Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat
serta karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini,
dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah HUKUM ACARA PIDANA II selaku
dosen mata kuliah HUKUM ACARA PIDANA IIyang telah membimbing dan
mengarahkan sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan, tanda baca, bahasa, dan
lainnya. Saya berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
maupun pembaca sekaligus memberikan informasi mengenai “SABU-SABU
(Metamfetamin)”.

Saya yakin, masih terdapat banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini, dan
makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karenanya, dibutuhkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi sempurnanya penulisan makalah ini.

Akhir kata, Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para
pembaca untuk pada umumnya.

Wasalamu’alaikum Wr. Wb

Tangerang, 05 Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 3
BAB II ................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 5
A. Pengertian Metamfetamin atau Shabu ............................................................... 5
B. Sejarah Metamfetamin atau Shabu..................................................................... 5
C. Jenis Metamfetamin atau Shabu ......................................................................... 7
D. Cara Penggunaan dan Dampak/Efek Metamfetamin atau Shabu ................... 8
a. Cara Penggunaan ................................................................................................ 8
b. Dampak / Efek Samping ..................................................................................... 8
E. Pecandu dan Tempat Penggunaan Metamfetamin atau Shabu...................... 10
BAB III............................................................................................................................. 12
PENUTUP........................................................................................................................ 12
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 13

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Istilah narkoba sudah tidak asing lagi dalam keseharian masyarakat
kita. Menurut UU RI No. 35 tahun 2009 narkotika adalah zat atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun semisintesis
yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan
ketergantungan yang dibedakan kedalam golongan-golongan sebagaimana
yang terlampir dalam undang-undang.
Narkoba (singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif
berbahaya lainnya) adalah bahan/zat yang jika dimasukan dalam tubuh
manusia, baik secara oral/diminum, dihirup, maupun disuntikan, dapat
mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan, dan perilaku seseorang.
Narkoba dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi) fisik dan
psikologis. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan (Undang-Undang No. 22 tahun 1997).
Didunia kedokteran dikenal adanya obat-obat tertentu yang dapat
menghilangkan penyakit atau rasa sakit ditubuh, ada pula obat tertentu yang
dapat mempengaruhi sistem saraf yang seringkali menimbulkan perasaan
yang menyenangkan seperti perasaan nikmat yang disebut dengan
melayang, aktivitas luar biasa, rasa mengatuk yang berat sehingga ingin
tidur saja, atau bayangan yang memberi rasa nikmat (Halusinasi). Obat-obat
semacam itu disebut dengan Zat-Zat Psikoaktif yang bermanfaat bagi ilmu
kedokteran jiwa untuk mengobati penyakit mental dan saraf. Akan tetapi
bila disalahgunakan dapat menyebabkan terjadinya masalah serius karena
mempengaruhi otak atau pikiran serta tingkah laku pemakainya, dan
biasanya mempengaruhi bagian tubuh yang lain. Selain itu,

1
penyalahgunaan Zat-Zat Psikoaktif juga menyebabkan ketergantungan fisik
yang lazim disebut dengan ketagihan (Adiksi).
Seringkali Zat-Zat Psikoaktif tersebut juga menimbulkan kebiasaan
psikologis, yaitu orang akan mengalami kesukaran tanpa Zat-Zat
Psikoaktif tersebut dan jika dia mengkonsumsi Zat-Zat Psikoaktif biasanya
dosis yang diperlukan semakin lama semakin besar. Hal ini disebabkan
karena tubuh seseorang telah menjadi kebal terhadap Zat-Zat
Psikoaktif tersebut.
Penyalahgunaan narkotika di kalangan remaja makin meningkat. Di
mana ada peningkatan sebesar 24 hingga 28 persen remaja yang
menggunakan narkotika. Hasil dari penelitian kita bahwa penyalahgunaan
itu beberapa tahun lalu, milenial atau generasi muda hanya sebesar 20
persen dan sekarang meningkat 24 -28 persen itu adalah kebanyakan
pengguna anak-anak dan remaja. World Drugs Reports 2018 yang
diterbitkan United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC),
menyebutkan sebanyak 275 juta penduduk di dunia atau 5,6 % dari
penduduk dunia (usia 15-64 tahun) pernah mengonsumsi narkoba.
Sementara di Indonesia, BNN selaku focal point di bidang Pencegahan dan
Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN)
mengantongi angka penyalahgunaan narkoba tahun 2017 sebanyak
3.376.115 orang pada rentang usia 10-59 tahun. Sedangkan angka
penyalahgunaan Narkoba di kalangan pelajar di tahun 2018 (dari 13 ibukota
provinsi di Indonesia) mencapai angka 2,29 juta orang. Salah satu kelompok
masyarakat yang rawan terpapar penyalahgunaan narkoba adalah mereka
yang berada pada rentang usia 15-35 tahun atau generasi milenial.
Penggunaan Zat-Zat Psikoaktif dalam dosis yang tinggi dapat
menyebabkan kerusakan pada otak dan tubuh serta dapat menimbulkan
kematian. Zat-Zat Psikoaktif Masuk kedalam tubuh melalui:
a. Mulut (merokok dengan pipa atau sigaret).
b. Hidung (menghisap zat dalam bentuk uap atau bubuk, misal :
kokain).

2
c. Kulit (menyuntiknya kedalam otot ataupun pembuluh darah)

Cara yang paling langsung dan keras adalah dengan menyuntikkan


kedalam vena karena hasil yang didapatkan cepat dan dramatis. Zat-Zat
Psikoaktif diklasifikasikan menurut cara obat itu mempengaruhi
pemakainya, yaitu :
1. Stimulan (menstimulasi kegiatan sistem saraf)
2. Depresan (mengurangi kegiatan sistem saraf)
3. Halusinogen (memberikan efek halusinasi)
4. Euforia (memberikan rasa gembira dan bergairah)

Salah satu contoh dari Zat-Zat Psikoaktif yang menyebabkan ketagihan


misalnya adalah Amfetamin atau lebih dikenal dengan sebutan Shabu-
Shabu. Amfetamin merupakan satu jenis narkoba yang dibuat secara
sintetis dan kini terkenal di wilayah Asia Tenggara. Amfetamin dapat
berupa bubuk putih, kuning, maupun coklat, atau bubuk putih kristal kecil.
Dengan amfetamin, para atlet olahraga dapat meningkatkan penampilannya,
misalnya berlari dengan kecepatan yang luar biasa. Amfetamin juga
mempengaruhi organ-organ tubuh lain yang berhubungan dengan
hipotalamus, seperti peningkatan rasa haus, ngantuk ataupun lapar.
Oleh karena hal tersebut, penulis membuat makalah tentang salah satu
contoh dari Zat-Zat Psikoaktif yang menyebabkan ketagihan yaitu
Amfetamin atau lebih dikenal dengan sebutan Shabu-Shabu. Pada kali ini,
judul yang diangkat adalah ”Amfetamin ( Shabu – Shabu )”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan apa yang dikemukakan dalam latar belakang maka
menarik suatu rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Metamfetamin atau Shabu?
2. Bagaimana asal usul serta dimana Metamfetamin atau Shabu paling
banyak beredar?
3. Termasuk kedalam jenis apakah Metamfetamin atau Shabu?

3
4. Bagaimanakah cara menggunakan, dampak, serta efek samping dari
penggunaan Metamfetamin atau Shabu itu sendiri?
5. Apa saja yang dilakukan oleh pecandu dan dimana biasanya tempat
penggunaannya?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Metamfetamin atau Shabu


Shabu atau metamfetamin adalah sejenis obat psikostimulan yang
bersifat sangat adiktif dan bekerja secara aktif dalam sistem saraf pusat.
Shabu memiliki efek paling kuat dibandingkan jenis obat stimulan lainnya
seperti amfetamin, kokain, efedrin, dan methylphenidate.
Methamphetamine adalah stimulan yang mempengaruhi sistem saraf
pusat, sebenarnya methamphetamine dapat diresepkan oleh dokter, namun
untuk penggunaan medis, dosisnya jauh lebih kecil dan jarang sekali
dilakukan daripada yang digunakan sebagai narkoba, Methamphetamine
yang biasa beredar secara illegal biasanya diproduksi di laboratorium
rumahan, yang berpotensi meledak dan menghasilkan limbah beracun.
Methamphetamine berwarna putih, tidak berbau, terasa pahit dan
berwujud serbuk kristal yang mudah larut dalam ar atau alkohol, biasanya
ditelan, dihisap melalui hidung, di suntik atau dibakar seperti rokok.
B. Sejarah Metamfetamin atau Shabu
Sabu atau juga dikenal metamfetamin adalah obat-obatan yang
memang membuat tubuh terasa lebih berstamina tetapi itu hanya
bersifat sementara. Penemuan metamfetamin atau sering disebut sabu-
sabu berawal pada tahun 1871, ketika seorang ahli farmasi Jepang bernama
Nagai Nagayoshi yang sedang melakukan riset di Universitas Humboldt,
Berlin. Nagoyashi berhasil mengisolasi senyawa efedrina yang berfungsi
sebagai stimulan dari tumbuhan Cina, Ephedra sinica. Awalnya efedrina
diharapkan dapat membantu penderita asma, tetapi perusahaan Jerman,
Merck, menolak untuk memproduksi obat tersebut karena efeknya yang
tidak jauh berbeda dengan adrenalin. Hal ini memicu Nagayoshi untuk
meningkatkan efek efedrina dan mengembangkannya menjadi
metamfetamina. Sayangnya, Nagoyashi belum dapat menemukan aplikasi
praktis metamfetamina dan obat ini akhirnya sempat dilupakan.

5
Pada tahun 1919, seorang ahli kimia Jepang lainnya yang menuntut
ilmu di Berlin, Akira Ogata, berhasil menemukan proses yang lebih mudah
dan cepat untuk memproduksi kristal metamfetamin. Ogata menggunakan
resep efedrina dari Nagoyashi dan menambahkannya dengan fosfor merah
dan iodin. Resep tersebut kemudian dibeli oleh sebuah perusahaan farmasi
Inggris bernama, Burroughs Wellcome & Co dan mulai dipasarkan di Eropa
sebagai obat fisiatrik (gangguan kejiwaan). Pada tahun 1934, sebuah
perusahaan farmasi Jerman bernama Temmler memproduksi metamfetamin
untuk konsumsi publik dengan nama dagang Pervitin. Obat tersebut
dimaksudkan untuk meningkatkan konsentrasi dan tingkat kesadaran.
Shabu pertama kali disintesa di Jepang pada tahun 1893 dan mulai
dikembangkan untuk keperluan medis seperti untuk pengobatan asma,
narcolepsy, attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) dan obesitas
dengan penggunaan terbatas.
Shabu atau yang juga dikenal metamfetamin ini mulai digunakan
saat Perang Dunia II. Saat itu pasukan mengonsumsinya agar tetap
terjaga selama perang. Pada awalnya shabu digunakan oleh para tentara
Jepang untuk melawan rasa lapar, kantuk dan rasa takut ketika di medan
perang. Pada 1950-an, metamfetamin mulai diresepkan sebagai ramuan
diet dan mengatasi depresi.
Seiring berjalannya waktu, penggunaan metamfetamin justru
disalahgunakan. Penyalahgunaan shabu pertama kali berkembang setelah
akhir perang dunia kedua (1945-1956) di Jepang. Pasca perang sekitar tahun
1970-an, shabu atau metamfetamin diproduksi secara ilegal dan
penyalagunaan menyebar ke Amerika Serikat, Asia, Australia dan belahan
dunia lainnya. Penggunaan secara ilegal tanpa resep dokter semakin
menyebar. Sebagian besar penggunanya saat itu adalah orang
pedesaan yang tidak bisa membeli kokain karena terlalu mahal.
Penyalahgunaan metamfetamin atau sabu itulah yang
membuatnya memberikan dampak buruk secara fisik dan mental
karena dikonsumsi terus-menerus. Penggunaan metamfetamin dalam

6
dosis yang tidak benar sangat memengaruhi otak dan tubuh
penggunanya. Efek samping ini bisa sangat terlihat pada pecandu
sabu. Karena metamfetamin mengubah perilaku dan cara berpikir
pecandu.

C. Jenis Metamfetamin atau Shabu


Shabu atau memiliki nama lain meth, kapur, Kristal, dan nama
senyawa kimianya metamfetamin ini merupakan zat psikotropika yang
sering dijumpai di Indonesia. Dari kenampakan fisiknya, sabu – sabu
berwarna putih, berbentuk bubuk, kristal, atau cair jika ditambah dengan air
(mudah larut dalam alcohol dan air), tidak berbau, dan berasa pahit.
Metamfetamin atau Shabu termasuk Psikotropika golongan II yang kuat
menyebabkan ketergantungan, digunakan amat terbatas pada terapi.
Shabu merupakan jenis narkoba stimulan dan biasanya berbentuk
bubuk putih yang dapat dihisap, ditelan, dan disuntikkan. Shabu
merupakan kelompok narkotika yang merupakan stimulans sistem saraf
dengan nama kimia methamphetamine hidrochloride, yaitu turunan dari
stimulan saraf amfetamin. Shabu dikenal juga dengan julukan lain seperti
glass, quartz, hirropon atau ice cream. Shabu umumnya berbentuk kristal
berwarna putih seperti gula pasir atau vetsin (bumbu penyedap makanan).
Metamfetamin murni bentuknya seperti pecahan kristal kaca tidak
berwarna. Seiring perkembangan jaman, shabu adalah zat sintesis yang
tersedia dengan berbagai macam bentuk diantaranya kristal, pasta, bubuk
kasar atau halus, tablet dan cairan.
Shabu memiliki fungsi medis yang penting yaitu berperan dalam
mengobati penyakit tingkat tinggi seperti gangguan hiperaktif, kekurangan
perhatian atau narkolepsi. Namun perlu diperhatikan bahwa zat ini
mengandung dopamine yang dapat memberikan efek rasa senang dan
bersemangat pada pengguna. Jika digunakan kontinyu, maka dapat
menyebabkan sulit tidur atau insomnia, depresi, nafsu makan menurun, suhu

7
tubuh meningkat beserta tekanan darah dan detak jantung, hingga dapat
menyebabkan disfungsi otak yang berlanjut kepada struk.

D. Cara Penggunaan dan Dampak/Efek Metamfetamin atau Shabu


a. Cara Penggunaan

Shabu berbentuk kristal di jalanan dikenal dengan nama ice,


crystal meth, shabu, glass dan quartz yang biasanya dikonsumsi dengan
cara membakarnya diatas almunium foil sehingga mengalir dari ujung
satu ke ujung lainnya. Kemudian asap yang ditimbulkannya dihisap
dengan sebuah “bong” (sejenis pipa yang di dalamnya berisi air). Air
bong tersebut berfungsi sebagai filter karena asap tersaring pada waktu
melewati air tersebut, cara ini dikenal juga dengan istilah snow cone.

Shabu berbentuk bubuk dikenal dengan nama speed atau louie


biasanya dikonsumsi dengan cara snorted atau dihirup melalui hidung.
Shabu berbentuk tablet atau pil biasanya dikonsumsi secara oral.
Berdasarkan penelitian, shabu berbentuk kristal merupakan shabu yang
paling sering dikonsumsi karena dapat digunakan dengan berbagai cara
yaitu dihisap, disuntikan intravena dengan mencampurkan shabu sedian
cairan, atau dengan mencampurkan dengan ganja lalu dibakar seperti
rokok.

b. Dampak / Efek Samping


a) Dampak jangka pendek dan jangka panjang pada individu.

Saat digunakan, semua bentuk metamfetamin menghasilkan


perasaan kenyamanan dan energi yang semu, sehingga pemakai
akan cenderung memaksakan dirinya untuk melakukan sesuatu
dengan lebih cepat dan lebih jauh dari yang seharusnya. Jadi para
pemakai dapat merasakan “crash” yang parah atau kehancuran
secara fisik dan mental setelah efek obat memudar.

8
Karena penggunaan narkoba ini dalam waktu lama
mengurangi rasa lapar alami, pengguna akan mengalami penurunan
berat badan yang luar biasa. Efek-efek negatif lainnya: pola tidur
yang kacau, hiperaktif, rasa mual, delusi kekuasaan, lebih agresif
dan sifat lekas marah.

Efek-efek lain yang mengkhawatirkan: insomnia,


kebingungan, halusinasi, kecemasan, paranoia dan lebih agresif.
Dalam beberapa kasus, mengalami konvulsi yang dapat berakibat
kematian.

b) Dampak Kerusakan jangka panjang

Dalam jangka panjang, penggunaan sabu menyebabkan


kerusakan yang permanen. Peningkatan denyut jantung dan tekanan
darah, kerusakan pembuluh darah di otak yang dapat menyebabkan
stroke atau detak jantung yang tidak teratur yang berakibat
kerusakan kardiovaskular2 atau kematian; dan kerusakan pada liver
(hati), ginjal dan paru-paru.

Para pengguna mengalami kerusakan otak, termasuk


melemahnya daya ingat dan meningkatnya ketidakmampuan untuk
memahami pemikiran abstrak. Yang sembuh biasanya disebabkan
mengalami ingatan kosong dan ayunan suasana hati yang
berlebihan.

c) Efek-efek jangka pendek


1. Kehilangan nafsu makan
2. Peningkatan denyut jantung, tekanan darah dan suhu tubuh
3. Pupil mata yang membesar
4. Pola tidur yang terganggu
5. Rasa mual
6. Bersikap aneh, tidak terduga, terkadang bertindak keras atau
kejam

9
7. Halusinasi, gembira yang berlebihan, sifat lekas marah
8. Panik dan psikosis
9. Dosis yang berlebihan dapat berakibat kejang-kejang dan
kematian
d) Efek-efek jangka panjang
1. Kerusakan permanen pada pembuluh darah di jantung dan di
otak, tekanan darah tinggi, berakibat serangan jantung, stroke
dan kematian
2. Kerusakan pada lever (hati), ginjal dan paru-paru
3. Kerusakan jaringan dalam hidung, bila dihirup
4. Masalah pernapasan bila dihisap seperti rokok
5. Penyakit-penyakit menular dan peradangan, bila disuntikkan
6. Kekurangan gizi, kehilangan berat badan
7. Kerusakan gigi yang parah
8. Disorientasi, apatis, kebingungan dan kelelahan
9. Ketergantungan psikologis yang besar
10. Psikosis
11. Depresi
12. Kerusakan otak mirip penyakit Alzheimer3, stroke dan epilepsi

E. Pecandu dan Tempat Penggunaan Metamfetamin atau Shabu

Pecandu shabu adalah orang yang menggunakan atau


menyalahgunakan shabu dan dalam keadaan ketergantungan pada shabu,
baik secara fisik maupun psikis. Ketergantungan shabu ditandai oleh
dorongan untuk menggunakan shabu secara terus-menerus dengan takaran
yang meningkat agar menghasilkan efek yang sama dan apabila
penggunaannya dikurangi dan atau dihentikan secara tiba-tiba, akan
menimbulkan gejala fisik dan psikis yang khas. Orang menggunakan shabu
dengan berbagai motif dan tujuan misalnya untuk mencoba-coba
(experimental use), bersenang-senang (recreational use), untuk

10
mengerjakan pekerjaan tertentu (instrumental), dan memang sudah menjadi
kebutuhan (regular use).

Orang mulai mencoba shabu (experimental use) karena ditawarkan


teman atau hanya untuk memenuhi keingintahuannya mengenai shabu.
Biasanya shabu dikonsumsi untuk mempermudah bersosialisasi dan
menambah kesenangan (recreational use) pada saat pesta di tempat hiburan
malam. Selain itu shabu banyak digunakan oleh para pekerja yang memiliki
tugas berat seperti supir, olahragawan, bahkan pelajar untuk menambah
motivasi dan energi mereka (instrumental use). Tetapi pemakaian yang
paling membahayakan adalah pemakaian dengan motif kebutuhan (regular
use) karena sudah ketergantungan pada shabu. Orang dengan motif ini akan
menyalahgunakan shabu secara rutin setiap hari atau setiap minggunya.
Orang dengan motif ini tentunya memiliki resiko paling besar terkena
dampak negatif pemakaian shabu.

11
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Shabu atau metamfetamin adalah sejenis obat psikostimulan yang


bersifat sangat adiktif dan bekerja secara aktif dalam sistem saraf pusat.
Shabu memiliki efek paling kuat dibandingkan jenis obat stimulan lainnya
seperti amfetamin, kokain, efedrin, dan methylphenidate.
Methamphetamine adalah stimulan yang mempengaruhi sistem saraf pusat,
sebenarnya methamphetamine dapat diresepkan oleh dokter, namun untuk
penggunaan medis, dosisnya jauh lebih kecil dan jarang sekali dilakukan
daripada yang digunakan sebagai narkoba, Methamphetamine yang biasa
beredar secara illegal biasanya diproduksi di laboratorium rumahan, yang
berpotensi meledak dan menghasilkan limbah beracun. Methamphetamine
berwarna putih, tidak berbau, terasa pahit dan berwujud serbuk kristal yang
mudah larut dalam ar atau alkohol, biasanya ditelan, dihisap melalui hidung,
di suntik atau dibakar seperti rokok.

Shabu merupakan jenis narkoba stimulan dan biasanya berbentuk


bubuk putih yang dapat dihisap, ditelan, dan disuntikkan. Shabu merupakan
kelompok narkotika yang merupakan stimulans sistem saraf dengan nama
kimia methamphetamine hidrochloride, yaitu turunan dari stimulan saraf
amfetamin. Shabu dikenal juga dengan julukan lain seperti glass, quartz,
hirropon atau ice cream. Shabu umumnya berbentuk kristal berwarna putih
seperti gula pasir atau vetsin (bumbu penyedap makanan). Metamfetamin
murni bentuknya seperti pecahan kristal kaca tidak berwarna. Seiring
perkembangan jaman, shabu adalah zat sintesis yang tersedia dengan
berbagai macam bentuk diantaranya kristal, pasta, bubuk kasar atau halus,
tablet dan cairan.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://www.alodokter.com/metamfetamin

https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20150122105713-255-
26455/berbagai-jenis-narkoba-dan-dampak-negatifnya/3

https://www.cosmobikers.com/online/cb-news/279-crystal-of-death-
methamphetamine-sabu-sabu.html

http://duniagalery.blogspot.com/2015/06/makalah-proses-aminasi-dalam-
sintesis.html

13

Anda mungkin juga menyukai