, sehingga mengganggu aktivitas
seperti kuliah dan akitivitas sehari-hari,
hingga terhenti sama sekali untuk dapat Tabel 2. Hubungan anemia, status gizi dan
beraktivitas seperti biasanya. faktor psikologis dengan kejadian
disminorhea di STIKes Hang Tuah
Tujuan Penelitian
Pekanbaru
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui Variabel Kejadian disminorea P
hubungan anemia, status gizi, dan faktor Value
psikologis dengan kejadian disminorhea. Tidak desminorea Total
desminorea
METODE PENELITIAN
n % n % n %
Penelitianini bersifat analitik- Anemia
observasional dengan desain cross sectional tidak anemia 14 87,5 % 13 20,6% 27 34,2% 0,000
dilakukan di Progam Studi D-III Kebidanan Anemia 2 12,5% 50 79,4% 52 65,8%
STIKes Hang Tuah Pekanbaru pada tanggal ringan
5 desember 2015 sampai 24 februari 2016. Status gizi
Responden dalam penelitian ini adalah normal 9 17,3% 43 82,7% 52 65,8% 0,543
seluruh mahasiswi Progam Studi D-III Tidak normal 7 25,9% 20 74,1 27 34,2
Kebidanan STIKes Hang Tuah Pekanbaru Stress
yang berjumlah 79 responden dari Tidak stress 0 62,5% 11 17,5% 21 26,6% 0,001
pengambilan sampel secara simple random Stress 6 37,5% 52 82,5% 58 73,4%
sampling terhadap 221 orang mahasiswi
Progam Studi D-III Kebidanan STIKes Hang PEMBAHASAN
Tuah Pekanbaru dengan cara jumlah
mahasiswi masing-masing kelas di bagi Anemia
besar populasi dikalikan 100. Kemudian di
lakukan pengambilan nama mahasiswa Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti
sebanyak jumlah sampel pada setiap kelas lakukan terhadap 79 responden terdapat 27
dengan undian secara acak. Nama yang orang yang tidak anemia, responden yang
keluar dilakukan informed consent untuk tidak anemia dengan dismenorea berjumlah
kesediaan nya menjadi responden. 13 orang responden dengan persentase
(20,6%), sedangkan pada responden
dengan anemia ringan berjumlah 52 orang,
HASIL PENELITIAN
responden yang mengalami anemia dengan
Tabel. Distribusi kejadian disminorhea, dismenorea berjumlah sebanyak50 (79,4%)
anemia, status gizi, dan faktor psikologis responden.
Berdasarkan hasil uji Chi-square di
No Variabel f % peroleh p value 0,000< α = 0,05 yang berarti
1. Kejadian Dismenorea ada hubungan yang bermakna antara
Tidak Dismenorea 16 20,3 anemia terhadap kejadian dismenorea pada
Dismenorea 63 79,7 mahasiswi Prodi D-III Kebidanan STIKes
2. Anemia Hang Tuah Pekanbaru. Analisis keeratan
Tidak Anemia 27 34,2 pengaruh kedua variabel di dapat OR (odds
Anemia Ringan 52 65,8 ratio) = 26,923. Hal ini menunjukkan bahwa
3. Status Gizi anemia ringanberesiko26,9 kali terhadap
Normal 52 65,8 kejadian dismenorea.
Tidak Normal 27 34,2 Hal ini sesuai dengan teori yang
4. Faktor Psikologis mengatakan bahwa Faktor konstitusi atau
Tidak Stress 21 26,6 keadaan fisiologis atau psikis individu
Stress 58 73,4 berhubungan erat dengan faktor kejiwaan
Total 79 100 yang dapat menurunkan ketahanan tubuh
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terhadap rasa nyeri di antaranya adalah
remaja yang mengalami dismenorea adalah anemia atau penyakit menahun yang dapat
sebanyak 63 orang dengan persentase mempengaruhi timbulnya nyeri saat
79,7%, dan tidak terdapat data yang menstruasi (Laila, 2011). Anemia dapat
homogen pada variabel-variabel menimbulkan berbagai komplikasi antara
independen. lain, kelelahan, stress, serta menurunnya
Dari tiga variabel, hanya dua variabel kekebalan tubuh, sehingga meningkatkan
yang memiliki hubungan signifikan terhadap risiko terhadap rasa nyeri menstruasi
kejadian dismenorea yaitu anemia dan faktor (Proverawati, 2011).
psikologis (Stress), sedangkan Status Gizi Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
tidak terdapat hubungan signifikan terhadap penelitian Endang Wahyuningsih Linda dan
kejadian dismenorea. Puspita Sari Jurnal Involusi Kebidanan, Vol.
4, No. 7, Januari 2014, 67-78di SMA Negeri
PENDAHULUAN
Pelayanan yang berkualitas harus dijaga
dengan melakukan pengukuran secara terus
menerus, agar diketahui kelemahan dan
kekurangan dari jasa pelayanan yang
diberikan, dan dibuat tindak lanjut sesuai
dengan prioritas permasalahannya. Pihak
manajemen perlu waspada apabila
mendapatkan jumlah kunjungan yang
ANALISIS KEPUASAN PASIEN cenderung menurun pada evaluasi tiap
TERHADAP KUALITAS PELAYANAN tahun.
PERAWATAN GIGI Penyebab turunnya jumlah kunjungan
DI KLINIK GIGI MY DENTAL CARE dan bagaimana mempertahankan pasien
SURABAYA agar mereka tidak berpindah ke pelayanan
kesehatan lainnya perlu untuk selalu
dievaluasi. Berdasar latar belakang tersebut,
maka penulis ingin mengetahui bagaimana
Adityarani Putranti kepuasan pasien di Klinik Gigi My Dental
(S2 Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Care untuk kepentingan kemajuan klinik di
Manajemen Pemasaran dan Keuangan, masa yang akan datang.
Pelayanan Kesehatan,
Fakultas Kesehatan Masyarakat, METODE PENELITIAN
Universitas Airlangga, Surabaya)
Variabel bebas adalah suatu variabel
yang variasi nilainya akan mempengaruhi
nilai variabel yang lain (Mustafa, 2009).
ABSTRAK Variabel bebas penelitian ini adalah dimensi
kualitas pelayanan yang terdiri dari dimensi
Kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi RATER meliputi Reliability, Assurance,
akan jasa layanan kesehatan membuat Tangible, Emphaty dan Responsiveness.
ekspektasi masyarakat terhadap layanan Variabel terikat adalah suatu variabel yang
kesehatan yang baik juga semakin tinggi. variasi nilainya dipengaruhi atau dijelaskan
Pelayanan gigi dan mulut, merupakan salah oleh variasi nilai variabel yang lain (Mustofa,
satu pelayanan kesehatan dasar pada 2009). Variabel terikat dalam penelitian ini
masyarakat. Klinik gigi My Dental Care adalah kepuasan pasien Klinik Gigi My
Surabaya merupakan salah satu klinik gigi Dental Care Surabaya.
yang terletak di Surabaya Selatan. Klinik Gigi Populasi dalam penelitian ini adalah
My Dental Care memiliki permasalahan pasien yang pernah berkunjung ke Klinik
belum tercapainya target jumlah kunjungan Gigi My Dental Care Surabaya sejumlah 51
pasien sebesar 120 pasien per bulan selama pasien dalam satu bulan dengan sampel
tahun 2013-2014. Jenis penelitian ini adalah penelitian sebanyak 30 pasien yang
penelitian analitik observasional dengan merupakan pasien yang berkunjung ke Klinik
pengumpulan data secara cross sectional. Gigi My Dental Care Surabaya yang pernah
Pengambilan sampel dengan metode simple berobat di klinik. Penelitian dilakukan selama
random sampling dan jumlah sampel satu bulan. Teknik sampling yang dipakai
sebesar 30 orang. Penelitian ini dilakukan adalah sampling acak sederhana atau
pada pasien yang melakukan perawatan gigi simple random sampling. Dimana setiap
di Klinik Gigi My Dental Care Surabaya. elemen populasi memiliki kesempatan yang
sama untuk dipilih.
Kata Kunci: Analisis data kuantitatif dilakukan dengan
Kepuasan Pelanggan, Kualitas Pelayanan, deskriptif univariat, untuk melihat gambaran
Klinik Gigi My Dental Care Surabaya distribusi karakteristik responden dan
kepuasan pasien terhadap kualitas
pelayanan perawatan gigi yang meliputi
dimensi Reliability, Assurance, Tangible,
Emphaty dan Responsiveness.
HASIL PENELITIAN
Tabel 3. Distribusi Pasien Klinik Gigi My Tabel 6. Distribusi Frekuensi Pasien Klinik
Dental Care Surabaya pada Bulan Gigi My Dental Care Surabaya pada Bulan
Desember 2014 berdasarkan Pendidikan Desember 2014 berdasarkan Frekuensi
Terakhir Kunjungan
Pendidikan Terakhir Frekuensi Persen Frekuensi Kunjungan Frekuensi Persen
Tamat SMA/MA 7 23.3 1 kali 11 36.7
Tamat Diploma 3 10.0 2 kali 2 6.7
Tamat S1/S2/S3 20 66.7 >2 kali 17 56.7
Total 30 100.00 Total 30 100.00
Berdasarkan tabel 3, distribusi pasien
Berdasar tabel 6, diperoleh informasi
berdasarkan karakteristik pendidikan terakhir
bahwa distribusi frekuensi kunjungan pasien
yang ditempuh oleh pasien terbanyak
ke klinik terbanyak yaitu lebih dari 2 kali
sebesar 66.7% adalah tamat perguruan
sebesar 56.7% dan sisanya sebesar 43.3%
tinggi S1/S2/S3, sedangkan 33.3% sisanya
pasien berkunjung ke klinik baru sebanyak 1
adalah tamat SMA/MA dan tamat
dan 2 kali yang artinya separuh dari
Akademi/Diploma (D1/D2/D3).
responden merupakan pasien yang loyal.
Tabel 7. Distribusi Pemilihan Klinik Gigi My Berdasar tabel 9, dapat diketahui bahwa
Dental Care Surabaya, Bulan Desember 2014 secara umum pasien merasa sangat puas
berdasarkan Alasan Memilih Klinik terhadap dimensi Reliability (Kehandalan)
Alasan Memilih Klinik Frekuensi Persen yang meliputi kehati-hatian dan ketelitian
Informasi atau saran dari orang lain 3 10.0 dokter gigi (73.3%), ketepatan waktu dokter
Anjuran dari dokter gigi lain 1 3.3 gigi dalam memberikan pelayanan (83.3%)
Pelayanan dokter gigi baik 16 53.3 serta kejelasan dokter gigi dalam
Lokasi dekat dengan tempat tinggal 6 20.0 menginformasikan tindakan (73.3%) dengan
Sudah pernah dirawat sebelumnya 6 10.0 nilai mean komposit sebesar 3.76. Namun
Lainnya 1 3.3 bila ditelusuri lebih mendalam ternyata
Total 30 100.00
presentase pasien yang menyatakan puas
Berdasar tabel 7, diperoleh informasi pada variabel kehati-hatian dokter gigi,
mengenai distribusi alasan pasien memilih ketelitian dokter gigi dan kejelasan dokter
klinik terbanyak karena alasan pelayanan gigi dalam menginformasikan tindakan
dokter gigi baik sebesar 53.3%, 20.0% sebanyak lebih dari 20% yaitu masing-
mengatakan karena lokasi dekat dengan masing pada persentase 26.7%.
tempat tinggal dan 26.7 % sisanya karena Tabel 10. Distribusi Frekuensi Kepuasan
berbagai alasan yaitu informasi atau saran Pasien Klinik Gigi My Dental Care Surabaya
dari orang lain, anjuran dari dokter gigi lain, pada Bulan Desember 2014 berdasarkan
sudah pernah dirawat sebelumnya dan Dimensi Assurance
karena alasan lainnya yaitu coba-coba.
Kualitas Kepuasan Jumlah
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Pasien Klinik Pelayanan STP TP P SP
Gigi My Dental Care Surabaya pada Bulan Ketrampilan 0 0 11 19 30
Desember 2014 berdasarkan Pengeluaran dokter gigi (0%) (0%) (36.7%) (63.3%) (100%)
Per Bulan Pengetahuan 0 0 7 23 30
dokter gigi (0%) (0%) (23.3%) (76.7%) (100%)
Pengeluaran Rata-rata per Bulan Frekuensi Persen Kelengkapan 0 0 8 22 30
<Rp1.000.000,- 3 10.0 alat-alat medis (0%) (0%) (26.7%) (73.3%) (100%)
Rp 1.000.000,- - Rp 2.5000.000,- 6 20.0
>Rp 2.500.000,-- Rp 4.000.000,- 13 43.3 Kelengkapan 0 0 8 22 30
>Rp 4.000.000,--Rp 5.000.000,- 6 20.0 catatan medis (0%) (0%) (26.7%) (73.3%) (100%)
>Rp 5.000.000,- 2 6.7 pasien
Total 30 100.00 Mean Komposit 446/120 = 3.72
Berdasar tabel 8, diperoleh informasi Berdasarkan tabel 10, dapat diketahui
bahwa distribusi pasien berdasarkan bahwa sebagian besar pasien menjawab
pengeluarannya ,terbanyak pada kisaran sangat puas atas beberapa item pernyataan
pengeluaran >Rp 2.500.000,00 – Rp tentang kepuasan pasien terhadap
4.000.000,00 yaitu sebesar 43.3%, pada ketrampilan dokter gigi (63.3%),
kisaran <Rp 1.000.000,00 – Rp 2.500.000,00 pengetahuan dokter gigi (76.7%).\,
sebanyak 30.0%, 26.7% sisanya berada di kelengkapan alat-alat medis (73.3%) dan
kisaran pengeluaran >Rp 5.000.000,00. kelengkapan catatan medis pasien (73.3%)
dengan nilai mean komposit sebesar 3.72.
Kepuasan Pasien terhadap Kualitas
Pelayanan dengan Dimensi RATER Tabel 11. Distribusi Kepuasan Pasien Klinik
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Kepuasan Gigi My Dental Care Surabaya pada Bulan
Pasien Klinik Gigi My Dental Care Surabaya Desember 2014 berdasarkan Dimensi Bukti
pada Bulan Desember 2014 berdasarkan Langsung (Tangible)
Dimensi Reliability Kualitas Pelayanan Kepuasan Jumlah
Kepuasan STP TP P SP
Kualitas Pelayanan Jumlah Kerapian dokter gigi 0 0 10 20 30
STP TP P SP
0 0 8 22 30 (0%) (0%) (33.3%) (66.7%) (100%)
Kehati-hatian dokter gigi Kerapian perawat 0 0 10 20 30
(0%) (0%) (26.7%) (73.3%) (100%)
0 0 8 22 30 (0%) (0%) (33.3%) (66.7%) (100%)
Ketelitian dokter gigi Kebersihan alat-alat 0 0 4 26 30
(0%) (0%) (26.7%) (73.3%) (100%)
Ketepatan waktu dokter medis (0%) (0%) (13.3%) (86.7%) (100%)
0 0 5 25 30 Kebersihan klinik 0 2 22 6 30
gigi dalam memberikan
(0%) (0%) (16.7%) (83.3%) (100%) (0%) (6.7%) (73.3%) (20.0%) (100%)
pelayanan
Kejelasan dokter gigi Kenyamanan ruang 0 3 23 4 30
0 0 22 30 tunggu (0%) (10.0%) (76.7%) (13.3%) (100%)
dalam menginformasikan 8 (26.7%)
(0%) (0%) (73.3%) (100%) Keluasan tempat 0 1 24 5 30
tindakan
Mean komposit 451/120 = 3.76 parkir (0%) (3.3%) (80.0%) (16.7%) (100%)
Mean Komposit 603/180 = 3,35
PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan pada
hakikatnya merupakan upaya untuk
mencapai kemampuan hidup sehat secara
mandiri dengan peningkatan derajat
kesehatan masyarakat yang optimal serta
HUBUNGAN PARITAS, USIA IBU peningkatan sumber daya manusia dan
BERSALIN DENGAN KEJADIAN PARTUS pemerataan jangkauan pelayanan
LAMA kesehatan. Peningkatan derajat kesehatan
masyarakat dapat dilakukan sedini mungkin,
Rice Noviawanti terutama sejak bayi masih dalam kandungan
(Akademi Kebidanan Helvetia Pekanbaru) dan saat kelahiran yang harus dilakukan
oleh seorang ibu dan ini berpengaruh erat
dengan tingkat kematian bayi (Depkes RI
ABSTRAK BinaKes Ibu, 2009).
Salah satu indikator penting untuk
Indikator penting untuk mengetahui derajat mengetahui derajat kesehatan masyarakat
kesehatan masyarakat salah satunya adalah adalah Angka Kematian Bayi atau lebih
menilai Angka Kematian baik ibu maupun dikenal dengan AKB, yaitu bayi yang
bayi. Berdasarkan data Dinas Kesehatan meninggal pada fase antara kelahiran hingga
Provinsi Riau, bahwa angka kematian bayi bayi belum mencapai 1 tahun per 1000
pada tahun 2011 penyebabnya adalah kelahiran hidup (Amiruddin, 2014).
partus lama 11%, abortus 2%, infeksi 3%, Berdasarkan data Dinas Kesehatan
lain-lain 21% serta perdarahan 37%, Provinsi Riau, bahwa angka kematian bayi
sedangkan angka kematian ibu tahun 2012 pada tahun 2011 penyebabnya adalah
penyebabnya adalah perdarahan 39%, partus lama 11%, abortus 2%, infeksi 3%,
eklamsia 20%, partus lama 9%, abortus 0%, lain-lain 21% tetapi perdarahan 37%,
infeksi 3%, lain – lain 29%. Data ibu bersalin sedangkan AKI tahun 2012 penyebabnya
di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru pada adalah perdarahan 39%, eklamsia 20%,
tahun 2016 terdapat 1.580 orang ibu partus lama 9%, abortus 0%, infeksi 3%,
bersalin, dari jumlah tersebut terdapat 104 lain-lain 29% (Dinkes Riau, 2012).
partus lama. Penelitian ini bertujuan untuk Partus lama adalah persalinan yang
mengetahui hubungan paritas dan usia ibu berlangsung melebihi 24 jam pada primipara
bersalin dengan kejadian partus lama di dan ≥18 jam pada multipara. Insiden partus
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2016. lama yaitu 2,8-4,9% (Manuaba, 2010).
Jenis penelitian ini adalah analitik kuantitatif Adapun yang dikatakan dengan partus lama
dengan desain Case Control, sampel kasus apabila pada fase laten ≥8 jam, atau
pada penelitian ini adalah ibu bersalin persalinan yang berlangsung ≥12 jam bayi
dengan partus lama di RSUD Arifin Achmad tidak lahir/ jika serviks dikanan garis
Pekanbaru tahun 2016 berjumlah 104 orang waspada pada fase aktif (Saifuddin, 2010).
(total sampling), sebagai Control diambil 104 Partus lama di dunia menyebabkan
ibu bersalin dengan teknik simple random kematian ibu sebesar 8% dan di Indonesia
sampling. Adapun jenis instrument yang sebesar 9%. Berdasarkan hasil survei Survei
digunakan adalah lembar cheklist. Setelah Kesehatan Rumah Tangga 2011, bahwa
dilakukan uji statistik terdapat hubungan partus lama merupakan komplikasi
antara usia dengan kejadian partus lama penyebab kematian ibu yang terbanyak
dengan P value 0,000 (α 0,05) dan terdapat nomor 5 di Indonesia (Fauziyah, 2012).
hubungan paritas dengan kejadian partus Penyebab dari kejadian ini yaitu
lama dengan P value 0,015 (α 0,05). Ibu-ibu kurangnya pengetahuan masyarakat
disarankan untuk tidak hamil lagi di usia > 35 terhadap tanda-tanda dari partus lama, juga
tahun dan disarankan untuk tidak hamil lagi kurang cepatnya para tenaga tenaga
apabila telah memiliki anak > 4 orang. kesehatan untuk mengambil keputusan klinik
dalam memimpin persalinan (Ishadi, 2011).
Kata kunci: Menurut BKKBN (2010), Paritas adalah
Paritas, Usia, dan Partus lama banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai
oleh seorang wanita, sedangkan umur
merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kejadian partus lama karena
umur yang terlalu muda atau terlalu tua akan
mengakibatkan terganggunya alat
reproduksi. Umur reproduksi sehat untuk ibu
hamil adalah 20-30 tahun, persalinan pada ibu berusia >35 tahun sebanyak 86 orang
umur yang terlalu muda sering juga (41,3%) dan jumlah ibu bersalin dengan
menyebabkan distosia, dimana distosia partus lama yaitu 104 orang sebagai
dapat menyebabkan terjadinya partus lama kelompok kasus dan 104 orang ibu bersalin
(Prawirohardjo, 2010). yang tidak mengalami partus lama sebagai
Berdasarkan data yang diperoleh di kontrol.
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dari tahun
Paritas Ibu bersalin dengan Kejadian
2010 hingga 2013 terdapat peningkatan
Partus lama
angka kejadian partus lama. Dari data yang
didapat di Rekam Medik RSUD Arifin Tabel 2. Hubungan Paritas Ibu Bersalin
Achmad Propinsi Riau tahun 2015, jumlah dengan Kejadian Partus Lama di RSUD
ibu bersalin sebanyak 1580 orang dan dari Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun 2016
jumlah keseluruhan tersebut terdapat 104
orang ibu yang mengalami partus lama (RM Partus Lama
Paritas Total (%)
RSUD Arifin Achmad, 2015). Ya % Tidak %
Berdasarkan latar belakang perumusan <4 71 34,1 87 41,8 158 75,9
adalah “Apakah Ada Hubungan Paritas dan ≥4 33 15,9 17 8,2 50 24,1
Usia Ibu Bersalin dengan Kejadian Partus Total 104 50 104 50 208 100
Lama di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau OR= 0,120 p-value= 0,015
Tahun 2016”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Berdasarkan tabel 2 di atas dapat dilihat
Hubungan Paritas dan Usia Ibu Bersalin bahwa pada kasus ibu yang mengalami
dengan Kejadian Partus Lama di RSUD partus lama dan paritas ≥ 4 berjumlah 33
Arifin Achmad Provinsi Tahun 2016. orang (15,9%) dan pada kontrol ibu yang
tidak mengalami partus lama dan paritas ≥ 4
METODE PENELITIAN berjumlah 17 orang (8,2%). Dari hasil uji
statistik didapatkan hubungan yang
Jenis penelitian ini adalah analitik
signifikan antara usia ibu bersalin dengan
kuantitatif dengan desain case control.
partus lama pvalue 0.015 (α=0,05), dan nilai
Kasus pada penelitian ini adalah seluruh ibu
OR 0,12 yang berarti bahwa ibu dengan
bersalin dengan partus lama di RSUD Arifin
paritas ≥ 4 lebih beresiko 2,3 kali dibanding
Achmad Provinsi Riau Bulan Desember –
ibu dengan paritas < 4.
Februari tahun 2016 dengan jumlah sampel
adalah 104 orang (total sampling) dan 104 Usia Ibu Bersalin dengan Kejadian Partus
ibu bersalin sebagai control diambil dengan Lama
simple random sampling. Ada pun jenis
instrument yang digunakan adalah lembar Tabel 3. Hubungan Usia Ibu Bersalin
checklist. dengan Kejadian Partus Lama di RSUD
Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun 2016
HASIL PENELITIAN
Partus Lama
Usia Total (%)
Paritas, Usia, Partus Lama Ya % Tidak %
Tabel 1. Distribusi Paritas, Usia, Kejadian <20 tahun 20 9,6 31 14,9 51 24,5
dari Ibu Bersalin Partus Lama di RSUD 20-35 tahun 25 12,0 46 22,1 71 34,1
Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun 2016 >35 tahun 59 28,4 27 13 86 41,4
Total 104 50 104 50 208 100
Kategori Frekuensi Persen
p-value= 0,000
Paritas
<4 158 75,9 Berdasarkan tabel 3 diatas dapat dilihat
≥4 50 24,1 bahwa pada kasus ibu yang mengalami
Total 208 100 partus lama dan usia >35 tahun berjumlah
Usia 59 orang (28,4%) dan pada kontrol ibu yang
< 20 tahun 51 24,5 tidak mengalami partus lama dan usia 20-35
20-35 tahun 71 34,1 tahun berjumlah 46 orang (22,1%). Dari hasil
>35 tahun 86 41,3 uji statistik didapatkan hubungan yang
Total 208 100 signifikan antara usia ibu bersalin dengan
Partus Lama partus lama pvalue 0.00 (α=0,05).
Ya 104 50 PEMBAHASAN
Tidak 104 50
Total 208 100 Paritas Ibu bersalin dengan Kejadian
Partus Lama
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa
mayoritas ibu dengan paritas <4 sebanyak Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
158 orang (75,9%), sedangkan mayoritas bahwa (r= 0,120) pada kasus mayoritas tidak
PENDAHULUAN
EFEKTIVITAS SENAM KEGEL TERHADAP
WAKTU PENYEMBUHAN Post partum atau nifas merupakan
LUKA PERINEUM PADA IBU POST keadaan dimana masa pemulihan alat-alat
PARTUM NORMAL reproduksi seperti sebelum hamil. Dalam
Ari Antini masa nifas perlu melakukan perawatan
(Poltekkes Kemenkes Bandung, untuk membantu proses involusi misalnya
Prodi Kebidanan Karawang) mobilisasi, diet, miksi, defekasi, laktasi,
Irna Trisnawati perawatan payudara dan dan perawatan
.
(Poltekkes Kemenkes Bandung, perineum (Basuki, Farida, 2012). Proses
Prodi Kebidanan Karawang) persalinan hampir 90% yang mengalami
Jundra Darwanty robekan perineum, baik dengan atau tanpa
(Poltekkes Kemenkes Bandung, episiotomi. (Ridhyanti, 2013)
Prodi Kebidanan Karawang) Luka perineum didefinisikan sebagai
adanya robekan pada jalan rahim maupun
ABSTRAK karena episotomi pada saat melahirkan janin
(Wiknjosastro, 2005). (Dewi, dkk)
Berdasarkan penelitian Ajenifuja 2010 di Perawatan yang tepat segera setelah
Nigeria dari 76 wanita perdarahan post persalinan atau penjahitan dapat membantu
partum primer yang dirawat dari tahun 2002 mengurangi edema dan memar. Jika area
sampai 2006 disebabkan laserasi jalan lahir perineum gagal sembuh, atau masih
(11,84%). Penelitian dengan survey dalam menyebabkan nyeri meskipun seharusnya
skala besar dilakukan dua bulan pada ibu sudah terjadi penyembuhan awal, mungkin
post partum sebagian besar ibu mengatakan dapat disarankan untuk dilakukan penjahitan
masih merasakan nyeri pada perineumnya, ulang atau perbaikan. (Frase & cooper,
77% diantaranya adalah primipara dan 52% 2009) Biasanya penyembuhan luka pada
multipara. Penyembuhan luka pada robekan robekan perineum ini akan sembuh
perineum bervariasi, ada yang sembuh bervariasi, ada yang sembuh normal (6-7
normal (6-7 hari) dan terlambat. Tujuan hari) dan ada yang mengalami
penelitian untuk mengetahui efektivitas keterlambatan dalam penyembuhannya.
senam kegel terhadap waktu penyembuhan (Saleha, 2009).
luka perineum pada ibu post partum normal . Berdasarkan survey Demografi
Metode penelitian menggunakan desain Kesehatan Indonesia (SDKI) dan Biro Pusat
quasi eksperimen. Analisis data Statistik (BPS) tahun 2008 didapatkan ibu
menggunakan analisis univariat, bivariat nifas yang mengalami infeksi sebanyak 67%.
menggunakan uji T. Sampel dalam penelitian Menurut rustam (1998) jenis infeksi nifas, 22-
ini adalah ibu nifas hari pertama melahirkan 55% disebabkan karena infeksi jalan lahir.
bulan mei sampai dengan nopember 2015 (Rendra, 2009) Angka kejadian infeksi luka
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Besar perineum di Vietnam tahun 2005 dilaporkan
sampel didapatkan 30 responden masing- 0,3-3%. (Sim Romi, 2009) Berdasarkan
masing baik pada kelompok perlakuan penelitian Ajenifuja 2010 di Nigeria bahwa
maupun kelompok kontrol. Hasil Penelitian dari 76 wanita yang mengalami perdarahan
didapatkan Rata-rata waktu penyembuhan post partum primer yang dirawat dari tahun
luka perineum pada kelompok senam kegel 2002 sampai 2006 disebabkan laserasi jalan
adalah 6 hari dengan batasan minimal 5 hari lahir (11,84%).
dan maksimal 7 hari lebih cepat Menurut Smeltzer, 2002 terdapat faktor
dibandingkan pada kelompok mobilisasi rata- eksternal yang mempengaruhi
rata adalah 7 hari, batasan minimal 4 hari penyembuhan luka adalah lingkungan,
dan maksimal 9 hari. Hasil analisis bivariat tradisi, pengetahuan, sosial ekonomi,
diperoleh nilai P=0,000, sehingga dapat penanganan petugas, kondisi ibu dan gizi.
disimpulkan terdapat hubungan yang Sedangkan faktor internal yang
bermakna lama waktu penyembuhan luka mempengaruhi penyembuhan luka adalah
antara ibu melakukan senam kegel dengan usia, penanganan jaringan, haemoragic,
ibu melakukan mobilisasi pada ibu post hipovolemia, faktor lokal edema, deficit
partum. Disarankan bagi tenaga Kesehatan nutrisi, personal hygiene, deficit oksigen,
khususnya bidan agar senantiasa over aktifitas. (Smeltzer, 2002) Berdasarkan
mengajarkan senam kaegel pada ibu-ibu penelitian didapatkan lebih dari 85% wanita
khususnya ibu hamil dan ibu post partum. post partum mengalami trauma pada
perineum, di UK yang sampai spingter ani
Kata Kunci: 0,5%-7%, trauma pada perineum
Senam kegel, post partum menyebabkan masalah fisik dan psikologis
dalam jangka waktu yang lama. (Kettle (33%), dan berdasarkan hasil wawancara
Chris, 2008) pada ibu post partum didapatkan lama
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa penyembuhan luka perineum lebih dari 8 hari
38% ibu mengatakan nyeri perineum dan ibu tidak pernah melakukan senam
meningkat pada hari ke 7 setelah kegel.
persalinan. Sebuah penelitian dengan survey
dalam skala besar yang telah dilakukan dua METODE PENELITIAN
bulan pada ibu post partum, sebagian besar
hasil penelitian ibu mengatakan masih Penelitian ini merupakan penelitian quasi
merasakan nyeri pada perineumnya, 77% eksperimen, Waktu penelitian pada bulan
diantaranya adalah primipara dan 52% Mei-November 2015. Tempat penelitian
multipara. (Fransisco, 2010) dilakukan di Wilayah Puskesmas Kabupaten
Penghambat keberhasilan penyembuhan Karawang. Alasan pemilihan tempat
luka menurut Boyle (2008) adalah sebagai berdasarkan cakupan sasaran ibu bersalin
berikut : malnutrisi, merokok, kurang tidur, dan lokasi mudah dijangkau. Populasi dalam
stress, kondisi medis dan terafi, apusan penelitian ini adalah semua ibu post partum
kurang optimal, lingkungan optimal untuk terutama yang melahirkan pada bulan mei
penyembuhan luka, kurang mobilisasi dan sampai nopember 2015. Sampel dalam
infeksi. (Boyle, 2008). Beberapa manfaat penelitian ini adalah adalah ibu nifas hari
senam nifas secara umum adalah pertama yang melahirkan pada bulan mei
membantu penyembuhan rahim, perut, dan sampai dengan nopember 2015 yang
otot pinggul yang mengalami trauma serta memenuhi kriteria inklusi: Ibu Post Partum
mempercepat kembalinya bagian-bagian hari pertama dengan robekan perineum
tersebut ke bentuk normal, membantu grade 2, Ibu melahirkan di wilayah
menormalkan sendi-sendi yang menjadi Puskesmas Kabupaten Karawang tahun
longgar akibat kehamilan dan persalinan 2015, Ibu melahirkan kategori primipara, Ibu
serta mencegah pelemahan dan peregangan nifas tidak mengalami anemia, Ibu nifas tidak
lebih lanjut, mengahasilkan manfaat melakukan pantang makan selama proses
psikologis, menambah kemampuan pengamatan, Kondisi luka pada saat mulai
menghadapi stress dan bersantai sehingga pengamatan tidak ada tanda-tanda infeksi,
mengurangi depresi masa nifas. Ibu tidak mendapatkan terapi (obat antibiotik
Mobilisasi yang efektif dilakukan untuk dan vitamin). Kriteria Eksklusi adalah Ibu
ibu nifas dalam mempercepat proses yang tidak bersedia untuk dijadikan subjek
penyembuhan luka perineum dengan penelitian, Ibu yang tidak mempunyai
senam kegel, diantaranya untuk catatan persalinan lengkap.
memperbaiki sirkulasi darah, memperbarui Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
sikap tubuh, memperbaiki otot pelvis/ dasar efektivitas senam kegel terhadap waktu
panggul seorang perempuan. (Bobak, penyembuhan luka perineum pada ibu post
20015). Berdasarkan hasil penelitian Paul partum Normal. Perhitungan besar sampel
fine 2007 didapatkan latihan dasar panggul dalam penelitian ini menggunakan rumus
pada ibu hamil dan ibu nifas merupakan besar sampel untuk eksperimen dan
potensi yang baik. (Paul fine, 2009). diperoleh sampel sebesar 30 responden
Berdasarkan hasil penelitian di United masing-masing baik pada kelompok
Kingdom didapatkan 23-42% wanita perlakuan maupun kelompok kontrol.
mengalami kesakitan dan ketidaknyamanan Pengambilan sampel dalam penelitian ini
yang berlanjut 10-12 hari post partum dan menggunakan teknik purposive sampling di
didapatkan terdapat hubungan yang Kabupaten Karawang. Analisis dalam
bermakna antara yang diberikan senam nifas penelitian ini menggunakan analisis univariat
dengan pemulihan kekuatan otot dasar dan analisis bivariat Analisis bivariat. Dalam
panggul. (Anonim, 1996). Berdasarkan hasil penelitian ini dilakukan analisis dengan
penelitian Ridlayanti, 2013 didapatkan ada menggunakan uji T. Penelitian ini telah
hubungan antara senam kegel dan mendapatkan persetujuan dari Komite Etik
penyembuhan luka perineum dengan p value Penelitian Poltekkes Kemenkes Bandung.
= 0,006. (Ridhyanti, 2013)
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan HASIL PENELITIAN
didapatkan sasaran ibu bersalin/ nifas tahun
2014 ke-2 terbanyak adalah Puskesmas Pada tabel 1 Hasil analisis diketahui luka
Klari sebanyak 2632 ibu. Berdasarkan studi berwarna kemerahan pada kelompok senam
pendahuluan di Puskesmas Klari didapatkan kegel (1-2 hari) berlangsung lebih cepat
data dari bulan Januari-Oktober 2014 dibandingkan kelompok mobilisasi (1-4 hari).
terdapat 86 persalinan, dan terdapat 28 ibu Pada proses Luka mulai kering dan menutup
bersalin dengan ruptur perineum derajat 2 pada kelompok mobilisasi berlangsung lebih
awal tetapi prosesnya lebih lama (2-6 hari), dengan standar deviasi 1,45. Hasil uji
dibandingkan kelompok senam kegel (3-4 statistik diperoleh nilai p 0,000, (p<0,05)
hari). Demikian juga mulai muncul jaringan berarti pada alpha 5 % dapat disimpulkan Ho
parut pada kelompok mobilisasi (3-9 hari) gagal ditolak yang berarti bahwa senam
berlangsung lebih awal tetapi prosesnya kegel lebih efektif secara signifikan terhadap
lebih lama dibandingkan kelompok senam waktu penyembuhan luka dibandingkan
kegel (4-6 hari). Pada proses luka menutup dengan ibu yang melakukan mobilisasi.
dengan baik pada kelompok mobilisasi (4-9
hari) berlangsung lebih awal tetapi Tabel 3 Efektivitas senam kegel terhadap
prosesnya lebih lama dibandingkan waktu penyembuhan luka perineum pada ibu
kelompok senam kegel (5-7 hari) post partum Normal di Wilayah Puskesmas
Kabupaten Karawang tahun 2015
Tabel 1. Gambaran proses penyembuhan
luka perineum di Wilayah Puskesmas St. St. P
Kabupaten Karawang Tahun 2015 Variabel N Mean
Deviasi Error value
Waktu
Luka Luka Terdapat Luka
penyembuhan
berwarna mulai jaringan menutup
Variabel Kemerahan kering parut dengan Senam kegel 30 5,9 0,76 0,139 0,000
dan baik Mobilisasi 30 7,4 1,45 0,265
menutup
Senam 1-2 hari 3-4 hari 4-6 hari 5-7 hari PEMBAHASAN
Kegel
Mobilisasi 1-4 hari 2-6 hari 3-9 hari 4-9 hari Rata-Rata Lama Waktu Penyembuhan
Luka Perineum
Tabel 2. Gambaran umur responden dan Rata-rata lama waktu penyembuhan luka
waktu penyembuhan luka pada kelompok perineum pada kelompok senam kegel
senam kegel dan mobilisasi di Wilayah adalah 6 hari dengan batasan minimal 5
Puskesmas Kabupaten Karawang Tahun hari dan maksimal 7 hari lebih cepat
2015 (n=30) dibandingkan pada kelompok mobilisasi
dengan rata-rata jumlah hari adalah 7 hari,
Standar Minimum- dengan batasan minimal 4 hari dan
Variabel Mean maksimal 9 hari.
Deviasi Maksimum
Umur responden 23,37 3,74 20 – 35 Smeltzer (2002), dan Ismail (2012)
Waktu menyebutkan bahwa fase penyembuhan
penyembuhan luka terdiri dari Fase Inflamasi yang
Senam kegel 5,9 0,76 5–7 berlangsung selama 1 sampai 4 hari
Mobilisasi 7,4 1,45 4–9 (Ketika mikrosirkulasi mengalami kerusakan,
elemen darah seperti antibodi, plasma
Pada tabel 2, hasil analisis diketahui rata- protein, elektrolit, komplemen, dan air
rata umur responden adalah 23,37 tahun, menembus spasium vaskular selama 2
dengan standar deviasi 3,74 tahun, umur sampai 3 hari, menyebabkan edema, teraba
terendah yaitu 20 tahun dan umur tertinggi hangat, kemerahan dan nyeri), Fase
35 tahun. Sedangkan waktu penyembuhan Proliferatif, berlangsung 5 sampai 20 hari,
diketahui rata-rata waktu penyembuhan dan fase Maturasi berlangsung 21 hari
pada kelompok senam kegel adalah 5,9 hari, sampai sebulan atau bahkan tahunan.
dengan standar deviasi 0,76, waktu (Ridhyanti, 2013; Ismail, 2012). Pada
penyembuhan tercepat 5 hari dan waktu kenyataannya rata-rata penyembuhan luka
penyembuhan terlama 7 hari., sedangkan perineum bervariasi ada yang berlangsung
pada kelompok mobilisasi rata rata waktu normal (6-7 hari) dan ada yang berlangsung
penyembuhan yaitu 7,4 hari lebih lama dari lambat (lebih dari 7 hari). Cepat lambatnya
kelompok senam kegel, dengan standar penyembuhan luka perineum dipengaruhi
deviasi 1,45 hari, waktu penyembuhan oleh beberapa faktor yang meliputi faktor
tercepat 4 hari dan terlama 9 hari. internal yaitu usia, penanganan jaringan,
Tabel 3 rata-rata waktu haemorogic, hipovolemia, faktor lokal
penyembuhan pada kelompok senam kegel edema, defisit nutrisi, personal hygine, defisit
5,9 hari dengan standar deviasi 0,76, oksigen dan over aktifitas. Sedangkan
sedangkan untuk kelompok mobilisasi rata- pengaruh faktor eksternal meliputi
rata waktu penyembuhan yaitu 7,4 hari lebih lingkungan, tradisi, pengetahuan, sosial
besar dari rata-rata kelompok senam kegel ekonomi, penanganan petugas dalam
memberikan pendidikan kesehatan
perawatan luka perineum dan latihan nifas merupakan potensi yang baik dalam
mobilisasi. kondisi ibu dan gizi. meningkatkan elastisitas otot perineum pada
Salah satu faktor pendukung yang dapat saat persalinan dan mempercepat
mempercepat penyembuhan luka perineum kesembuhan luka perineum pada ibu post
adalah melalui anjuran mobilisasi oleh partum. (Paul fine, 2009)
tenaga kesehatan. Mobilisasi tersebut bisa Hasil penelitian menunjukan adanya
diarahkan dengan berbagai latihan. Bentuk kesesuaian teori dan didukung oleh hasil
latihan yang dianjurkan menurut Nursalam penelitian Ridhlayanti tahun 2013 yang
(2006) bahwa latihan kegel akan dapat mengatakan bahwa terdapat hubungan yang
memberikan pengaruh yang baik terhadap bermakna antara senam kegel dengan
tingkat kemampuan fisik manusia bila penyembuhan luka jahitan perineum pada
dilaksanakan dengan tepat dan terarah, ibu post partum normal (Nilai p=0,006).
karena dengan latihan kegel dapat Sehingga dapat disimpulkan bahwa senam
memperkuat otot-otot dasar panggul kagel yang dilakukan dengan frekuensi 3 kali
terutama otot pubococcygeal sehingga /hari pada hari ke-1 dan 2 dan 5 kali/ hari
wanita dapat memperkuat otot-otot saluran pada hari ke 3, 4, 5, 6 dan seterusya sampai
kemih dan otot-otot vagina sehingga berefek luka perineum sembuh dapat mempercepat
terhadap percepatan proses penyembuhan penyembuhan luka.
luka perineum. selain kaegel banyak
gerakan yang dapat dilakukan oleh ibu post KESIMPULAN DAN SARAN
partum diantaranya adalah mengangkat
panggul secara bertahap dan lain-lain. Kesimpulan
Hasil penelitian Ridlayanti, 2013
didapatkan bahwa rata-rata hari Rata-rata lama waktu penyembuhan luka
penyembuhan luka perineum dengan perineum pada kelompok senam kegel
menggunakan latihan kegel lebih yaitu 5-7 adalah 6 hari dengan batasan minimal 5
hari. Sedangkan menurut penelitian Dewi hari dan maksimal 7 hari lebih cepat
Dina (2013) yang meneliti tentang efektivitas dibandingkan pada kelompok mobilisasi
mobilisasi dini terhadap kecepatan dengan rata-rata jumlah hari adalah 7 hari,
penyembuhan luka perineum didapatkan dengan batasan minimal 4 hari dan
bahwa dari 16 responden sebagian besar maksimal 9 hari.
responden (10) percepatan penyumbuhan Hasil analisis bivariat diperoleh nilai
luka lebih lambat (>7) dan hanya 6 P=0,000.sehingga dapat disimpulkan bahwa
responden yang masuk kategori terdapat hubungan yang bermakna lama
kesembuhan lukanya cepat. waktu penyembuhan luka antara ibu yang
Hasil penelitian menunjukan bahwa rata- melakukan senam kegel dengan ibu yang
rata hari kesembuhan luka untuk senam melakukan mobilisasi pada ibu post partum
kaegel lebih cepat dibandingkan dengan
mobilisasi (latihan mengangkat panggul) SARAN
Efektivitas Senam Kegel dengan rata-rata Bagi tenaga kesehatan khususnya bidan
lama penyembuhan luka perineum diharapkan selalu mengajarkan senam kegel
pada ibu hamil dan terutama pada ibu-ibu
Hasil uji statistik mengenai efektivitas primigravida pada saat kontak dengan ibu
senam kegel dengan lama watu hamil baik pada saat pemeriksaan kehamilan
penyembuhan luka perineum dengan maupun pada saat pelaksanaan kelas ibu
menggunakan uji T didapatkan nilai P= hamil.
0,000 dapat disimpulkan bahwa senam kegel Bagi tenaga Kesehatan khususnya bidan
lebih efektif secara signifikan terhadap waktu agar senantiasa mengajarkan senam kaegel
penyembuhan luka dibandingkan dengan ibu yang merupakan bagian dari senam nifas
yang melakukan mobilisasi. pada ibu-ibu khususnya ibu post partum
Pengaruh senam kegel terhadap dengan luka perineum, serta menyediakan
percepatan penyembuhan luka perineum media penyuluhan seperti leaflet/brosur dll
disebabkan karena kontraksi otot-otot yang dapat dijadikan panduan ibu dalam
pubococcygeal mempengaruhi sirkulasi melakukan senam kagel di rumah.
oksigenisasi dan memperlancar peredaran
darah sehingga membuat tumbuhnya DAFTAR PUSTAKA
jaringan baru untuk merapatkan luka jahitan
24
(mempercepat fase proliferatif). Paul fine Anonim.1996. The effect of post natal
(2007) dalam penelitiannya menjelaskan exercises to strengthen the pelvic floor
bahwa dengan latihan kontraksi otot-otot muscles. Vol 75. No 4, Pages 382-385.
pubococcygeal pada masa kehamilan dan
PENDAHULUAN
HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU
PENCEGAHAN Transmisi malaria telah terjadi di 106
TERHADAP KEJADIAN MALARIA PADA Negara. Sebanyak 97 negara diantaranya
IBU HAMIL merupakan daerah endemis malaria.
Sebanyak 3,3 milyar penduduk dunia tinggal
Rensat Bastian Tino di daerah berisiko tertular malaria. perkiraan
(Program S2 Epidemiologi, FKM, jumlah kasus malaria di dunia sebanyak 198
Universitas Airlangga Surabaya) juta kasus pada Tahun 2013, dengan angka
Santi Martini insiden 30% dan angka mortalitas 40% sejak
Departemen Epidemiologi, FKM, Tahun 2000. Di Association of Southeast
Universitas Airlangga Surabaya) Asian Nations (ASEAN) termasuk Indonesia
Chatarina U.W jumlah kasus malaria sebesar 28 juta
Departemen Epidemiologi, FKM, dengan jumlah kematian sebanyak 584 ribu
Universitas Airlangga Surabaya) orang terutama anak balita (78%) setiap
Atik Choirul Hidajah tahun. Di seluruh dunia diperkirakan terdapat
Departemen Epidemiologi, FKM, 42,6 juta bayi lahir dari ibu yang berisiko
Universitas Airlangga Surabaya) terkena malaria falciparum dan/atau malaria
vivax. Data lain menyebutkan bahwa sekitar
125 juta ibu hamil diseluruh dunia terkena
ABSTRAK risiko malaria setiap tahun yang
mengakibatkan 200.000 kematian bayi yang
Infeksi malaria pada kehamilan merugikan
berhubungan dengan infeksi malaria pada
ibu dan janin yang dikandungnya karena
kehamilan. Untuk daerah Asia-Pasifik
dapat meningkatkan morbiditas dan
terdapat 54,4 juta ibu hamil berisiko malaria
mortalitas ibu maupun janin. Data kematian
dengan kematian berkisar 75.000-200.000
ibu di Kabupaten Timor Tengah Selatan
kematian bayi setiap tahun (WHO, 2014;
Tahun 2014, menunjukkan bahwa kematian
Poespoprodjo, 2011; Steketee dkk., 2001).
ibu berdasarkan penyebab malaria berada
Angka postif malaria di Indonesia pada
pada urutan ke tiga. Tujuan penelitian untuk
kelompok rentan seperti ibu hamil dan anak
menganalisis pengaruh faktor perilaku
umur 1-9 tahun cukup tinggi (1,9%)
pencegahan (pemakaian kelambu,
dibanding kelompok umur lainnya
pemasangan kawat kasa, penggunaan obat
(Kemenkes RI, 2013). Hasil Mass Blood
anti nyamuk dan kebiasaan berada di luar
Survei (MBS) di 14 propinsi, menunjukkan
rumah pada malam hari) terhadap kejadian
bahwa kasus infeksi malaria pada ibu hamil
malaria pada ibu hamil di Kabupaten TTS.
yang terbanyak adalah Nusa Tenggara
Penelitian dilakukan menggunakan
Timur (NTT), kemudian Maluku (Kemenkes
rancangan penelitian case control. Teknik
RI, 2011). Kabupaten di NTT dengan
pengambilan sampel menggunakan Multi
penderita malaria positif yang tertinggi pada
Stage Sampling dengan besar sampel
tahun 2013 adalah Kabupaten Sumba Barat
sebanyak 90 orang. Analisis data
Daya, Timor Tengah Selatan (TTS), dan
menggunakan analisis bivariabel. Hasil
Belu, (Dinkes Prop. NTT, 2013).
penelitian menunjukkan ibu hamil yang tidak
Kabupaten TTS masih tergolong daerah
menggunakan kelambu dan atau memiliki
endemis, jika dilihat berdasarkan Annual
kebiasaan berada di luar rumah pada malam
Parasite Incidens (API) pada periode Tahun
hari memiliki risiko yang lebih besar untuk
2011-2014 API diatas 5 per 1000. Di daerah
terinfeksi malaria di Kabupaten TTS p=0,000
endemis malaria, wanita hamil lebih mudah
(OR 8,389, 95% CI : 3,152-22,292) dan p :
terinfeksi parasit malaria dibandingkan
0,010 (OR : 3,143, 95% CI : 1,300-7,599).
wanita tidak hamil. Kemudahan infeksi itu
Dengan demikian maka perlu adanya
terjadi karena kekebalan yang menurun
pemerataan, monitoring pemanfaatan dan
selama kehamilan, akibatnya dapat terjadi
pemeliharaan kelambu berinsektisida dan
peningkatan prevalensi densitas parasit
perlu mengidentifikasi potensi-potensi lokal
malaria berat (Chahaya, 2003).
yang dapat dijadikan sebagai media
Proporsi kasus malaria pada ibu hamil
pengusir nyamuk dan dapat juga
periode waktu Tahun 2011-2015 di
memanfaatkan tanaman-tanaman pengusir
Kabupaten TTS menunjukkan bahwa
nyamuk, seperti zodia, selasih, geranium,
proporsi kasus malaria pada ibu hamil
suren, lavender, serai dan mimba.
fluktuatif dengan proporsi tertinggi pada
Tahun 2015 sebesar 4,5% (73 kasus) di
Kata Kunci:
Tahun 2015 dan terendah 2,73% (100
Malaria, Ibu Hamil, Perilaku, Pencegahan
kasus) di tahun 2014. Infeksi malaria pada
kehamilan sangat merugikan ibu dan janin
yang dikandungnya, karena infeksi ini dapat Puskesmas Oinlasi (timur), Puskesmas
meningkatkan kejadian morbiditas dan Kapan dan Puskesmas Binaus (utara),
mortalitas ibu maupun janin. Komplikasi Puskesmas Noemuke (selatan). Stage III :
malaria pada ibu hamil seperti anemia, semua ibu hamil yang menderita penyakit
hipoglikemia, malaria serebral, udema paru, malaria berdasarkan hasil pemeriksaan
infeksi plasenta, gagal ginjal akut, sepsis mikroskop yang tercatat pada register KIA di
puerperal dan perdarahan postpartum, 5 puskesmas tahun 2015 dicuplik sebagai
bahkan dapat mengakibatkan kematian. sampel kasus, sedangkan ibu hamil yang
Angka mortalitas malaria pada ibu hamil tidak menderita malaria berdasarkan hasil
dengan komplikasi hipoglikemia sebesar 45- pemeriksaan mikroskop yang tercatat pada
75%, sedangkan malaria serebral memiliki register KIA di 5 puskesmas tahun 2015
mortalitas 20-50%. Data kematian ibu di dicuplik secara acak sebagai sampel kontrol.
Kabupaten TTS pada Tahun 2014 yang Analisis data yang digunakan adalah
diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten univariabel dan bivariabel menggunakan chi-
TTS Tahun 2014, menunjukkan bahwa square.
kematian ibu berdasarkan penyebab
diantaranya adalah malaria yang berada di HASIL PENELITIAN
urutan 3 sebesar 8,7% (2 kematian).
Upaya pengendalian malaria melalui Penelitian dilakukan di Kabupaten Timor
penemuan kasus, pengobatan, pembagian Tengah Selatan pada Bulan April-Mei 2016.
kelambu dan upaya preventif serta upaya Berdasarkan pengumpulan data yang
promotif lainnya telah dilakukan oleh dilakukan, diperoleh gambaran responden
perintah Kabupaten TTS. Namun demikian berdasarkan karakteristik pada Tabel 1, yang
kasus malaria masih saja terjadi. Oleh menunjukkan bahwa secara keseluruhan
karena itu, perlu dilakukan penelitian yang responden berkisar antara 16 -41 tahun.
mendalam untuk dapat menemukan faktor Pada kelompok kasus, umur berkisar antara
risiko perilaku yang berhubungan terhadap 18-41 tahun. Tingkat pendidikan lebih
kejadian malaria pada ibu hamil di banyak berpendidikan rendah yaitu SD
Kabupaten TTS. dengan jenis pekerjaan lebih banyak sebagai
Tujuan penelitian ini adalah petani. Rata-rata tingkat pendapatan
Mendeskripsikan karakteristik Ibu hamil keluarga responden perbulan paling berkisar
(umur, pekerjaan, tingkat pendidikan dan antar Rp. 20.000,- sampai 4.000.000,-.
tingkat pendapatan ekonomi). Menganalisis
hubungan faktor perilaku pencegahan Tabel. 1 Distribus Karakteristik Responden
(pemakaian kelambu, pemasangan kawat
kasa, penggunaan obat anti nyamuk dan Karakteristik Frekuensi %
kebiasaan berada di luar rumah pada malam Umur
hari) terhadap kejadian malaria di Kabupaten
TTS. 15-20 10 11,1
21-34 63 70
METODE PENELITIAN >34 17 18,9
Tingkat Pendidikan
Penelitian dilakukan dengan Tidak Sekolah 10 11,1
menggunakan rancangan penelitian case SD 36 40
control. Populasi kasus adalah ibu hamil SMP 16 17,8
yang menderita malaria dan populasi kontrol SMA 20 22,2
adalah ibu hamil yang tidak menderta Diploma 3 4 4,4
malaria berdasarkan register KIA puskesmas Sarjana (S1) 4 4,4
tahun 2015. Teknik pengambilan sampel Jenis Pekerjaan
menggunakan Multi Stage Sampling dengan Tidak Bekerja 11 12,2
besar sampel berjumlah 45 orang kasus dan Petani 56 62,2
45 orang kontrol. Penentuan sasaran Wiraswasta 14 15,6
penelitan dilakukan dalam beberapa stage, Honorer 4 4,4
Stage I: membagi wilayah Kabupaten TTS PNS 5 5,6
menjadi 3 (tiga) zona (timur, utara dan Tingkat Pendapatan
selatan). Stage II: dicuplik secara acak <Rp 500.000 60 66,7
puskesmas dengan indikator yang Rp 500.000-1.250.000 16 17,8
melaporkan kasus malaria ibu hamil pada >Rp 1.250.000 14 15,6
Tahun 2015 >3 (tiga) kasus malaria pada ibu
hamil dicuplik sebagai lokasi penelitian.
Puskesmas yang terambil menjadi lokasi
penelitian adalah Puskesmas Nunkolo dan
Tabel 2. Faktor Perilaku Pencegahan yang rumah pada malam hari pada kelompok
Berhubungan Terhadap Kajadian malaria kasus lebih banyak dari pada kelompok
pada Ibu Hamil kontrol. Artinya ibu hamil yang menderita
malaria di Kabupaten TTS lebih banyak yang
Ibu Hamil
p OR memiliki kebiasaan berada diluar rumah
Variabel Kasus Kontrol
value (95% CI) pada malam hari. Hasil analisis bivariabel
n % n %
Penggunaan menunjukkan bahwa variabel kebiasaan
Kelambu berada diluar rumah pada malam hari
Tidak 29 64,4 8 17,8 8,389 memiliki hubungan bermakna terhadap
0,000 (3,152- kejadian malaria pada ibu hamil di
Ya 16 35,6 37 82,2 22,292) Kabupaten TTS karena nilai p=0,010 dengan
Penggunaan OR : 3,143. Artinya ibu hamil yang memiliki
Obat Nyamuk kebiasaan berada di luar rumah pada malam
Tidak 43 95,6 40 88,9 2.688
hari berisiko 3,143 kali lebih besar terinfeksi
0,238 (0,493-
Ya 2 4,4 5 11,1 14,644) penyakit malaria dibanding ibu hamil tidak
Kebiasaan memiliki kebiasaan berada di luar rumah
Berada di pada malam hari.
Luar Rumah
Ya 24 53,3 12 26,7 3,143 Hubungan Pemasangan Kawat Kasa pada
0,010 (1,300- Ventilasi Terhadap Kejadian Malaria pada
Tidak 21 46,7 33 77,3 7,599) Ibu Hamil
Pemasangan
Kawat Kasa
Tabel 2 menunjukkan bahwa tidak ada
Tidak 44 97,8 41 91,1 4,239
0,167 (0,461- perbedaan bermakna antara proporsi
Ya 1 2,2 4 8,9 40,010) responden yang tidak memasang kawat
kasa pada ventilasi pada kelompok kasus
Hubungan Penggunaan Kelambu dan kontrol. Hasil analisis bivariabel
Terhadap Kejadian Malaria pada Ibu menunjukkan bahwa variabel pemasangan
Hamil kawat kasa pada ventilasi tidak ada
Tabel 2 menunjukkan bahwa responden hubungan bermakna secara statiskit
yang tidak menggunakan kelambu pada terhadap kejadian malaria pada ibu hamil di
kelompok kasus lebih banyak dari pada Kabupaten TTS (p=0,176).
kelompok kontrol. Hasil analisis bivariabel
menunjukkan bahwa variabel penggunaan PEMBAHASAN
kelambu memiliki hubungan bermakna
secara statistik terhadap kejadian malaria Hubungan Penggunaan Kelambu
pada ibu hamil di Kabupaten TTS karena Terhadap Kejadian Malaria pada Ibu
nilai p=0,000, dengan OR : 8,389. Artinya ibu Hamil
hamil yang tidak menggunakan kelambu
berisiko 8,389 terkena penyakit malaria Ibu hamil tidak menggunakan kelambu
dibanding ibu hamil yang menggunakan secara signifikan berhubungan terhadap
kelambu. kejadian malaria pada ibu hamil di
Kabupaten TTS. Ibu hamil tidak
Hubungan Penggunaan Obat Anti menggunakan kelambu berisiko 8,389 kali
Nyamuk Terhadap Kejadian Malaria pada lebih besar terinfeksi malaria dibanding ibu
Ibu Hamil hamil yang menggunakan kelambu
Tabel 2 menunjukkan bahwa tidak ada (p=0,000), disajikan pada Tabel 2. Hasil ini
perbedaan berarti antara proporsi responden sejalan dengan penelitian Ismen (2007),
yang tidak menggunakan obat anti nyamuk bahwa tidak menggunakan kelambu
pada kelompok kasus dan kontrol. Hasil berpengaruh terhadap kejadian malaria pada
analisis bivariabel menunjukkan bahwa ibu hamil di Way Muli-Lampung Selatan dan
variabel penggunaan obat anti nyamuk tidak penelitian Salim dkk (2013) ada pengaruh
ada hubungan bermakna secara statistik penggunaan terhadap kejadian malari di
terhadap kejadian malaria pada ibu hamil di Mador-Kalimantan Barat. Berbeda dengan
Kabupaten TTS (p=0,238). Agomo dkk (2013), bahwa ibu hamil tidak
menggunaan kelambu bukan merupakan
Hubungan Kebiasaan Berada di Luar faktor risiko di Lagos-Nigeria (p=0,099).
Rumah pada Malam Hari Terhadap Ada berbagai pendapat terkait dengan
Kejadian Malaria pada Ibu Hamil tujuan dan manfaat penggunaan kelambu
dalam pengendalian transmisi malaria. Munif
Tabel 2 menunjukkan bahwa responden
(2010), mengemukakan bahwa penggunaan
yang memiliki kebiasaan berada diluar
kelambu bertujuan untuk mengurangi kontak
antara manusia dengan nyamuk pada dengan melibatkan semua pemanfaat atau
malam hari karena pada malam hari aktifitas masyarakat. Selain itu perlu monitoring
nyamuk menggigit manusia sangat tinggi di pemanfaatan dan pemeliharaan kelambu
dalam rumah. Sedangkan Harijanto (2012), secara berkala terhadap semua masyarakat
mengemukakan bahwa penggunaan khususnya ibu hamil dengan melibatkan
kelambu merupakan salah satu metode semua elemen masyarakat di tingkat desa,
untuk menghindari gigitkan nyamuk paling kecamatan maupun kabupaten.
efektif. WHO sebagai organisasi kesehatan Hal lain yang perlu diperhatikan adalah
dunia juga merekomendasikan strategi bahwa pembagian kelambu secara gratis
penanggulangan malaria pada kehamilan berpotensi untuk disalah gunakan. Sebab
diantaranya adalah penggunaan kelambu berdasarkan penelitian Nwagha dkk (2009),
berinsektisida (Pospoprodjo, 2011). mengemukakan bahwa pembagian kelambu
Dibuktikan dengan penelitian Kamuliwo dkk secara gratis di Nigeria dimanfaatan oleh
(2015), penggunaan kelambu berinsektisida pebisnis untuk dijual di pasaran dan
erat hubungannya dengan penurunan beberapa politisi serta Non Government
kejadian malaria pada ibu hamil di Zambia Organisation (NGO) memanfaatkan program
sejak tahun 2010 sampai tahum 2013. Selain tersebut untuk kepentingan tertentu.
itu berdasarkan uji coba yang dilakukan oleh
CDC terkait penggunaan kelambu Hubungan Penggunaan Obat Anti
berinsektisida pada Tahun 2007 diperoleh Nyamuk Terhadap Kejadian Malaria pada
hasil bahwa penggunaan kelambu dapat Ibu Hamil
mengurangi kematian akibat infeksi malaria
sebesar 20% (Lagerberg dkk, 2008). Penggunaan obat anti nyamuk tidak ada
Selama ini Dinas Kesehatan Kabupaten hubungan terhadap kejadian malaria pada
TTS telah membagikan kelambu ibu hamil di Kabupaten TT (OR=2,688 95%
berinsektisida secara gratis kepada CI: 0,493-14,644) p=0,238, disajikan pada
masyarakat dikhususkan bagi ibu hamil dan Tabel 2. Temuan dilapangan menunjukkan
anak balita. Namun masih banyak yang tidak bahwa sebagian besar konstruksi rumah
menggunakan kelambu tersebut dengan pada kelompok kasus maupun kontrol tidak
alasan tidak nyaman saat beristirahat. Selain memiliki langit-langit rumah. Sejalan dengan
itu, juga diperoleh fakta bahwa perawatan alasan yang disampaikan oleh sebagian
kelambu berinsektisida belum dilakukan responden, bahwa tidak adanya langit-langit
dengan baik, sehingga kelambu yang telah rumah berdampak pada tidak efektifnya
dimiliki oleh ibu hamil sebagian besar dalam penggunaan obat anti nyamuk dengan jenis
kondisi sobek atau rusak. bakar dan spraying terhadap keberadaan
Perawatan dan pemanfaatan kelambu vektor nyamuk. Hasil ini berbeda dengan
menjadi kendala sebab asumsi masyarakat penelitian Rahmawati (2014), ada pengaruh
setempat bahwa kelambu tersebut diperoleh penggunaan obat anti nyamuk dengan
secara gratis, sehingga rasa memiliki kejadian malaria pada ibu hamil di Prafi-
menjadi menjadi rendah serta kondisi Papua Barat dan Nurlette dkk (2012),
dinding dan tempat tidur dengan konstrurksi mengemukakan bahwa ada hubungan
yang tidak rata mengakibatkan kelambu antara penggunaan obat anti nyamuk setiap
menjadi rentan sobek atau rusak. Selain itu malam hari menjelang tidur dengan kejadian
masih ada kelompok masyarakat khususnya malaria.
ibu hamil yang berdomisili di daerah endemis Menurut Sorontou (2013), kegiatan yang
belum mendapatkan kelambu secara gratis, dapat dilakukan untuk mengurangi kasus
hal ini diduga karena belum adanya malaria di suatu daerah adalah penggunaan
pemerataan pembagian kelambu atau obat anti nyamuk. Namun kenyataan
pembagian kelambu tidak tepat sasaran. dilapangan penggunaan obat anti nyamuk
Penggunaan kelambu merupakan faktor (jenis bakar, semprot dan repellent) bukan
risiko paling berpengaruh berdasarkan merupakan kebutuhan utama, hal ini ada
penelitian ini, maka perlu perhatian serius keterikatannya dengan rendahnya
dari pemerintah setempat. Perbaikan pendapatan ekonomi sebagian besar
prosedur distirbusi kelambu berinsektisida responden. Selain itu tingkat pendidikan
gratis bagi masyarakat, agar dapat responden yang rendah diduga berperan
memperhatikan asas tepat sasaran, dengan terhadap rendahnya pengetahuan
cara penentuan sasaran prioritas distribusi pencegahan malaria menggunakan obat anti
kelambu berinsektisda gratis berdasarkan nyamuk. Sebab berdsarkan fakta di
endemisitas suatu wilayah. Sosialisasi dan lapangan menunjukkan bahwa ibu hamil
penyebarluasan informasi mengenai cara yang menggunakan obat anti nyamuk adalah
penggunaan, pemeliharaan kelambu dan ibu hamil dengan pendapatan dan
manfaat kelambu perlu dimaksimalkan pendidikan tinggi.
Meskipun penggunaan obat anti nyamuk semprot maupun elektrik yang beredar di
bukan merupakan faktor risiko kejadian pasaran dapat dapat mencegah gigitan
malaria pada ibu hamil. Namun penggunaan nyamuk, namun menurut Setyowati (2015),
obat anti nyamuk perlu menjadi perhatian bahwa penggunaan obat anti nyamuk dapat
dalam pengendalian malaria secara khusus menimbulkan berbagai gangguan pada
pada ibu hamil di Kabupaten TTS, dengan kesehatan, karena zat-zat kimia berbahaya
memanfaatkan potensi-potensi lokal yang yang terkandung dalam insektisida tersebut
dapat digunakan sebagai obat anti nyamuk, dapat menimbulkan sesak napas, iritasi pada
seperti yang dilakukan oleh beberapa kulit bahkan dapat menimbulkan kanker
responden di lokasi penelitian yaitu apabila terhirup oleh manusia setiap saat
menggunakan biji kapuk yang dibakar untuk dalam jangka waktu yang lama.
mengusir nyamuk pada malam hari. Akan Keberadaan nyamuk di lokasi
tetapi penggunaan obat pengusir nyamuk penelitian menjadi masalah yang sangat
dengan petensi lokal yang dibakar dirasakan oleh masyarakat setempat,
berdampak pada akan berdampak negatif sehingga meskipun masyarakat setempat
terhadap kesehatan. Sehingga perlu mengalami kesulitan untuk membeli obat anti
peneltian tentang potensi-potensi lokal yang nyamuk yang beredar di pasaran, namun
dapat dijadikan sebagai obat anti nyamuk. masyarakat setempat telah memiliki cara
atau obat anti nyamuk yang bersifat
Hubungan Kebiasaan Berada di Luar tradisional dalam mencegah gigitan nyamuk
Rumah pada Malam Hari Terhadap pada malam hari. Obat anti nyamuk tersebut
Kejadian Malaria pada Ibu Hamil berasal dari biji kapuk yang dibakar, asap
yang dihasilkan diakui dapat mengusir
Kebiasaan ibu hamil berada di luar nyamuk. Hal ini sangat potensial dalam
rumah pada malam hari ada hubungan pengendalian malaria, akan tetapi
terhadap kejadian malaria di Kabupaten penggunaan obat anti nyamuk bakar
TTS. Ibu hamil yang memiliki kebiasaan menimbulkan asap sehingga akan
berada di luar rumah pada malam hari berdampak negatif bagi kesehatan.
berisiko 3,243 kali lebih besar terinfeksi Kebiasaan responden di lokasi
malaria dibanding ibu hamil yang tidak penelitian dalam mencegah gigitan nyamuk
memiliki kebiasaan berada di luar rumah dengan memanfaatkan kearifan lokal,
pada malam hari (p=0,010). Temuan ini merupakan peluang dalam pengendalian
sejalan dengan peneltian Rahmawati (2014), malaria, sebab kemauan untuk mencegah
kebiasaan berada di luar rumah pada malam gigitan nyamuk telah dimiliki oleh
hari dianggap bermakna secara signifikan masyarakat setempat. Artinya jika
terhadap kejadian malaria pada ibu hamil. pelaksanaan pengendalian malaria dengan
Wahyuningtyas (2011), juga mengemukakan pendekatan penggunaan obat anti nyamuk
bahwa kebiasaan berada diluar rumah ada berbasis kearifan lokal dan pemanfaatan
hubungannya dengan kejadian malaria di potensi-potensi hayati lainnya yang tidak
wilayah kerja puskesmas Ayah Kabupaten memerlukan biaya, maka dengan sendirinya
Kebumen. Berbeda dengan penelitian masyarakat khususnya ibu hamil akan
Kalangie dkk (2014), bahwa tidak ada termotivasi untuk mengaplikasikan metode
hubungan antara kebiasaan berada diluar tersebut dalam mencegah gigitan nyamuk.
rumah pada malam dengan kejadian malaria Penggunaan berbagai tanaman atau
di Touluaan Kabupaten Minahasa Tenggara. herba yang berpotensi untuk menggusir atau
Kebiasaan berada di luar rumah membunuh nyamuk Anopheles sp tersebut
pada malam hari oleh ibu hamil yang dapat diupayakan. Kandungan senyawa
menderita malaria erat hubungannya dengan yang terdapat pada tanaman tersebut
jenis pekerjaan ibu hamil di Kabupaten TTS diharapkan dapat mengatasi gangguan
yang didominasi oleh petani atau tidak nyamuk pada manusia. Tanaman-tanaman
memiliki pekerjaan tetap. Hal tersebut yang berpotensi sebagai pengusir dan
karena kebiasaan masyarakat setempat pembunuh nyamuk antara lain : zodia
pada malam hari melakukan aktifitas (Evodia suaveolens), selasih (Ocimum) dan
mengemas atau memilah hasil pertanian geranium (Pelargonium citrosa), suren
(budaya ikat jagung) dan adanya kebiasaan (Toona sureni) sebagai tanaman hidup
bermalam di kebun tanpa melindungi diri pengusir nyamuk sedangkan lavender
dengan menggunakan kelambu atau obat (Lavandula angustifolia), serai (Andropogon
anti nyamuk. Selain itu masyarakat setempat nardus L) dan mimba (Azadirachta indica A.
termasuk ibu hamil memiliki kebiasaan Juss) adalah tanaman yang dapat
ngobrol di luar rumah pada malam hari. menghasilkan bahan anti nyamuk
Penggunaan insektisida kemiawi (Setyowati, 2015; Budiasih, 2011).
melalui obat nyamuk bakar, reppelent,
Hubungan Pemasangan Kawat Kasa pada dan pemeliharaan kelambu serta perlu
Ventilasi Terhadap Kejadian Malaria pada adanya pemerataan pembagian
Ibu Hamil kelambu dengan mempertimbangkan
endemisitas suatu wilayah.
Pemasangan kawat kasa pada ventilasi 2. Perlu mengidentifikasi potensi-potensi
rumah tidak ada hubungan terhadap lokal yang dapat dijadikan sebagai
kejadian malaria pada ibu hamil di media pengusir nyamuk dan dapat juga
Kabupaten TTS (OR=4,329 95% CI: 0,461- memanfaatkan tanaman-tanaman
40,010) p=0,167 disajikan pada Tabel 2. pengusir nyamuk, seperti zodia, selasih,
Temuan dilapangan menunjukkan bahwa geranium, suren, lavender, serai dan
sebagian besar rumah responden tidak mimba.
memiliki kawat kasa pada ventilasi masing-
masing 97,8% pada kelompok kasus dan DAFTAR PUSTAKA
91,1% pada kelompok kontrol. Berbeda
dengan penelitian Karmelita dkk (2011), Agomo, C.O. and Oyibo, W.A., 2013. Factors
bahwa faktor lingkungan fisik rumah associated with risk of malaria infection
(pemasangan kasa pada ventilasi) among pregnant women in Lagos,
merupakan faktor risiko kejadian malaria di Nigeria. Infectious diseases of poverty,
Muara-Kota Bengkulu. Vol 2, no 1, p.1-8.
Proporsi pemasangan kawat kasa pada Budiasih, K.S. and Si, M., 2011.
ventilasi rumah ibu hamil di Kabupaten TTS Pemanfaatan Beberapa Tanaman yang
yang tergolong rendah ada keterkaitan Berpotensi Sebagai Bahan Anti
dengan rendahnya pendapatan ekonomi ibu Nyamuk. Universitas Negeri Yogyakarta.
hamil yang menderita malaria maupun yang Vol 20.
tidak menderita malaria. Hal tersebut Chahaya, 2003. Pengaruh Malaria Selama
berdampak pada tidak adanya banyak biaya Kehamilan. Bagian Kesehatan
untuk memiliki rumah yang layak. Fakta di Lingkungan Fakultas Kesehatan
lapangan menunjukkan bahwa kondisi Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
rumah responden lebih banyak masih USU digital library.
tradisional dengan konsturksi beratap daun Dinkes Kab. TTS, 2015. Profil Kesehatan
giwang atau alang-alang, berdinding Kabupaten Timor Tengah Selatan 2014.
pelepah/papan dan tidak terdapat kasa pada SoE: Dinkes Kabupaten TTS.
ventilasi serta tidak memiliki lantai. Dinkes Provinsi NTT, 2013. Profil Kesehatan
Upaya untuk mencegah nyamuk masuk Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun
ke dalam rumah dengan cara memasang 2013. Kupang: Dinkes Provinsi NTT.
kawat kasa menggunakan pelekat karet di Harijanto P.N., Nugroho A. Gunawan A.C.,
sekelilingnya yang dilekatkan pada alat 2012. Malaria dari Molekuler ke Klinis.
khusus yang dipasang di kusen pada pintu Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
maupun jendela (Kemenkes, 2014). Kedokteran EGC.
Meskipun pemasangan kawat kasa pada Ismen, 2007. "Kehamilan dan Kejadian
ventilasi rumah memiliki peran penting dalam Malaria di Puskesmas Way Muli,
penularan penyakit malaria. Namun temuan Lampung Selatan." Kesmas: Jurnal
ini menunjukan bahwa pemasangan kawat Kesehatan Masyarakat Nasional 2, no.
kasa tidak menjadi perioritas dalam dalam 1.
pengendalian malaria pada ibu hamil di Kemenkes RI, 2014. Pedoman Manajemen
Kabupaten TTS. Malaria. Jakarta: Kemenkes RI.
Kemenkes RI, 2013. Riset Kesehatan Dasar
KESIMPULAN DAN SARAN (Riskesdas) Tahun 2013. Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesimpulan Kesehatan Kemeterian Kesehatan RI.
Kamuliwo, M., Kirk, K.E., Chanda, E.,
Ibu hamil yang tidak menggunakan Elbadry, M.A., Lubinda, J.,
kelambu dan atau memiliki kebiasaan Weppelmann, T.A., Mukonka, V.M.,
berada di luar rumah pada malam hari Zhang, W., Mushinge, G., Mwanza-
memiliki risiko yang lebih besar untuk Ingwe, M. and Haque, U., 2015. Spatial
terinfeksi malaria di Kabupaten TTS. patterns and determinants of malaria
infection during pregnancy in Zambia.
Saran Transactions of The Royal Society of
Tropical Medicine and Hygiene, Vol 109,
1. Pembagian kelambu berinsektisida no 8, p 514-521.
tahan lama secara gratis agar ditindak Kalangie, F., Rombot, D.V., Kawatu, P.A.
lanjuti dengan monitoring pemanfaatan and Manado, F.K.U.S.R., Faktor-Faktor
PENDAHULUAN
sangat penting karena sebagai faktor utama Tabel 4 menunjukkan tingkat pendidikan
yang melaksanakan fumigasi kapal, sumber pada level perguruan tinggi yaitu diplomma
daya manusia dalam pelaksanaan fumigasi tiga kesehatan dan strata 1 kesehatan cukup
kapal dapat di lihat dari segi kuantitas dan banyak yaitu 64,2% dibandingkan dengan
kualitas yakni kuantitas berupa jumlah tingkat pendidikan SLTA yang berjumlah
pelaksana fumigasi kapal dan kualitas 35.8%.
berupa tingkat pendidikan dan pengetahuan
pelaksana fumigasi kapal. Pelatihan
Kuantitas
Pengalaman pelatihan petugas
Hasil evaluasi pada variabel kuantitas pelaksanaan fumigasi kapal perintis pada
sumber daya manusia pada Badan Usaha KKP kelas II Ambon dan BUS atau CV.
Swasta (BUS) dan KKP Kelas II Ambon yang Keterampilan dapat diihat pada tabel berikut
terdiri dari pengawas,fumigator, dokter, ini:
perawat, penempel dan supir adapat dilihat
pada tabel 5.3 sebagai berikut. Tabel 5 Distribusi responden berdasarkan
pelatihan petugas pelaksanan fumigasi kapal
Tabel 3 Kuantitas Sumber daya manusia
perintis
pelaksanaan fumigasi kapal di KKP Kelas II
Ambon
Pelatihan
No Katagori SDM Prekuensi Persen No Fumigasi Frekuensi Persen
1 Pengawasa KKP 2 orang 37 Kapal
2 Pengawas BUS 2 orang 7 1 Pernah 3 21.5
3 Fumigator 2 orang 14 2 Tidak Pernah 11 78.5
4 Dokter 1 orang 14
Jumlah 14 100
5 Perawat 1 orang 14
6 Supir 1 orang 7
Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 14
7 Penempel 5 orang 7
petugas pelaksana fumigasi kapal masih
Jumlah 14 orang 100 banyak yang belum pernah mengikuti
pelatihan tentang fumigasi kapal yaitu
Tabel 3 menunjukkan bahwa sumber 78.5% dan yang sudah mengikuti pelatihan
daya manusia pelaksanaan fumigasi kapal fumigasi kapal sebanak 21,5%.
perintis yang terdiri dari pengawas KKP,
pengawas penyelenggara atau BUS, Tingkat pengetahuan
fumigator, dokter, perawat, Supir dan
penempel yang berjumlah 14 orang. Tingkat pengetahuan pelaksana
fumigasi kapal perintis pada KKP kelas II
Kualitas Ambon dan BUS atau CV. Ketrampilan dapat
dilihat pada 6. Dari 14 responden petugas
Kualiatas sumber daya manusia pelaksana fumigasi kapal perintis pada
pelaksanaan fumigasi kapal mencakup pelabuhan Yos Sudarso di wilayah kerja
tingkat pendidikan, pengalaman pelatihan, KKP kelas II Ambon seluruhnya memiliki
tingkat pengetahuan dan sarana dan tingkat pengetahuan atau pemahaman dan
prasaranan pada KKP kels II Ambon dan dikategori baik, dikarenakan dari 17
BUS Atau CV. Keterampilan. pertanyaan yang diajukan rata-rata
responden menjawab 16 pertanyaan dengan
Tingkat pendidikan benar.
Tabel 4 Distribusi responden terhadap Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan
tingkat pendidikan pada petugas fumgasi Tingkat Pengetahuan Petugas Pelaksana
kapal perintis di KKP kelas II Ambon Funigasi Kapal Perintis Pada Wilayah Kerja
KKP Kelas II Ambon
Petugas Fumigasi Tingkat Tingkat
No Prekuensi Persen No Frekuensi Persen
Kapal Pendidikan Pengetahuan
1 Penempel SLTA 5 orang 37 1 Baik 14 100
2 Supir SLTA 1 orang 7 2 Cukup 0 0
3 Pengawas bus SLTA 2 orang 14 3 Kurang 0 0
4 Fumigator SLTA 2 orang 14 Jumlah 14 100
5 Perawat D-III Perawat 1 orang 7
6 Pengawas KKP S-1 Kesmas 2 orang 14
7 Dokter S-1 Kedokteran 1 orang 7
Sarana dan prasarana
Jumlah 14 100
Evaluasi
Output
Output merupakan keluaran atau hasil Gambar 5.4 Hasil Analisis Jalur
dari kegiatan pelaksanaan fumigasi sebagai
kolaborasi input dan proses sehingga Pada tahap selanjutnya diuraikan tentang
menghasilkan sebuah keluaran fumigasi pengaruh antar variabel dalam model
yaitu Kapal bersih dan bebas dari tanda- struktural, baik efek langsung, efek tidak
tanda tikus dan bebas dari penyebaran langsung maupun efek total pada setiap jalur
penyakit pes. Berdasrkan hasil kuesioner pengaruh antar variabel, sebagaimana
dan wawancara dengan petugas pelaksana ditampilkan ada tabel 5.8 berikut ini:
fumigasi kapal perintis dikategorikan baik,
hail ini terkait dengan pemeriksaan sanitasi Tabel 9 Nilai Koefisien Struktural Pada Efek
kapal baik kedatangan maupun Langsung, Efek Tidak Langsung dan Efek
keberangkatan serta pelaksanaan fumigasi total Yang Telah Distandarkan
kapal, didapatkan informasi bahwa
pelaksanaan fumigasi kapal oleh petugas Efek Efek Tak Efek
sudah diaksanakan sesuai ketentuan dan No Jalur Pengeruh
Langsung Langsung Total
Permenkes Nomor 34 Tahun 2013.
1 Pendidikan 0.856 - 0.856
2 Pengetahuan 0.383 - 0.383
Outcome
3 Pelatihan 0.679 - 0.679
4 Pengetahuan - 0.582 0.582
Outcome merupakan manfaat yang di 5 Pengetahuan - 0.260 0.260
peroleh dari input, proses dan output berupa Pelaksanaan
Penerbitan sertifikat SSCC dan SSECC yang Pendidikan
berfungsi sebagai surat kesehatan kapal Pelaksanaan
untuk mengetahui kapal tersebut layak Pelatihan
berlayar. Hasil kuesioner menunjukkan Pelaksanaan
bahwa pada variabel outcome di
kategorikan baik, karena penerbitan sertifikat Berdasarkan tabel 9 dapat dijelaskan
SSCC dan SSCEC setelah dilakukan tentang efek langsung dan tidak langsung,
pemeriksaan sanitasi kapal dan fumigasi maupun efek total sebagai berikut:
sera diberikan sertifikat kepada pihak kapal 1. Tingkat pendidikan berpengaruh secara
atau nakhoda yang sudah di registrasi oleh langsung terhadap tingkat pengetahuan
kepala KKP. tentang fumigasi kapal, dengan tingkat
pengaruh sangat kuat (koefisien
Hasil Analisis Pelaksanaan Fumigasi struktural = 0.856).
Kapal Perintis 2. Pengalaman pelatihan berpengaruh
secara langsung terhadap tingkat
Pada bagian ini menjelaskan hasil pengetahuan tentang fumigasi kapal,
analisis dengan menggunakan analisis jalur dengan tingkat pengaruh sedang
dengan metode amos yang meliputi tingkat (koefisien struktural = 0.383).
pendidikan, pelatihan, tingkat pengetahuan 3. Tingkat pengetahuan berpengaruh
serta pelsaksanaan fuigasi kapal. secara langsung terhadap pelaksanaan
fumigasi kapal, dengan tingkat pengaruh
kuat (koefisien struktural = 0.679).
4. Tingkat pendidikan berpengaruh secara
tidak langsung terhadap pelaksanaan
kain pel yang sesuai dengan standar Change Theory, Human Sciencie Press,
yang beralaku sehingga dapat membantu New York.
dan memperlancar proses atau prosedur Chen, Huey T. (2016) Interfacing theories
pelaksanaan fumigasi kapal di KKP kela of program with theories of evaluation for
II Ambon. advancing evaluation practice:
3. Perlu adanya evaluasi akhir dari Reductionism, systems thinking, and
pimpinan KKP kelas II Ambon terhadap pragmatic synthesis.
petugas fumigasi kapal setelah Evaluation and Program Planning.
pelaksanaan fumigasi kapal dilakukan. Direktorat jendral PP&PL departemen
4. Perlu adanya komitmen bersama dan kesehtan RI 2007. Pedoman teknis
standar operasional prosedur fumigasi pengendalian resiko kesehatan
kapal mulai dari persiapan sampai lingkungan di pelabuhan, bandara dan
dengan pelaporan antara KKP Kelas II lintas batas dalam rangka karantina
Ambon dan pihak ketiga yang kesehatan
bertanggung jawab dalam pelaksanaan Depkes RI 1990,Surat Keputusan Direktorat
fumigasi kapal. Jenderal PPM&PLP Depkes R.I Nomor :
5. Perlu adanya koordinasi antara PT. 716-I/Pd.03.04.Ei/1990 Tentang Bahan
PELNI, KKP Kelas II Ambon dan pihak Fumigan Yang Digunakan Untuk
ketiga tentang prosedur pelaksanaan Fumigasi Dalam Rangka Pemberantasan
fumigasi kapal perintis. Tikus Khususnya Di Kapal, Jakarta
Depkes RI,(2003) Pedoman
DAFTAR PUSTAKA Penanggulangan Pes di
Indonesia,Direktorat Jenderal
Ahmad Faaris Humaan, (2012) Studi Pemberantasan Penyakit Menular dan
pelaksanaan inspeksi sanitasi kapal Penyehatan Lingkungan, Jakarta.
penumpang di wilayah kerja Kantor Entjang I., (2000) Ilmu Kesehatan
Kesehatan Pelabuhan (KKP) kelas 1 Masyarakat. Bandung. Citra Aditya Bakti.
makassar (pelabuhan induk makassar). Gibson I. D., (1996) Organisasi Perilaku
Aisah., (2009) Hubungan Tingkat Struktur dan Proses, Jilid 2, Erlangga,
Pendidikan Dengan Pengetahuan Jakarta.
Kesehatan Reproduksi Ibu Rumah Ginting M., (2002) Gambaran Pelaksanaan
Tangga Di Desa Rukoh Kecamatan Fumigasi Kapal dengan menggunakan
Syiah Kuala Banda Aceh fumigan HCN (Hydrogen Cyanida) dan
Anwar., (2000) Reliabilitas dan Validitas. CH3Br (Methyl Bromida) di pelabuhan
Edisi ketiga. Cetakan Pertama. Belawan
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hardjanto I., (2012) Manajemen Sumber
Arikunto S., (2006) Prosedur Penelitian Daya Aparatur (MSDA). Malang
Suatu pendekatan Praktis. Jakarta: PT Hasibuan M., 2000. Manajemen Sumber
Rineka Cipta Daya Manusia. Edisi Revisi. Bumi
Arikunto S., (2013) Manajemen Penelitian, Aksara, Jakarta.
studi tentang kegiatan penelitian Human., (2012) Studi Pelaksanaan Inspeksi
di lembaga pendidikan dan Sanitasi Kapal Penumpang di Wilayah
pengembanganilmu pengetahuan. Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan
Jakarta: PT Rineka Cipta (KKP) Kelas 1 Makassar Pelabuhan
ASPPHI., (2016) Asosiasi Perusahaan Induk Makassar
Pengendalian Hama Indonesia. kegiatan Ilyas., (2002) Manajemen Rumah Sakit.
Pelatihan Teknis Helper Fumigasi. DKI Salemba Medika, Jakarta
Jakarta Kementerian Pertanian., (2010) Tentang
Azwar, (1996) pengantar Administrasi pedoman registrasi perusahaan fumigasi
Kesehatan, Jakarta: Banarupa Aksara. dengan methyl bromide (CH3Br) Skim
Budiman, Nurcholis Arif, (1999) Hubungan audit badan karantina pertanian
Antara Sanitasi Kapal Dengan Tanda- Kementerian Pertanian., (2012) Badan
Tanda Keberadaan Tikus Pada Kapal Karantina Pertanian. Manual Fumigasi
Berbendera RI Yang Berlabuh Di Methyl Bromida, Untuk Perlakuan
Pelabuhan Tanjung Emas Karantina Tumbuhan.
Semarang.Undergraduate Thesis, Kementerian Pertanian., 2014 Pedoman
Diponegoro University. Registarasi Perusahaan Fumigasi Methyl
Budiman, (2002) ilmu kesehatan masyarakat Bromida, Skim Audit Badan Karantina
dalam konteks kesehatan lingkungan. Pertanian
Blum, HL., (1979) Planning for Health Kementerian Pertanian., (2015) Pusat
Development and Aplication of Social Karantina Tumbuhan dan Keamanan
Hayati Nabati Badan Karantina