Anda di halaman 1dari 2

PERSYARATAN PERIZINAN TRAVEL UMROH/HAJI

Ibadah haji dan ibadah umroh merupakan dua ibadah yang berbeda. Untuk mempunyai
izin perjalanan ibadah haji dan/atau umroh, maka harus merujuk kepada kedua peraturan
yang berbeda berikut:
A. Berdasarkan Peraturan Menteri Agama Nomor 8 Tahun 2018 tentang
Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah, persyaratan untuk menjadi
Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah adalah:
1. Memiliki akta notaris pendirian perseroan terbatas dan/atau
perubahannya sebagai biro perjalanan wisata yang memiliki salah satu
kegiatan usahanya di bidang keagamaan/perjalanan ibadah yang telah
mendapat pengesahan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia;
2. Pemilik saham, komisaris, dan direksi yang tercantum dalam akta notaris
perseroan terbatas merupakan warga negara Indonesia yang beragama
Islam;
3. Pemilik saham, komisaris, dan direksi tidak pernah atau sedang dikenai
sanksi atas pelanggaran Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah;
4. Memiliki kantor pelayanan yang dibuktikan dengan surat keterangan
domisili perusahaan dari pemerintah daerah dan melampirkan bukti
kepemilikan atau sewa menyewa paling singkat 4 (empat) tahun yang
dibuktikan dengan pengesahan atau legalisasi dari Notaris;
5. Memiliki tanda daftar usaha pariwisata;
6. Telah beroperasi paling singkat 2 (dua) tahun sebagai biro perjalanan
wisata yang dibuktikan dengan laporan kegiatan usaha;
7. Memiliki sertifikat usaha jasa perjalanan wisata dengan kategori biro
perjalanan wisata yang masih berlaku;
8. Memiliki kemampuan teknis untuk menyelenggarakan perjalanan ibadah
umrah yang meliputi kemampuan sumber daya manusia, manajemen,
serta sarana dan prasarana;
9. Memiliki laporan keuangan perusahaan 2 (dua) tahun terakhir dan telah
diaudit akuntan publik yang terdaftar di Kementerian Keuangan dengan
opini wajar tanpa pengecualian;
10. Melampirkan surat keterangan fiskal dan fotokopi nomor pokok wajib
pajak atas nama perusahaan dan pimpinan perusahaan;
11. Memiliki surat rekomendasi asli dari Kantor Wilayah dengan masa berlaku
3 (tiga) bulan; dan
12. Menyerahkan jaminan dalam bentuk deposito/bank garansi atas nama
biro perjalanan wisata yang diterbitkan oleh bank syariah dan/atau bank
umum nasional yang memiliki layanan syariah dengan masa berlaku 4
(empat) tahun.
B. PMA no. 23 tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus
Permohonan izin PIHK (Penyelenggara Ibadah Haji Khusus) disampaikan kepada
Menteri cq. Direktur Jenderal dengan melampirkan:
1. fotokopi izin sebagai PPIU (Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah)
yang masih berlaku;
2. fotokopi izin usaha;
3. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Perusahaan dan NPWP
Direktur Utama dan/atau Direktur;
4. fotokopi Akta Pendirian Perseroan Terbatas dan perubahannya yang
telah disahkan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia;
5. fotokopi surat keterangan domisili perusahaan;
6. rekomendasi dari instansi pemerintah provinsi yang membidangi
pariwisata;
7. struktur organisasi Perseroan Terbatas;
8. fotokopi laporan keuangan 1 (satu) tahun terakhir yang sudah diaudit oleh
Kantor Akuntan Publik, dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian;
9. bukti telah menyelenggarakan perjalanan ibadah umrah paling singkat
selama 3 (tiga) tahun dengan jumlah jemaah umrah paling sedikit 300
(tiga ratus) orang;
10. surat keterangan dari Kantor Wilayah yang menyatakan bahwa selama 3
(tiga) tahun terakhir pemohon tidak pernah melakukan pelanggaran
dalam penyelenggaraan ibadah umrah;
11. hasil akreditasi PPIU dalam tiga tahun terakhir minimal terakreditasi B;
12. fotokopi bank garansi atas nama biro perjalanan wisata yang diterbitkan
oleh BPS BPIH dan berlaku selama 4 (empat) tahun; dan
13. Surat pernyataan kesanggupan untuk melaksanakan kewajiban sebagai
PIHK sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

Anda mungkin juga menyukai