C3 PSC Kelompok 2 PDF Dikonversi
C3 PSC Kelompok 2 PDF Dikonversi
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas karunia dan rahmat-Nya, makalah ini dapat diselesaikan dengan sebaik-
baiknya. Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Peraturan
Statutori (Statutory Regulations) di Jurusan Teknik Perkapalan FTK ITS.
Makalah ini berjudul “Port State Control (PSC)” yang berisi tentang
penegakkan ketentuan-ketentuan konvensi yang berlaku dibidang keselamatan
pelayaran dan perlindungan lingkungan laut serta perlindungan dan kondisi kerja
awak kapal di laut yang diawasi oleh negara pelabuhan.
Tidak lupa, penyusun mengucapkan terima kasih kepada Ir. Hesty Anita
Kurniawati, M.Sc. selaku dosen kami dan pihak-pihak lain yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun
i|P a g e
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...........................................................................................................................................................i
2.5 Kapal yang menjadi Target dari Port State Control (PSC).................................................................... 13
ii | P a g e
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Pembagian Wilayah MoU ................................................................................................................. 5
iii | P a g e
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Target White List of Paris MoU ..................................................................................................... 14
Tabel 2 Target Grey List of Paris MoU ............................................................................................................. 15
Tabel 3 Target Black List of Paris MoU ............................................................................................................ 15
iv | P a g e
BAB I PENDAHULUAN
1|P a g e
BAB II PORT STATE CONTROL (PSC)
2|P a g e
Tengah), Karibia MoU, Mediterania MoU, Samudra Hindia MoU, Abuja MoU
(Barat dan Tengah Atlantik Afrika), Laut Hitam MoU, dan Riyadh MoU (Teluk
Persia).
3|P a g e
Pengawasan dilakukan oleh port state didasarkan pada prinsip
bahwa port state mengakui sertifikat-sertifikat internasional yang
diterbitkan oleh atau atas nama pengakuan flag state dimaksud adalah
suatu hak istimewa yang hanya diberikan kepada negara peserta
konvensi. Negara bukan peserta konvensi tidak boleh menerbitkan
sertifikat-sertifikat yang dimaksud. Namun negara ini dapat menerbitkan
tersebut atas kewenangan yang diberikan oleh suatu negara peserta
konvensi sesuai ketentuan-ketentuan konvensi yang terkait. Sumber
langsung yang memberikan kewenangan untuk melaksanakan program
adalah undang-undang nasionalnya. Oleh karena itu, perlu bagi port state
untuk menjadi peserta dari konvensi-konvensi dan memiliki legalitas yang
diperlukan untuk melakukan pengawasan (PSC).
4|P a g e
Identifikasi ini memerlukan pertimbangan secara profesional.
Pengalaman-pengalaman memperlihatkan bahwa interprestasi dari
negara-negara terdapat perbedaan. Kesukaran dalam menetapkan kapal-
kapal demikian direfleksikan dalam pedoman tentang pengawasan port
state (Guidelines on Port State Control). Suatu prinsip yang perlu diingat
adalah perlengkapan yang disyaratkan oleh konvensi harus ada dan dalam
kondisi yang layak. Jika tidak, maka kapal yang tidak sesuai dengan
sertifikat dan harus dilakukan perbaikan segera.
5|P a g e
Paris MoU yang ditandatangani di Paris pada 1 Juli 1982.
Vina de Mar or Latin America Agreement, yang ditandatangani di Vina del Mar
(Chile) pada 5 November 1992.
Tokyo MoU, yang ditandatangani di Tokyo (Japan) pada 1 Desember 1993.
Negara-negara anggota Tokyo MoU adalah Australia, Kanada, Chile, China, Fiji,
Hongkong, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Selandia Baru, Papua
Nugini, Filipina, Rusia, Singapura, Thailand, Vanuatu, Vietnam.
Caribbean MoU, yang ditandatangani di Christchurch (Barbados) pada 9 Februari
1996.
Mediterranean MoU, yang ditandatangani di Malta pada 11 Juli 1997.
Indian Ocean MoU, yang ditandatangani di Pretoria (South Africa) pada 5 Juni 1998.
Abuja MoU, yang ditandatangani di Abuja pada 22 October 1999.
Tata cara pemeriksaan yang dilakukan oleh PSC adalah sebagai berikut:
6|P a g e
A. Di luar kapal
1. Perencanaan pemeriksaan sesuai dengan jadwal kedatangan dan keberangkatan kapal.
Dilarang meninggalkan pemeriksaan sampai beberapa jam sebelum berlayar.
2. Pemeriksaan sertifikat kapal, dokumen, catatan kapal (ship records) dan hasil
pemeriksaan PSC sebelumnya (pemeriksaan di darat/kantor).
3. Kesiapan perlengkapan dan catatan yang dibutuhkan (palu, helmet, nomor telepon
dll).
B. Di dalam kapal
1. Perkenalkan diri dan tunjukan identitas (ID PSC) kepada Master dan perwira lainnya.
2. Mintakan semua sertifikat, dokumen dan catatan lain yang dibutuhkan.
3. Pemeriksaan lebih detail jika perlukan.
• Warta Kapal
Dokumen ini merupakan formulir yang dikeluarkan oleh seksi
kesyahbandaran dan diisi oleh nakhoda yang baru sampai di pelabuhan secara benar
dan sempurna, yang isinya sebagai berikut: nama kapal, pelabuhan pendaftaran,
nama nakhoda, ukuran kapal, jumlah anak buah kapal, pelabuhan yang disinggahi
terakhir, jumlah muatan serta agen pelayaran. Dokumen ini berguna pada saat
Clearance In dokumen kapal ke kantor Administrator Pelabuhan, pada seksi
Kesyahbandaran untuk mengetahui keadaan atau kondisi kapal dan identitas kapal.
7|P a g e
labuh (anchorage). Dokumen ini juga dapat dikatakan Time Sheet dan berguna untuk
mengetahui pelabuhan asal (last port) kapal tersebut dan pelabuhan tujuannya (next
port) kapal tersebut serta mengetahui waktu pada saat kapal tersebut melakukan
olah gerak di perairan negara pelabuhan dan mengetahui keadaan / kondisi kapal.
• Check In List
Dokumen ini harus ditanda tangani oleh Kapten kapal yang berguna sebagai
daftar pemeriksaan kapal dalam rangka penerbitan surat izin berlayar (Port Clearance)
oleh Syahbandar (Harbour Master) pada saat melakukan clearance out.
• Receiving List
Dokumen ini berguna sebagai tanda terima pengambilan/ pemeriksaan
dokumen kapal pada saat pengecekan dan penyerahan kembali dokumen kapal
(clearance out) kepada kapten kapal.
• Sailing Declaration
Dokumen ini harus diisi dan ditanda tangani oleh kapten kapal yang
bersangkutan, dokumen ini berguna untuk keberangkatan kapal (clearance out).
8|P a g e
Selain dokumen yang dibawa agen tersebut di atas, agen juga harus
mengambil dan membawa dokumen atau sertifikat kapal yang asli guna keperluan
pemeriksaan dokumen kapal yang bersangkutan tersebut pada Kepala Bidang
Kelayakan Kapal (KAKA), Kepala Bidang Lalu Lintas Laut dan Pelabuhan (LALA),
Kepala Bidang Penjagaan dan Keselamatan (GAMAT) pada Kepala Sie
Kesyahbandaran di Kantor Administrator Pelabuhan.
e. Cargo Ship Safety Radio Certificate, yaitu sertifikat yang menerangkan bahwa
kapal dilengkapi dengan pesawat penerima dan pemancar radio sesuai dengan
syarat tertentu.
9|P a g e
f. Safety Management Certificate, yaitu sertifikat yang menyatakan sistem
manajemen kapal menurut sistem yang digunakan berdasarkan standar ISM Code.
l. International Load Line Certificate, yaitu sertifikat yang menyatakan batas garis
muat maksimal dan minimal kapal.
10 | P a g e
p. Port State Control (PSC), yaitu sertifikat yang menyatakan segala kondisi kapal
beserta sertifikat yang menyatakan kapal layak laut beserta kekurangannya.
q. Oil Record Book, yaitu buku yang mencantumkan berita acara kondisi minyak
yang digunakan oleh kapal.
r. Health Book, yaitu buku yang menyatakan bahwa kapal dalam keadaan bersih
dan bebas dari penyakit yang menular.
s. Crew List and Passport, yaitu daftar yang menerangkan jumlah kapal yang ada di
atas kapal.
t. Last Port Clearance, yaitu sertifikat atau surat izin berlayar yang dikeluarkan pihak
Syahbandar (harbour master) setempat di pelabuhan mana kapal singgah (last
port) dan menerangkan bahwa kapal tersebut layak laut untuk berlayar.
Banyak dari konvensi IMO yang paling penting berisi ketentuan-ketentuan teknis
kapal untuk diperiksa ketika mereka mengunjungi pelabuhan asing untuk memastikan
bahwa mereka memenuhi persyaratan IMO yaitu :
11 | P a g e
a. Kekurangan harus diperbaiki sebelum kapal dapat berangkat dari pelabuhan
(Deficiencies).
b. Penahanan kapal (Detentions).
c. Perbaikan pada kapal yang mengalami kerusakan (Rectifications).
12 | P a g e
kapal tersebut maupun perlengkapan-perlengkapan kapal, dapat meninggalkan
pelabuhan apabila telah mendapatkan ijin dari PSC dengan syarat kekurangan-
kekurangan tersebut telah diperbaiki dan di cek oleh PSC.
Pemeriksaan akan terus dilakukan hingga pihak yang bertanggung jawab telah
memperbaiki kekurangan-kekurangan dan persyaratan telah terpenuhi.
Kondisi tersebut akan memastikan bahwa kapal tidak dapat berlayar sampai kapal tersebut
dapat dipastikan tidak memiliki resiko bagi keselamatan dan kesehatan penumpang atau
kru, kapal lain, dan lingkungan laut.
2.5 Kapal yang menjadi Target dari Port State Control (PSC)
Setiap perjanjian negara-negara yang menyangkut PSC memilliki kriteria-kriteria
pemeriksaan dan kapal layak berlayar.Kriteria ini dirangkum dalam profil risiko kapal.Profil
dihitung menggunakan parameter history dan generic.Ini dapat dibagi dalam 3 kategori
high risk, standart risk,dan low risk.Untuk kapal high risk, dipelukannya pengecekan yang
lebih detail.
Kapal ditargetkan untuk prioritas inspeksi oleh otoritas PSC pada dasar
skala berikut:
· 0-17 poin : Prioritas rendah
· 18-24 poin : Prioritas kurang
· 25-34 poin : Prioritas menengah
· 35-50 poin : Prioritas tinggi
· 51+ poin : Prioritas sangat tinggi
·
Kapal yang memiliki Prioritas Rendah akan diawasi lebih intens oleh PSC daripada
kapal dengan prioritas lainnya. Kapal dengan prioritas rendah akan dijadikan target oleh
PSC. Setiap kapal tersebut merapat di pelabuhan, PSC akan melakukan inspeksi lebih
detail mengenai kondisi kapal maupun perlengkapan-perlengkapan kapal.
13 | P a g e
Dalam pelaksanaannya, target list yang dipakai oleh PSC mengacu dengan target list
dari MoU yang dipakai oleh Port State tersebut.
14 | P a g e
Tabel 2 Target Grey List of Paris MoU
15 | P a g e
BAB III PENUTUP
Hal pertama yang harus dilakukan PSC kepada foreign ship adalah
melakukan pengecekan pada kapal dengan memeriksa dokumen/sertifikat yang
ditandatangani oleh Kapten kapal (Nakhoda) seperti warta kapal, vessel progress,
arrival condition, check in list, receiving list, sailing declaration, declaration of
security (DOS) & master’s authority to sign bill of loading.
Inspeksi foreign ship yang dilakukan oleh PSC dibagi menjadi beberapa
proritas, yaitu prioritas rendah, prioritas kurang, prioritas menengah, prioritas
tinggi, & prioritas sangat tinggi berdasarkan ketentuan yanga ada pada MoU yang
diikuti oleh port state. Kapal yang masuk wilayah port state dan memiliki prioritas
rendah akan diawasi lebih intens oleh PSC daripada kapal dengan prioritas lainnya.
16 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
https://suhar.wordpress.com/2011/09/28/dunia-perkapalan-
kita/#more-388. (diakses : 1 september 2018).
Tim Paris MoU. 2012. Port State Control Annual Report 2012.
https://www.parismou.org/sites/default/files/Annual%20Report%2020
12%20(final).pdf. (diakses : 1 september 2018).
17 | P a g e