Hygiene Dan Sanitasi Dalam Industri Pangan I
Hygiene Dan Sanitasi Dalam Industri Pangan I
Higiene adalah ilmu yang berhubungan dengan masalah kesehatan dan berbagai usaha
untuk mempertahankan atau untuk memperbaiki kesehatan (Purnawijayanti, 2001).
Sedangkan menurut Depkes RI (2001), higiene adalah upaya kesehatan dengan cara
memelihara dan melindungi kebersihan subyek, seperti mencuci tangan dengan air bersih dan
sabun untuk melindungi kebersihan tangan, mencuci piring untuk melindungi kebersihan piring,
membuang bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara
keseluruhan dan sebagainya.
Higiene juga berarti suatu upaya pencegahan penyakit yang menitikberatkan pada
usaha kesehatan perseorangan atau manusia beserta lingkungan tempat orang tersebut
berada.
Sanitasi dan hygiene karyawan yang baik dapat menjamin bahwa pekerja yang kontak
langsung maupun tidak langsung dengan pangan tidak menjadi sumber pencemaran.
Persyaratan kesehatan, kebersihan karyawan yang perlu diperhatikan meliputi :
1. kesehatan karyawan
2. kebersihan karyawan
3. kebiasaan / perilaku karyawan
Prinsip hygiene perorangan atau disebut juga dengan kebersihan diri, dalam
penerapannya adalah sebagai berikut :
Sumber cemaran karena perilaku. Selain akibat tubuh dapat pula sumber cemaran
karena perilaku pengelola makanan yang dapat menularkan penyakit kepada makanan antara
lain karena : tangan yang kotor, batuk, bersin atau percikan ludah, menyisir rambut dekat
makanan dan perhiasan yang di pakai. (Ditjen PPM & PL,2001)
Standar hygiene sangat penting ditaati bagi setiap personalia ( terutama bagi pekerja
yang bekerja dengan produk pangan )
1. Menjaga kebersihan pribadi
2. Mengenakan pakaian bersih
3. Menghindari kebiasaan yang tidak bersih
4. Menjaga kesehatan
5. Melapor bila sakit
6. Manajemen : menyediakan perlengkapan pakaian dan sepatu memadai
7. Risiko kontaminasi bahan dari personalia
8. Penekanan tentang pentingnya cuci tangan
9. Sarung tangan bukan merupaka pengganti cuci tangan, umumnya tidak
direkomendasikan
10. Mencegah kontaminasi
11. Ingat tempat-tempat dimana tangan bisa “berkeliaran” : buang sampah, menutup
hidung waktu bersin, mengusap mulut, menggaruk badan,dll.
12. Personalia perlu mengetahui kapan dan bagaimana mencuci tangan
Dalam ruang pengolahan makanan harus ada pemisahan fisik antara ruang bersih dan ruangan
kotor, lokasi tidak dekat dengan pemukiman padat, tidak di tengah sawah, tidak di daerah
banjir/tergenang. Hal utama yang perlu diperhatikan dalam merencanakan dapur yang baik,
adalah konstruksi bangunan yang anti tikus (rodentproof). Tikus merupakan pembawa (carrier)
mikrobia patogen, serta merusak bahan makanan selama penyimpanan. Lubang-lubang yang
ada di dalam dapur yang dapat menjadi pintu keluar masuk tikus harus ditutup dengan kawat
kasa.
Dinding:
a. Letak-Min. 20 cm diatas dan dibawah permukaan lantai.
b. Bahan - Tahan lama, kedap air, bagian dalam halus, rata, tidak berlubang, berwarna terang,
tidak mudah terkelupas, mudah dibersihkan Apabila digunakan pelapis dinding, bahannya harus
tidak beracun (nontonic)
Lantai :
Dari bahan yang kedap air, keras dan padat, tahan air, garam, asam dan basa serta bahan
kimia lainnya. Sedangkan kondisi permukaan lantai rata dan mudah mengalirkan air pencucian
atau pembuangan, lantai juga dapat dibuat miring kearah area pembuangan air, untuk
mencegah adanya genangan air dalam dapur halus, tidak licin dan mudah dibersihkan,
pertemuaan lantai dan dinding tidak boleh bersudut mati (harus lengkung), kedap air.
Pemakaian karpet sebagai penutup lantai harus dari bahan yang mudah dibersihkan. Karpet
tidak boleh digunakan pada area preparasi makanan, ruang penyimpanan, dan area pencucian
peralatan karena akan terekspos air atau minyak (Cichy, 1984).
Langit-Langit:
a. bahan - Tahan lama dan mudah dibersihkan.
b. letak - Min. 2,5 m diatas lantai dan disesuaikan dengan peralatan,
c. kondisi - Langit-langit tidak bebas dari kemungkinan catnya rontok /jatuh atau dalam keadaan
kotor dan tidak terawat, tidak rata, retak atau berlubang.
Ventilasi:
a. kondisi - Sirkulasi udara di ruang proses produksi baik (tidak pengap), lubang-lubang harus
mencegah masuknya serangga, hama, dan mencegah menumpuknya debu atau kotoran,
mudah dibersihkan.
b. bahan- Dapat menghilangkan kondesat uap asap, bau, debu dan panas, mudah dibersihkan
dengan demikian, dapur memerlukan alat penghisap (exhaust fan), atau paling tidak dilengkapi
dengan cerobong dengan sungkup asap (Anonim, 1996)
Pencahayaan
Pencahayaan yang memadai sangat penting untuk menjamin bahwa semua peralatan yang
digunakan di dapur dan ruang penyajian dalam keadaan bersih. Selain itu pencahayaan yang
memadai juga sangat penting untuk menjamin keberhasilan pekerjaan preparasi, pengolahan,
penyajian, dan penyimpanan makanan.
a. letak - Lampu yang dipasang di atas area prosesing tidak boleh merubah warna.
b. kondisi - Cukup mendapat cahaya, terang sesuai dengan keperluan dan persyaratan
kesehatan. Lampu dilengkapi dengan screen sehingga aman bila jatuh dan bebas serangga
Penataan alat pengolah dan fasilitas penunjang mengikuti urutan pekerjaan yang harus dilalui,
dari bahan mentah sampai makanan siap disajikan, yaitu mulai preparasi, pengolahan atau
pemasakan, dan penyajian. Kontaminasi silang produk makanan dari bahan mentah dapat
dihindari apabila jalur yang ditempuh produk makan terpisah dari jalur bahan mentah.
Penanganan peralatan kotor harus menggunakan fasilitas penampungan air yang berbeda
dengan yang akan digunakan untuk pengolahan. Fasilitas penyimpanan utnuk makanan masak
dipisahkan dari makanan mentah. Letak kontainer limbah atau sampah dijauhkan dari produk
makanan, dan dalam keadaan tertutup rapat.
Sanitasi Sarana/Peralatan
Peralatan dalam industri pangan merupakan alat yang bersentuhan langsung dengan bahan,
untuk menghindari terjadinya kontaminasi maka peralatan yang digunakan untuk mengolah dan
menyajikan makanan harus sesuai dengan peruntukannya dan memenuhi persyaratan hygiene
sanitasi.
Frekuensi pencucian dari alat tersebut tergantung pada jenis alat yang digunakan. Peralatan
harus dicuci, dibilas, dan disanitasi segera setelah digunakan. Permukaan peralatan yang
secara langsung kontak dengan makanan, seperti pemanggang atau oven (oven listrik, gas,
kompor, maupun microwave), dibersihkan paling sedikit satu kali sehari. Peralatan bantu yang
tidak secara langsung bersentuhan dengan makanan harus dibersihkan sesuai kebutuhan
untuk mencegah terjadinya akumulasi debu, serpihan bahan atau produk makanan, serta
kotoran lain.
Kain basah atau spon yang digunakan untuk membersihkan permukaan benda-benda yang
tidak kontak langsung dengan makanan, seperti meja kerja, meja saji, rak-rak penyimpan, harus
selalu bersih dan segera dibilas setelah digunakan. Kain basah atau spon tersebut harus
diletakkan/direndam dalam larutan bahan sanitaiser apabila tidak sedang digunakan.
Pencucian dan sanitasi peralatan dapat dilakukan secara manual maupun secara mekanis
dengan menggunakan mesin. Pencucian manual diperlukan pada peralatan besar seperti oven,
pemanggang, panci perebus. Pencucian manual juga diterapkan pada panci, pan, kom adonan,
serta pisau.
4. Sanitasi atau Desinfeksi: Tujuan untuk menghlangkan bakteri sanitasi atau desinteksi
peralatan setelah pembilasan dapat dilakukan dengan beberapa metode. Metode
pertama adalah meletakkan alat pada suatu keranjang, kemudian merendamnya dalam
bak ketiga yang berisi air panas bersuhu 77oC, selama paling sedikit 30 detik. Cara
lainnya adalah dengan menggunakan bahan sanitaiser seperti klorin dengan dosis 50
ppm dalam air bersuhu kamar (24oC) selama paling sedikit 1 menit. Bahan sanitaiser
lain yang dapat digunakan adalah larutan iodin dengan konsentrasi 12,5 ppm dalam air
bersuhu 24oC, selama 1 menit atau lebih. Disarankan untuki sering mengganti air atau
cairan pada ketiga bak yang digunakan. Disamping itu suhu air juga harus dicek dengan
thermometer yang akurat untuk menjamin efektivitas proses pencuciannya.
5. Drying/Penirisan dan Pengeringan: Tujuan supaya tidak ada genangan air yg menjadi
tempat pertumbuhan mikroorganisme. Pengeringan bisa dilakukan
evaporator/menggunakan lap bersih. Peralatan yang sudah disanitasi juga tidak boleh
dipegang sebelum siap digunakan. Apabila cemaran yang terdapat pada peralatan
terlalu berat, misalnya kerak gosong pada ketel, wajan, atau pan, atau jenis cemaran
dari lemak atau gemuk, maka diperlukan tahap lain, yaitu perendaman. Tahap ini
mendahului tahap-tahap lainnya, dengan tujuan melunkkan cemaran, sehingga mudah
dilepaskan dari pelaratan.
2. Fasilitas
Fasilitas adalah aset yang memerlukan investasi yang besar dibandingkan dengan aset
yang lain. Dengan fasilitas usaha dapat menarik pembeli sehingga usaha menjadi
lancar. Agar sanitasi dapat terjaga merancang berbagai fasilitas fisik termasuk
lingkungan menjadi sangat penting. Lingkungan yang terjaga dengan aman, sehat, dan
bersih menjadikan makanan dapat diterima di tempat yang layak, disimpan dengan baik,
disiapkan, dan diolah dengan aman. Konstruksi lantai, dinding, langit-langit harus dibuat
mudah dibersihkan, bebas dari racun, dan dibuat sesuai keperluan. Demikian juga
pencahayaan harus dapat membantu meningkatkan keamanan dan sanitasi. Interior dan
eksterior merupakan fasilitas yang harus dikembangkan sesuai dengan harapan
konsumen. Fasilitas lain yang perlu diperhatikan adalah penyediaan air bersih, pipa
untuk ledeng, saluran pembuangan kotoran, tempat sampah, dan penanganannya.
Pengontrolan serangga dan binatang pengerat juga penting karena dapat membawa
penyakit yang dapat menular ke makanan.
Menurut buku kumpulan modul kursus hygiene dan sanitasi makanan dan minuman
pengolahan makanan adalah proses pengubahan bentuk dari makanan mentah menjadi
makanan siap santap.
Pengolahan makanan yang baik adalah yang mengikuti kaidah dari prinsip-prinsip
hygiene dan sanitasi. Dalam istilah asing dikenal dengan sebutan Good manufacturing Practice
(GMP) atau Cara Produksi Makanan yang Baik (CPMB).
Pengolahan makanan yang baik adalah pengolahan yang mengikuti kaidah dari prinsip-
prinsip hygiene dan sanitasi. Pengolahan makanan menyangkut 4 aspek yaitu :
1. Pejamah makanan
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1098/MENKES/SK/VII/2003, tentang persyaratan higiene sanitasi rumah makan dan
restoran, penjamah makanan adalah orang yang secara langsung
berhubungan dengan makanan dan peralatan mulai dari tahap persiapan,
pembersihan, pengolahan, pengangkutan sampai dengan penyajian. Tenaga
pengolah atau penjamah makanan adalah semua orang yang melakukan kegiatan
pengolahan makanan, dengan tidak melihat besarnya pekerjaan.
Menurut FAO (2001) tenaga penjamah makanan adalah setiap orang yang secara
langsung menangani makanan baik yang dikemas maupun tidak, menangani
peralatan makanan atau yang melakukan kontak langsung dengan permukaan
makanan.
Syarat utama pengolah makanan adalah memiliki kesehatan yang baik. Untuk itu
disarankan pekerja melakukan tes kesehatan, terutama tes darah dan pemotretan
rontgen pada dada untuk melihat kesehatan paru-paru dan saluran pernapasannya.
Tes kesehatan tersebut sebaiknya diulang setiap 6 bulan sekali, terutama bagi
pengolah makanan di dapur.
Tenaga kerja yang dipekerjakan pada usaha jasa boga harus berbadan
sehat, tidak mengidap penyakit menular seperti tif us, kolera dan tuberkulosa.
Setiap karyawan harus memiliki buku pemeriksaan kesehatan.
Terdapat kelompok penderita penyakit yang tidak boleh dilibatkan dalam
penanganan makanan, yaitu penderita penyakit infeksi saluran pernapasan,
pencernaan dan penyakit kulit. Ketiga jenis penyakit ini dapat dipindahkan
kepada orang lain melalui makanan yang diolah atau disajikan penderita.
Rongga hidung manusia khususnya yang menderita sinusitis mengandung
banyak Staphylococcus. Demikian halnya dengan bisul dan luka bernanah
merupakan sumber yang potensial (Winarno, 1997). Untuk itu pekerja yang
memiliki luka pada tubuhnya harus menutup luka tersebut dengan pelindung
yang kedap air, misalnya plester, sarung tangan plastik atau karet, untuk
menjamin tidak berpindahnya mikrobia yang terdapat pada luka ke dalam
makanan.
Pekerja harus mengikuti prosedur sanitasi yang memadai untuk mencegah
kontaminasi pada makanan yang ditanganinya. Prosedur yang penting bagi
pekerja pengolah makanan adalah pencucian tangan, kebersihan dan
kesehatan diri. Pencucian tangan meskipun tampaknya merupakan kegiatan
ringan yang sering disepelekan, terbukti cukup efektif dalam upaya
mencegah kontaminasi pada makanan.
Pekerja yang bekerja di bagian pengolahan dan pemasakan makanan harus
mengenakan pakaian kerja dan tutup kepala yang bersih. Tiga hal berikut ini
yang mengharuskan pekerja memakai pakaian bersih:
Pekerja harus mandi tiap hari. Penggunaan make-up dan deodoran yang
berlebihan harus dihindari. Kuku pekerja harus bersih, dipotong pendek dan
sebaiknya tidak dicat. Perhiasan dan aksesoris lainnya sebaiknya dilepas.
Celemek yang digunakan pekerja harus bersih dan tidak boleh dijadikan lap
tangan. Pekerja harus memakai sepatu yang memadai dan dalam keadaan
bersih. Rambut pekerja harus dicuci secara periodik. Pekerja yang berambut
panjang harus mengikat rambutnya dan disarankan menggunakan topi atau
jala rambut (hairnet). Pekerja yang memiliki kumis dan jenggot selalu
menjaga kebersihan dan kerapiannya. Akan lebih baik jika kumis atau
jenggot tersebut dicukur bersih (Purnawijayanti, 2001).
2. Cara Pengolahan
Kontaminasi terhadap makanan oleh peralatan, penjamahan makanan, proses
penanganannya maupun air, harus dihindari selama pengolahan makanan, baik
dalam penanganannya maupun air, harus dihindari selama pengolahan
makanan,baik dalam mencuci bahan makanan harus memperhatikan hal-hal
berikut :
Air pencuci harus memenuhi standar kesehatan yang berlaku
Cara mencuci bahan makanan sedemikian rupa sehingga semua kotoran,
bahan kimia,sisa penyemprotan dan bakteri yang tidak diharapkan tidak ada
lagi pada bahan makanan tersebut
Peralatan yang digunakan bebas dari bahan-bahan yang berbahaya dan
bakteri yang tidak diharapkan
3. Tempat Pengolahan makanan
Pada tahap manapun bahan makanan berada,selalu ditemukan tempat bahan
makanan tersebut diletakkan. baik pada waktu masih disumber,pada waktu
pengangkutan , pada waktu pengolahan. Karena itu untuk menjaga agar makanan
tidak tercemar perlu juga diperhatikan sanitasi tempat pengolahan makanan.Tempat
pengolahan makanan ini meliputi : Dapur.
DAFTAR PUSTAKA
Indonesian Public Health,Syarat Higine Penjamah Makanan,2013,
(http://www.indonesian-publichealth.com/2013/03/syarat-higine-penjamah-
makanan.html diakses tanggal 24 September 2013 jam 19.06)
Buyung, hygiene dan sanitasi makanan (http://buyungchem.wordpress.com/upaya-
hygiene-sanitasi-makanan/ diakses pada 20 September 2013 jam 23.22)