hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah cara perawatan diri manusia untuk
memelihara kesehatan mereka. Kebersihan perorangan sangat penting untuk diperhatikan.
Pemeliharaan kebersihan perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan dan
kesehatan (Pasanda, 2016). Salah satu prinsip dasar penyelenggaraan makanan institusi adalah
penyelenggaraan makanan yang menerapkan higiene dan sanitasi sesuai ketentuan yang berlaku.
Salah satu faktor yang mendukung prinsip higiene dan sanitasi penyelenggaraan makanan adalah
faktor kebersihan penjamah makanan atau higiene perorangan. Higiene perorangan dalam
penyelenggaraan makanan merupakan perilaku bersih, aman dan sehat penjamah makanan untuk
mencegah terjadinya kontaminasi pada makanan mulai dari persiapan bahan makanan sampai
penyajian makanan. Beberapa prosedur penting bagi penjamah makanan, yaitu cuci tangan
sebelum dan sesudah memegang bahan makanan, memakai alat pelindung diri yang lengkap dan
kebersihan serta kesehatan diri (Miranti dan Adi, 2016).
Manfaat dari personal hygiene antara lain: meningkatkan derajat kesehatan seseorang,
memelihara kebersihan diri seseorang, memperbaiki kebersihan seseorang yang kurang baik,
menciptakan keindahan, serta meningkatkan rasa percaya diri (Pasanda, 2016). Manfaat personal
hygiene bagi penjamah makanan yaitu dapat meningkatkan kualitas makanan yang diolah,
menghindari terjadinya kontaminasi silang, menjaga kebersihan dan kesehatan makanan serta
menaati prosedur wajib bagi penjamah makanan.
Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk terlaksananya personal hygiene,
yaitu:
1. Mencuci Tangan
Peraturan BPOM (2015) menjelaskan bahwa semua pekerja yang menjamah
makanan diharuskan mencuci tangan dengan sabun, air mengalir, dan dikeringkan
(Romanda, Priyambodo dan Risanti, 2016). Tangan yang kotor atau terkontaminasi dapat
memindahkan bakteri dan virus patogen dari tubuh, feces, atau sumber lain ke makanan.
Langkah-langkah mencuci tangan yang memadai untuk menjamin kebersihan kebersihan
adalah sebagai berikut:
1) Membasahi tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun.
2) Menggosok tangan secara menyeluruh salama sekurang-kurangnya 20 detik, pada
bagian-bagian meliputi punggung tangan, sela-sela jari, dan di bawah kuku.
3) Menggunakan sikat kuku untuk membersihkan sekeliling dan bagian bawah kuku.
4) Membilas dengan air mengalir.
5) Mengeringkan tangan dengan handuk kertas (tissue) atau dengan alat pengering.
6) Menggunakan alas kertas tissue untuk mematikan tombol atau kran air dan membuka
pintu ruangan.
Berikut ini adalah beberapa pedoman praktis, bilamana mencuci tangan harus dilakukan
pada saat:
1) Sebelum memulai pekerjaan dan pada waktu menangani kebersihan tangan harus
tetap dijaga.
2) Sesudah waktu istirahat.
3) Sesudah melakukan kegiatan-kegiatan pribadi misalnya merokok, makan, minum,
bersin, batuk, dan setelah menggunakan toilet (buang air kecil atau besar).
4) Setelah menyentuh benda-benda yang dapat menjadi sumber kontaminan misalnya
telepon, uang kain, atau baju kotor, bahan makanan mentah ataupun segar, daging,
cangkang telur, dan peralatan kotor.
5) Setelah mengunyah permen karet atau setelah menggunakan tusuk gigi.
6) Setelah menyentuh kepala, rambut, hidung, mulut, dan bagian-bagian tubuh yang
terluka.
7) Setelah menangani sampah serta kegiatan pembersihan, misalnya menyapu, atau
memungut benda yang terjatuh dilantai.
8) Sesudah menggunakan bahan-bahan pembersih dan atau sanitaiser kimia.
9) Sebelum dan sesudah menggunakan sarung tangan kerja.
Miranti, E. A. dan Adi, A. C. (2016) “Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Dan Higiene
Perorangan (Personal Hygiene) Penjamah Makanan Pada Penyelenggaraan Makanan Asrama
Putri,” Media Gizi Indonesia, 11(2), hal. 120–126. doi: 10.20473/mgi.v11i2.120-126.
Pasanda, A. (2016) Perbedaan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penjamah Makanan Sesudah
Diberikan Penyuluhan Personal Hygiene di Hotel Patra Jasa Semarang.
Romanda, F., Priyambodo, P. dan Risanti, E. D. (2016) “Hubungan Personal Hygiene Dengan
Keberadaan Escherichia Coli Pada Makanan Di Tempat Pengolahan Makanan (Tpm) Buffer
Area Bandara Adi Soemarmo Surakarta,” Biomedika, 8(1), hal. 41–46. doi:
10.23917/biomedika.v8i1.2899.