Anda di halaman 1dari 70

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN DOSEN MUDA

ANALISIS TERJEMAHAN PERIBAHASA ITALIA KE BAHASA INGGRIS DAN

BAHASA INDONESIA : STUDI PERBANDINGAN BAHASA DAN BUDAYA

Dibiayai oleh
Dana DIPA PNBP Universitas Udayana
sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Penelitian
Nomor: 1455/ UN 14.1/ LT/ SPK/ 2016, tanggal 27 Juni 2016

TIM PENELITI

1. Putu Ayu Asty Senja Pratiwi,S.S.M.Hum, NIDN 0025018603


2. Putu Weddha Savitri, S.S.,M.Hum. NIDN 0027028102
3. Yana Qomariana, S.S.,M.Ling, NIDN 0009017604

JURUSAN SASTRA INGGRIS FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS UDAYANA

OKTOBER

2016

1
2
3
RINGKASAN

Penelitian yang berjudul Analisis Terjemahan Peribahasa Bahasa Italia Ke Bahasa Inggris
dan Bahasa Indonesia : Studi Perbandingan Bahasa dan Budaya membandingkan aspek bahasa
dan budaya dari peribahasa Italia yang dicari kesepadanannya dalam Bahasa Inggris dan Bahasa
Indonesia
Metode penelitian dibagi menjadi tiga bagian yaitu sumber data, metode dan teknik
pengumpulan data dan metode dan teknik analisis data. Penelitian ini menggunakan pendekatan
deskriptif-kualitatif dan intepretatif dengan teknik analisis data yang mendalam untuk
menganalisis peribahasa Italia yang diterjemahkan ke Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia.
Penelitian ini adalah sebuah proses yang menarik dan menantang karena Bahasa Italia,
Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia memiliki aturan gramatikalnya masing-masing. Beberapa
peribahasa tersebut memiliki kesamaan dalam bentuk atau gaya dan bahkan kosa kata tetapi
sebagian lain sangat berbeda. Apabila membandingkan peribahasa satu negara dengan
peribahasa negara lain tentu saja akan membandingkan bahasa dan budaya juga. Terlebih lagi
bahasa yang membentuk ketiganya juga tidak berasal dari rumpun bahasa dan budaya yang
sama.

Kata kunci: Budaya, Peribahasa, Terjemahan

4
PRAKATA

Atas asung kerta wara nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa, penelitian yang berjudul
“Analisis Terjemahan Peribahasa Bahasa Italia Ke Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia : Studi
Perbandingan Bahasa dan Budaya” ini dapat terlaksana dengan baik hingga pengumpulan
laporan akhir. Rasa terimakasih yang tak terhingga kepada Hyang Maha Suci karena berkat
tuntunanNya, penelitian ini berjalan lancar dan tidak mengalami hambatan yang berarti.
Terimakasih pula kepada seluruh anggota tim peneliti yang telah bekerja dengan semangat luar
biasa untuk mengerjakan penelitian dosen muda ini. Harapan kami semoga penelitian ini dapat
bermanfaat tidak hanya untuk peneliti tetapi juga untuk pembaca dan seluruh pihak yang terkait.

Denpasar, Oktober 2016

Ketua Tim Peneliti

5
DAFTAR ISI
BELUM DIEDIT DISESUAIKAN DENGAN HALAMAN YANG BARU

HALAMAN SAMPUL
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………………… i
RINGKASAN……………………………………………………………………………. ii
PRAKATA………………………………………………………………………………. iii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….. iv
BAB 1. PENDAHULUAN……………………………………………………………… 1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………… 4
BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN…………………………………… 18
BAB 4. METODE PENELITIAN……………………………………………………….. 19
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………………. 21
BAB 6. KESIMPULAN…………………………………………………………………. 32
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………. 34
LAMPIRAN

6
BAB 1

PENDAHULUAN

Bahasa adalah sebuah cara untuk berkomunikasi. Ada begitu banyak cara untuk

mengungkapkan perasaan kita melalui bahasa yaitu dengan menggunakan bahasa tubuh atau

mengubah gaya bahasa dengan menggunakan bahasa kiasan dan lain-lain. Salah satu bahasa

kiasan yang sering kita gunakan dalam berbicara sehari-hari yaitu peribahasa. Menurut Larson

(1984 : 121), peribahasa adalah ekspresi dari "minimal dua kata yang terbentuk dan membangun

sebuah arti yang spesifik namun tidak bisa dipahami secara harfiah dan yang berfungsi sebagai

unit semantik". Unsur semantik yang ditemukan dalam peribahasa adalah sebuah kesatuan

makna. Ini berarti bahwa makna peribahasa tidak dapat diprediksi dari arti kata yang membentuk

mereka.

Peribahasa adalah ungkapan yang maknanya tidak dapat ditentukan oleh definisi

harfiah dari kalimat itu sendiri, tetapi mengacu bukan untuk makna kiasan yang dikenal hanya

melalui penggunaan umum. Sebagai ungkapan, kata berkelompok menjadi sebuah tim, sehingga

untuk kata tersebut dapat berbicara. Artinya, kata-kata tersebut mengembangkan arti khusus

secara keseluruhan dan lahirlah peribahasa. Peribahasa adalah kelompok kata yang arti kelompok

ini berbeda dari apa yang dipikirkan. Apabila kata yang tercetak pada peribahasa diartikan

sebagaimana kata itu terbentuk, maka makna dari peribahasa tersebut tidak akan mendapatkan

arti yang sesungguhnya dari peribahasa tersebut.

Apabila diteliti lebih dalam, peribahasa adalah salah satu bagian dari bahasa sehari-

hari. Disadari atau tidak, manusia terkadang menyelipkan peribahasa dalam komunikasi mereka.

Peribahasa banyak ditemukan dalam bentuk yang eksentrik dan abstrak, bahkan dapat pula

7
terdengar seperti lelucon. Peribahasa adalah campuran menarik dari pengamatan sosial, sejarah,

budaya, fungsi, humor dan lisensi puitis. Biasanya peribahasa digunakan pada karya sastra, atau

percakapan yang bersifat memberikan petuah. Selain itu peribahasa sering digunakan untuk

memberikan sensasi lebih serta pemahaman yang lebih mendalam terhadap suatu hal.

Menerjemahkan peribahasa menggunakan bentuk alami dari bahasa tujuan, tidak

hanya di konstruksi gramatikal tetapi juga dalam item pilihan leksikal. Beberapa dari mereka

memiliki kesamaan dalam bentuk atau gaya dan bahkan kosa kata tetapi sebagian lain sangat

berbeda . Berbicara mengenai peribahasa, tidak hanya akan menyinggung bahasa saja melainkan

juga akan menyentuh budaya dari suatu negara. Dalam beberapa kasus, ketika sebuah peribahasa

dari suatu bahasa diterjemahkan ke dalam bahasa lain, makna dari peribahasa tersebut berubah

atau tidak masuk dalam logika budaya penerima seperti pada bahasa sumbernya. Jadi ketika

menerjemahkan peribahasa tidak elok jika menerjemahkannya secara literal atau harfiah karena

bahasa dan budaya dari suatu negara tentunya akan berbeda dengan budaya dan bahasa dari

negara lain. Adalah tugas seorang penerjemah agar dapat menghasilkan sebuah karya terjemahan

yang dapat diterima, dimengerti dan menghasilkan makna yang sama untuk itu seorang

penerjemah yang baik sebaiknya tidak hanya menguasai banyak bahasa namun juga harus

memahami banyak budaya.

Tidak semua peribahasa memiliki kesetaraan langsung dalam bahasa lain, tetapi ada

juga beberapa yang memiliki kesamaan. Bagian dari daya tarik mereka adalah ketika

membandingkan seluruh bahasa, kita juga dapat membandingkan budaya yang berbeda yang

dapat menunjukkan identifikasi pengamatan sosial dan pengalaman budaya yang spesifik yang

tentunya dapat menambah wawasan pengetahuan peneliti dan pembaca tidak hanya dalam segi

bahasa tetapi juga dalam hal budaya.

8
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini akan membandingkan peribahasa

Italia yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia dan menganalisis hasil

terjemahannya. Penelitian ini adalah sebuah proses yang menarik dan menantang karena Bahasa

Italia, Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia memiliki aturan gramatikalnya masing-masing.

Bahasa yang membentuk ketiganya juga tidak berasal dari rumpun yang sama. Apalagi berbicara

masalah budaya yang dimiliki oleh ketiga negara tersebut sangatlah berbeda. Dan sampai saat ini

masih belum ada penelitian yang meneliti bahasa dan sekaligus budaya dari Italia, Inggris dan

Indonesia.

Proses penerjemahan peribahasa pada dasarnya sangat kompleks apalagi penelitian ini

melibatkan tiga bahasa dari tiga negara tak serumpun dengan budaya yang berbeda, maka

kemungkinan yang terjadi adalah peribahasa satu tidak dapat diterjemahkan ke bahasa lain

karena tidak bisa diterjemahkan secara harfiah atau hasil terjemahannya akan sulit untuk

dipahami. Terkait dengan pemaparan diatas terdapat beberapa permasalahan yang diangkat:

1. Apa jenis peribahasa Italia diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dan Bahasa

Indonesia ?

2. Apa strategi dalam menerjemahkan peribahasa ?

3. Bagaimana latar belakang budaya mempengaruhi makna dari peribahasa itu?

4. Pergeseran makna apa saja yang terjadi dalam penerjemahan peribahasa Italia ke

Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia?

9
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Bagian ini akan meninjau literatur yang berfokus pada terjemahan dalam peribahasa

yang terdapat dalam bentuk artikel, majalah, artikel, jurnal, dan lain sebagainya. Ulasan ini akan

memberikan wawasan tentang penerjemahan peribahasa dan hubungannya dengan kebudayaan

asalnya.

2.1 Konsep Penerjemahan

Penerjemahan adalah upaya memproduksi kembali makna dalam Bahasa Sumber (Bsu)

ke bentuk Bahasa Sasaran (Bsa) (Larson, 1984:1; Bassnett dalam Venuti, 1995:vii)

Selanjutnya Tytler dalam Newmark (1981:4) menyatakan: karya terjemahan yang

berkualitas akan memindahkan semua manfaat yang ada pada teks asli Bsu ke dalam Bsa,

pendapat ini diperkuat oleh Nida dan Taber dalam Benny Hoedoro (2006: 3).

Penerjemah mengalihkan pesan Bsu menjadi pesan Bsa akan menghadapi masalah

yang tidak hanya berkisar pada mencari terjemahan yang sepadan. Larson (1984:56)

mengutarakan bahwa beberapa kata-kata Bsu dan Bsa sangat mirip muatan isinya (mengandung

komponen makna yang sama), tetapi tidak sama dalam pemaknaannya. Sebagai contoh dalam

Bahasa Indonesia, frasa “ kambing hitam dalam keluarga” tidak sama maknanya dengan “black

sheep of the family”.

Tujuan penerjemahan adalah mengkomunikasikan pesan dan bentuk BSu kepada pembaca BSa

agar makna yang dihasilkan sama seperti yang diharapkan oleh teks BSu kepada Bsu

(Larson,1984:421; Nida dan Taber,1982:12).

10
Penerjemah bertugas untuk mengkomunikasikan makna (pesan) Bsu kepada pembaca

dan menghasilkan makna yang sama seolah-olah pembaca BSa sedang membaca teks BSu.

Dalam fungsinya sebagai pembawa pesan Bsu, penerjemahan menjembatani antara pembaca Bsu

(yang tidak menguasai secara baik teks bahasa sumber), agar dapat menangkap pesan teks

terjemahan (Bsa).

2.2 Pengertian dan Jenis-Jenis Peribahasa

Dalam sub-bab ini akan dipaparkan lebih banyak mengenai pengertian dan jenis-jenis

peribahasa menurut beberapa ahli.

2.2.1 Pengertian Peribahasa

Peribahasa adalah kelompok kata atau kalimat yang menyatakan suatu maksud, keadaan

seseorang, atau hal yang mengungkapkan kelakuan, perbuatan atau hal mengenai diri seseorang.

Peribahasa mencakup ungkapan, pepatah, perumpamaan, ibarat, tamsil. (Kamus Umum Bahasa

Indonesia susunan Badudu-Zain (1994)). Pada umumnya, kelompok kata atau kalimat dalam

peribahasa memiliki struktur susunan yang tetap, dan merupakan kiasan terhadap suatu maksud.

Kalimat yang dipakai biasanya mengesankan dan memiliki arti yang luas. Didalam suatu

peribahasa terdapat unsur sistem budaya masyarakat yang berhubungan dengan nilai-nilai,

pandangan hidup, norma dan suatu aturan dalam masyarakat. Di kebudayaan Melayu peribahasa

sering dipakai atau diucapkan dalam kehidupan sehari-hari, dengan kata lain sastra lisan ini

merupakan salah satu sarana enkulturasi dalam proses penanaman nilai-nilai adat dari waktu ke

waktu.

Peribahasa merupakan ungkapan yang walaupun tidak langsung namun secara tersirat

menyampaikan suatu hal yang dapat dipahami oleh pendengarnya atau pembacanya karena

11
sama-sama hidup dalam ruang lingkup budaya yang sama. Persamaan ruang lingkup budaya

yang sama menjadi faktor penting, karena jika tidak maka pembicaraan dengan penggunaan

peribahasa tidak akan nyambung. Misalnya, "baru-baru ini ada pejabat tinggi kepolisian yang

dengan bangga menyebut diri dan institusinya sebagai buaya karena menganggap buaya itu

lambang kekuatan dan keperkasaan". Padahal di masyarakat sekarang kita sudah sejak lama

menganggap kata buaya itu selalu dalam arti negatif, contohnya saja pada ungkapan buaya

darat, air mata buaya, dll.

Jadi, pemakaian peribahasa di dalam masyarakat adalah milik bersama yang kalau

diucapkan, walaupun hanya sebagian akan dipahami oleh yang mendengar atau membacanya.

Contoh lain jangan kura-kura dalam perahu, yang mendengarnya tahu bahwa arti dari

peribahasa itu adalah jangan pura-pura tidak tahu. Peribahasa jenis ini merupakan pantun yang

terdiri atas sampiran dan isi, meski yang diucapkan hanya sampirannya saja tapi orang lain akan

tahu apa isinya.

2.2.2 Jenis Peribahasa

Peribahasa dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu peribahasa yang memiliki arti lugas

dan peribahasa yang memiliki arti simbolis. Peribahasa yang memiliki arti lugas terdiri dari dua

jenis, yaitu bidal dan pepatah, sedangkan peribahasa yang memiliki arti simbolis, yaitu

perumpamaan.

Peribahasa yang mempunyai arti lugas

Bidal

Peribahasa jenis bidal memiliki rima dan irama, seringkali digolongkan kedalam bentuk

puisi.

12
Contoh:

bagai kerakap di atas batu

hidup segan mati tak mau

Pepatah

Peribahasa jenis pepatah memiliki isi yang ringkas, bijak dan isinya berupa nasihat atau

ajaran orang tua

Contoh:

biar lambat asal selamat.

sedikit-demi sedikit, lama-lama menjadi bukit.

Lempar batu sembunyi tangan.

Ingat sebelum kena, hemat sebelum habis.

Peribahasa yang memiliki arti simbolis

Perumpamaan

Peribahasa dalam bentuk perumpamaan, ungkapannya mengandung arti simbolik dan

biasanya berarti perbandingan. Jenis ini biasanya dimulai dengan kata seperti, bagai atau

bak, laksana.

Contoh:

Bagai pinang dibelah dua.

Datar bak lantai papan, licin bak dinding cermin.

Laksana kera dapat bunga.

Bagai hujan jatuh ke air

13
Di luar jenis-jenis peribahasa yang disebutkan di atas, terdapat satu peribahasa lagi yang disebut

dengan Pemeo. Jenis peribahasa ini adalah peribahasa yang dijadikan semboyan.

Contoh:

Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul.

Esa hilang, dua terbilang.

Tak emas bungkal diasah, tak air talang dipancang.

2.3 Teori Terjemahan

Pada bagian ini akan dibahas mengenai teori-teori yang berhubungan dengan

terjemahan

2. 3.1 Ideologi Terjemahan

Dalam penerjemahan seringkali timbul persoalan yang disebabkan oleh adanya nilai-nilai

(ideologi) yang dianut oleh penerjemah dan faktor-faktor linguistic. Apabila tidak disadari oleh

penerjemah,kedua hal itu dapat mendorong terjadinya distorsi makna dan dapat berdampak tidak

berterimanya karya terjemahan baik secara tekstual maupun kultural (Machali, 2000:131).

Walaupun demikian menurut Benny Hoedoro, (2004:1) berpendapat bahwa ideologi dalam

penerjemahan adalah prinsip atau keyakinan tentang ‘benar-salah’ dalam penerjemahan.

Terdapat dua kutub yang berlawanan, yakni ideologi yang berorientasi pada Bsa (domestication),

dan ideologi yang berorientasi pada Bsu (foreignization).

2.3.2 Metode Terjemahan

Definisi metode penerjemahan yang dapat dijadikan acuan dalam proses penerjemahan,

antara lain sbb: “ Translation method refers to the way a particular translation process is carried

14
out in terms of the translator’s objective, i.e. a global option that affects the whole text” ( Molina

dan Albir, 2002:507). Metode penerjemahan mengaarah pada proses terjemahan tertentu yang

berdasarkan kepada tujuan penerjemah contohnya pilihan-pilihan umum yang mempengaruhi

keseluruhan teks.

Machali (2000:49), menyatakan perbedaan mendasar terhadap tendensi metode

penerjemahan didasarkan hal-hal berikut ini :

(1) Maksud atau tujuan teks Bsu, yakni tercermin dari tujuan teks, misalnya memaparkan,

menceritakan, menghibur, dsb.;

(2) Tujuan penerjemah, misalnya, apakah penerjemah ingin menambah atau mengurangi

’nuansa’ tertentu; dan

(3) Pembaca dan latar atau setting teks, misalnya, siapa pembacanya, dan media teks tsb. ditulis,

misalnya koran, jurnal, dsb.

Ketiga hal tersebut membantu penerjemah dalam memilih metode penerjemahan yang dianggap

sesuai dalam proses dan perencanaan penerjemahannya.

2.3.3. Teknik Penerjemahan

Teknik penerjemahan yang digunakan pada tataran mikro dapat mengungkapkan

langkah-langkah penerjemahan, sehingga memberikan data yang jelas tentang pilihan

metodologi umum yang dipilih oleh penerjemah.

Pembagian klasifikasi teknik penerjemahan yang digunakan dalam penelitian ini

didasarkan pada pendapat Vinay dan Darbelnet dalam Molina (2002:499), dan disempurnakan

oleh Molina dan Albir (2002:509).

15
Vinay dan Darbelnet membagi teknik (menurut istilah mereka prosedur) penerjemahan

menjadi 7 jenis, dengan rincian sbb.

- Prosedur penerjemahan harfiah atau literal, yakni teknik borrowing, calque, dan literal

translation.

- Prosedur penerjemahan yang mengalami pergeseran (shift), yang dipakai jika

penerjemahan harfiah tidak mungkin dilakukan, yaitu transposisi, modulasi,

kesepadanan, dan adaptasi.

Penjelasan lebih lanjut mengenai prosedur yang diklasifikasikan oleh Vinay dan

Dalbernet dapat dilihat dibawah ini:

1.Borrowing, dilakukan apabila suatu kata tidak dapat diterjemahkan ke bahasa sasaran

maka teknik peminjaman kata bahasa sumber untuk tetap digunakan dalam terjemahan

bahasa sasaran. Sering kali bahasa sumber yang dipinjam dan dipergunakan lama

kelamaan melekat dan menjadi suatu kosakata baru dalam bahasa sasaran.

2.Calque, memiliki pengertian yang hamper sama dengan borrowing dimana suatu

bahasa meminjam suatu bentuk ekspresi bahasa lain kemudian menerjemahkannya

secara harfiah masing-masing elemennya dengan mempertahankan struktur bahasa

sumber

3.Literal Translation atau terjemahan harfiah artinya penerjemahan kata perkata dalam

bahasa sumber ke bahasa sasaran

4.Transposisi berarti penggantian satu unit bisa dalam tataran kata, frase ataupun kalimat

dari bahasa sumber ke bahasa sasaran tanpa mengubah pesan dan makna

5.Modulasi, berarti pergeseran sudut pandang atau perspektif dari bahasa sumber ke

bahasa sasaran

16
6.Kesepadanan, berarti mengubah atau memodifikasi kata-kata bahasa sumber agar

sesuai dengan kaidah bahasa sasaran.

7.Adaptasi , apabila situasi dalam bahasa sumber tidak ditemukan dalam bahasa sasaran

maka penerjemah harus menemukan bentuk atau situasi baru dalam bahasa sasaran

yang dianggap sepadan dengan bahasa sumber.

2.3.4 Kesepadanan Makna

Untuk memperoleh terjemahan yang berkualitas perlu diperhatikan kesepadanan dalam

mengatur, menggolongkan, menyamakan gaya antara teks Bsu dengan Bsa, dll. Jadi pada

dasarnya kesepadanan tersebut harus dinamis, dan bukan sekedar kesamaan harfiah. Penerjemah

harus mampu menghasilkan kesepadanan yang sedekat mungkin antara dua teks tersebut dengan

mempertimbangkan calon pembacanya.

Penerjemahan merupakan usaha menciptakan kembali makna teks sumber yang sepadan

di bahasa sasaran, bukan sekedar penggantian (substitution) suatu teks. Oleh karena itu,

penerjemah diharapkan piawai dalam melihat sebanyak-banyaknya fakta-fakta yang

mempengaruhi makna, agar diketahui makna dasar atau makna inti suatu elemen (unit mikro

teks) dalam bahasa sumber. Dalam penerjemahan, kesepadanan merupakan persoalan utama,

untuk itu dilakukan sejumlah hal seperti misalnya, pergeseran (shift), perubahan sudut pandang

(modulation), dan banyak hal lain yang mempengaruhi suatu terjemahan. Dengan demikian,

dapat dikatakan terjemahan harus mampu menghidupkan jiwa asing (teks sumber) ke dalam

bahasa sasaran.

2.4 Strategi Menerjemahkan Peribahasa

17
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa peribahasa terkait erat dengan latar belakang

budaya negara . Hal ini membutuhkan pengetahuan, informasi, atau pengalaman yang mendasar,

untuk menggunakan referensi budaya. Maka dari itu, peribahasa kerap kali tidak dianggap

sebagai bagian dari bahasa, melainkan bagian dari budaya. Peribahasa yang tercipta melalui

dasar budaya lokal Negara tersebut sering kali tidak menggunakan konteks di luar budaya yang

dimilikinya. Namun beberapa peribahasa bersifat lebih universal sehingga dapat dengan mudah

diterjemahkan arti kiasan dapat lebih mudah menyimpulkannya.

Pada dasarnya peribahsa adalah metafora sehari-hari. Arti yang lebih luas tentang

peribahasa adalah bagian dari bahasa kiasan atau perumpamaan. Menurut Larson (1984:121)

peribahasa adalah ekspresi dari "setidaknya dua kata yang tidak bisa dipahami secara harfiah dan

yang berfungsi sebagai unit semantik ".

Beratha ( 2003) menekankan seorang penerjemah harus mampu menimbulkan jenis-

jenis makna dalam teks yang diterjemahkannya. Faktor linguistik serta faktor ekstra linguistik

juga dapat menentukan makna dalam teks. Beberapa persyaratan yang harus dikuasai oleh

seorang penerjemah adalah pengetahuan dalam bahasa sumber dan bahasa sasaran tidak hanya

dalam bidang semantis tapi juga gaya bahasa. Seorang penerjemah harus mengetahui perbedaan

struktur bahasa dan ia juga harus tahu bagaimana untuk mengungkapkan kembali makna dari

bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dan harus mengetahui strategi dalam menerjemahkan

peribahasa.

Strategi dalam menerjemahkan peribahasa dapat dikelompokkan menjadi:

1. Menerjemahkan peribahasa dalam terjemahan harfiah.

Ketika seorang penerjemah menerjemahkan peribahasa secara harfiah, maka hasil

terjemahannya mungkin saja tidak memiliki kesetaraan makna dengan bahasa sumbernya.

18
2. Menerjemahkan peribahasa dari bahasa sumber ke peribahasa bahasa sasaran.

Menerjemahkan peribahasa dari bahasa sumber ke peribahasa bahasa sasaran mungkin

saja dilakukan apalagi kedua bahasa memiliki latar belakang budaya yang sama. Apabila

asal bahasa sumber dan bahasa sasaran masih tergolong di rumpun yang sama maka

menerjemahkan peribahasa bahasa sumber ke peribahasa bahasa sasaran bisa saja

dilakukan dengan tetap mempertahankan makna yang sama atau setara. Atau dapat pula

peribahasa yang sudah diterjemahan ke bahasa sasaran mengadaptasi peribahasa bahasa

sumbernya.

3. Menerjemahkan peribahasa ke bukan peribahasa.

Menerjemahkan dari suatu peribahasa ke bukan peribahasa dilakukan ketika kedua

budaya dari bahasa sumber dan bahasa sasaran tidak memiliki kesamaan, jadi strategi

yang dilakukan penerjemah ketika menerjemahkan peribahasa bahasa sumber adalah

dengan memberikan definisi atau penjelasan ke bahasa sasaran.

4. Menerjemahkan peribahasa yang memiliki bentuk dan makna yang sama

5. Menerjemahkan peribahasa yang memiliki bentuk arti dan makna yang sama tetapi

bentuk berbeda.

6. Menerjemahkan dengan menguraikan kata-kata atau mendefinisikan.

7. Menerjemahkan dan menghilangkan beberapa bagian tanpa mengurangi atau

menghilangkan makna BSu.

2.5 Pergeseran Makna dalam Proses Penerjemahan

Menurut Catford (1965), penerjemahan berarti mentransfer bahasa sumber ke bahasa

sasaran. Penerjemahan merukakan pergantian materi tekstual pada bahasa sumber ke bahasa

sasaran. Dalam proses penerjemahan, penerjemah selalu berusaha mendapatkan unsur bahasa

19
sasaran yang sepadan dengan bahasa sumbernya agar dapat mengungkapkan pesan yang sama

dalam teks sasaran. Karena setiap bahasa mempunyai aturan tersendiri, maka perbedaan aturan

ini akan menyebabkan terjadinya pergeseran.

Menurut Simatupang (1999), pergeseran di bidang sematik terjadi karena dua hal, yaitu

perbedaan sudut pandang dan budaya penutur bahasa-bahasa yang berbeda. Pergeseran di bidang

makna ini pun mengakibatkan bahwa tidaklah selalu mungkin memindahkan makna yang

terdapat di dalam teks atau bahasa sumber ke dalam teks atau bahasa sasaran secara tepat atau

tetap utuh. Berikut adalah pergeseran di bidang sematik menurut Simatupang.

1. Pergeseran dari Makna Generik ke Makna Spesifik atau sebaliknya.

Pergeseran ini terjadi karena padanan yang sangat tepat sebuah kata di dalam bahasa

sumber tidak terdapat di dalam bahasa sasaran. Misalnya, kata bahasa sumber mempunyai makna

generik dan padanan kata tersebut dalam bahasa sasaran tidak mengacu pada makna generik

tetapi kepada makna kata yang lebih spesifik.

Contohnya, penerjemahan kata leg dan foot dalam bahasa Inggris menjadi kaki dalam

bahasa Indonesia. Pergeseran yang terjadi adalah pergesesan dari makna spesifik menjadi makna

generik. Dalam bahasa Indonesia, konsep leg dan foot diungkapkan dengan satu kata yang

bermakna lebih generik atau general atau umum, yaitu kaki.

Pergeseran makna yang lebih generik ke makna yang lebih spesifik atau sebaliknya yang

mungkin terjadi dalam proses penerjemahan tidak terbatas pada kelas nomina saja, akan tetapi

meliputi kelas verba, adjektiva dan yang lainnya.

2. Pergeseran Makna karena Perbedaan Sudut Pandang Budaya

Pergeseran atau perbedaan makna juga terjadi karena perbedaan sudut pandang dan

budaya penutur bahasa-bahasa yang berbeda. Contohnya, “The space-ship travelled deep into

20
space” mendapat padanan yang mengalami perbedaan makna karena perbedaan sudut pandang

budaya, yaitu “Kapal ruang angkasa itu terbang jauh ke ruang angkasa”. Orang Inggris

menghubungkan ruang angkasa dengan kedalaman, sedangakan orang Indonesia dengan

ketinggian atau jarak. Oleh karena itu, terjadi pergeseran dari makna deep dengan jauh.

Beberapa jenis pergeseran makna :

1. Pergeseran Makna Kategori Pertama

Salah satu unsur leksikal dalam Basu yang berpasangan tidak ada padanannya dalam Basa.

Contoh :

BSu : Your landlord or landlady will usually expect the rent on a fixed day, weekly or monthly

in advance.

BSa : Landlord (orang laki-laki yang menyewakan rumahnya keapda orang lain) atau ibu kos

Anda biasanya akan meminta sewa harian, mingguan atau bulanan di muka.

2. Pergeseran Makna Kategori Kedua

Kalimat aktif dalam Basu menjadi kalimat pasif dalam Basa. Pergeseran jenis ini ada dua bagian

 Pola infinitive of purpose.

Contoh:

Basu : A nice, controlled experiment is necessary to show that it is true

Basa : Sebuah eksperiment yang tercontrol dan baik diperlukan guna menunjukkan kebenaran

hipotesa tersebut.

 Kalimat pasif dalam Basu menjadi kalimat aktif dalam Basa.

Contoh:

21
Basu : Saya akan mereka tampilkan apabila terdapat klaim yang lebih kuat.

Basa : They will bear witness to any inflated claims.

3. Pergeseran Makna Kategori ketiga

Gejala eksplisitasi(explicitation), yaitu untuk memperjelas makna leksikal dalam Basu dengan

cara mencari padanannya dalam Basa. Dengan kata lain, bagaimana menyatakan sesuatu yang

tersirat dalam Basu secara tersurat dalam Basa.

Contoh :

Basu : Another problem of coral reef degradation is actually beyond our direct control

associated with the global warming and the El Nino effect.

Basa : Masalah lain dari penurunan mutu terumbu karang sebetulnya di luar control kita secara

langsung yang berkaitan dengan pemanasan suhu global dan dampak gelombang panas El Nino.

4. Pergeseran Makna Kategori Keempat

Frasa preposisional – sebab akibat dalam Basu menjadi sebab akibat dalam Basa.

Contoh :

Basu : People often turn to Tv because of boredom and loneliness.

Basa : Orang sering kali berpaling pada Tv karena merasa bosan dan kesepian.

5. Pergeseran Makna Kategori kelima

Kalimat negatif ganda (double negative) dalam Basu menjadi kalimat positif dalam Basa.

Contoh :

Basu : I think the new transportation system will not last barely a year.

Basa : Saya kira sistem transportasi baru itu akan berjalan sebentar.

22
BAB 3

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Setiap penelitian tentunya memiliki tujuan dan manfaat tersendiri. Seperti halnya masalah yang

diangkat pada penelitian ini, tujuan dilakukannya penelitian ini adalah

1.Untuk mengetahui jenis-jenis peribahasa Italia apa saja yang ekuivalen ketika

diterjemahkan ke Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia.

2.Untuk mengetahui strategi dalam menerjemahkan peribahasa dari Bahasa Italia ke

Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia.

3.Untuk mengetahui apakah latar belakang budaya mempengaruhi makna dari peribahasa

itu.

4.Untuk mengetahui apakah ada kesepadanan atau pergeseran makna mengingat bahasa

yang diperbandingkan tidak berasal dari satu rumpun yang sama melainkan berasal

dari Bahasa Italia, Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia

Secara praktis penelitian ini bermanfaat bagi penerjemah, pemerhati budaya, mahasiswa

dan semua kalangan yang ingin mengetahui lebih dalam tentang bagaimana strategi

menerjemahkan peribahasa dari 3 bahasa dan budaya yang berbeda yaitu dari Bahasa Italia ke

Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia.

Penelitian ini juga bermanfaat untuk mengaplikasikan teori penerjemahan terutama ketika

membandingkan tiga bahasa yang berbeda dengan berbagai kompleksitas grammatikal/tata

bahasa dan budayanya.

23
BAB 4

METODE PENELITIAN

Metode penelitian dibagi menjadi tiga bagian yaitu sumber data, metode dan teknik

pengumpulan data dan metode dan teknik analisis data.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif dan intepretatif dengan

teknik analisis data yang mendalam untuk menganalisis peribahasa Italia yang diterjemahkan ke

Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia.

4.1 Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian ini adalah peribahasa Italia yang diterjemahkan ke

Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Beberapa buku dan kamus yang relevan dengan penelitian

ini juga akan digunakan untuk memberikan lebih banyak contoh peribahasa baik dalam Bahasa

Italia, Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Selain itu kamus peribahasa Italia-Inggris dan

Inggris - Indonesia juga akan digunakan untuk mendapatkan lebih banyak data untuk penelitian

ini.

4.2 Metode dan Teknik Mengumpulkan Data

Metode dan teknik yang akan dilakukan untuk mengumpulkan data yaitu melalui

penelitian kepustakaan yang berarti bahwa peneliti akan mendapatkan data dengan membaca

24
dan mengumpulkan peribahasa Bahasa Italia dan kemudian mendapatkan terjemahan dalam

Bahasa Inggris dan Indonesia . Data yang terkumpul akan diklasifikasikan dan akan diurutkan.

Data yang tepat akan diambil sebagai data untuk penelitian, tetapi data yang tidak tepat akan

dihilangkan.

4.3 Metode dan Teknik Menganalisis Data

Data yang telah dikumpulkan kemudian akan dibandingkan dalam terjemahan mereka

atau kesetaraan dalam bahasa target dengan menggunakan teori yang diusulkan oleh beberapa

ahli bahasa. Semua data kemudian akan diklasifikasikan menurut pengertian peribahasa akan

diketahui jenis-jenis peribahasa apa saja yang muncul sebagai data dan kemudian akan dianalisis

mengunakan teori terjemahan dan teori makna untuk mengetahui strategi untuk menerjemahkan

peribahasa Bahasa Italia, Inggris dan Indonesia. Selain itu data akan dianalisis juga untuk

mengetahui ekuivalensi dan kesepadanan makna terjemahannya serta latar belakang budaya yang

mempengaruhinya.

4.4 Metode dan Teknik Menyajikan Data

Data akan disajikan secara kualitatif dan deskriptif akan disajikan dalam bentuk kata-

kata dan kalimat. Teknik penyajian analisis terjemahan peribahasa yaitu dengan cara menyajikan

jenis-jenis peribahasa sesuai dengan penjelasan mengenai peribahasa, bagaimana penerjemah

menerjemahkan peribahasa, strategi apa yang digunakan serta apakah unsur budaya ikut

mempengaruhi arti dan makna peribahasa, bagaimana ekuivalensi terjemahan antara satu bahasa

dengan bahasa lain dan apakah ada pergeseran makna.

25
BAB 5

HASIL YANG DICAPAI

Pada bab ini dipaparkan analisis terjemahan Bahasa Italia ke Bahasa Inggris dan Bahasa

Indonesia. Terdapat banyak pergeseran makna yang berasal dari bentuk kata, makna, maupun

dari budaya asal dan target bahasa dan budaya.

Berikut ini dipaparkan peribahasa dari Bahasa Italia yang diterjemahkan ke Bahasa Inggris dan

Bahasa Indonesia

1. Peribahasa Bahasa Italia = Non c´è rosa senza spine.

Peribahasa Bahasa Inggris = No rose without a thorn

Peribahasa Bahasa Indonesia = Tak ada mawar yang tak berduri

Menurut klasifikasi peribahasa, maka peribahasa diatas dapat digolongkan peribahasa

yang masuk ke kategori pepatah. Karena pepatah berisikan nasihat atau ajaran dari orang tua

yang diteruskan ke generasi berikutnya secara lisan dan turun temurun

Dari segi strategi penerjemahannya maka strategi yang digunakan adalah menerjemahkan

peribahasa bahasa sumber ke peribahasa bahasa sasaran. Dilihat dari teknik menerjemahkannya,

maka ketiga peribahasa diatas memiliki bentuk dan makna yang sama. Pada ketiga bahasa diatas,

peribahasa Bahasa Italia memiliki bentuk yang sama antara peribahasa Bahasa Italia, Bahasa

Inggris dan Bahasa Indonesia. Rosa dalam bahasa Italia memiliki terjemahan yang sama yaitu

Rose dalam Bahasa Inggris dan Mawar pada Bahasa Indonesia. Tidak adanya perbedaan makna

26
generic specific atau sebaliknya dan tidak ada pergeseran makna yang disebabkan adanya

perbedaan sudut pandang budaya dan bahasa. Dari segi strategi penerjemahannya maka strategi

yang digunakan adalah menerjemahkan peribahasa bahasa sumber ke peribahasa bahasa sasaran.

Walaupun terdapat perbadaan budaya antara Italia, Inggris dan Indonesia, namun

peribahasa diatas memiliki arti yang sama. Dengan menggunakan bunga mawar sebagai ilustrasi.

Bunga mawar adalah bunga yang cantik dengan kelopaknya yang indah dan baunya yang harum.

Peribahasa tersebut dapat diartikan bahwa fungsi duri bagi bunga mawar memiliki dua sisi yaitu

sisi negatif duri yang mengelilingi dapat melukai orang yang ingin memetiknya dan sisi positif

duri sebagai pelindung kecantikan bunga mawar tersebut. Seandainya tidak ada duri pada bunga

mawar niscaya bunga tersebut akan dengan mudah dirusak oleh lingkungannya.

Secara implisit perbahasa tersebut berarti tidak ada yang sempurna di dunia ini. Bunga

mawar yang cantik sekalipun tidak sempurna karena dibalik keindahan dan kecantikannya ada

kekurangan yatu durinya yang tajam.

Peribahasa Italia dan Inggris diatas juga memiliki kesamaan dengan peribahasa Bahasa

Indonesia lainnya yaitu Tak Ada Gading Yang Tak Retak, Tak Ada Jalan Yang Tak Berliku, Tak

Ada Laut Yang Tak Bergelombang yang berarti dalam hidup tak ada kesempurnaan, diperlukan

kerja keras dan semangat dalam menjalankan hidup dan tak ada kebahagiaan yang didapatkan

tanpa kerja keras. Namun perbedaan mencolok terlihat dari penggunaan leksikon Gading yang

retak, Jalan berliku dan Laut yang bergelombang sebagai pengganti Rosa atau Mawar berduri.

Walaupun peribahasa diatas memiliki persamaan arti namun ilustrasi yang digunakan berbeda.

2. Peribahasa diatas memiliki kesamaan dengan peribahasa berikut di bawah ini:

Peribahasa Italia = Senza tentazioni, senza onore.

27
Peribahasa Inggris = Without temptation there is no victory.

Peribahasa Indonesia = Tak ada kemenangan tanpa perjuangan

Jenis peribahasa di atas adalah pepatah. Hal tersebut dapat terlihat jelas bahwa isi pepatah

diatas adalah nasihat dan ajaran bahwa diperlukan perjuangan dan kerja keras untuk dapat

meraih kemenangan atau kesuksesan. Nasihat tersebut tentunya dapat memberikan semangat

kepada setiap orang dalam menjalankan hidup.

Dari segi strategi penerjemahannya maka strategi yang digunakan adalah menerjemahkan

peribahasa bahasa sumber ke peribahasa bahasa sasaran. Ketika diterjemahkan dan dicari

padanan peribahasa Italia tersebut kedalam Bahasa Inggris, maka ditemukan Without temptation

there is no victory. Kata tentazioni atau godaan dalam Bahasa Italia diterjemahkan langsung

menjadi temptation yang juga berarti sama yaitu godaan. Namun ketika onore diterjemahkan

maka bukan kehormatan yang digunakan sebagai terjemahan kata. Kesepadanan didapatkan

melalui penggunaan victory atau kemenangan. Arti dan makna yang terkandung dalam

Peribahasa Bahasa Inggris dema dengan yang didapatkan dari Bahasa Italia. Sedangkan pada

peribahasa Bahasa Indonesia juga ditemukan persamaan bentuk dan makna namun perbedaan

terdapat pada pola kalimat dimana pada dua peribahasa sebelumnya ditunjukkan bentuk sebab-

akibat namun dalam Bahasa Indonesia maka pola kalimatnya akibat-sebab. Peribahasa Tak ada

kemenangan tanpa perjuangan terlebih dahulu menunjukkan hasil (kemenangan) yang

didapatkan melalui sebab (perjuangan). Walaupun demikian perubahan pola kalimat tersebut

tidak membuat makna dan arti peribahasa bahasa sasaran berbeda dari bahasa sumbernya.

Secara budaya, dalam Bahasa Italia, peribahasa Senza tentazioni, senza onore berarti

tanpa godaan takkan ada kehormatan. Godaan yang dimaksud disini adalah rintangan, tantangan

28
dan cobaan. Sedangkan kehormatan bisa diartikan keberhasilan dan kesuksesan yang dicapai

setelah berhasil melewati berbagai ujian dan cobaan.

3. Peribahasa Italia = Can che abbaia non morde.

Peribahasa Inggris = Empty vessels make the most noise / The dog that barks

doesn't bite / Barking dogs seldom bite.

Peribahasa Indonesia = Tong kosong nyaring bunyinya / air beriak tanda tak dalam

Peribahasa di atas merupakan salah satu contoh jenis peribahasa yang dikategorikan

sebagai pepatah.

Strategi penerjemahan yang digunakan adalah menerjemahkan peribahasadari bahasa

sumber ke bahasa sasaran dengan strategi penerjemahan dari menerjemakan ke peribahasa lain

yang bentuk dan makna yang sama.

Dari latar belakang budayanya, peribasa Bahasa Italia, Can che abbaia non morde,

menggunakan ilustrasi Can yang artinya anjing dalam Bahasa Indonesia. Dalam Bahasa Inggris

terdapat dua terjemahan untuk peribahasa Bahasa Italia di atas yaitu Empty vessels make the most

noise / Barking dogs seldom bite. Selain menggunakan dog atau anjing, juga menggunakan kata

vessels. Dalam Bahasa Indonesia, peribahasa tersebut disandingkan dengan peribahasa Tong

Kosong Nyaring Bunyinya atau Air Beriak Tanda Tak Dalam. Peribahasa diatas bersumber dari

kejadian yang nyata terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya saja Dalam peribahasa

Bahasa Indonesia Tong Kosong Nyaring Bunyinya, layaknya sebuah tong yang tidak berisi apa-

apa, namun ketika diisi hanya dengan satu barang saja kemudian digoncangkan bisa menjadi

sangat berisik. Begitu pula seperti pada peribahasa Air Beriak Tanda Tak Dalam. Leksikon yang

digunakan adalah air, dimana pada kenyataan memang air yang riaknya kencang maka

29
menunjukkan bahwa laut tidak terlalu dalam. Lain halnya ketika air tenang justru

membahayakan akrena bisa saja artinya air tersebut dalam.

Dianalisis dari arti dan maknanya, peribahasa tersebut memiliki arti orang yang banyak

bicara itu tidak memiliki ilmu atau sama juga dengan orang yang banyak bicara biasanya

bodoh dan tidak tahu yang mereka bicarakan.

4. Peribahasa Italia = A chi dai il dito si prende anche il braccio.

Peribahasa Inggris = Give someone an inch they’ll take a mile

Peribahasa Indonesia= Diberi hati minta ampela.

Peribahasa di atas merupakan contoh pemeo atau peribahasa yang berarti

perbandingan. Strategi menerjemahkan peribahasa diatas yaitu menerjemahkan

peribahasa bahasa sumber ke peribahasa bahasa sasaran.

Pada Bahasa Italia, peribahasa menggunakan ilustrasi jari (ditto) dan lengan

(braccio). Sedangkan dalam Peribahasa Bahasa Inggris menggunakan ukuran panjang

inch dan mil, sedangkan pada peribahasa Bahasa Indonesia menggunakan bagian tubuh

ati dan ampela. Ketiga peribahasa diatas memiliki arti yang sama yaitu seseorang yang

diberi sedikit tetapi meminta lebih dari yang diberikan. Ilustrasi yang digunakan dalam

tiga bahasa diatas yaitu jari (ditto) dan lengan (braccio) dalam Bahasa Italia, inch dan mil

dalam Bahasa Inggris dan ati dan ampela dalam Bahasa Indonesia. Dalam Bahasa Italia

dan Bahasa Indonesia menggunakan leksikon yang berasal dari bagian tubuh yaitu jari

(ditto) dan lengan (braccio) jari (ditto) dan lengan (braccio) namun dalam Bahasa Inggris

menggunakan leksikon ukuran panjang.

30
Ketiga peribahasa ini maknanya sama yaitu tentang orang yang tidak tahu terima

kasih / melunjak. Atau dapat juga diartikan seseorang yang diberikan sedikit kekuasaan

atau kebebasan, lalu mereka tidak puas dan menginginkan lebih alias melunjak

5. Peribahasa Italia = Quando a Roma vai, fai come vedrai.

Peribahasa Inggris =When in Rome do as the Romans do

Peribahasa Indonesia = Lain Ladang Lain Ilalang, Lain Lubuk Lain Ikannya / Dimana

Bumi Dipijak Disitu Langit Dijunjung.

Jenis peribahasa diatas yaitu pepatah. Nasihat dan ajaran yang sampaikan

adalah dimanapun kita berada maka kit harus menyesuaikan diri dengan tempat dan

lingkungan kita. Strategi menerjemahkan ketiga peribahasa diatas adalah menerjemahkan

peribahasa bahasa sumber ke peribahasa bahasa sasaran. Walaupun demikian, makna

yang dikandung di ketiga peribahasa diatas sama namun bentuk yang digunakan berbeda.

Teknik penerjemahan literal digunakan untuk menerjemahkan peribahasa diatas dari

Bahasa Italia ke Bahasa Inggris. Sedangkan dalam Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia

teknik menerjemahkannya adalah melalui mencari peribahasa yang memiliki

kesepadanan makna dari bahasa sumber ke bahasa sasaran.

Peribahasa diatas sama-sama berarti setiap daerah memiliki aturan yang

berbeda dan kita harus bersikap atau berperilaku sesuai dengan masyarakat di sekitar atau

beradaptasi dengan budaya setempat. Pada peribahasa Italia menggunakan Roma sebagai

ilustrasi. Kota Roma adalah ibukota Italia. Pada peribahasa Italia Quando a Roma vai, fai

come vedrai berarti saat berada di Roma, berbuat atau berlakulah seperti apa yang kau

lihat di situ (di Roma). Arti yang dikandung dalam peribahasa ini adalah ketika berada di
31
suatu daerah, maka berbuatlah seperti yang dilakukan oleh penduduk di kota tersebut.

Kota Roma memiliki banyak keunikan tersendiri dan banyak objek wisata terkenal di

kota ini. Jumlah penduduknya sangat besar dan sangat heterogen yang terdiri dari tidak

hanya penduduk asli Italia tetapi juga dari berbagai belahan dunia. Roma, seperti halnya

kota lain di Negara Italia memiliki kebudayaan kuno dan konservatif. Penduduknya

memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi dan mereka sangat mendukung kebertahanan

budaya dan bahasanya. Sangat sedikit penduduknya yang menguasai Bahasa Asing dan

walaupun mereka terbuka terhadap pendatang tetapi mereka memiliki prinsip bahwa

pendatanglah yang harus beradaptasi terhadap penduduk local. Pendatang harus bisa

mengikuti budaya penduduk asli dan mengikuti segala kebiasaan mereka. Oleh karena itu

maka sejak dahulu kala peribahasa Italia diatas sudah sangat terkenal dan bahkan Bahasa

Inggris pun menggunakan peribahasa tersebut dan menerjemahkannya secara literal ke

Bahasa Inggris.

Lain halnya dengan peribahasa Bahasa Indonesia yang memiliki arti yang kurang

lebih sama dengan peribahasa Italia dan Inggris diatas. Apabila Bahasa Italia dan Bahasa

Inggris menggunakan Kota Roma sebagai ilustrasi, ketika dicari peribahasa yang

memiliki arti yang sama maka penulis menemukan peribahasa Lain Lubuk Lain Belalang

Lain Lubuk Lain Ikannya dan Dimana Bumi Dipijak Disitu Langit Dijunjung. Walaupun

ilustrasi yang digunakan dalam Bahasa Indonesia berbeda (Lubuk, Belalang, Ikan, Bumi

dan Langit).

6. Peribahasa Italia = A chi vuole, non mancano modi.

32
Peribahasa Inggris = Where there is a will, there is a way.

Peribahasa Indonesia= Dimana ada kemauan disana ada jalan

Jenis peribahasa diatas adalah pemeo. Peribahasa diatas menjadi semboyan

dan pembakar semangat bahwa akan ada keberhasilan apabila ada kemauan untuk

mewujudkannya. Sedangkan strategi yang digunakan untuk menerjemahkan adalah

menerjemahkan peribahasa sumber ke peribahasa bahasa sasaran. Bentuk dan makna

peribahasa bahasa sumber tetap bertahan ketika diterjemahkan ke bahasa sasaran. Pada

ketiga peribahasa diatas tampak adanya terjemahan harfiah dari satu bahasa ke bahasa

yang lain. Tidak ada pergeseran makna dan peribahasa diterjemahkan dalam bentuk yang

sama.

Peribahasa Italia A chi vuole, non mancano modi berarti apabila seseorang

menginginkan sesuatu maka takkan kurang cara untuk mendapatkannya. Peribahasa

tersebut memiliki arti yang sama dengan peribahasa Bahasa Inggris Where there is a will,

there is a way dan peribahasa Bahasa Indonesia Dimana ada kemauan disana ada jalan.

Peribahasa diatas berarti apabila kita berkemauan keras untuk mencapai sesuatu maka

akan selalu ada jalan dan cara untuk mencapainya. Apabila kita bersungguh-sungguh dan

berusaha keras untuk mencapai kesuksesan maka akan ada banyak cara untuk

mencapainya.

7. Peribahasa Italia = Ad ogni uccello il proprio nido è bello.

Peribahasa Inggris = There’s no better place than home

Peribahasa Indonesia= Rumahku Istanaku

33
Karena terdapat perbandingan pada peribahasa di atas maka bentuk

peribahasanya adalah perumpamaan. Strategi yang digunakan dalam menerjemahkan

peribahasa tersebut adalah menerjemahkan peribahasa bahasa sumber ke peribahasa

bahasa sasaran.

Peribahasa Italia Ad ogni uccello il proprio nido è bello berarti bagi setiap

burung sarangnyalah yang paling indah. Dalam peribahasa tersebut, sebagai ilustrasi, kata

uccello atau burung yang digunakan. Peribahasa Inggris menggunakan ilustrasi rumah,

leksikon yang lebih dekat dengan manusia dan kehidupannya. Walaupun Uccello dan

rumah berbeda dalam hal leksikonnya namun arti yang terkandung dalam peribahasa

tersebut tetaplah sama dengan peribahasa Bahasa Italia. Lain halnya dengan peribahasa

Bahasa Italia yang menggunakan ilustrasi burung, peribahasa Inggris yang menggunakan

leksikon rumah, peribahasa Indonesia menggunakan leksikon rumah juga sama seperti

peribahasa Inggris namun yang membedakan adalah peribahasa Indonesia

membandingkan rumah dengan istana. Rumah adalah tempat tinggal orang biasa, namun

istana adalah tempat tinggal para raja, ratu dan kaum bangsawan. Istana identik dengan

kastil mewan nan megah yang luas dengan hamparan kebun bunga yang semerbak dan

lengkap dengan perabotan emas dan perak didalamnya. Terdapat banyak pelayan dan

pesuruh di dalam istana dan hanya kaum bangsawan yang bisa tinggal disana. Ketika

peribahasa Bahasa Indonesia membandingkan rumah dengan istana, maksud dari

peribahasa itu adalah rumah yang ditinggali memiliki kenyamanan bak istana walaupun

tidak seperti istana yang digambarkan sebelumnya.

Arti yang dapat ditarik dari peribahasa ini adalah bagi setiap orang, rumah yang

kita miliki dan tinggali adalah tempat ternyaman di dunia. Walaupun tetangga atau oang

34
lain memiliki rumah yang lebih besar dan mewah namun seberapapun besar atau kecilnya

rumah yang kita miliki, namun bagi pemilik rumah maka rumahnya sendiri adalah istana

dan takkan ada tempat lain yang dapat menandingi kenyamanan di rumah sendiri.

8. Peribahasa Italia = Bisogna saper afferrare l'occasione pei capelli.

Peribahasa Inggris = Opportunity knocks only once.

Peribahasa Indonesia= Kesempatan hanya datang satu kali

Jenis peribahasa di atas adalah pemeo. Peribahasa yang digunakan sebagai

semboyan dan bersifat membuat pembacanya lebih bersemangat dalam menjalankan

kehidupan. Strategi yang digunakan masih sama seperti kebanyakan peribahasa yang

telah dibahas sebelumnya yaitu dengan menerjemahkan peribahasa bahasa sumber ke

peribahasa bahasa sasaran.

Peribahasa Italia Bisogna saper afferrare l'occasione pei capelli memiliki arti

kesempatan datangnya lewat rambut. Bagi orang Italia, rambut adalah mahkota.

Ketampanan atau kecantikan seseorang selain dilihat dari paras wajahnya juga dari kilau

rambutnya. Memiliki rambut yang indah berarti orang tersebut sangat apik dan telaten

dalam merawat dirinya. Dan rambut yang terawatt juga berarti orang tersebut memiliki

kepibadian yang baik. Karena rambut merupakan daya tarik tersendiri bagi orang Italia,

maka apabila seseorang memiliki rambut yang indah berkilau, dengan mudahnya ia dapat

menarik perhatian orang lain. Begitu pula dalam bidang pekerjaan, kesempatan dan

peluang kerja dengan mudah dapat diraih apabila memiliki rambut yang indah.

Namun peribahasa tersebut menemukan kesepadanannya di Bahasa Inggris dan Bahasa

Indonesia dalam bentuk yang lain. Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris tidak

35
menggunakan ilustrasi lain tetapi menggunakan bentuk yang sebenarnya dari sebuah

kesempatan/peluang. Apabila dalam Bahasa Italia menggunakan ilustrasi rambut untuk

menggambarkan sebuah peluang, dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia

kesempatan/peluang tetap digambarkan apa adanya. Dalam dua bahasa ini, disebutkan

bahwa peluang yang baik hanya datang satu kali saja. Arti yang dimaksud adalah ketika

peluang atau kesempatan menghampiri, kita hendaknya mempergunakannya sebaik-

baiknya. Karena kita tidak pernah tau apabila kita melepaskan satu kesempatan itu

apakah kesempatan yang baik tersebut akan muncul atau kita dapatkan lagi di kemudian

hari. Sehingga lebih baik ketika kita mempunyai peluang sebaiknya gunakanlah dengan

baik sebelum kita kehilangan kesempatan tersebut.

9. Peribahasa Italia = Chi ha fatto il mala, faccia la penitenza

Peribahasa Inggris = As you make your bed so must you lie on it

Peribahasa Indonesia= Berani berbuat berani bertanggung jawab

Peribahasa diatas termasuk jenis pepatah. Strategi yang digunakan untuk

menerjemahkan adalah menerjemahkan peribahasa bahasa sumber ke bahasa sasaran

dengan makna yang sama.

Peribahasa Bahasa Italia yang berbunyi Chi ha fatto il mala, faccia la

penitenza apabila diartikan secara harfiah ke dalam Bahasa Indonesia berarti siapa yang

membuat hak yang buruk akan melakukan penebusan dosa. Konsep penebusan dosa lebih

dikenal dalam Agama Kristen. Agama Kristen adalah agama yang berpengaruh di Negara

Italia. Mayoritas penduduknya beragama Kristen. Terlebih lagi Kota Vatikan yang

merupakan kiblat Agama Kristen dan Paus Yang Agung atau pemuka agama Kristen

36
yang sangat disucikan tinggal di Kota Vatikan. Sehingga penduduknya taat dan

berpegang teguh pada ajaran Agama Kristen. Dalam Agama Kristen, konsep penebusan

dosa berarti apabila seseorang melakukan tindakan yang buruk atau dianggap berdosa

maka orang tersebut akan melakukan tindakan penebusan dosa. Tuhan dalam wujudnya

sebagai Yesus Kristus memaafkan dan menebus dosa manusia dengan tujuan

memberikan kedamaian. Penebusan dosa yang manusia lakukan bukanlah dengan

menerima pukulan, hinaan atau siksaan melainkan adalah dengan menyembahNya dan

melakukan perbuatan baik dan menghindari perbuatan tercela. Ketika disandingkan

dengan Peribahasa Bahasa Indonesia, tersebut memiliki kemiripan. Dalam Bahasa

Indonesia, Berani berbuat berani bertanggung jawab memiliki arti tindakan kita akan

mengandung konsekuensi dan kita harus menanggungnya. Apabila kita berani melakukan

perbuatan buruk atau melanggar hukum maka kita akan menanggung akibat dari

perbuatan kita tergantung pada tingkat kriminalitas yang kita lakukan. Hal sederhana

sebagai contoh adalah berani menyontek pada saat ujian maka harus dikeluarkan dari

kelas tanpa mendapatkan kesempatan remedial. Terdapat pergeseran spesifik ke generic

dalam peribahasa Bahasa Italia ke Bahasa Indonesia. Apabila dalam Peribahasa Italia,

latar belakang budaya dan agama merupakan pembentuk dasar peribahasanya sehingga

adanya istilah penebusan dosa dalam peribahasa tidak ditemukan dalam peribahasa

Bahasa Indonesia yang menggunakan istilah yang lebih umum. Sedangkan dalam Bahasa

Inggris ilustrasi yang digunakan agak jauh berbeda dan tidak merupakan arti yang

sebenarnya. Dalam peribahasa Bahasa Inggris disebutkan As you make your bed so must

you lie on it yang bila diartikan langsung menjadi apabila kau membuat tempat tidurmu

maka berbaringlah di atasnya. Leksikon tempat tidur digunakan untuk menggambarkan

37
perbuatan yang kita perbuat dan berbaring di atasnya berarti bertanggung jawab atas

perbuatan tersebut. Karena apabila kita membuat tempat tidur yang nyaman maka kita

juga akan nyaman berbaring di atasnya, namun apabila kita membuat tempat tidur yang

tidak nyaman maka begitu pula yang akan kita rasakan ketika berbaring di atasnya. Jadi

apapun itu yang kita perbuat maka kita sendirilah yang juga akan merasakan hasil dari

perbuatan kita.

10. Peribahasa Italia = Chi ha fatto il male, faccia la penitenza.

Peribahasa Inggris = What you reap is what you sow.

Peribahasa Indonesia = Apa yang kau tanam itu yang kau tuai

Peribahasa diatas bisa digolongkan sebagai pepatah maupun pemeo. Peribahasa

ini membuat kita lebih berhati-hati ketika akan mengerjakan sesuatu. Strategi yang

digunakan dalam menerjemahkan peribahasa adalah menejermahkan peribahasa dalam

bahasa sumber ke peribahasa bahasa sasaran dalam bentuk yang berbeda namun

bentuknya tetap sama.

Dalam peribahasa Bahasa Italia, Chi ha fatto il male, faccia la penitenza memiliki

arti siapa yang berbuat hal yang buruk ia yang akan menerima akibatnya. Penggunaan

kata ha fatto il male yang berarti melakukan perbuatan yang buruk memberikan kesan

yang negative, berbeda dengan peribahasa Bahasa Inggis What you reap is what you sow

yang memiliki arti yang sama dengan peribahasa Bahasa Indonesia apa yang kau tanam

itu yang kau tuai. Sesungguhnya dalam peribahasa Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris

memiliki arti yang sama yaitu apapun perbuatan yang engkau lakukan, baik itu perbuatan

yang baik ataupun perbuatan yang buruk, engkau sendirilah yang akan menerima

akibatnya. Apabila perbuatan baik yang kita lakukan maka hasil yang baik yang akan

38
diterima, namun apabila perbuatan buruk yang kita lakukan maka hasil yang buruk yang

akan diterima. Hal terebut seperti hukum karma. Sedangkan dalam peribahasa Bahasa

Italia cenderung lebih mengarah ke perbuatan negative dan hasilnya yang buruk yang

dilakukan dan diterima oleh seseorang. Padahal sesungguhnya baik perbuatan baik atau

buruk tentunya akan kembali lagi ke pelaku yang melakukan perbuatan tersebut.

11. Peribahasa Italia = Esperienza, madre di scienza.

Peribahasa Inggris = Experience is the mother of wisdom.

Peribahasa Indonesia = Pengalaman adalah guru yang terbaik

Peribahasa diatas termasuk pepatah dan strategi menerjemahkan adalah

menerjemahkan peribahasa bahasa sumber ke peribahasa bahasa sasaran dengan makna

dan bentuk yang sama.

Peribahasa Bahasa Italia Esperienza, madre di scienza memiliki arti pengalaman

adalah ibu terbaik pengetahuan. Sedangkan dalam peribahasa Bahasa Inggris Experience

is the mother of wisdom berarti pengalaman adalah ibu kebijaksanaan. Dan dalam

peribahasa Bahasa Indonesia, Pengalaman adalah guru yang terbaik memiliki arti yang

hampir sama dengan peribahasa Bahasa Italia dan Bahasa Inggris. Namun tentunya ada

perbedaan dari leksikonnya.

Dalam Peribahasa Bahasa Italia, esperienza diterjemahkan menjadi experience

dan yang memiliki arti pengalaman. Dalam peribahasa Bahasa Italia madre yang berarti

ibu, diterjemahkan menjadi mother dalam peribahasa Bahasa Inggris yang memang

memiliki arti yang sama. Namun dalam peribahasa Bahasa Indonesia madre dan mother

diterjemahkan ke bentuk yang lain yaitu guru. Penggunaan konsep madre dan mother

dalam peribahasa Bahasa Italia dan Bahasa Inggris memiliki arti bahwa Ibu adalah sosok

39
yang sangat dekat dengan anak-anaknya dan merupakan guru pertama dalam kehidupan

seorang anak. Seorang Ibu merupakan sumber pengetahuan dan sumber pembentukan

karakter seorang anak. Jadi melalui seorang ibu, setiap pengalaman kehidupan seorang

anak bermula. Dan pengalaman kehidupan seseorang akan membuatnya menjadi lebih

dewasa dalam menghadapi hidup.

Sedangkan dalam peribahasa Bahasa Indonesia, tidak ditemukan konsep madre

atau ibu melainkan kata guru yang digunakan sebagai penggantinya. Guru adalah sosok

pendidik di sekolah setelah ibu di rumah. Seorang anak akan sangat dekat dengan

gurunya karena saat anak berusia sekolah dan sedang mengenyam pendidikan, seringkali

mereka justru lebih mendengarkan dan mempercayai kata-kata guru mereka di sekolah

ketimbang orang lain. Sehingga dalam peribahasa Bahasa Indonesia disebutkan

pengalaman adalah guru yang terbaik.

Selain itu masih ada perbedaan leksikon lagi yaitu dalam peribahasa Bahasa Italia

disebutkan science yang berarti pengetahuan dan dalam peribahasa Bahasa Inggris

wisdom yang berarti kebijaksanaan. Dan dalam Bahasa Indonesia tidak disebutkan karena

hanya menggunakan guru yang terbaik.

40
BAB 6

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, jenis peribahasa yang

paling sering ditemukan adalah pepatah. Peribahasa bersifat sebagai semboyan yang membuat

pembacanya lebih bersemangat dalam menjalankan kehidupan. Selain itu peribahasa juga

bersifat memberikan petuah dan sebagai pengingat tingkah dan perilaku kita dalam menjalani

kehidupan.

Strategi yang digunakan untuk menerjemahkan peribahasa yaitu dengan menerjemahkan

peribahasa bahasa sumber ke peribahasa bahasa sasaran. Setelah diterjemahkan ditemukan

bentuk dan makna peribahasa masih tetap sama namun penggunaan leksikon berbeda. Hal

tersebut dikarenakan adanya perbedaan bahasa dan budaya. Walaupun hasil terjemahan berbeda

namun pada hakikatnya peribahasa memiliki maksud untuk memberikan nasihat dan terdapat

maksud tersirat dari setiap peribahasa.

41
DAFTAR PUSTAKA

Anonym. 2010. Italian Quotes with English Translation. [Cited at 29 Februari 2016] Tersedia di

http://multilingualbooks.com/wp/soundandvision/2014/05/04/italian-quotes-english-

translation/

Gorjian. B. (2006).Translating English proverbs into Persian: A case of comparative linguistics.

Honeck, R. (1997). A proverb in mind: the cognitive science of proverbial wit and wisdom.

USA: Lawrence Erlbaum.

Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Mansoer Pateda. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.

Marvin, D.E. (1922). Antiquity of Proverbs. New York and London

Mieder, W. (2004). Proverbs: A Handbook. London: Greenwood Press.

Meider, W. Dundes, A. (1995). The Wisdom of Many: Essays on the Proverb, (Ed). NewYork:

Garland.

Mollanazar, H. (2001). Principles and methodology of translation. Tehran: SAMT.

Norrick, N.R. (1985). How Proverbs Mean? Semantic Studies in English Proverbs. Amesterdom:

Mouton.

Schuster. E. (1998) Proverbs: A Path to Understanding Different Cultures. Journal of Extension

Varnosfadrani, Azizollah Dabaghi. 2010. Proverbs from the Viewpoint of Translation. Journal of

Language Teaching and Research, Vol. 1, No. 6, pp. November 2010. Academy Publisher

Manufactured in Finland.

Vikar, Lulu. 2010. Makna dan Teori Makna [Cited 12 Februari 2013] Available from :

http://luluvikar.wordpress.com/2010/12/29/makna-dan-teori-tentang-makna /

42
DAFTAR LAMPIRAN

LAPORAN PENGGUNAAN DANA 100% PENELITIAN 2016

Lampiran 1. Format Justifikasi Anggaran Penelitian

1. Bahan Habis Pakai


Material Justifikasi Kuantitas Harga Jumlah Biaya
Pemakaian
Kertas HVS A4 80 Pembuatan 4 65.000 260.000
Gram Proposal dan
Pembuatan
Laporan
Map Bening Tempat 5 10.000 50.000
Plastik pengumpulan
materi
penelitian
Kertas HVS F4 Pembuatan 3 58.000 174.000
80gram Proposal dan
Pembuatan
Laporan
Tinta Printer HP Print proposal 2 898.000 1.796.000
Laserjet 84 A dan hasil
penelitian
Flashdish 8 GB Penyimpanan 3 100.000 300.000
data dan hasil
penelitian
dalam bentuk
softcopy
Tipe-X Koreksi tulisan 3 10.000 30.000
dalam
pengumpulan
data
Mesin stapler HD Alat 3 25.000 75.000
10 pendukung
pengumpulan
dan pelaporan
penelitian
Isi Stapler kecil Alat 1 kotak 30.000 30.000
pendukung
pengumpulan
dan pelaporan
penelitian

43
Mesin stapler Alat 2 40.000 80.000
besar pendukung
pengumpulan
dan pelaporan
penelitian
Isi Stapler besar Alat 1 kotak 55.000 55.000
pendukung
pengumpulan
dan pelaporan
penelitian
Pelubang kertas Alat 2 75.000 150.000
besar pendukung
pengumpulan
dan pelaporan
penelitian
Blinder clips besar Alat 3 kotak 55.000 165.000
pendukung
pengumpulan
dan pelaporan
penelitian
SUB TOTAL RP 3.165.000

2. Fotocopy
Material Justifikasi Kuantitas Harga Jumlah Biaya
Pemakaian
Fotocopy Memperbanyak 4175 lembar 200 835.000
hasil laporan
penelitian
penelitian
Fotocopy Memperbanyak 2900 lembar 200 580.000
hasil laporan
akhir penelitian
SUB TOTAL RP 1.415.000
3. Konsumsi
Material Justifikasi Kuantitas Harga Jumlah Biaya
Pemakaian
Kudapan/Snack Konsumsi 60 kotak 15.000 900.000
rapat dan
penyusunan
laporan
kemajuan
Makan Konsumsi 60 kotak 35.000 2.100.000
rapat dan
penyusunan
laporan
kemajuan

44
Konsumsi 24 kotak 10.000 240.000
Kudapan/Snack rapat dan
penyusunan
laporan akir
Makan Konsumsi 24 kotak 20.000 480.000
rapat dan
penyusunan
laporan akhir
SUB TOTAL RP 3.720.000

4. Honor
Kegiatan Justifikasi Kuantitas Harga Jumlah Biaya
Pemakaian

SUB TOTAL Rp 3.000.000


TOTAL Rp 10.000.000
SELURUHNYA

45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
LAMPIRAN 2

Biodata ketua dan anggota tim peneliti

A. Identitas Diri Ketua Peneliti


1. Putu Ayu Asty Senja Pratiwi, S.S.,
Nama Lengkap (dengan gelar) P
M.Hum.
2. Jabatan Fungsional Asisten Ahli
3. Jabatan Struktural -
4. NIP 19860125 201012 2 002
5. NIDN 0025018603
6. Tempat dan Tanggal Lahir Singaraja, 25 Januari 1986
7. Alamat Rumah Jl. Raya Sesetan No 5 Denpasar
8. Nomor Telepon/Faks /HP 08124636755
9. Alamat Kantor Jl.Pulau Nias No 13 Denpasar
10. Nomor Telepon/Faks (0361) 257415
11. Alamat e-mail senja.dananjaya@yahoo.com
12. Lulusan yang telah dihasilkan S-1= 8 orang; S-2= - ; S-3= -
13. Mata Kuliah yg diampu 1. Reading
2. Speaking
3. Public Speaking and Presentation
4. Bahasa Inggris untuk Mahasiswa
Hubungan Internasional
5. Bahasa Inggris untuk Mahasiswa
Jurusan Sejarah
6. Bahasa Inggris untuk Mahasiswa
Jurusan Sastra Jepang
7. Bahasa Inggris untuk Mahasiswa
Jurusan Sastra Indonesia
8. Debating

B. Riwayat Pendidikan

Program S-1 S-2 S-3


Nama Perguruan Tinggi Universitas Universitas
udayana Udayana
Bidang Ilmu Sastra Inggris Linguistik
Tahun Masuk 2003 2008
Tahun Lulus 2007 2010
Judul Skripsi/Thesis/Disertasi The Semantic The Semantic
Analysis of Analysis of
Figurative Negative Emotion
Language in Lexicon in the
Printed Cosmetic novel A Stranger in
Advertisements the Mirror and Its

58
Translation Sosok
Asing dalam
Cermin
Nama Pembimbing/Promotor Prof.Dr. Ni Luh Prof.Dr. I Nengah
Sutjiati Beratha, Sudipa, M.A
M.A

C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir


(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)

Pendanaan
No. Tahun Judul Penelitian
Sumber *) Jml (Juta Rp.)
1. 2013 The Equivalent of Indonesian The Mandiri -
Prepositional Phrases Into English
Prepositional Phrases Into English

2. 2013 Kesepadanan Makna Bahasa Inggris Pemula 7.500.000


Pada Papan Informasi di Wilayah Pura
di Bali
3 2013 Kemampuan Penulisan Abstrak Bahasa Pemula 7.500.000
Inggris Mahasiswa Non Bahasa dalam
E-Jurnal Fakultas Sastra Universitas
Udayana
4. 2014 Eksistensi Bahasa Bali Diantara Pemula 10.000.000
Perkembangan Bahasa Gaul dan Bahasa
Alay
5. 2015 Pengajaran Alphabet Method dalam Mandiri -
Meningkatkan Kemampuan
Berkomunikasi
5. 2016 Bahasa Ibu di Tengah Globalisasi Mandiri -
6. 2016 Shifting Passive to Active Voice Mandiri -
*) Tuliskan sumber pendanaan : PDM, SKW, Pemula, Fundamental, Hibah Bersaing, Hibah
Pekerti, Hibah Pascasarjana, Hikom, Stranas, Kerjasama Luar Negeri dan Publikasi
Internasional, RAPID, Unggulan Stranas atau sumber lainnya.
D. Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir

Judul Pengabdian Kepada Pendanaan


No. Tahun
Masyarakat Sumber *) Jml (Juta Rp.)
1. 2011 The English Course for Members of UNUD 5 jt
Tourism Awareness Group in Pangsan
Village, Petang, Badung Regency, held by
The Department of Tourism, The
Government of Badung Regency.
2. 2011 Kegiatan Pelatihan Bahasa Inggris UNUD 5 jt

59
Komunikatif Tingkat Dasar di Desa
Canggu, Kuta Utara.
3. 2013 Pelatihan Bahasa Inggris Praktis Untuk DIPA UNUD 5jt
Karang Taruna Eka Karsa Desa Ungasan,
Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten
Badung

4. 2014 Pengajaran Alphabet Method Untuk DIPA UNUD 5jt


Meningkatkan Kemampuan Bahasa
Inggris Komunikatif Siswa SD 8 Dauh
Puri

5. 2015 Pengajaran Bahasa Inggris Untuk Anak DIPA UNUD 5jt


Sekolah Dasar di Nusa Penida

*) Tuliskan sumber pendanaan : Penerapan IPTEKS – SOSBUD, Vucer, Vucer Multitahun, UJI,
Sibermas, atau sumber dana lainnya

E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir

No. Judul Artikel Ilmiah Volume/Nomor Nama Jurnal


1. The Equivalent of Indonesian The Prosiding
Equivalent of Indonesian Prepositional Seminar
Phrases Into English Prepositional Phrases Nasional
Into English Bahasa Ibu
2013
2. Kesepadanan Makna Bahasa Inggris Pada Prosiding
Papan Informasi di Wilayah Pura di Bali Seminar
Nasional
Bahasa Ibu
2013
3. Kemampuan Penulisan Abstrak Bahasa Prosiding
Inggris Mahasiswa Non Bahasa dalam E- Seminar
Jurnal Fakultas Sastra Universitas Udayana Nasional
Bahasa Ibu
2014
4. Eksistensi Bahasa Bali Diantara Prosiding
Perkembangan Bahasa Gaul dan Bahasa Seminar
Alay Nasional
Bahasa Ibu
2014

60
F. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral pada Pertemuan/ Seminar Ilmiah
dalam 5 Tahun Terakhir

No. Nama Pertemuan ilmiah/ Judul Artikel Ilmiah Waktu dan


Seminar Tempat
1. Seminar Nasional Bahasa The Equivalent of Indonesian Februari 2013,
Ibu 2013 The Equivalent of Indonesian Denpasar, Bali
Prepositional Phrases Into
English Prepositional Phrases
Into English
2. Seminar Nasional Bahasa Kesepadanan Makna Bahasa Februari 2013,
Ibu 2013 Inggris Pada Papan Informasi di Denpasar, Bali
Wilayah Pura di Bali
3. Seminar Nasional Bahasa Kemampuan Penulisan Abstrak Februari 2013,
Ibu 2014 Bahasa Inggris Mahasiswa Non Denpasar, Bali
Bahasa dalam E-Jurnal Fakultas
Sastra Universitas Udayana
4. Seminar Nasional Bahasa Eksistensi Bahasa Bali Diantara Februari 2013,
Ibu 2014 Perkembangan Bahasa Gaul dan Denpasar, Bali
Bahasa Alay

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak-
sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima risikonya.

Denpasar, 27 Oktober 2016


Pengusul,

(Putu Ayu Asty Senja Pratiwi, S.S,M.Hum)

61
Identitas Diri Anggota Peneliti

1. Nama Lengkap (dengan Yana Qomariana, S.S., M. Ling P


gelar)
2. Jabatan Fungsional Asisten Ahli
3. Jabatan Struktural -
4. NIP/NIK/No.Identitas 19760109 201012 2 001
5. NIDN 0009017604
6. Tempat dan Tanggal Lahir Denpasar, 9 Januari 1976
7. Alamat Rumah Jln. Gunung Patuha VI No 38
8. Nomor Telepon/Faks/HP 081 533 761 5599
9. Alamat Kantor Jln. Pulau Nias no. 13
10. Nomor Telepon/Faks 0361-257415
11. Alamat e-mail yqomariana@yahoo.com
12. Lulusan yang telah dihasilkan S-1= 2 orang; S-2= - orang; S-3= - orang
13. Mata Kuliah yang diampu 1. Grammar & Usage
2. Morphosyntax
3. Reading
4. Writing
5. English for Science
A. Riwayat Pendidikan
Program S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Universitas Gajayana Australian National
Tinggi University
Bidang Ilmu Bahasa dan Sastra Linguistik bidang
Inggris Linguistik Murni
Tahun Masuk 1994 2003
Tahun Lulus 1999 2004
Judul The Contibution of Binding Constraints
Skripsi/Thesis/Disertasi Hamlet’s Character of Pronouns and
in Bringing Out the Reflexive Pronouns
Theme of in Javanese Dialect of
Shakespeare’s Malang
Tragedy of “Hamlet,
Prince of Denmark”.
B. Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir
No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Pendanaan
Masyarakat Sumber Jml (Juta
Rp.)
1. 2011 Pelatihan Bahasa Inggris bagi UNUD 5 juta
Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis)
Desa Pangsan, Badung
2. 2011 Kursus Bahasa Inggris di Desa Jurusan 5 juta

62
Canggu, Badung Sastra
Inggris,
UNUD
C. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral pada Pertemuan / Seminar Ilmiah
dalam 5 Tahun Terakhir
No. Nama Pertemuan Ilmiah / Judul Artikel Seminar Waktu dan
Seminar Tempat
1. International Conference on Binding Constraints of 2 – 6 Jul 2012,
Austronesian Languages Pronouns and Reflexive Pascasarjana
(ICAl) ke 12 Pronouns in Javanese UNUD
Dialect of Malang
2. Seminar Nasional BAHASA Penerjemahan Istilah 17 – 18 Pebruari
IBU V Hukum pada Proses 2012, Pascasarjana
Pengadilan d PN UNUD
Denpasar
3. Konferensi Masyarakat Pemertahanan Bahasa 7 – 9 Oktober
Linguistik Indonesia Ibu di Kalangan Remaja 2011, UPI
(KIMLI) pada Lingkungan Puri di Bandung
Kabupaten Gianyar.

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak-
sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya.

Denpasar, 27 Oktober 2016

Pengusul,

(Yana Qomariana, S.S., M.Ling)

63
Identitas Diri Anggota Peneliti

1. Nama Lengkap (dengan Putu Weddha Savitri, S.S., M.Hum P


gelar)
2. Jabatan Fungsional Asisten Ahli
3. Jabatan Struktural Penata Muda
4. NIP/NIK/No. Identitas 19810227 200604 2 001
5. NIDN 0027028102
6. Tempat dan Tanggal Lahir Singaraja, 27 Februari 1981
7. Alamat Rumah Jl. Menuri III No.6, Kesiman Kertalangu,
Denpasar Timur, Bali
8. Nomor Telepon/Faks/HP (0361) 467866/087862982248
9. Alamat Kantor Jln. Pulau Nias no. 13
10. Nomor Telepon/Faks (0361) 257415
11. Alamat e-mail weddha@fs.unud.ac.id /
dvi_jayendra@yahoo.com
12. Lulusan yang telah dihasilkan
13. Mata Kuliah yang diampu 1. Bahasa Perancis 1
2. Bahasa Perancis 2
3. Bahasa Perancis 3
4. Writing 1
5. Sejarah Bahasa Inggris

B. Riwayat Pendidikan

Program S-1 S-2 S-3


Nama Perguruan Universitas Universitas Udayana
Tinggi Padjadjaran
Bidang Ilmu Sastra Perancis Linguistik
Tahun Masuk 1999 2009
Tahun Lulus 2004 2012
Judul Kehidupan Sosial Nominalisasi
Skripsi/Thesis/Disertasi Masyarakat Perancis Adjektiva Bahasa
Pada Abad XIX Perancis (Kajian
yang Tercermin Morfologi Generatif)
dalam Roman Simon
Karya George Sand

C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir

64
No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan
Sumber Jml (Juta
Rp.)
1. 2011 Nominalisasi Adjektiva dalam Mandiri
Bahasa Perancis (Kajian Morfologi
Generatif)
2. 2010 Alih Kode Indonesia – Bali – Inggris Mandiri
dalam percakapan Bilingual di Bali
3. 2011 Variasi Bahasa Indonesia oleh Etnik Mandiri
Bali dan Sunda yang Tinggal di Bali

D. Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir

No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Pendanaan


Masyarakat Sumber Jml (Juta
Rp.)
1. 2011 The English Course for Members of UNUD 5 jt
Tourism Awareness Group in
Pangsan Village, Petang, Badung
Regency, held by The Department of
Tourism, The Government of Badung
Regency.
2. 2011 Pengabdian Kepada Masyarakat UNUD 5 jt
dalam Kegiatan Pelatihan Bahasa
Inggris Komunikatif Tingkat Dasar
di Desa Canggu, Kuta Utara.
3. 2010 Pelatihan Bahasa Inggris UNUD 5 jt
Komunikatif bagi Kelompok Sadar
Wisata di Desa Carang Sari Badung
Utara
4. 2008 Kursus Intensif Bahasa Inggris yang Jurusan 5 jt
diselenggarakan pada tanggal 21 Sastra
Desember 2008, di Kantor Kepala Inggris,
Desa Canggu, Kuta Utara Kabupaten UNUD
Badung

E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir

No. Judul Artikel Ilmiah Volume / Nomor Nama Jurnal


1. Definite and Indefinite Article in Volume XIII Unit Penerbitan
English and French Nomor.2, agustus Fakultas Sastra/
(Comparative Study) 2012, ISSN: 0215- Pustaka Jurnal
9198 Ilmu-ilmu Budaya
2. Roman Simon de George Sand: ISBN: 602-25594-7- Seminar
Le Reflet de la Vie Sociale 2 Proceeding
Francaise au XIXeme Siecle

65
Europe in
Multidisciplinary
Perspective
3. Penanda Gender Bahasa ISBN: 978-602- Seminar Prosiding
Indonesia dan Bahasa Perancis 9042-62-7
Semnar Nasional
bahasa Ibu V

F. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral pada Pertemuan / Seminar Ilmiah


dalam 5 Tahun Terakhir

No. Nama Pertemuan Ilmiah / Judul Artikel Seminar Waktu dan


Seminar Tempat
1. Seminar Nasional Bahasa Alih Kode Indonesia – 24-25 Februari
Ibu III :Menguatkan Bahasa Bali – Inggris dalam 2010, Universitas
Ibu sebagai Ciri percakapan Bilingual di Udayana
Kepribadian, Identitas Bali
Kelokalan dan
Keindonesiaan di Tengah
Gerusan Globalisasi”
2. The 12th International
The Typological 2-6 July 2012
Conference on Austronesian Perpective of The
Languages Balinese Serial Verb Universitas
Construction Udayana
3. Seminar Nasional Bahasa Variasi Bahasa Indonesia 25-26 Februari
Ibu IV “Bahasa Ibu sebagai oleh Etnik Bali dan 2011
Pilar Jati Diri Bangsa yang Sunda yang Tinggal di
Majemuk” Bali Universitas
Udayana
4. International Conference Roman Simon de George 12 Juli 2012
“Europe in Sand: Le Reflet de la Vie
Multidisciplinary Sociale Francaise au Universitas Gadjah
Perspectives” XIXeme Siecle Mada
5. Seminar Nasional Bahasa Penanda Gender Bahasa 17-18 Februari
Ibu V Indonesia dan Bahasa 2012
Perancis (Studi
Komparatif) Universitas
Udayana
6. International Conference Definite and Indefinite 21-22 Oktober
“English Accross Culture” Article in English and 2011
French (Comparative
Study) Universitas
Pendidikan
Ganesha

66
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak-
sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya.

Denpasar, 27 Oktober 2016

Pengusul,

(Putu Weddha Savitri, S.S., M.Hum.)

67
CURRICULUM VITAE

1. NamaLengkapdanGelar : Anak Agung Sagung Shanti Sari Dewi S.S.,MApp. Ling


2. NIP : 19760325 200502 2 007
3. Pangkat/Golongan : PenataMuda tk 1/III b
4. Jabatan : Lektor
Tempat/TanggalLahir
1. 5 : Denpasar/ 25 Maret 1976
6. JenisKelamin : Perempuan
7. Status Perkawinan : Menikah
8. Agama : Hindu
9. Alamat
a. Kantor : Jl. P. Nias 13 Denpasar
b. Rumah : Jl. Karagsari 1 Blok I no 12 Denpasar
c. Telepon/HP : (0361)8237758/ 081936205528
d. E-mail : jungshanti@yahoo.com

10. Pendidikan
2010 Program Studi Applied Linguistics The University of Newcastle, Australia
1999 JurusanSastraInggris, FakultasSastraUniversitasUdayana
1994 SMAN 1 Denpasar
1991 SMPN 3 Denpasar
1988 SDN 1 DanginPuri

11. PengalamanPenelitian
2010 Sebagaipenelitimandiridalam Teaching Strategies for Promoting Students’ English
Communicative Skills in Classrooms with Students of Different Cultural
Background, The University of Newcastle Australia
2011 SebagaianggotadalamPenelitianDosenMuda: PemertahananBahasaIbu di
kalanganRemajapadalingkunganPuri di KabupatenGianyar

68
12. Makalah/Poster
2010 Sebagaipenyaji poster dalam Seminar BahasaIbu IV: Is Aptitude a factor in SLA?
2011 Sebagaipemakalahdalam KIMLI 2011: Teaching Strategies for Promoting
Students’ English Communicative Skills in Classrooms with Students of Different
Cultural Background
2012 Sebagai penyaji poster dalam Seminar Bahasa Ibu V: Faktor-Faktor Pendukung
Penggunaan Bahasa Ibu di Kalangan Remaja di Puri dan Jero di Kabupaten
Gianyar
2012
PenelitianDosenMuda:
PerananBahasaIbuDalamPembentukanKarakterAnakUsiaDiniMasyarakat Bali
2013
Penelitian: Is It The Linguistiscs Or Functional Approach To Be Applied In
Translation?

12. KaryaTulisIlmiah/Jurnal
2007 LPM UniversitasUdayana/UdayanaMengabdiJurnalPengabdianMasyarakat,
volume 6, No. 2, 2007: Penerapan “Games Method”
DalamPembelajaranBahasaInggris di SD 1 Singapadu Tengah, Gianyar .

13. PengabdianKepadaMasyarakat
2006 PeningkatanKemampuanBerbahasaInggrisSekeheTeruna-
TeruniBanjarPelambingan, DesaCanggu<Kuta Utara, KabupatenBadung
2007 Penerapan “Games Method” DalamPembelajaranBahasaInggris di SD 1
Singapadu Tengah, Gianyar
2008 KursusBahasaInggris di Kantor KepalaDesaCanggu, Kuta Utara,
KabupatenBadung

2012 MemberikanPelayananKepadaMasyarakat: Juri Speak Out Your Ideas


dalamkegiatan Science Fair 2012 Tingkat Nasional

2012 MemberikanPelayananKepadaMasyarakat: BaktiSosialDalamrangka PKKMB


Program StudiSastraInggris Non RegulerFakultasSastraUniversitasUdayana Di
DesaPancasariKecamatanSukasadaKabupatenBuleleng Bali

2013 Pembentukan Tim KerjaPengawasUjuanNasional SMA/MA, SMK, dan Program


Paket C Tingkat Kabupaten/Kota Dan Tingkat SatuanPendidikan

69
70

Anda mungkin juga menyukai