v
1.6. Bagi pengusulan obat-obat baru untuk dicantumkan pada Formularium RS
Universitas Islam Indonesia, dipergunakan Formulir Pengusulan Obat Baru.
Usulan obat ini, wajib disertai dengan lampiran 3 (tiga) naskah uji klinik (level
evidence I), setelah dilakukan critical appraisal maka bila terbukti atau
memenuhi tersebut, usulan obat baru dapat diterima dan dimasukkan di
Adendum atau direvisi Formularium.
1.7. Untuk obat-obat uji klinik berlaku ketentuan lain.
1.8. Pelaporan reaksi efek samping obat dilakukan oleh Dokter, Apoteker, Perawat
atau tenaga kesehatan yang lain, menggunakan Formulir Pelaporan Efek
Samping Obat.
3.2. Obat yang tidak tercantum dalam Formularium Rumah Sakit dan di kemudian
hari dipandang perlu untuk dicantumkan dalam Formularium Obat Rumah
Sakit, dapat diusulkan oleh kepala SMF kepada Direktur RS Universitas Islam
Indonesia melalui Komite Farmasi dan Terapi.
a. Memiliki rasio manfaat dan resiko yang paling menguntungkan bagi pasien;
b. Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan penyimpanan;
c. Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan;
d. Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh penderita;
e. Bila terdapat lebih dari satu pilihan, yang memiliki efek terapi yang serupa, pilhan
dijatuhkan kepada :
vii
Obat yang sifatnya paling diketahui berdasarkan data ilmiah;
Obat dengan sifat farmakokinetik yang paling menguntungkan;
Obat yang stabilitasnya lebih baik;
Mudah diperoleh;
Obat yang telah dikenal.
f. Obat yang baru diusulkan harus memiliki bukti ilmiah terkini (Evidence Based
Medicine), telah jelas efikasi dan keamanan, serta keterjangkauan harganya. Dalam
hal ini obat yang telah tersedia dalam nama generik menjadi prioritas pemilihan.
KETENTUAN REDAKSIONAL
1. SUSUNAN
viii
1.1. Formularium Obat Rumah Sakit disusun berdasarkan ketentuan pada Buku
Daftar Obat Essensial Nasional Tahun 2017, Formularium Nasional Tahun 2017
beserta perubahannya, E-catalog obat, dan usulan dari SMF/DPJP. Obat
dikelompokkan berdasarkan kelas, subkelas farmakoterapi.
1.2. Bentuk sediaan, kekuatan sediaan yang tercantum dalam Formularium Obat
Rumah Sakit adalah mengikat.
2. TATA NAMA
2.1. Nama obat dituliskan dengan nama generik sesuai dengan Farmakope Indonesia
Edisi V Tahun 2014 dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor HK.02.02 / MENKES / 065 / I / 2010.
2.2. Nama Generik
Yaitu nama obat yang sesuai dengan Farmakope Indonesia edisi terakhir dan
jika tidak ada maka digunakan nama INN (International Non propriety Names)
dalam bahasa latin yang diterbitkan oleh WHO.
2.3. Nama dagang / Paten / Brand Name
Yaitu nama yang dikeluarkan oleh pabrik yang memproduksinya dan telah
dipatenkan.
2.4. Obat yang sudah lazim digunakan dan tidak mempunyai nama generik, maka
ditulis dengan nama lazim atau ditulis masing-masing komponen zat
berkhasiatnya, dan sebagian dikelompokkan menjadi satu bilamana komponen
zat berkhasiat atau indikasinya sama. Misalnya : Garam Oralit, Obat Batuk
Hitam
2.5. Obat kombinasi yang tidak mempunyai nama generik yang disepakati, maka
ditulis masing-masing komponen zat berkhasiatnya dan sebagian
dikelompokkan menjadi satu bilamana komponen zat berkhasiat atau
indikasinya sama.
2.6. Untuk beberapa hal yang dianggap perlu, maka nama sinonim ditulis diantara
tanda kurung atau garis miring.
A. Pengertian
1. Bentuk sediaan
ix
Bentuk sediaan adalah bentuk obat sesuai proses pembuatan obat tersebut dalam
bentuk seperti yang akan digunakan. Bentuk sediaan adalah bentuk obat yang
langsung atau tidak langsung dapat digunakan dalam pengobatan, misalnya :
tablet salut enterik, injeksi intravena, serbuk, cairan, salep, tablet, pil,
supositoria dan lain-lain.
2. Kekuatan sediaan
Kekuatan sediaan adalah kadar zat berkhasiat dalam sediaan obat jadi. Kekuatan
sediaan dalam bentuk garam atau esternya, maka garam atau esternya
dicantumkan dalam tanda kurung, misalnya : amilorid tablet 5 mg
(hidroklorida). Sedangkan untuk kekuatan kandungan zat sebagai, misalnya :
klorokuin tablet 150 mg (sebagai fosfat).
3. Kemasan
4. Protokol Khusus
Protokol Khusus adalah aturan penggunaan obat yang sesuai dengan protocol
yang sudah ditetapkan di masing-masing bidang keahlian.
B. Singkatan
1. Singkatan dalam bahasa Indonesia adalah yang seperti yang lazim digunakan.
2. Singkatan khusus dipergunakan untuk singkatan yang lazim digunakan dalam
farmasi, yang biasanya dalam bahasa latin, yaitu :
Daftar singkatan yang paling umum dipakai dan boleh dipakai, terbagi atas :
a. Bentuk Sediaan
x
7 Gtt auric Guttae auriculares Obat tetes telinga
8 Gtt nasal Guttae nasales Obat tetes hidung
9 Gtt opthl Guttae opthalmicae Obat tetes mata
10 Amp ampule Ampul
11 FI flacon Botol kecil
12 Supp suppositorum Suppositoria
13 Cr cream Krim
14 Kapl kaplet Kaplet
15 Kaps kapsula Kapsul
16 Tab Tabulae Tablet
17 Pulv Pulvis / Pulveres Serbuk / Serbuk terbagi
18 Nebul Nebula Obat semprot
19 Btl Botol Botol
20 Bls Blister Blister
21 inf Infusa Infus
22 klg kaleng kaleng
23 ktg kantong Kantong
24 lar Larutan Larutan
25 Lar rektal Larutan rektal Larutan rektal
26 Lar infus Larutan infus Larutan infus
27 serb serbuk serbuk
28 serb aktif serbuk aktif serbuk aktif
29 serb inj Serbuk injeksi Serbuk injeksi
30 serb kering serbuk kering serbuk kering
31 serb inj i.v. serbuk injeksi intravena serbuk injeksi intravena
32 Sir kering Sirup kering Sirup kering
33 Tab scored tablet dengan tanda tablet dengan tanda
belah belah
34 TT Tetes telinga Tetes telinga
35 TM Tetes mata Tetes mata
b. Frekuensi
xi
NO. NAMA SINGKATAN KEPANJANGAN ARTI
1 1 dd/sdd Semel de die Satu kali sehari
2 2 dd/bdd Bis de die Dua kali sehari
3 3 dd/tdd Ter de die Tiga kali sehari
4 4 dd/qdd Quarter de die Empat kali
sehari
5 Oh Omni hora Setiap jam
c. Waktu pemberian
d. Penggunaan
xii
8 i.a. Injeksi intraarteri Injeksi intraarteri
9 Infiltr Infiltration Injeksi infiltrasi
10 i.k. Injeksi intrakutan Injeksi intrakutan
11 i.m. Injeksi Injeksi intramuskular
intramuskular
12 i.v. Injeksi intravena Injeksi intravena
13 p.v. Injeksi paravertebral Injeksi paravertebral
14 s.k. Injeksi subkutan Injeksi subkutan
15 tts tetes tetes
e. Lain-lain
C. Lain-lain
xiii
1. Diperlukan pemantauan terhadap kemungkinan timbulnya efek samping
2. Pembatasan indikasi
3. Terbatasnya untuk kasus-kasus tertentu
4. Diperlukan monitoring ketat atau pertimbangan medis
5. Diperlukan perhatian terhadap sifat / cara kerja obat
6. Diperlukan cara atau perlakuan khusus
7. Diperlukan fasilitas tertentu
xiv
13 CPZ Compazine Chlorpromazin Camparazine
(Prochlorperazin)
14 HCT Hidrocortisone Hydrochlorothiazide Hidrocortison
15 OD, OS, OU Mata kanan, mata Telinga kanan, telinga Mata kanan, mata kiri, tiap
kiri, tiap mata kiri, tiap telinga mata
16 od Once daily / 1x Mata kanan Sekali sehari
sehari
xv