Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas karunia dan rahmat-Nya, makalah ini dapat diselesaikan dengan sebaik-
baiknya. Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Peraturan
Statutori (Statutory Regulations) di Jurusan Teknik Perkapalan FTK ITS.

Makalah ini berjudul “Port State Control (PSC)” yang berisi tentang
penegakkan ketentuan-ketentuan konvensi yang berlaku dibidang keselamatan
pelayaran dan perlindungan lingkungan laut serta perlindungan dan kondisi kerja
awak kapal di laut yang diawasi oleh negara pelabuhan.

Tidak lupa, penyusun mengucapkan terima kasih kepada Ir. Hesty Anita
Kurniawati, M.Sc. selaku dosen kami dan pihak-pihak lain yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih ada kekurangan


yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu segala bentuk kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan oleh kami untuk lebih baik ke depannya. Dan
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan dapat berguna untuk
pembaca.

Surabaya, 2 September 2018

Penyusun

i|P a g e
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...........................................................................................................................................................i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................................................. ii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................................................. iii

DAFTAR TABEL ...............................................................................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................................ 1

BAB II PORT STATE CONTROL (PSC) ............................................................................................................................. 2

2.1 Sejarah terbentuk Port State Control (PSC) ............................................................................................ 2

2.2 Pengertian Port State Control (PSC) ....................................................................................................... 3

2.3 Pemeriksaan (Survey), Verifikasi (Verifications) dan Sertifikasi (Certifications) .......................................... 6

2.3.1 Pemeriksaaan dan Verifikasi (Survey and Verification) ..................................................................... 6

2.3.2 Sertifikasi (Certifications) ................................................................................................................. 7

2.4 Kekurangan (Deficiencies), Penahanan (Detentions), dan Perbaikan (Rectifications) ......................... 11

2.4.1 Kekurangan (Deficiencies).................................................................................................................... 12

2.4.2 Penahanan (Detentions) ................................................................................................................ 12

2.4.3 Perbaikan (Rectifications) .............................................................................................................. 12

2.5 Kapal yang menjadi Target dari Port State Control (PSC).................................................................... 13

BAB III PENUTUP .................................................................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................................................... 17

ii | P a g e
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Pembagian Wilayah MoU ................................................................................................................. 5

iii | P a g e
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Target White List of Paris MoU ..................................................................................................... 14
Tabel 2 Target Grey List of Paris MoU ............................................................................................................. 15
Tabel 3 Target Black List of Paris MoU ............................................................................................................ 15

iv | P a g e
BAB I PENDAHULUAN

Dalam dunia maritim, safety, security, environment protection dan


pollution prevention selalu menjadi sorotan dan menjadi topik pembicaraan oleh
seluruh negara di dunia. Tentunya didalam sistem pelayaran kapal dibutuhkan
lembaga-lembaga yang memiliki tugas untuk melakukan inspeksi dan pengawasan
secara berkala. Lembaga ini meliputi port state control, class, dan kementrian
perhubungan yang dimiliki setiap negara untuk berbagai macam tujuan, misalnya
saja tujuan perniagaan.
Port state control (PSC) menegakkan aturan kesepakatan internasional
yang disetujui oleh beberapa negara untuk melindungi pelayaran dan lingkungan,
seperti Tokyo MoU, Paris MoU, dan sebagainya. Dalam hal ini, PSC bertugas untuk
melakukan penyelidikan terhadap kepatuhan dengan persyaratan konvensi
internasional, seperti SOLAS, MARPOL, STCW, MLC, dan lain-lain. Inspeksi dapat
meliputi pemeriksaan bahwa kapal diawaki dan dioperasikan sesuai dengan
hukum internasional yang berlaku dan memverifikasi kompetensi para crew kapal
serta kondisi peralatan kapal.
PSC pada awalnya dibentuk untuk mengatasi keterbatasan flag state dalam
mengawasi kapal yang berbendera negaranya. Akan tetapi, keberadaan PSC justru
sangat baik dan membantu dalam proses pengawasan kapal-kapal yang tidak
memenuhi standar, terutama yang berada di wilayah regional.

1|P a g e
BAB II PORT STATE CONTROL (PSC)

2.1 Sejarah terbentuk Port State Control (PSC)


Pada bulan Maret 1978, kapal tanker berbendera Liberia “Amoco Cadiz”
kandas di lepas pantai Britanny/Perancis. Kapal tanker tersebut patah menjadi 3
bagian, hingga menyebabkan lebih dari 220.000 ton minyak mentah tumpah ke
laut yang menyebabkan ribuan burung laut musnah. Kecelakaan itu disebabkan
oleh kerusakan peralatan kemudi tanker, kurangnya pemantauan peralatan
kemudi tanker dan kondisi teknis kapal, pelatihan awak yang tidak memadai, serta
manajemen keselamatan di kapal.
Akibat foto-foto burung laut yang terserang akibat dampak dari tumpahan
minyak dan pantai yang tercemar tersebut viral di seluruh dunia, memaksa untuk
dilakukan diskusi tentang penyebab kecelakaan kapal. Ini adalah awal dari
dibentuknya PSC. Sebanyak 14 negara Eropa setuju untuk bergabung dan
menentang kapal yang tidak aman, awak kapal yang kurang terlatih, dan pemilik
kapal yang tidak bertanggung jawab. Sejak saat itu, Moment of Understanding
Paris (Paris MoU) dari tahun 1982 tentang PSC telah memberikan dasar untuk
melakukan survei yang tidak diumumkan tentang kapal-kapal dagang berbendera
asing yang menelpon di pelabuhan negara-negara bagian anggota dari Paris MoU.
PSC seiring berjalannya waktu semakin efektif, hal ini terbukti dari berbagai
kekurangan yang terjadi semakin menurun dan ancaman permanen dari survei
yang mungkin mendorong pemilik kapal untuk merawat kapal mereka dengan
baik. Saat ini, Paris MoU memiliki 27 negara anggota. Keberhasilan yang cepat dan
jelas di Eropa ini menjadi pelopor untuk mengembangkan PSC internasional yang
diprakarsai oleh Paris MoU. Gebrakan yang dilakuan negara-negara di Eropa,
memicu negara-negara di benua lain untuk melakukan gebrakkan yang sama,
muncul lah beberapa MoU yang ditandatangani seperti, Tokyo MoU (Samudera
Pasifik), Acuerdo Latino atau Acuerdo de Vina del Mar (Amerika Selatan dan

2|P a g e
Tengah), Karibia MoU, Mediterania MoU, Samudra Hindia MoU, Abuja MoU
(Barat dan Tengah Atlantik Afrika), Laut Hitam MoU, dan Riyadh MoU (Teluk
Persia).

2.2 Pengertian Port State Control (PSC)


Port State Control (PSC) adalah pemeriksaan kapal asing di pelabuhan
nasional untuk memverifikasi bahwa kondisi kapal dan peralatannya sesuai
dengan persyaratan peraturan internasional dan bahwa kapal tersebut diawaki
dan dioperasikan sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku. Kegiatan ini
dilakukan oleh pemerintah negara pelabuhan untuk menegakkan ketentuan
konvensi yang berlaku dibidang keselamatan pelayaran serta perlindungan
lingkungan dan awak kapal di laut. PSC memiliki wewenang untuk memeriksa
kapal asing yang masuk ke wilayah negara pelabuhan atau port state negaranya,
apakah kondisi dari kapal tersebut sudah memenuhi standar-standar internasional
atau tidak.

Tugas pokok dari Port State Control (PSC) ialah:


1) Melaksanakan ketentuan-ketentuan untuk PSC dalam konvensi-konvensi
IMO.
Konvensi IMO yang berhubungan dengan kapal menempatkan
tanggung jawab untuk keselamatan dan perlindungan lingkungan laut pada
flag state. Port state dapat memberikan kontribusi yang berguna untuk
tujuan yang dimaksud. Beberapa konvensi (SOLAS 74/78, MARPOL 73/78,
Load Line 66, SCTW 78/95 dan ILO No. 147) memuat ketentuan-ketentuan
yang memberikan kewenangan kepada port state untuk melakukan
pengawasan terhadap diterapkannya persyaratan-persyaratan konvensi
dibidang keselamatan dan pencegahan-pencegahannya.

2) Memeriksa kapal-kapal berbendera bukan negara peserta konvensi.

3|P a g e
Pengawasan dilakukan oleh port state didasarkan pada prinsip
bahwa port state mengakui sertifikat-sertifikat internasional yang
diterbitkan oleh atau atas nama pengakuan flag state dimaksud adalah
suatu hak istimewa yang hanya diberikan kepada negara peserta
konvensi. Negara bukan peserta konvensi tidak boleh menerbitkan
sertifikat-sertifikat yang dimaksud. Namun negara ini dapat menerbitkan
tersebut atas kewenangan yang diberikan oleh suatu negara peserta
konvensi sesuai ketentuan-ketentuan konvensi yang terkait. Sumber
langsung yang memberikan kewenangan untuk melaksanakan program
adalah undang-undang nasionalnya. Oleh karena itu, perlu bagi port state
untuk menjadi peserta dari konvensi-konvensi dan memiliki legalitas yang
diperlukan untuk melakukan pengawasan (PSC).

3) Memeriksa kapal-kapal dibawah ukuran konvensi.


Konvensi-konvensi maritim pada umumnya mempunyai batasan
pemberlakukan untuk setiap kategori dari ukuran-ukuran kapal (tonase,
panjang kapal, umur kapal, daerah pelayaran). Batas-batas aplikasi yang
dimaksud tidak hanya menyangkut akan sertifikat-sertifikat tetapi juga
kapal-kapal beserta perlengkapannya. Hal ini tidak merubah fakta bahwa
kapal-kapal yang dimaksud hanya boleh diizinkan berlayar jika
keselamatan dan perlindungan terhadap lingkungan laut terjamin. Kapal-
kapal tersebut harus memenuhi persyaratan-persyaratan dari flag state,
yang mungkin tidak diketahui oleh para inspektur dari port state. Oleh
karena itu, PSCO (Post State Control Officer) harus memakai
kebijaksanaannya dalam mempertimbangkan akan kondisi kapal-kapal
tersebut. Mereka dapat dibantu dalam hal ini dengan beberapa bentuk
sertifikat yang diterbitkan oleh atau atas nama flag state yang terkait.

4) Identifikasi kapal-kapal di bawah standar atau resiko-resiko penyebab


pencemaran.

4|P a g e
Identifikasi ini memerlukan pertimbangan secara profesional.
Pengalaman-pengalaman memperlihatkan bahwa interprestasi dari
negara-negara terdapat perbedaan. Kesukaran dalam menetapkan kapal-
kapal demikian direfleksikan dalam pedoman tentang pengawasan port
state (Guidelines on Port State Control). Suatu prinsip yang perlu diingat
adalah perlengkapan yang disyaratkan oleh konvensi harus ada dan dalam
kondisi yang layak. Jika tidak, maka kapal yang tidak sesuai dengan
sertifikat dan harus dilakukan perbaikan segera.

5) Melakukan pengawasan melalui pemonitoran (Monitoring Control)


Bertujuan untuk memperbaiki kelengkapan dengan
memeperhatikan beberapa konvensi dengan tujuan pengurangan
kecelakaan dan pencemaran.

Adapun pengawasan Port State Control (PSC) dibagi menjadi beberapa


kawasan dan dituangkan dalam “Memorandum of Understanding (MoU)”, yaitu:

Gambar 1 Pembagian Wilayah MoU

5|P a g e
 Paris MoU yang ditandatangani di Paris pada 1 Juli 1982.
 Vina de Mar or Latin America Agreement, yang ditandatangani di Vina del Mar
(Chile) pada 5 November 1992.
 Tokyo MoU, yang ditandatangani di Tokyo (Japan) pada 1 Desember 1993.

Negara-negara anggota Tokyo MoU adalah Australia, Kanada, Chile, China, Fiji,
Hongkong, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Selandia Baru, Papua
Nugini, Filipina, Rusia, Singapura, Thailand, Vanuatu, Vietnam.
 Caribbean MoU, yang ditandatangani di Christchurch (Barbados) pada 9 Februari
1996.
 Mediterranean MoU, yang ditandatangani di Malta pada 11 Juli 1997.
 Indian Ocean MoU, yang ditandatangani di Pretoria (South Africa) pada 5 Juni 1998.
 Abuja MoU, yang ditandatangani di Abuja pada 22 October 1999.

2.3 Pemeriksaan (Survey), Verifikasi (Verifications) dan Sertifikasi (Certifications)

2.3.1 Pemeriksaaan dan Verifikasi (Survey and Verification)


Sesampainya kapal di pelabuhan, kapal tersebut harus melakukan pemeriksaan
sebelum diberikan izin berlayar kembali,pemeriksaan harus sesuai dengan kriteria yang
tertera dalam sertifikat yang diberikan oleh Flag State,sehingga PSC dapat mengetahui
bagaimana kapal didesain, dibangun, perawatannya dan manajerialnya sehingga sesuai
dengan persyaratan dari Konvensi IMO, Codes, dan instrumen lainnya.
Sesuai dengan resolusi IMO A. 787 (19) Port State Control (PSC) dalam
pemeriksaannya dibagi menjadi tiga pemeriksaan, yaitu:
1. Pemeriksaan pokok (Initial Inspection)
2. Pemeriksaan lebih rinci (Detail Inspection
3. Pemeriksaan ulang (Following Inspection)

Tata cara pemeriksaan yang dilakukan oleh PSC adalah sebagai berikut:

6|P a g e
A. Di luar kapal
1. Perencanaan pemeriksaan sesuai dengan jadwal kedatangan dan keberangkatan kapal.
Dilarang meninggalkan pemeriksaan sampai beberapa jam sebelum berlayar.
2. Pemeriksaan sertifikat kapal, dokumen, catatan kapal (ship records) dan hasil
pemeriksaan PSC sebelumnya (pemeriksaan di darat/kantor).
3. Kesiapan perlengkapan dan catatan yang dibutuhkan (palu, helmet, nomor telepon
dll).

B. Di dalam kapal
1. Perkenalkan diri dan tunjukan identitas (ID PSC) kepada Master dan perwira lainnya.
2. Mintakan semua sertifikat, dokumen dan catatan lain yang dibutuhkan.
3. Pemeriksaan lebih detail jika perlukan.

2.3.2 Sertifikasi (Certifications)


Pada saat kapal berlabuh, PSC melakukan pengecekan pada kapal dengan
membawa dokumen/sertifikat yang harus ditanda tangani oleh Kapten kapal
(Nakhoda), antara lain:

• Warta Kapal
Dokumen ini merupakan formulir yang dikeluarkan oleh seksi
kesyahbandaran dan diisi oleh nakhoda yang baru sampai di pelabuhan secara benar
dan sempurna, yang isinya sebagai berikut: nama kapal, pelabuhan pendaftaran,
nama nakhoda, ukuran kapal, jumlah anak buah kapal, pelabuhan yang disinggahi
terakhir, jumlah muatan serta agen pelayaran. Dokumen ini berguna pada saat
Clearance In dokumen kapal ke kantor Administrator Pelabuhan, pada seksi
Kesyahbandaran untuk mengetahui keadaan atau kondisi kapal dan identitas kapal.

• Vessel Progress / Arrival Condition


Dokumen ini menyatakan bagian kapal selama kedatangan kapal tersebut
tidak di pelabuhan tujuannya hingga kapal tersebut melakukan kegiatan di daerah

7|P a g e
labuh (anchorage). Dokumen ini juga dapat dikatakan Time Sheet dan berguna untuk
mengetahui pelabuhan asal (last port) kapal tersebut dan pelabuhan tujuannya (next
port) kapal tersebut serta mengetahui waktu pada saat kapal tersebut melakukan
olah gerak di perairan negara pelabuhan dan mengetahui keadaan / kondisi kapal.

• Check In List
Dokumen ini harus ditanda tangani oleh Kapten kapal yang berguna sebagai
daftar pemeriksaan kapal dalam rangka penerbitan surat izin berlayar (Port Clearance)
oleh Syahbandar (Harbour Master) pada saat melakukan clearance out.

• Receiving List
Dokumen ini berguna sebagai tanda terima pengambilan/ pemeriksaan
dokumen kapal pada saat pengecekan dan penyerahan kembali dokumen kapal
(clearance out) kepada kapten kapal.

• Sailing Declaration
Dokumen ini harus diisi dan ditanda tangani oleh kapten kapal yang
bersangkutan, dokumen ini berguna untuk keberangkatan kapal (clearance out).

• Declaration of Security (DOS)


Dokumen yang dikeluarkan oleh kesyahbandaran (harbour master) yang
menyatakan bahwa perairan/pelabuhan bebas dari bahaya dan aman untuk
disinggahi sebagai alur pelayaran, dan dokumen ini harus ditanda tangani oleh kapten
kapal yang bersangkutan.

• Master’s Authority to Sign Bill Of Loading


Dokumen ini harus ditanda tangani oleh kapten kapal yang berguna untuk
pendelegasian wewenang dari kapten kapal kepada perusahaan untuk membuat
dan menerbitkan Bill of Lading atas muatan yang akan diangkut oleh kapal yang
bersangkutan.

8|P a g e
Selain dokumen yang dibawa agen tersebut di atas, agen juga harus
mengambil dan membawa dokumen atau sertifikat kapal yang asli guna keperluan
pemeriksaan dokumen kapal yang bersangkutan tersebut pada Kepala Bidang
Kelayakan Kapal (KAKA), Kepala Bidang Lalu Lintas Laut dan Pelabuhan (LALA),
Kepala Bidang Penjagaan dan Keselamatan (GAMAT) pada Kepala Sie
Kesyahbandaran di Kantor Administrator Pelabuhan.

Dokumen atau sertifikat kapal yang diambil tersebut antara lain:

a. Nationality/Registry Certificate, yaitu sertifikat yang menyatakan tanda


kebangsaan suatu kapal yang diberikan oleh pemerintah negara. Kapal tersebut
berhak perlindungan hukum dari tersebut dan berhak mengibarkan bendera dari
negara di mana kapal tersebut didaftarkan.

b. International Tonage Certificate, yaitu sertifikat atau surat ukur yang


menerangkan ukuran terpenting dari kapal seperti: ukuran panjang kapal (Length
Over All/OA), lebar kapal (Breadth/B), kedalaman kapal (Depth/D), serta berat
bersih kapal (Dead Wight Tonage/DWT) dan berat kotor kapal (Gross Tonage/GT)

c. Cargo Ship Safety Construction Certificate, yaitu sertifikat yang menyatakan


ruangan kapal beserta bangunannya kapal mengangkat muatan menurut jenis
kapal yang sesuai standart dan keselamatan kapal. d. Cargo Ship Safety Equipment
Certificate, yaitu sertifikat yang menyatakan dan menerangkan perlengkapan dan
peralatan kapal.

e. Cargo Ship Safety Radio Certificate, yaitu sertifikat yang menerangkan bahwa
kapal dilengkapi dengan pesawat penerima dan pemancar radio sesuai dengan
syarat tertentu.

9|P a g e
f. Safety Management Certificate, yaitu sertifikat yang menyatakan sistem
manajemen kapal menurut sistem yang digunakan berdasarkan standar ISM Code.

g. International Ship Security Certificate (ISSC), yaitu sertifikat yang menerangkan


mengenai tingkat dan level keamanan kapal tersebut.

h. International Oil Polution Presentative (IOPP) Certificate, yaitu sertifikat yang


menerangkan bahwa kapal tersebut tidak menyebabkan pencemaran udara dan
polusi di laut.

i. Certificate of Insurance or Other Financial, yaitu sertifikat yang menerangkan


bahwa kapal tersebut telah diasuransikan guna mengantisipasi hal terjadi di laut.

j. Safe manning Certificate, yaitu sertifikat yang menyatakan keterangan perwira


beserta awak kapalnya.

k. Classification of Hull Certificate, yaitu sertifikat yang menyatakan jenis klasifikasi


lambung kapal juga jenis lambung kapal.

l. International Load Line Certificate, yaitu sertifikat yang menyatakan batas garis
muat maksimal dan minimal kapal.

m. International Life Raft Certificate (ILR), yaitu sertifikat yang menyatakan


pelampung penyelamat yang digunakan pada saat gawat darurat.

n. Fire Extinguisher Certificate, yaitu sertifikat yang menyatakan kapal memiliki


sistem pemadaman kebakaran yang memadai.

o. Deratting Examption Certificate, yaitu sertifikat yang menyatakan kapal bebas


dari hama tikus.

10 | P a g e
p. Port State Control (PSC), yaitu sertifikat yang menyatakan segala kondisi kapal
beserta sertifikat yang menyatakan kapal layak laut beserta kekurangannya.

q. Oil Record Book, yaitu buku yang mencantumkan berita acara kondisi minyak
yang digunakan oleh kapal.

r. Health Book, yaitu buku yang menyatakan bahwa kapal dalam keadaan bersih
dan bebas dari penyakit yang menular.

s. Crew List and Passport, yaitu daftar yang menerangkan jumlah kapal yang ada di
atas kapal.

t. Last Port Clearance, yaitu sertifikat atau surat izin berlayar yang dikeluarkan pihak
Syahbandar (harbour master) setempat di pelabuhan mana kapal singgah (last
port) dan menerangkan bahwa kapal tersebut layak laut untuk berlayar.

Setelah semua dokumen atau sertifikat diserahkan oleh kapal, langkah


selanjutnya adalah dilakukan pemeriksaan dan pelengkapan serta membuat
momerandumnya di kantor untuk keperluan Clearance In/Out ke Kantor
Administrator Pelabuhan.

2.4 Kekurangan (Deficiencies), Penahanan (Detentions), dan Perbaikan


(Rectifications)

Banyak dari konvensi IMO yang paling penting berisi ketentuan-ketentuan teknis
kapal untuk diperiksa ketika mereka mengunjungi pelabuhan asing untuk memastikan
bahwa mereka memenuhi persyaratan IMO yaitu :

11 | P a g e
a. Kekurangan harus diperbaiki sebelum kapal dapat berangkat dari pelabuhan
(Deficiencies).
b. Penahanan kapal (Detentions).
c. Perbaikan pada kapal yang mengalami kerusakan (Rectifications).

2.4.1 Kekurangan (Deficiencies)


Adakalanya suatu kondisi kapal yang dijumpai tidak memenuhi persyaratan-
persyaratan dari konvensi internasional. Ada banyak kekurangan-kekurangan yang
tidak memenuhi standar dari ketentuan IMO.
Kategori kekurangan menyangkut hal-hal seperti:
o perangkat keamanan dan keselamatan (Lifeboats)
o keamanan navigasi
o perlengkapan pemadam kebakaran (emergency fire pump, means of control, fire
prevention)
o garis muat (ventilators, air pipes, casing)
o stabilitas, struktur, dan perlengkapan yang memadai
o ISM related deficiencies (daya tahan kapal dan perlengkapannya), dll
Kerusakan yang ditemukan di kapal merupakan tanggung jawab dari port
state untuk menjamin pemenuhannya sebelum kapal meninggalkan pelabuhan.

2.4.2 Penahanan (Detentions)


Penahanan (detentions) merupakan suatu tindakan penundaan pemberian ijin
Berlayar kepada kapal asing yang memiliki kekurangan-kekurangan (deficiencies) yang
secara substansial tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan konvensi internasional
yang berlaku.

2.4.3 Perbaikan (Rectifications)


Kapal yang ditahan oleh PSC dikarenakan adanya kekurangan-kekurangan
(deficiencies) dan tidak memenuhi ketentuan-ketentuan dari konvensi, baik dari kondisi

12 | P a g e
kapal tersebut maupun perlengkapan-perlengkapan kapal, dapat meninggalkan
pelabuhan apabila telah mendapatkan ijin dari PSC dengan syarat kekurangan-
kekurangan tersebut telah diperbaiki dan di cek oleh PSC.

Pemeriksaan akan terus dilakukan hingga pihak yang bertanggung jawab telah
memperbaiki kekurangan-kekurangan dan persyaratan telah terpenuhi.

Kondisi tersebut akan memastikan bahwa kapal tidak dapat berlayar sampai kapal tersebut
dapat dipastikan tidak memiliki resiko bagi keselamatan dan kesehatan penumpang atau
kru, kapal lain, dan lingkungan laut.

2.5 Kapal yang menjadi Target dari Port State Control (PSC)
Setiap perjanjian negara-negara yang menyangkut PSC memilliki kriteria-kriteria
pemeriksaan dan kapal layak berlayar.Kriteria ini dirangkum dalam profil risiko kapal.Profil
dihitung menggunakan parameter history dan generic.Ini dapat dibagi dalam 3 kategori
high risk, standart risk,dan low risk.Untuk kapal high risk, dipelukannya pengecekan yang
lebih detail.
Kapal ditargetkan untuk prioritas inspeksi oleh otoritas PSC pada dasar
skala berikut:
· 0-17 poin : Prioritas rendah
· 18-24 poin : Prioritas kurang
· 25-34 poin : Prioritas menengah
· 35-50 poin : Prioritas tinggi
· 51+ poin : Prioritas sangat tinggi
·
Kapal yang memiliki Prioritas Rendah akan diawasi lebih intens oleh PSC daripada
kapal dengan prioritas lainnya. Kapal dengan prioritas rendah akan dijadikan target oleh
PSC. Setiap kapal tersebut merapat di pelabuhan, PSC akan melakukan inspeksi lebih
detail mengenai kondisi kapal maupun perlengkapan-perlengkapan kapal.

13 | P a g e
Dalam pelaksanaannya, target list yang dipakai oleh PSC mengacu dengan target list
dari MoU yang dipakai oleh Port State tersebut.

Tabel 1 Target White List of Paris MoU

14 | P a g e
Tabel 2 Target Grey List of Paris MoU

Tabel 3 Target Black List of Paris MoU

15 | P a g e
BAB III PENUTUP

Port state control (PSC) merupakan lembaga yang bertugas untuk


mengawasi kapal yang berada pada pelabuhan di suatu negara untuk menegakkan
peraturan yang berlaku dibidang keselamatan pelayaran dan perlindungan
lingkungan laut serta perlindungan dan kondisi kerja awak kapal di laut. Selain itu,
PSC juga melakukan pemeriksaan, verifikasi dan sertifikasi pada kapal asing yang
memasuki wilayah negaranya.

Hal pertama yang harus dilakukan PSC kepada foreign ship adalah
melakukan pengecekan pada kapal dengan memeriksa dokumen/sertifikat yang
ditandatangani oleh Kapten kapal (Nakhoda) seperti warta kapal, vessel progress,
arrival condition, check in list, receiving list, sailing declaration, declaration of
security (DOS) & master’s authority to sign bill of loading.

Adakalanya suatu kondisi kapal yang dijumpai banyak kekurangan-


kekurangan (deficiencies) dan tidak memenuhi standar dari ketentuan IMO.
Sehingga Port State Control (PSC) memiliki wewenang untuk melakukan
penahanan (Detentions). Kapal yang ditahan dapat meninggalkan pelabuhan
apabila telah mendapatkan ijin dari PSC setelah proses pengecekan kembali
dengan syarat pihak yang bertanggungjawab pada kapal telah melakukan
perbaikan (rectification) pada kekurangan-kekurangan tersebut.

Inspeksi foreign ship yang dilakukan oleh PSC dibagi menjadi beberapa
proritas, yaitu prioritas rendah, prioritas kurang, prioritas menengah, prioritas
tinggi, & prioritas sangat tinggi berdasarkan ketentuan yanga ada pada MoU yang
diikuti oleh port state. Kapal yang masuk wilayah port state dan memiliki prioritas
rendah akan diawasi lebih intens oleh PSC daripada kapal dengan prioritas lainnya.

16 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Waspodo, Fino. 2012. Soal Jawab Hukum Maritim.


http://finowaspodo.blogspot.com/2012/02/soal-jawab-hukum-
maritim.html. (diakses : 1 september 2018).

Tim IMO. 2011. Surveys and Certification.


http://www.imo.org/OurWork/Safety/Implementation/Pages/SurveysA
ndCertification.aspx. (diakses : 1 september 2018).

Kurniawan, Suhar Chandra. 2011. Dunia Perkapalan Kita.

https://suhar.wordpress.com/2011/09/28/dunia-perkapalan-
kita/#more-388. (diakses : 1 september 2018).

Tim Paris MoU. 2012. Port State Control Annual Report 2012.
https://www.parismou.org/sites/default/files/Annual%20Report%2020
12%20(final).pdf. (diakses : 1 september 2018).

Kurniawati, Hesty Anita. 2018. Statutory Regulation. Surabaya : ITS Press.

17 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai