Disusun Oleh :
Fani Listia A {2181396131}
Gagas (2181396132)
Irvanus Sanga Hurint (2181396136)
Mike Astri Medya (2171395084)
Muhamad Fajar Wahyudin (2181396142)
Nurfadilah (218139 6145)
1. Latar Belakang
Higiene dan Sanitasi merupakan dua istilah yang berasal dari bahasa inggris yaitu
“Hygiene” yang berarti: usaha kesehatan preventif yang menitikberatkan kegiatannya
kepada kesehatan individu, maupun usaha kesehatan pribadi manusia. Sedangkan
“Sanittation” yang berarti usaha kesehatan preventif yang menitikberatkan kegiatannya
kepada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia.
Prinsip hygiene perorangan atau disebut juga dengan kebersihan diri, dalam
penerapannya adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui sumber cemaran dari tubuh
Tubuh manusia selain sebagai alat kerja yang merupakan sumber cemaran bagi
manusia lain dan lingkungannya termasuk kepada makanan dan minuman.
- Sumber cemaran yang penting untuk diketahui adalah : 1) Hidung, 2) Mulut, 3)
telinga, 4) Isi perut dan 5) Kulit. Semua yang menjadi sumber cemaran dari tubuh
harus selalu dijaga kebersihannya agar tidak menambah potensi pencemarannya.
- Sumber lain yang penting adalah Luka terbuka atau koreng, bisul atau nanah, dan
rambut. Kulit dalam keadaan normal mengandung banyak bakteri penyakit. Sekali
kulit terkelupas akibat luka atau teriris, maka bakteri akan masuk ke bagian dalam
kulit dan terjadilah infeksi.
Sumber cemaran karena perilaku. Selain akibat tubuh dapat pula sumber cemaran
karena perilaku pengelola makanan yang dapat menularkan penyakit kepada makanan
antara lain karena : tangan yang kotor, batuk, bersin atau percikan ludah, menyisir rambut
dekat makanan dan perhiasan yang di pakai.
a. Perlakuan-perlakuan yang perlu dikerjakan untuk mecegah pencemaran
1. Tangan.
Tangan harus selalu dijaga kebersihannya, yaitu :
- Kuku dipotong pendek, sebab dalam kuku akan terkumpul kotoran yang menjadi
sumber kuman penyakit yang akan mencemari makanan. Hasil penelitian
Mudey,dkk (2010) diketahui bahwa 97% dari penjamah makanan terinfeksi satu
atau lebih parasit disebabkan oleh tinja dan kuku. Tingginya angka parasit pada
penjamah makanan sebagian besar disebabkan oleh rendahnya praktek hygiene
perorangan dan sanitasi lingkungan sehingga dapat meningkatkan resiko
kontaminasi makanan.
- Kulit selalu dalam keadaan bersih, sebab kulit tempat beradanya kuman yang
secara normal hidup pada kulit manusia. Membersihkan kulit dengan cara mandi
yang baik, mencuci tangan setiap saat dan mengganti pakaian yang telah kotor
karena dipakai untuk bekerja.
- Bebas dari kosmetik (kutek), sebab kosmetik merupakan obat kecantikan yang
sesungguhnya mengandung racun yang berbahaya yang bila masuk ke dalam
makanan dapat mencemari makanan seperti zat warna, air raksa, arsen dan
sebagainya.
- Kulit harus bersih dan bebas luka, sebab kulit yang luka akan memudahkan
berkembangnya kuman di kulit dan menimbulkan pencemaran kulit perlu
dipelihara jangan sampai luka sehingga waktu mencuci tangan mudah bersih.
- Membersihkan tangan, dapat dilakukan dengan air bersih yang cukup, sabun dan
sikat kuku.Bila tersedia akan lebih baik dengan menggunakan air panas atau air
jeruk nipis.
2. Abu rokok dapat jatuh ke dalam makanan secara tidak disadari dan sulit dicegah.
3. Menimbulkan bau asap rokok yang dapat mengotori udara sehingga terjadi sesak yang
mengganggu pekerja lain dan bau rokok dapat meresap ke dalam makanan.
c. Kebiasaan bersih.
Harus menjaga selali kebersihan, kerapihan dan keapikan penampilan dengan
menjauhkan sifat perilaku buruk seperti :
1. Menggaruk garuk kulit, rambut, lubang hidung, telinga atau sela-sela gizi dan kuku.
2. Mencicipi makanan dengan jari atau menjilat pada sendok yang langsung dipakai
untuk mengaduk makanan.
3. Meludah, batuk atau bersin. Kalaupun terpaksa dilakukan tutuplah dengan sapu tangan
atau tissue.
4. Memegang rambut dengan tangan atau menggaruk karena kotoran (ketombe) atau
kutu.
d. Pakaian kerja hanya dipakai untuk bekerja dan tidak dipakai di jalanan. Dianjurkan
dibuat seragam untuk memudahkan pengawasan.
e. Perhiasan.
Perhiasan yang boleh dipakai sebatas perhiasan tidak berukir, seperti cincin
kawin. Perhiasan seperti arloji dianjurkan untuk tidak dipakai dan disimpan di tempan
penyimpanan. .
Untuk menghidangkan makanan yang berkualitas baik, selain cita rasa juga harus
memperhatikan penampilan makanan yang menarik, bersih, aman dan tidak berbahaya
untuk dikonsumsi. Kebersihan dan sanitasi merupakan standar utama yang harus
ditetapkan oleh suatu institusi.
1. Bangunan.
a. Pintu-pintu tempat ruang persiapan dan masak harus dibuat membuka/menutup
sendiri (self closing door) dilengkapi peralatan anti lalat seperti kasa, tirai, pintu
rangkap, dll.
b. Fasilitas tempat cuci tangan :
Terletak diluar ruang ganti pakaian.
Tersedia air mengalir
Tersedia sabun dan kain lap kering
Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, kuat, anti karat dan permukaan
halus.
c. Saluran limbah, sebagai pembuangan limbah pengolahan makanan yang aman dari
binatang pengganggu.
d. Peralatan yang kontak dengan makanan harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Permukaan utuh (tidak cacat) dan mudah dibersihkan.
2. Lapisan permukaan tidak mudah rusak akibat dalam asam/basa, atau garam-
garaman yang lazim dijumpai dalam makanan.
3. Tidak terbuat dari logam berat yang dapat menimbulkan keracunan, misalnya
timah hitam, arssenium, tembaga, seng, cadmium dan antimony.
4. Wadah makanan, alat penyajian dan distribusi makanan harus tertutup
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hygiene dan Sanitasi
Higiene adalah suatu pencegahan penyakit yang menitikberatkan pada usaha kesehatan
perseorangan atau manusia beserta lingkungan tempat orang tersebut berada. Sanitasi adalah
suatu usaha pencegahan penyakit yang menitikberatkan kegiatan pada usaha kesehatan
lingkungan dan hidup manusia. Dengan demikian sanitasi makanan adalah salah satu usaha
pencegahan dari penyakit yang menitikberatkan pada kegiatan dan tindakan yang perlu untuk
membebaskan makanan dari segala macam bahaya yang dapat merusak kesehatan, mulai dari
sebelum makanan diproduksi hingga siap dikonsumsi.
Secara lebih terperinci sanitasi meliputi pengawasan mutu bahan makanan mentah,
penyimpanan bahan, suplai air yang baik, pencegahan kontaminasi makanan dari lingkungan,
peralatan, dan pekerja pada semua tahapan proses. Sanitasi makanan tidak dapat dipisahkan
dari sanitasi lingkungan karena sanitasi makanan adalah usaha untuk mengamankan dan
menyelamatkan makanan agar tetap bersih, sehat, dan aman.
Sanitasi makanan yang buruk dapat disebabkan oleh tiga faktor, yaitu faktor fisik, kimia,
dan mikrobiologis. Faktor fisik adalah ruangan yang kurang mendapat pertukaran udara yang
kurang lancar, suhu yang panas atau lembab, dan lain- lain. Kerusakan makanan yang
disebabkan oleh faktor fisik dapat dihindari dengan memperhatikan beberapa hal sebagai
berikut :
1. Sanitasi Ruang Dapur
Sanitasi ruang dapur dipengaruhi oleh susunan dan konstruksi dapur. Lantai dapur
hendaknya dibuat dari bahan yang mudah dibersihkan, tidak licin, tidak menyerap minyak
goreng atau bahan makanan lain yang berlemak, dan tidak retak. Alat dan obat pembersih
lantai diperlukan untuk membersihkan lantai. Alat-alat tersebut antara lain sapu, sikat
bertangkai, ember, kain pel yang menggunakan tangkai, pembersih air yang terbuat dari
karet dan bertangkai, mesin penyikat lantai, dan mesin pengering lantai, disinfektan,
detergen, serta amoniak. Cairan atau bahan makanan yang tumpah hendaknya segera
dibersihkan. Pembersihan lantai secara keseluruhan dilakukan setelah dapur selesai
beroperasi, kecuali untuk dapur tertentu yang bekerja selama 24 jam.
Dinding harus terbuat dari bahan yang kuat agar mudah dibersihkan. Pada umumnya
dinding terbuat dari keramik. Alat pembersihnya ialah sikat bertangkai atau mesin penyikat
bertangkai, mesin pengering bertangkai atau kain pel, ember, detergen, dan disinfektan.
Langit-langit sebaiknya dibuat dari bahan yang mudah dibersihkan dan sederhana
desainnya. Cara membersihkannya adalah dengan sikat bulat bertangkai panjang.
Pembersihannya dilakukan satu hari dalam sebulan, pada saat dapur tidak beroperasi.
Ventilasi yang baik berperan penting dalam penyelenggaraan makanan dalam jumlah
yang besar. Ventilasi yang baik ditandai dengan adanya jendela, lubang angin, extractor fan,
dan penghisap asap (exhauster hood) yang diletakkan tergantung di langit-langit yang
posisinya tepat berada di atas pusat pengolahan. Jendela, pintu dan lubang angin sebaiknya
dilapisi dengan kawat kassa untuk menghindari lalat dan binatang lainnya masuk ke dapur.
Cahaya yang baik juga sangat penting dalam penyelenggaraan makananan. Ada dua
macam cahaya, yaitu cahaya alam dam cahaya buatan. Ruangan yang memiliki
pencahayaan cukup umumnya tidak disukai oleh kecoa, tikus, dan insekta lainnya. Saluran
pembuangan air, baik air sisa pencucian bahan makanan maupun pembuangan sisa
makanan yang cair, serta air kotor dari pencucian alat dapur dan alat saji sedapat mungkin
berjalan lancar.
Bahan makanan yang akan disimpan harus berada dalam keadaan bersih. Ruang
penyimpanan sebaiknya dibersihkan secara rutin. Seandainya ada bahan makanan yang
busuk pada saat disimpan, maka sebaiknya segera dibuang dan sebaiknya ruang
penyimpanan disemprot dengan disinfektan pada waktu-waktu tertentu.
Bahan makanan atau makanan dapat terkontaminasi oleh alat-alat dapur yang
kotor. Oleh karena itu pencucian alat dapur juga harus diperhatikan. Pencucian
perlengkapan dapur dapat dilakukan dalan dua cara, yaitu secara manual dan dengan
menggunakan washing machine.
Lemari dan rak penyimpanan alat-alat masak dalam gudang (stewarding store
room) perlu diawasi sehingga kemungkinan adanya kerusakan karena berkarat dapat
dihindari. Tempat cuci tangan sebaiknya berada di dekat kamar mandi dilengkapi
dengan sabun, serbet kertas, atau hand dryer.
6. Sanitasi Air
Air merupakan kebutuhan utama dalam penyelenggaraan makanan karena mulai
dari persiapan penyimpanan bahan mentah sampai dengan membersihkan kembali
setelah dihidangkan air selalu digunakan. Oleh karena itu, air yang bersih dan aman
untuk digunakan harus mendapat perhatian pula dan air merupakan media yang baik
untuk perkembangan jasad renik. Syarat air yang baik dan layak digunakan untuk
diminum ialah tidak berwarna, tidak berbau, tidak keruh (jernih), tidak mempunyai rasa
tertentu (netral), dan tidak mengandung bakteri coli.
Air yang digunakan di dalam pemrosesan dan penyiapan makanan sepatutnya memiliki
mutu yang dapat diminum. Air yang digunakan dalam makanan sebagai bahan utama dan
sebagai agensia pembersih untuk bahan-bahan dan perlengkapan. Air harus bebas dari jasad
renik yang bisa menimbulkan penyakit. Bilamana di dalam suatu tempat penyediaan makanan
tidak menerima air minum melalui pipa penyalur, bisa juga mengangkut air dari sumber di luar
yang sudah di perbolehkan dengan memakai wadah yang disetujui pula. Dalam keadaan
darurat, pendidihan bisa digunakan untuk menghancurkan jasad renik yang menimbulkan
penyakit yang berada di alam air.
Untuk menjaga ruang penyimpanan bahan makanan maka ada dua hal yang perlu
mendapat perhatian, yaitu bahan makanan yang disimpan dan ruang penyimpannya,
yang mencakup bebagai hal seperti :
1. Bahan makanan yang akan disimpan harus dalam keadaan bersih.
2. Ruang penyimpanan dibersihkan secara rutin, dan bila ada yang tumpah harus
dibersihkan segera mungkin untuk menghindari datangnya binatang-binatang dan
serangga, misalnya semut dan kecoa.
3. Seandainya bahan makanan yang disimpan ada yang busuk harus cepat dibuang
dan sebaiknya ruang penyimpanan disemprot dengan desinfektan pada waktu-
waktu tertentu.
4. Perlu diperhatikan bahwa pada saat penyemprotan bahan makanan tidak boleh
berada di dalam gudang.
8. Sanitasi Makanan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam higiene dan sanitasi pengolahan makanan antara
lain adalah sanitasi tempat pengolahan, higiene tenaga pengolah, serta higiene dan sanitasi
cara pengolahan. Mikroorganisme yang dapat digunakan sebagai indikator sanitasi dalam
pengolahan pangan adalah mikroorganisme yang umum terdapat didalam kotoran manusia
atau hewan. Adanya mikroorganisme indikator di dalam suatu makanan menunjukan
terjadinya polusi kotoran dan kondisi sanitasi yang tidak baik selama persiapan maupun
pengolahannya. Makanan yang dikonsumsi hendaknya memenuhi kriteria bahwa makanan
tersebut layak untuk dimakan dan tidak menimbulkan penyakit, diantaranya:
1. Berada dalam derajat kematangan yang dikendaki.
3. Bebas dari perubahan fisik, kimia yang tidak dikehendaki, sebagai akibat dari
pengaruh enzym, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit, dan
kerusakan-kerusakan karena tekanan, pemasakan dan pengeringan.
Selain faktor fisik, faktor kimia dan mikrobiologis pun berpengaruh terhadap sanitasi.
Faktor kimia yang mempengaruhi sanitasi dapat disebabkan karena adanya pencemaran gas
atau cairan yang merugikan kesehatan atau adanya partikel-partikel yang beracun, obat
penyemprot hama pada bahan makanan, zat-zat kimia yang digunakan untuk
mempertahankan kesegaran bahan makanan, zat pewarna, dan penggunaan wadah bekas
obat-obat pertanian untuk kemasan makanan dan lain-lain. Faktor mikrobiologis dapat
disebabkan oleh pencemaran bakteri, virus, jamur, dan parasit.
Higiene petugas penyelenggara makanan adalah sikap bersih perilaku petugas penyelenggara
makanan agar makanan yang ditangani tidak tercemar oleh petugas. Higiene personal terdiri dari
pemeriksaan kesehatan, kebersihan tangan dan jari tangan, kebersihan rambut, kebersihan
hidung, kebersihan mulut dan gigi, serta kebersihan telinga. Higiene perlengkapan karyawan
terdiri dari pakaian karyawan dan sepatu (Fadiati 1988 ).
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 715 /MENKES/ SK/V/ 2003 tentang cara
pengolahan makanan menyebutkan bahwa semua kegiatan pengolahan makanan harus dilakukan
dengan cara terlindung dari kontak langsung dengan tubuh. Perlindungan kontak langsung
dengan makanan dilakukan dengan :
Celemek
Penutup rambut
Sepatu dapur
Tidak merokok
Tidak makan atau mengunyah
Tidak memakai perhiasan, kecuali cincin kawin yang tidak berhias (polos).
Tidak menggunakan peralatan dan fasilitas yang bukan untuk keperluannya
Selalu mencuci tangan sebelum bekerja dan setelah keluar dari kamar kecil
Selalu memakai pakaian kerja dan pakaian pelindung dengan benar
Selalu memakai pakaian kerja yang bersih yang tidak dipakai di luar tempat jasaboga.
Pelayanan makan merupakan salah satu prinsip dari higiene sanitasi makanan. Penyajian
makanan yang tidak baik dan etis bukan saja dapat mengurangi selera makan seseorang tetapi
dapat juga menjadi penyebab kontaminasi terhadap bakteri. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalan pelayanan makanan sesuai dengan prinsip higiene dan sanitasi makanan adalah sebagai
berikut :
a. Prinsip wadah. Prinsip wadah artinya setiap jenis makanan ditempatkan dalam wadah
terpisah dan diusahakan tertutup. Tujuannya dalah makanan tidak terkontaminasi silang
bila satu tercemar yang lain dapat diamankan untuk memperpanjang masasaji makanan
sesuai dengan tingkat kerawanan makanan.
b. Prinsip kadar air. Prinsip kadar air artinya penempatan makanan yang mengandung
kadar air tinggi (kuah) baru di campur pada saat menjelang dihidangkan untuk mencegah
makanan cepat rusak. Makanan yang disiapkan dalam kadar air tinggi lebih mudah
menjadi rusak.
c. Prinsip edible part. Prinsip edible part artinya setiap bahan yang disajikan merupaan
bahan makanan yang dapat dimakan. Hindari pemakaian bahan yang membahayakan
kesehatan seperti steples besi, tusu gigi atau bunga lastik.
d. Prinsip pemisahan. Prinsip pemisahan artinya makanan yang tidak ditempatkan dalam
wadah seperti makanan dalam kotak (dus) atau rantang harus dipisahan setiap jenis
makanan agar tidak saling bercampur, tujuannya agar tidak terjadi kontaminasi silang.
e. Prinsip panas. Prinsip panas yaitu setiap penyajian yang disajikan panas di usahakan
tetap dalam keadaan panas seperti soup, gulai, dsb. Untuk mengatur suhu perlu
diperhatikan suhu makanan sebelum ditempatkan dalam food warmer harus masih berada
di atas 60º C. Alat terbaik untuk mempertahankan suhu penyajian adalah dengan bean
merry (bak penyaji panas).
f. Prinsip alat bersih. Prinsip alat bersih artinya setiap peralatan yang digunakan seperti
wadah dan tutupnya, dus, piring, gelas, mangkuk, harus bersih dan dalam kondisi baik.
Bersih artinya sudah dicuci dengan cara yang higienis baik artinya utuh tidak rusak atau
cacat dan bekas pakai. Tujuannya untuk mencegah penularan penyakit dan memberikan
penampilan yang estetis.
g. Prinsip handling. Prinsip handling artinya setiap penanganan makanan maupun alat
makan tidak kontak langsung dengan anggota tubuh terutama tangan dan bibir.
Tujuannya adalah mencegah pencemaran dari tubuh, memeberikan penampilan yang baik
dan rapi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Hygiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan
lingkungan dari subyeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk kebersihan
tangan, mencuci piring untuk melindungi kebersihan piring, membuang bagian makanan yang
rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan dan sebagainya.
Prinsip hygiene perorangan atau disebut juga dengan kebersihan diri, dalam
penerapannya seperti mengetahui sumber cemaran dari tubuh, dan perlakuan-perlakuan yang
perlu dikerjakan untuk mecegah pencemaran.
Sanitasi makanan adalah suatu usaha pencegahan menekankan pada tindakan yang perlu
dilakukan dalam rangka membebaskan makanan dan minuman dari semua bahaya yang dapat
mengganggu kesehatan.
Sanitasi makanan yang buruk dapat disebabkan oleh tiga faktor, yaitu faktor fisik, kimia,
dan mikrobiologis. Faktor fisik adalah ruangan yang kurang mendapat pertukaran udara yang
kurang lancar, suhu yang panas atau lembab, dan lain- lain. Faktor kimia yang mempengaruhi
sanitasi dapat disebabkan karena adanya pencemaran gas atau cairan yang merugikan kesehatan
atau adanya partikel-partikel yang beracun, obat penyemprot hama pada bahan makanan, zat-zat
kimia yang digunakan untuk mempertahankan kesegaran bahan makanan, zat pewarna, dan
penggunaan wadah bekas obat-obat pertanian untuk kemasan makanan dan lain-lain. Faktor
mikrobiologis dapat disebabkan oleh pencemaran bakteri, virus, jamur, dan parasit.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/11796418/Makalah_higiene_sanitasi_makanan
http://muhammadnoval24.blogspot.com/p/pengertian-hygiene-dan-sanitasi-hygiene.html