PENDAHULUAN
Higiene dan Sanitasi merupakan dua istilah yang berasal dari bahasa inggris yaitu
“Hygiene” yang berarti: usaha kesehatan preventif yang menitikberatkan kegiatannya
kepada kesehatan individu, maupun usaha kesehatan pribadi manusia. Sedangkan
“Sanittation” yang berarti usaha kesehatan preventif yang menitikberatkan kegiatannya
kepada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia.
Sumber cemaran karena perilaku. Selain akibat tubuh dapat pula sumber cemaran
karena perilaku pengelola makanan yang dapat menularkan penyakit kepada makanan
antara lain karena : tangan yang kotor, batuk, bersin atau percikan ludah, menyisir rambut
dekat makanan dan perhiasan yang di pakai.
1
rendahnya praktek hygiene perorangan dan sanitasi lingkungan sehingga
dapat meningkatkan resiko kontaminasi makanan.
- Kulit selalu dalam keadaan bersih, sebab kulit tempat beradanya kuman yang
secara normal hidup pada kulit manusia. Membersihkan kulit dengan cara
mandi yang baik, mencuci tangan setiap saat dan mengganti pakaian yang
telah kotor karena dipakai untuk bekerja.
- Kulit harus bersih dan bebas luka, sebab kulit yang luka akan memudahkan
berkembangnya kuman di kulit dan menimbulkan pencemaran kulit perlu
dipelihara jangan sampai luka sehingga waktu mencuci tangan mudah bersih.
- Membersihkan tangan, dapat dilakukan dengan air bersih yang cukup, sabun
dan sikat kuku.Bila tersedia akan lebih baik dengan menggunakan air panas
atau air jeruk nipis.
2. Merokok.
Merokok dilarang diwaktu mengolah makanan atau berada di dalam ruang
pengolahan makanan. kebiasaan merokok dapat menimbulkan resiko :
a. Bakteri atau kuman dari mulut dan bibir dapat dipindahkan ke tangan sehingga
tangan menjadi semakin kotor dan seterusnya kan mengotori makanan.
b. Abu rokok dapat jatuh ke dalam makanan secara tidak disadari dan sulit dicegah.
c. Menimbulkan bau asap rokok yang dapat mengotori udara sehingga terjadi sesak
yang mengganggu pekerja lain dan bau rokok dapat meresap ke dalam makanan.
2
3. Kebiasaan bersih.
Harus menjaga selali kebersihan, kerapihan dan keapikan penampilan dengan
menjauhkan sifat perilaku buruk seperti :
a. Menggaruk garuk kulit, rambut, lubang hidung, telinga atau sela-sela gizi dan kuku.
b. Mencicipi makanan dengan jari atau menjilat pada sendok yang langsung dipakai
untuk mengaduk makanan.
c. Meludah, batuk atau bersin. Kalaupun terpaksa dilakukan tutuplah dengan sapu
tangan atau tissue.
d. Memegang rambut dengan tangan atau menggaruk karena kotoran (ketombe) atau
kutu.
4. Pakaian kerja hanya dipakai untuk bekerja dan tidak dipakai di jalanan. Dianjurkan
dibuat seragam untuk memudahkan pengawasan.
5. Perhiasan.
Perhiasan yang boleh dipakai sebatas perhiasan tidak berukir, seperti cincin
kawin. Perhiasan seperti arloji dianjurkan untuk tidak dipakai dan disimpan di tempan
penyimpanan. .
Untuk menghidangkan makanan yang berkualitas baik, selain cita rasa juga harus
memperhatikan penampilan makanan yang menarik, bersih, aman dan tidak berbahaya
untuk dikonsumsi. Kebersihan dan sanitasi merupakan standar utama yang harus ditetapkan
oleh suatu institusi.
Sanitasi makanan adalah suatu usaha pencegahan menekankan pada tindakan yang
perlu dilakukan dalam rangka membebaskan makanan dan minuman dari semua bahaya
yang dapat mengganggu kesehatan. Tujuan dari sanitasi makanan adalah agar tersedianya
makanan yang aman dan baik bagi kesehatan kosumen, mencegah terjadinya penyakit atau
gangguan kesehatan melalui makanan, serta terwujudnya perilaku kerja yang sehat dan
benar. Sedangkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sanitasi makanan antara lain
hygiene pekerja, sifat-sifat bahan makanan, sanitasi ruang pengolahan makanan, sanitasi
ruang penyimpanan bahan makanan, sanitasi peralatan dapur. Untuk itu perlu diperhatikann
suatu tindakan/ usaha-usaha sanitasi makanan, yaitu meliputi :
Pemeriksaan pekerja secara berkala
Penyuluhan kebersihan dan kesehatan bagi pekerja serta bimbingan kerja yang
memenuhi syarat kesehatan dan keselamatan kerja
Menggunakan tutup hidung/masker, celemek, serta penutup kepala pada saat kerja
Prosedur kerja yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada
Perencanaan sarana fisik ruang pengolahan makanan yang sesuai dengan syarat
kesehatan
Pengawasan yang intensif terhadap penggunaan bahan makanan tambahan (food
additive)
Menyediakan fasilitas sanitasi dan lingkungan
3
Pelaksanaan sanitasi makanan dalam penyelenggaraan makanan meliputi :
2. Bangunan.
a. Pintu-pintu tempat ruang persiapan dan masak harus dibuat membuka/menutup
sendiri (self closing door) dilengkapi peralatan anti lalat seperti kasa, tirai, pintu
rangkap, dll.
b. Fasilitas tempat cuci tangan :
Terletak diluar ruang ganti pakaian.
Tersedia air mengalir
Tersedia sabun dan kain lap kering
Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, kuat, anti karat dan permukaan
halus.
c. Saluran limbah, sebagai pembuangan limbah pengolahan makanan yang aman
dari binatang pengganggu.
4
d. Peralatan yang kontak dengan makanan harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
Permukaan utuh (tidak cacat) dan mudah dibersihkan.
Lapisan permukaan tidak mudah rusak akibat dalam asam/basa, atau garam-
garaman yang lazim dijumpai dalam makanan.
Tidak terbuat dari logam berat yang dapat menimbulkan keracunan, misalnya
timah hitam, arssenium, tembaga, seng, cadmium dan antimony.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Secara lebih terperinci sanitasi meliputi pengawasan mutu bahan makanan mentah,
penyimpanan bahan, suplai air yang baik, pencegahan kontaminasi makanan dari
lingkungan, peralatan, dan pekerja pada semua tahapan proses. Sanitasi makanan tidak
dapat dipisahkan dari sanitasi lingkungan karena sanitasi makanan adalah usaha untuk
mengamankan dan menyelamatkan makanan agar tetap bersih, sehat, dan aman.
Sanitasi makanan yang buruk dapat disebabkan oleh tiga faktor, yaitu faktor fisik,
kimia, dan mikrobiologis. Faktor fisik adalah ruangan yang kurang mendapat pertukaran
udara yang kurang lancar, suhu yang panas atau lembab, dan lain- lain. Kerusakan
makanan yang disebabkan oleh faktor fisik dapat dihindari dengan memperhatikan beberapa
hal sebagai berikut :
Sanitasi ruang dapur dipengaruhi oleh susunan dan konstruksi dapur. Lantai dapur
hendaknya dibuat dari bahan yang mudah dibersihkan, tidak licin, tidak menyerap minyak
goreng atau bahan makanan lain yang berlemak, dan tidak retak. Alat dan obat pembersih
lantai diperlukan untuk membersihkan lantai. Alat-alat tersebut antara lain sapu, sikat
bertangkai, ember, kain pel yang menggunakan tangkai, pembersih air yang terbuat dari
karet dan bertangkai, mesin penyikat lantai, dan mesin pengering lantai, disinfektan,
detergen, serta amoniak. Cairan atau bahan makanan yang tumpah hendaknya segera
dibersihkan. Pembersihan lantai secara keseluruhan dilakukan setelah dapur selesai
beroperasi, kecuali untuk dapur tertentu yang bekerja selama 24 jam.
Dinding harus terbuat dari bahan yang kuat agar mudah dibersihkan. Pada umumnya
dinding terbuat dari keramik. Alat pembersihnya ialah sikat bertangkai atau mesin penyikat
bertangkai, mesin pengering bertangkai atau kain pel, ember, detergen, dan disinfektan.
Langit-langit sebaiknya dibuat dari bahan yang mudah dibersihkan dan sederhana
desainnya. Cara membersihkannya adalah dengan sikat bulat bertangkai panjang.
Pembersihannya dilakukan satu hari dalam sebulan, pada saat dapur tidak beroperasi.
6
langit yang posisinya tepat berada di atas pusat pengolahan. Jendela, pintu dan lubang
angin sebaiknya dilapisi dengan kawat kassa untuk menghindari lalat dan binatang lainnya
masuk ke dapur.
Cahaya yang baik juga sangat penting dalam penyelenggaraan makananan. Ada
dua macam cahaya, yaitu cahaya alam dam cahaya buatan. Ruangan yang memiliki
pencahayaan cukup umumnya tidak disukai oleh kecoa, tikus, dan insekta lainnya. Saluran
pembuangan air, baik air sisa pencucian bahan makanan maupun pembuangan sisa
makanan yang cair, serta air kotor dari pencucian alat dapur dan alat saji sedapat mungkin
berjalan lancar.
Bahan makanan yang akan disimpan harus berada dalam keadaan bersih. Ruang
penyimpanan sebaiknya dibersihkan secara rutin. Seandainya ada bahan makanan yang
busuk pada saat disimpan, maka sebaiknya segera dibuang dan sebaiknya ruang
penyimpanan disemprot dengan disinfektan pada waktu-waktu tertentu.
Bahan makanan atau makanan dapat terkontaminasi oleh alat-alat dapur yang kotor.
Oleh karena itu pencucian alat dapur juga harus diperhatikan. Pencucian perlengkapan
dapur dapat dilakukan dalan dua cara, yaitu secara manual dan dengan menggunakan
washing machine.
Lemari dan rak penyimpanan alat-alat masak dalam gudang (stewarding store room)
perlu diawasi sehingga kemungkinan adanya kerusakan karena berkarat dapat dihindari.
Tempat cuci tangan sebaiknya berada di dekat kamar mandi dilengkapi dengan sabun,
serbet kertas, atau hand dryer.
6) Sanitasi Air
7
tidak berwarna, tidak berbau, tidak keruh (jernih), tidak mempunyai rasa tertentu (netral),
dan tidak mengandung bakteri coli.
Air yang digunakan di dalam pemrosesan dan penyiapan makanan sepatutnya
memiliki mutu yang dapat diminum. Air yang digunakan dalam makanan sebagai bahan
utama dan sebagai agensia pembersih untuk bahan-bahan dan perlengkapan. Air harus
bebas dari jasad renik yang bisa menimbulkan penyakit. Bilamana di dalam suatu tempat
penyediaan makanan tidak menerima air minum melalui pipa penyalur, bisa juga
mengangkut air dari sumber di luar yang sudah di perbolehkan dengan memakai wadah
yang disetujui pula. Dalam keadaan darurat, pendidihan bisa digunakan untuk
menghancurkan jasad renik yang menimbulkan penyakit yang berada di alam air.
8) Sanitasi Makanan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam higiene dan sanitasi pengolahan makanan
antara lain adalah sanitasi tempat pengolahan, higiene tenaga pengolah, serta higiene dan
sanitasi cara pengolahan. Mikroorganisme yang dapat digunakan sebagai indikator sanitasi
dalam pengolahan pangan adalah mikroorganisme yang umum terdapat didalam kotoran
manusia atau hewan. Adanya mikroorganisme indikator di dalam suatu makanan
menunjukan terjadinya polusi kotoran dan kondisi sanitasi yang tidak baik selama persiapan
maupun pengolahannya. Makanan yang dikonsumsi hendaknya memenuhi kriteria bahwa
makanan tersebut layak untuk dimakan dan tidak menimbulkan penyakit, diantaranya:
1. Berada dalam derajat kematangan yang dikendaki
2. Bebas dari pencemaran disetiap tahap produksi dan penanganan selanjutnya.
3. Bebas dari perubahan fisik, kimia yang tidak dikehendaki, sebagai akibat dari pengaruh
enzym, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit, dan kerusakan-kerusakan
karena tekanan, pemasakan dan pengeringan.
8
4. Bebas dari mikroorganisme dan parasit yang menimbulkan penyakit yang dihantarkan
oleh makanan (food borne illness).
Selain faktor fisik, faktor kimia dan mikrobiologis pun berpengaruh terhadap sanitasi.
Faktor kimia yang mempengaruhi sanitasi dapat disebabkan karena adanya pencemaran
gas atau cairan yang merugikan kesehatan atau adanya partikel-partikel yang beracun, obat
penyemprot hama pada bahan makanan, zat-zat kimia yang digunakan untuk
mempertahankan kesegaran bahan makanan, zat pewarna, dan penggunaan wadah bekas
obat-obat pertanian untuk kemasan makanan dan lain-lain. Faktor mikrobiologis dapat
disebabkan oleh pencemaran bakteri, virus, jamur, dan parasit.
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 715 /MENKES/ SK/V/ 2003 tentang cara
pengolahan makanan menyebutkan bahwa semua kegiatan pengolahan makanan harus
dilakukan dengan cara terlindung dari kontak langsung dengan tubuh. Perlindungan kontak
langsung dengan makanan dilakukan dengan :
Celemek
Penutup rambut
Sepatu dapur
9
Perilaku karyawan selama bekerja :
Tidak merokok
Tidak makan atau mengunyah
Tidak memakai perhiasan, kecuali cincin kawin yang tidak berhias (polos).
Tidak menggunakan peralatan dan fasilitas yang bukan untuk keperluannya
Selalu mencuci tangan sebelum bekerja dan setelah keluar dari kamar kecil
Selalu memakai pakaian kerja dan pakaian pelindung dengan benar
Selalu memakai pakaian kerja yang bersih yang tidak dipakai di luar tempat
jasaboga.
Pelayanan makan merupakan salah satu prinsip dari higiene sanitasi makanan.
Penyajian makanan yang tidak baik dan etis bukan saja dapat mengurangi selera makan
seseorang tetapi dapat juga menjadi penyebab kontaminasi terhadap bakteri. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalan pelayanan makanan sesuai dengan prinsip higiene dan sanitasi
makanan adalah sebagai berikut :
a. Prinsip wadah. Prinsip wadah artinya setiap jenis makanan ditempatkan dalam
wadah terpisah dan diusahakan tertutup. Tujuannya dalah makanan tidak
terkontaminasi silang bila satu tercemar yang lain dapat diamankan untuk
memperpanjang masasaji makanan sesuai dengan tingkat kerawanan makanan.
b. Prinsip kadar air. Prinsip kadar air artinya penempatan makanan yang
mengandung kadar air tinggi (kuah) baru di campur pada saat menjelang
dihidangkan untuk mencegah makanan cepat rusak. Makanan yang disiapkan dalam
kadar air tinggi lebih mudah menjadi rusak.
c. Prinsip edible part. Prinsip edible part artinya setiap bahan yang disajikan
merupaan bahan makanan yang dapat dimakan. Hindari pemakaian bahan yang
membahayakan kesehatan seperti steples besi, tusu gigi atau bunga lastik.
e. Prinsip panas. Prinsip panas yaitu setiap penyajian yang disajikan panas di
usahakan tetap dalam keadaan panas seperti soup, gulai, dsb. Untuk mengatur suhu
perlu diperhatikan suhu makanan sebelum ditempatkan dalam food warmer harus
masih berada di atas 60º C. Alat terbaik untuk mempertahankan suhu penyajian
adalah dengan bean merry (bak penyaji panas).
10
f. Prinsip alat bersih. Prinsip alat bersih artinya setiap peralatan yang digunakan
seperti wadah dan tutupnya, dus, piring, gelas, mangkuk, harus bersih dan dalam
kondisi baik. Bersih artinya sudah dicuci dengan cara yang higienis baik artinya utuh
tidak rusak atau cacat dan bekas pakai. Tujuannya untuk mencegah penularan
penyakit dan memberikan penampilan yang estetis.
11
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Prinsip hygiene perorangan atau disebut juga dengan kebersihan diri, dalam
penerapannya seperti mengetahui sumber cemaran dari tubuh, dan perlakuan-perlakuan
yang perlu dikerjakan untuk mecegah pencemaran.
Sanitasi makanan adalah suatu usaha pencegahan menekankan pada tindakan yang
perlu dilakukan dalam rangka membebaskan makanan dan minuman dari semua bahaya
yang dapat mengganggu kesehatan.
Sanitasi makanan yang buruk dapat disebabkan oleh tiga faktor, yaitu faktor fisik,
kimia, dan mikrobiologis. Faktor fisik adalah ruangan yang kurang mendapat pertukaran
udara yang kurang lancar, suhu yang panas atau lembab, dan lain- lain. Faktor kimia yang
mempengaruhi sanitasi dapat disebabkan karena adanya pencemaran gas atau cairan yang
merugikan kesehatan atau adanya partikel-partikel yang beracun, obat penyemprot hama
pada bahan makanan, zat-zat kimia yang digunakan untuk mempertahankan kesegaran
bahan makanan, zat pewarna, dan penggunaan wadah bekas obat-obat pertanian untuk
kemasan makanan dan lain-lain. Faktor mikrobiologis dapat disebabkan oleh pencemaran
bakteri, virus, jamur, dan parasit.
12