Disusun Oleh:
1. Robana Rozzaqu Rafi’Udin / 9266 / 2018
2. Ayunisa Dinda Nur Rahma / 9410 / 2018
3. Fida Fransisca / 9064 / 2018
i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA
BIOCOMPACT SEASON 9
Adalah benar-benar hasil karya sendiri dan bukan merupakan plagiat atau
saduran dari karya tulis orang lain serta belum pernah dikompetisikan dan/atau
dipublikasikan dalam bentuk apapun.
Apabila dikemudian hari terdapat kesalahan dari pernyataan yang kami
sampaikan, maka kelompok siap menerima konsekuensi dari pihak panitia.
ii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa peneliti
dapat menyelesaikan pembuatan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Briket ” dengan
lancar. Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk mengikuti Lomba Daur Ulang Limbah
Tingkat Nasional “Biocompact Season 9”.
Peneliti berharap saran dan kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan
naskah ini selanjutnya. Semoga naskah ini dapat berguna untuk perkembangan
khasanah keilmuan secara luas dan dalam dunia pendidikan.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman pengesahan………………………………………………………….i
Lembar pernyataan……………………………………………………………ii
Kata pengantar………………………………………………………………..iii
Daftar isi………………………………………………………………………iv
Abstrak………………………………………………………………………..v
Bab 1 pendahuluan……………………………………………………………1
1.1 Latar belakang…………………………………………………………….1
1.2 Rumusan masalah…………………………………………………………2
1.3 Tujuan penelitian………………………………………………………….2
1.4 Manfaat penelitian…………………………………………………………2
Bab II…………………………………………………………………………3
2.1 Tanaman kepuh……………………………………………………………3
2.2 Limbah kepuh……………………………………………………………4
2.3 Definisi biobriket………………………………………………………….4
2.4 Pembuatan biobriket……………………………………………………….5
Bab III…………………………………………………………………………10
3.1 Nama Produk……………………………………………………………..10
3.2 Bahan Produk……………………………………………………………..10
3.3 Jenis penelitian…………………………………………………………….10
3.4 Variabel…………………………………………………………………..11
3.5 Waktu dan tempat………………………………………………………..11
3.6 Alat dan bahan…………………………………………………………...12
3.7 Langkah kerja…………………………………………………………….12
3.8 Rancangan penelitian…………………………………………………….13
BAB IV……………………………………………………………………….14
4.1 Data penelitian……………………………………………………………14
4.2 Analisis data………………………………………………………………14
4.3 Pembahasan……………………………………………………………….14
4.4 Manfaat produk……………………………………………………………17
4.5 Keunggulan produk………………………………………………………..17
4.6 Ciri khas produk……………………………………………………………17
4.7 Biaya pembuatan…………………………………………………………..18
BAB V………………………………………………………………………….19
5.1 Simpulan……………………………………………………………………19
5.2 Saran……………………………………………………………………….19
Daftar pustaka………………………………………………………………….21
Lampiran 1……………………………………………………………………..22
Lampiran 2……………………………………………………………………..24
iv
ABSTRAK
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
berkerja sama untuk selalu berinovasi dan mencari jalan keluar terhadap masalah
krisis energi dengan risiko seminimal mungkin. Dukungan pemerintah, peneliti,
swasta sangat dibutuhkan.
Dari latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk membuat bahan bakar
alternatif berupa briket yang berbahan dasar limbah tanaman kepuh terutama kulit
buahnya dengan perekat tepung tapioka untuk meningkatkan nilai gunanya serta
mengurangi limbah kepuh yang ada di lingkungan SMAN 1 cerme.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah sampah organik kepuh dapat dimanfaatkan menjadi briket ?
2. Bagaimana proses pembuatan limbah kepuh menjadi briket sebagai bahan
bakar alternatif ?
3. Apakah manfaat briket kulit kepuh terhadap SMAN 1 Cerme sebagai sekolah
adiwiyata mandiri ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pemanfaatan sampah organik kepuh menjadi briket
1. Untuk mengetahui proses pembuatan sampah organik kepuh menjadi briket
sebagai bahan bakar alternatif
2. Untuk mengetahui manfaat briket kepuh terhadap SMAN 1 Cerme sebagai
sekolah adiwiyata mandiri
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa :
a. Melatih kreativitas siswa dalam membuat karya ilmiah
b. Melatih kepedulian siswa dalam menjaga lingkungan sekitar sekolah.
2. Bagi Sekolah :
a. Membantu mengurangi volume sampah atau limbah-limbah yang terdapat
didalam lingkungan sekitar.
b. Membantu sekolah dalam mengembangkan sekolah adiwiyata mandiri.
3. Bagi Lingkungan :
a. Membantu menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar
b. Membantu meningkatkan kebersihan lingkungan sekolah.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
meruncing dan panjangnya 10-17 cm. Buah kepuh berukuran relative besar, berwarna
hijau jika masih muda dan berubah merah ketika sudah matang. Terkadang buahnya
juga bewarna hitam dan membuka (Herdiana 2005). Bentuk buah bumbung besar,
lonjong gemuk, berukuran 7,6-9 x 5 cm, dan berkulit tebal
2.2 Limbah Tanaman Kepuh
Selama ini limbah dari tanaman kepuh tidak dimanfaatkan secara optimal.
Dimana daun dan ranting yang berguguran tidak dimanfaatkan. Hanya daunnya saja
yang biasanya digunakan sebagai pupuk organik. Sedangkan bagian yang lainnya
tidak dimanfaatkan seperti buah dari tanaman kepuh padahal limbah yang paling
banyak dihasilkan selain daun adalah buahnya yang berukuran relatif besar.
Umumnya, masyarakat memanfaatkan buahnya untuk diambil bijinya dan diubah
menjadi bahan bakar tetapi hal tersebut masih jarang ditemui karena sungkar dalam
mengolah bijinya yang dikarenakan kulit buahnya yang tebal. Di lingkungan SMAN
1 Cerme limbah buah kepuh melimpah karena tidak dimanfaatkan oleh karena itu,
kami ingin mengolahnya menjadi bahan bakar alternatif berupa briket.
2.3 Definisi Biobriket
Biobriket adalah briket yang dibuat dari bahan biomassa atau limbah
biomassa. Biobriket banyak diterapkan di negara-negara asia bagian selatan seperti
Indonesia, India, dan Thailand (Bhattacharya et al,1985). Briket merupakan suatu
hasil pemanfaatan biomassa dengan metode densifikasi atau pengempaan (Lab.
Energi dan Elektrifikasi Pertanian IPB, 2008).
Briket merupakan bahan bakar padat dengan dimensi tertentu yang seragam,
diperoleh dari hasil pengempaan bahan berbentuk curah, serbuk, berukuran relatif
kecil atau tidak beraturan sehingga sulit digunakan sebagai bahan bakar dalam bentuk
aslinya (Agustina dan A. Syafrian,2005).
Kelebihan penggunaan briket limbah biomasa sebagai substitusi kerosene dan
LPG antara lain:
1. Biaya bahan bakar lebih murah.
2. Tungku dapat digunakan untuk berbagai jenis briket.
3. Lebih ramah lingkungan (green energy).
4
4. Merupakan sumber energi terbarukan (renewable energy).
5. Membantu mengatasi masalah limbah dan menekan biaya pengelolaan
limbah.
5
bahan dari sumber luar. Arang merupakan hasil dari proses karbonisasi yang
mengandung karbon. Arang bermanfaat sebagai sumber energi terutama jika
dikembangkan menjadi briket dengan teknologi pengepresan (Hayati 2008). Sudrajat
dan Soleh (1994) menambahkan bahwa, arang memiliki bentuk padat dan berpori,
dimana sebagian besar porinya masih tertutup oleh hydrogen, ter, dan senyawa
organic lain, seperti: abu, air, nitrogen, dan sulfur. Teknologi yang dapat digunakan
untuk membuat arang kayu adalah genahar atau kiln. Karbonisasi kayu menjadi arang
akan menghasilkan rendemen yang dapat mencapai kira-kira 30% (b/b).
Hasil penelitian Bergman (2004) menyatakan bahwa, pada proses karbonisasi
bungkil jarak pagar, suhu karbonasasi berbanding terbalik dengan rendemen arang
yang dihasilkan. Semakin tinggi suhu karbonisasi, maka rendeman arang yang
dihasilkan akan semakin kecil dan begitu pula sebaliknya. Suhu karbonisasi
berbanding lurus dengan nilai kalor pembakaran. Semakin tinggi suhu karbonisasi,
maka nilai kalor yang dihasilkan akan semakin tinggi pula.
Pembuatan biobriket dapat menghasilkan produk biobriket dengan berbagai
hasil. Perbedaan ini terlihat dari jenis bahan baku, kadar air bahan baku (Hayati.,
2008), kekuatan tekanan dalam pemgempaan (Ooi dan Shiddiqui, 2000). Semakin
tinggi kadar air, kekuatan dari biobriket semakin lemah.
Tabel 02. Hubungan kadar air dan kekuatan biobriket (Ooi dan Shiddiqui,
2000)
Moisture Shatter index Compressive streght Water resistance
Content (%) (Mpa) (min)
10 5195 11,8 9
15 5026 17,6 4
20 3347 11,7 4
30 852 5,6 18
40 120 1,1 2
6
1. Mempunyai kandungan arang (fix karbon) diatas 75%.
2. Cukup keras ditandai dengan tidak mudah patah dan hancur.
3. kadar abunya tidak lebih dari 5%
4. kadar zat menguapnya tidak lebih dari 8%
5. kadar air tidak lebih dari 15%
6. tidak tercemar oleh unsur-unsur yang membahayakan atau kotoran
lainnya.
7
tapioka hampir seluruhnya terdiri dari pati. Ukuran 7 granula pati tapioka berkisar
antara 5-35 mikron. Pati ubi kayu terdiri dari molekul amilosa dan amilopektin yang
jumlahnya berbeda-beda tergantung jenis patinya (Ma’arif et al., 1984).
Tujuan pemberian perekat (bahan pengikat) adalah untuk memberikan lapisan
tipis dari perekat pada permukaan briket sebagai upaya memperbaiki konsistensi atau
kerapatan dari briket yang dihasilkan. Dengan pemakaian perekat maka tekanan yang
diperlukan akan jauh lebih kecil dibandingkan dengan briket tanpa memakai bahan
pengikat (Boedjang, 1973).
Hartoyo (1978) membagi cara mengerasnya perekat ke dalam lima cara, yaitu:
(1) Kehilangan air, seperti perekat tapioka, (2) Kehilangan air yang diikuti oleh reaksi
kimia seperti perekat casein dan kedelai (3) Pendinginan sehingga terbentuknya
gelatin yang diikuti oleh kehilangan air seperti perekat-perekat hewan (4) pemanasan
hingga suhu tertentu seperti perekat dari darah (5) Reaksi kimia pada suhu kamar atau
suhu tinggi seperti perekat-perekat sintetis
Hartoyo (1978) mengajukan komposisi untuk 40 gram arang dibutuhkan 2
gram tapioka yang ditambahkan air ke dalamnya dengan suhu 70oC sampai terbentuk
kanji. Achmad (1991) menyatakan bahwa untuk setiap 1 kg serbuk arang cukup
dicampurkan dengan perekat yang terdiri dari 30 gram tepung tapioka (3 % dari berat
serbuk arang) dan air sebanyak 1 liter. Kadar perekat dalam briket tidak boleh terlalu
tinggi karena dapat mengakibatkan penurunan mutu briket arang yang sering
menimbulkan banyak asap. Kadar perekat yang digunakan umumnya tidak lebih dari
5%.
Hasil penelitian Sudrajat dan Soleh (1994) menunjukkan bahwa briket arang
dengan tepung kanji sebagai bahan perekat akan sedikit menurunkan nilai kalornya
bila dibandingkan dengan nilai kalor kayu dalam bentuk aslinya.
5.) PENCETAKAN / PENGEMPAAN
Abdullah et al. (1998) menyatakan bahwa densifikasi atau pengempaan
merupakan salah satu cara untuk memperbaiki sifat fisik suatu bahan agar mudah
dalam penggunaan dan pemanfaatannya selanjutnya diperoleh peningkatan efisiensi
nilai dari bahan yang digunakan. Densifikasi diterapkan pada bahan curah atau
8
dengan sifat fisik yang tidak beraturan. Hasil dari proses pengempaan ini disebut
dengan briket.
Limbah biomasa sebagai bahan baku dapat diubah dalam bentuk briket
sebagai hasil pengempaan. Pengempaan ini dilakukan dengan tekanan tertentu untuk
memperoleh bentuk briket dengan kepadatan yang dikehendaki. Pada pembuatan
briket, sebelum dikempa bahan baku yang akan dijadikan briket dicampur terlebih
dahulu dengan bahan perekat. Setelah pengempaan, dilakukan pengeringan untuk
mengurangi kadar air briket. Sebelum dilakukan pengempaan, perlu diperhatikan
beberapa hal, yaitu: kondisi bahan, perekat, tekanan pengempaan, alat dan mesin
pengempa, karbonisasi (bila diperlukan) dan mutu briket yang dihasilkan. Perlakuan
bahan sebelum pengempaan antara lain adalah sortasi untuk memisahkan bahan baku
dari benda asing, penggilingan untuk menyeragamkan ukuran bahan dan proses
pengeringan untuk mengurangi kadar air pada bahan. Mutu briket sebagai bahan
bakar dipengaruhi oleh jenis bahan baku, jumlah perekat dan kadar air briket. Faktor
lain yang berpengaruh adalah tekanan pengempaan itu sendiri (Abdullah et al., 1991).
6) PENGERINGAN
Briket yang dihasilkan setelah pengempaan masih mengandung air yang
cukup tinggi (sekitar 50%). Oleh sebab itu perlu dilakukan pengeringan yang dapat
dilakukan dengan berbagai macam alat pengering seperti klin, oven, atau penjemuran
dengan menggunakan sinar matahari. Suhu dan waktu pengeringan yang digunakan
dalam pembuatan briket tergantung dari jumlah kadar air campuran dan macam
pengering. Suhu pengeringan yang umum dilakukan adalah 60oC selama 24 jam
dengan menggunakan oven.
Hasil penelitian Achmad (1991) menunjukkan lama penjemuran briket adalah
tiga hari. Tujuan pengeringan adalah mengurangi kadar air dalam briket sehingga
memudahkan pembakaran briket dan sesuai dengan ketentuan kadar air briket yang
berlaku.
9
BAB III
METODE PENELITIAN
10
merupakan jawaban dari pertanyaan dan masalah penelitian. Penulis menyajikan
hasil penelitian dengan menggunakan kata-kata, tabel dan grafik. Karena penulis
lebih menerangkan penyajian data menggunakan metode analisis. Dari sebuah
penyelidikan akan dihimpun data-data utama dan sekaligus data tambahannya.
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan.
Sedangkan data tertulis, foto, dan statistik adalah data tambahan (Moleong,
2007:157).
3.3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah proses pengumpulan data secara terstruktur
mengenai masalah penelitian. Teknik pengumpulan data adalah proses
pengumpulan data secara terstruktur mengenai masalah penelitian. Teknik
pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah eksperimen. Peneliti
mengambil data penelitian dengan melakukan eksperimen. Eksperimen adalah
pengumpulan data secara langsung dengan melakukan percobaan-percobaan
untuk membuktikan hipotesa penelitian. Dan penulis juga mengambil data
penelitian dengan melakukan pengamatan atau Observasi. Observasi adalah
pengamatan langsung suatu kegiatan yang sedang dilakukan.
3.4 Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini anatara lain sebagai berikut:
a. Variabel bebas : Pemanfaatan limbah kepuh
b. Variabel terikat : Bahan bakar briket
c. Variabel kontrol : Tepung tapioca
11
3.6 Alat dan Bahan
Pembuatan Briket dari Kulit Kepuh :
Bahan :
a. Kulit Kepuh yang sudah kering
b. Air
c. Tepung Tapioka
Alat :
a. Panci
b. Baskom
c. Kompor
d. Nampan atau Talam
e. Alat Pembakar
f. Alat Pengaduk
3.7 Langkah Kerja
Briket Kulit Kepuh akan di buat melalui proses pembakaran atau karbonasi
dan di campur dengan komponen atau limbah organik, antara lain: 100% Kepuh, 70%
Kepuh dan 30% Daun, 70% Kepuh dan 30% Batang atau Ranting, 50% Kepuh dan
50% Daun, 50% Kepuh dan 50% Batang atau Ranting. Proses Pembuatan Briket Bisa
di lihat Sebagai Berikut :
1. Proses pembakaran atau karbonasi Kulit Kepuh yang Gambar 01. Proses
sudah kering pembakaran atau
karbonasi
2. Keluarkan Arang Kepuh, tunggu beberapa saat agar Gambar 02. Hasil
panas mereda. pembakaran kulit kepuh
3. Haluskan hasil pembakaran yang masih padat Gambar 03. Hasil
pembakaran yang telah di
haluskan
4. Panaskan Air 12,5% dari Tepung Tapioka yang akan Gambar 04. Pembuatan
di buat menjadi lem lem tapioka
5. Campurkan 200 gram Kulit Kepuh dengan bubur lem Gambar 05. Adonan
12
tapioka 5% dari berat Kulit Kepuh sampai merata. briket
6. Masukan adonan ke dalam cetakan. Gambar 06. Pencetakan
adonan briket
7. Keringkan briket basah yang sudah di cetak lalu jemur Gambar 07. Proses
di bawah sinar matahari atau panaskan dalam tungku pengeringan briket yang
pengering atau oven masih basah
8. Setelah keringn briket kulit kepuh siap di gunakan Gamabar 08. Briket Kulit
kepuh sudah siap
Catatan :
Pengeringan briket kulit kepuh yang masih basah menggunakan sinar
matahari idealnya 1 hari ketika musim kemarau atau 2 hari apabila musim hujan.
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.3 Pembahasan
Briket kulit kepuh merupakan bahan bakar alternative yang terbuat dari bahan
baku kulit kepuh yang telah di karbonasin. Cara membuatnya ada beberapa cara yang
perlu di persiapkan, antara lain: bahan baku (kulit kepuh), alat dan ilmu atau tekhnik
membuat briket kulit kepuh. Sebagai bahan bakar briket tidak memerlukan bahan
kimia sehingga aman untuk di gunakan.
Peneliti menguji briket dengan menambah campuran dari bahan organic lain
dengan takaran yang berbeda. Terdiri dari 100% briket kulit kepuh atau tanpa
campuran, 75% kulit kepuh dan 25% daun, 75% kulit kepuh dengan batang, 50%
14
kulit kepuh dan 50% daun, dan 50% kulit kepuh dan 50% batang. Hasil Pengujian
bisa dilihat sebagai berikut:
4.3.1 Briket dengan bahan baku 100% kulit kepuh
Pada perlakuan pertama, 200 gram kulit kepuh di karbonasi 100%.
Kemudian dihaluskan dan di campur perekat dari tepung tapioca 5% dari
berat kulit kepuh. Setelah di campur adonan briket kemudian di cetak setelah
itu di jemur di sinar matahari atau di oven hingga kering dan mengurangi
kadar air dari perekat. Briket yang di hasilkan lembut dan mudah dicetak
dengan tekstur yang padat.
Lalu peneliti menguji briket berbahan baku kulit kepuh 100% dari
pengujian ini di dapatkan bahwa briket dapat menyala dan tidak
mengeluarkan asap yang pekat.
Gambar 10. Briket Berbahan baku 75% kulit kepuh dan 25 % daun
4.3.3 Briket dengan bahan baku 75% kulit kepuh dan 25% batang
Pada perlakuan ketiga, 140 gram kulit kepuh dan 60 gram batang di
karbonasi 100%. Kemudian dihaluskan dan di campur perekat dari tepung
tapioka 5% dari berat kulit kepuh. Setelah di campur adonan briket kemudian
15
di cetak setelah itu di jemur di sinar matahari atau di oven hingga kering dan
mengurangi kadar air dari perekat. Briket yang di hasilkan berserat dengan
tekstur yang padat dan keras.
Lalu peneliti menguji briket berbahan baku kulit kepuh75% dan
batang 25% dari pengujian ini di dapatkan bahwa briket dapat menyala dan
tidak mengeluarkan asap yang pekat.
Gambar 11. Briket berbahan baku 75% kulit kepuh dan 25% batang
4.3.4 Briket dengan bahan baku 50% kulit kepuh dan 50% daun
Pada perlakuan keempat, 100 gram kulit kepuh dan 100 gram daun di
karbonasi 100%. Kemudian dihaluskan dan di campur perekat dari tepung
tapioka 5% dari berat kulit kepuh. Setelah di campur adonan briket kemudian
di cetak setelah itu di jemur di sinar matahari atau di oven hingga kering dan
mengurangi kadar air dari perekat. Briket yang di hasilkan lembut dan mudah
dicetak dengan tekstur yang padat.
Lalu peneliti menguji briket berbahan baku kulit kepuhn 50% dan
daun 50% dari pengujian ini di dapatkan bahwa briket dapat menyala dan
mengeluarkan asap yang pekat.
Gambar 12. Briket Berbahan baku 50% kulit kepuh dan 50% daun
4.3.5 Briket dengan bahan baku 50% kulit kepuh dan 50% batang
Pada perlakuan kelima, 100 gram kulit kepuh dan 100 gram batang di
karbonasi 100%. Kemudian dihaluskan dan di campur perekat dari tepung
tapioka 5% dari berat kulit kepuh. Setelah di campur adonan briket kemudian
di cetak setelah itu di jemur di sinar matahari atau di oven hingga kering dan
mengurangi kadar air dari perekat. Briket yang di hasilkan berserat dengan
tekstur yang padat dan keras.
Lalu peneliti menguji briket berbahan baku kulit kepuh50% dan
batang 50% dari pengujian ini di dapatkan bahwa briket dapat menyala dan
tidak mengeluarkan asap yang pekat.
16
Gambar 13. Briket berbahan baku 50% kulit kepuh dan 50% batang
4.4 Manfaat Produk secara lingkungan, ekonomis, sosial
Teknologi alternatif di buat untuk mengatasi maslah yang timbul dari
kesalahan teknis dalam penggunaan minyak tanah dan elpiji sehinggga aman untuk
digunakan. Energy alternatif sebagai energy yang di gunakan untuk menggentikan
penggunaan sumber daya alam yang dapat merusak bumi. sumber energi baru dapat
menggantikan sumber daya alam yang semakin lama semakin langka, dan mahal.
Salah satu senergi alternative adalah briket kulit kepuh.
4.5 Keunggulan dan Kekurangan Produk
Briket kulit kepuh adalah sumber energi alternatif pengganti minyak tanah
dan elpiji daribahan baku bahan-bahan bekas atau limbah. Dengan penggunaan briket
sebagai bahan bakar, maka kita dapat memanfaatkan limbah di sekitar lingkungan
kita. Dengan memanaatkan limbah kulit kepuh akan meningkatkan kualitas kepuh
dan mengurangi polutan yang dapat merusak bumi.
Keunggulan dari briket kulit kepuh sebagai berikut:
1. Murah (ekonmis) 7. Tidak berasap dan tahan lama
2. Bahan-bahan mudah di dapat 8. Panas yang tinggi dan stabil
3. Tidak beresiko meledak 9. Ramah Lingkungan
4. Mudah di gunakan 10. Mengembangkan adiwiyata
5. Mudah di bawa(praktis) sekolah
6. Mengurangi limbah organik 11. Tidak bising
Kekurangan dari briket kulit kepuh sebagai berikut:
1. Proses Pengeringan yang cukup lama
2. Briket hanya bisa di gunakan sekali sampai briket habis
4.6 Ciri Khas Produk
Perbedaan
No. Briket Kulit Kepuh Tekstur Nyala Api dan polutan yang
di timbulkan
17
1. Briket berbahan baku lembut dan padat Api menyala dan tidak
100% kulit kepuh mengeluarkan asap pekat
2. Briket berbahan baku kasar, padat dan Api menyala dan
75% kulit kepuh dan sedikit rapuh mengeluarkan sedikit asap
25% daun pekat
3. Briket berbahan baku lembut, padat dan Api menyala pada bagian
75% kulit kepuh dan kokoh tertentu dan tidak
25% batang mengeluarkan asap pekat
18
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari data hasil percobaan yang telah dilakukan, maka diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Kulit Kepuh dapat di jadikan sebagai bahan energy alternatif berupa briket kulit
Kepuh sebagai Pengganti bahan bakar fosil yang suatu saat akan habis. Hal ini
bertujuan agar masyaraka tdak bergantung pada energi fosil yang semakin sedikit,
Oleh karena itu, Sumber Energi baru harus di ciptakan. Alat dan bahan yang di
gunakan, antara lain: kompor, panci, baskom, alat pembakaran, cetakan, nampan,
air, tepung tapioka, dan kulit kepuh yang sudah kering (limbah kulit kepuh).
Pembuatan briket kulit kepuh secara berurutan terdiri dari beberapa proses yaitu:
(1) Proses Pembakaran atau Karbonasi (2) Penghalusan pasil pembakaran (3)
Proses penmbuatan perekat dari tepung tapioka (4) Proses penyetakan adonan (5)
Proses Pengeringan Briket (6) Briket siap d gunakan.
2. Dengan adanya briket kulit kepuh, Peneliti dan masyarakat bisa memanfaatkan
limbah dari kulit kepuh sehingga dapat meningkatkan nilai guna kulit kepuh.
3. Briket kulit kepuh aman di gunakan karena tidak dapat meledak seperti elpigi,
ramah lingkungan, bahan bakunya mudah di dapat. Tetapi proses pembuatannya
perlu waktu yang lama terutama pada proses pengeringan dan briket kulit kepuh
hanya bisa di gunakan sekali sampai briket habis.
4. Briket kulit kepuh dapat mengurangi penggunaan bahan bakar yang mengandung
bahan polutan berbahaya yang dapat membahayakan kesehatan dan merusak
lingkungan sekitar.
5.2 Saran
1. Untuk para produsen kelapa sebaiknya mengoptimalkan pemanfaatan produksi
kelapanya supaya bisa meningkatkan nilai guna dari barang yang di hasilkan dan
mendapatkan keuntungan lebih.
19
2. Akan lebih baik jika masyarakat menciptakan energi alternatif atau briket dengan
menggunakan bahan organic lainnya yang ada di sekitar tempat tinggal.
3. Masyarakat bisa memanfaatkan bathok kelapa sebagai energi alternatif atau brike t
sebagai upaya mengatasi sumber daya alam yang suatu saat akan habis.
4. Masyarakat harus lebih memperhatikan sumber daya alam yang suatu saat akan
habis dengan mengembangkan teknologi alternative dalam pembuatan briket.
5. Dengan adanya briket kulit kepuh diharapkan masyarakat tidak begantung lagi
pada bahan bakar fosil seperti: minyak tanah, elpiji, dan lainnya supaya beralih
menggunakan bahan bakar alternative yang ramah lingkungan dan aman seperti
briket kulit kepuh.
20
DAFTAR PUSTAKA
Badri. 1976. Kadar Zat Mudah Menguap Briket arang di Pengaruhi Oleh karbonisasi.
Bogor Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Triono. 2006. Mutu Arang Kayu
Badan Nasional Indonesia (SNI) Jakarta.
Hartoyo, J. A. dan Roliandi. 1978. Percobaan Pembuatan Briket Arang dari Lima
Jenis Kayu. Laporan
Lembaga Penelitian Hasil Hutan. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan,
Bogor.
Hayati, R., Wina Faradina, Irawan, Pengki, dan Andhini. 2008. Pembuatan dan
Analisis Nilai Kalor Briket Kulit Singkong. Fateta IPB. Bogor.
Herdiana N. 2005. Potensi Budidaya Kepuh (Sterculia Foetida Linn). Prosending
Hasil-Hasil Penelitian Hutan Tanaman Baturaja, 5 Desember 2005
21
LAMPIRAN 1
Gambar 05 Penambahan lem tapioka
pada Briket
22
Gambar 11. Briket berbahan baku 75%
kulit kepuh dan 25% batang
23
LAMPIRAN II
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Ketua
1. Nama Lengkap Robana Rozzaqu Rafi’Udin
2. Jenis Kelamin Laki-Laki
3. Jurusan MIPA
4. No Induk 9266
5. Tempat dan Tanggal Lahir Gresik, 12 Februari 2001
6. E-mail -
7. Nomor Telepon/HP
B. Anggota 1
1. Nama Lengkap Ayunisa Dinda Nur Rahma
2. Jenis Kelamin Perempuan
3. Jurusan MIPA
4. No Induk 9410
5. Tempat dan Tanggal Lahir Gresik,04 September 2002
6. E-mail ayunisad@gmail.com
7. Nomor Telepon/HP 085645423389
C. Anggota 2
1. Nama Lengkap Fida Fransisca
2. Jenis Kelamin Perempuan
3. Jurusan MIPA
4. No Induk 9064
5. Tempat dan Tanggal Lahir Gresik, 19 maret 2001
6. E-mail fransiscatalbot@gmail.com
7. Nomor Telepon/HP 085732046243
24