Anda di halaman 1dari 5

Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017 Vol. 1 No.

1 2017, Hal. 197-201

PERANAN PANCASILA DALAM MENUMBUHKAN KARAKTER BANGSA PADA GENERASI MUDA


DI ERA GLOBAL

Heryansyah Ginting
Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan
heryansyahginting@gmail.com

Abstrak
Tujuan dari jurnal ini adalah menganalisa pembangunan karakter bangsa Indonesia berdasarkan pada pancasila untuk
menjadi bangsa mandiri di era global. Argumen utama dari jurnal ini adalah pembangunan karakter bangsa Indonesia lebih
berfokus pada peningkatan kesadaran generasi muda Indonesia akan pentingnya menjadi generasi penerus bangsa yang
memiliki karakter sesuai dengan nilai-nilai dasar pancasila. Pemerintah Indonesia bersama seluruh elemen masyarakat
lainnya terus berusaha untuk membangun karakter bangsa Indonesia terutama bagi generasi muda agar Indonesia menjadi
bangsa mandiri di era global. Jurnal ini akan membuktikan hipotesis bahwa pembangunan karakter bangsa Indonesia
berdasarkan pancasila bertujuan untuk membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang mandiri sesuai dengan cita-cita
pancasila. Pembangunan karakter bangsa Indonesia menuju bangsa yang mandiri dalam menghadapi era global tersebut
berfokus pada penanaman nilai-nilai pancasila terhadap generasi muda penerus bangsa yang secara aktif dilakukan oleh
seluruh komponen bangsa bekerjasama dengan pemerintah.

Kata Kunci: Karakter Bangsa,Pancasila,Generasi Muda

PENDAHULUAN
Salah satu permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia dewasa ini adalah memudarnya semangat
nasionalisme dan patriotisme di kalangan generasi muda. Hal ini disebabkan banyaknya pengaruh budaya asing yang
banyak masuk di negara kita, akibatnya banyak generasi muda yang melupakan budaya sendiri karena menganggap
bahwa budaya asing merupakan budaya yang lebih modern dibanding budaya bangsa sendiri. Hal ini berakibat nilai-nilai
luhur bangsa banyak diabaikan hampir terjadi disebagian besar generasi muda. Sejak dahulu dan sekarang ini serta masa
datang peranan pemuda atau generasi muda sebagai pilar, penggerak dan pengawal jalannya pembangunan nasional
sangat diharapkan. Melalui organisasi dan jaringannya yang luas, pemuda dan generasi muda dapat memainkan peran
yang lebih besar untuk mengawal jalann pembangunan nasional. Berbagai permasalahan yang timbul akibat rasa
nasionalisme dan kebangsaan yang memudar banyak terjadi belakangan ini, banyak generasi muda atau pemuda yang
mengalami disorientasi, dislokasi dan terlibat pada suatu kepentingan yang hanya mementingkan diri pribadi atau
sekelompok tertentu dengan mengatasnamakan rakyat sebagai alasan dalam kegiatanya.
Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara merupakan hasil kesepakatan bapak pendiri bangsa ketika negara
Indonesia didirikan, dan hingga sekarang di era global, negara Indonesia tetap berpegang teguh kepada pancasila sebagai
dasar negara. Sebagai dasar negara, Pancasila harus menjadi acuan negara dalam menghadapi berbagai tantangan global
dunia yang terus berkembang. Di era globalisasi ini peran Pancasila tentulah sangat penting untuk tetap menjaga eksistensi
kepribadian bangsa Indonesia, karena dengan adanya globalisasi batasan batasan diantara negara seakan tak terlihat,
sehingga berbagai kebudayaan asing dapat masuk dengan mudah ke masyarakat. Hal ini dapat memberikan dampak positif
dan negatif bagi bangsa indonesia, jika kita dapat memfilter dengan baik berbagai hal yang timbul dari dampak globalisasi
tentunya globalisasi itu akan menjadi hal yang positif karena dapat menambah wawasan dan mempererat hubungan antar
bangsa dan negara di dunia, sedangkan hal negatif dari dampak globalisasi dapat merusak moral bangsa dan eksistensi
kebudayaan Indonesia. Sehubungan hal tersebut, generasi muda sebagai pilar bangsa diharapkan memiliki jiwa patriotisme
dan nasionalisme dengan tetap bertahan pada nilai-nilai budaya bangsa Indonesia meskipun banyak budaya asing masuk
di negara Indonesia. Dengan berlandaskan Pancasila diharapkan pengaruh budaya asing bisa disaring sehingga generasi
muda bisa menjadi generasi yang benar-benar cinta pada tanah air Indonesia apapun keadaanya. Dalam proses
membangun karakter suatu bangsa, salah satu faktor penting yang harus diperhatikan adalah pendidikan baik itu secara
formal maupun non formal sehingga pengaruh negatif dari globalisasi dapat dikurangi terutama bagi generasi muda sebagai
generasi penerus bangsa yang menentukan masa depan. Generasi muda sekaligus sebagai generasi yang paling
rentan terkena dampak negatif dari globalisasi sehingga peran pendidikan karakter bangsa serta pembangunan karakter
bangsa dengan berlandaskan pancasila menjadi suatu hal yang sangat penting untuk menjadikan bangsa Indonesia mandiri
di era globalisasi.Terkait dengan hal itu, jurnal ini akan membahas peranan Pancasila dalam menumbuhkan rasa

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak)


ISSN: 2598-2796 (media online)

197
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017 Vol. 1 No. 1 2017, Hal. 197-201

nasionalisme di kalangan generasi muda Indonesia di era globalisasi. jurnal ini bertujuan untuk menganalisis masalah-
masalah yang tercermin akibat pudarnya rasa nasionalisme dan patriotisme generasi muda di era global; mengetahui
sejauh mana pentingnya Pancasila dalam menumbuhkan rasa nasionalisme dan patriotism generasi muda di era global;
menganalisis peran pemerintah dalam menumbuhkan rasa nasionalisme di kalangan generasi muda saat ini; dan
memberikan gambaran kepada generasi muda akan pentingnya rasa nasionalisme dan patriotisme dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.

TINJAUAN PUSTAKA
Pancasila adalah dasar negara, ideologi bangsa dan falsafah serta pandangan hidup bangsa, yang di dalamnya
terkandung nilai dasar, nilai instrumental dan nilai praksis. Selain itu Pancasila sebagai ideologi terbuka setidaknya memiliki
dua dimensi nilai-nilai, yaitu nilai-nilai ideal dan aktual. Namun nilai-nilai itu kondisinya dipengaruhi oleh nilai-nilai yang
dibawa globalisasi, sehingga berdampak terjadinya pergeseran peradapan, yang juga membawa perubahan pemaknaan
dan positioning Pancasila Pancasila yang memiliki semboyan ke-Bhinneka Tunggal Ika-an, dengan pluralisme dan
multikulturalisme yang harus disatukan oleh “rasa bersama” dalam idiom nation-state berikut semangat nasionalisme yang
menyertainya. Seperti halnya yang dituliskan oleh Empu Tantular: “Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Darma Mangrwa”.
Menunjukan bahwa Pancasila merupakan alat persatuan dari keanegaraman yang ada di negara Indonesia, multikultural
dan juga pluralistik bangsa Indonesia. Dalam hal ini pembangunan karakter bangsa merupakan salah satu unsur penting
karena dengan karakter yang bagus maka bangsa tersebut akan tumbuh dan berkembang menjadi bangsa yang besar dan
kuat.Hal tersebut juga dilaksanakan oleh bangsa Indonesia dalam pembangunan karakter generasi muda bangsa Indonesia
menuju pada kemandirian di era globalisasi yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang besar dan
kuat. Sementara itu kata global yang maknanya universal.Sekarang lebih dikenal dengan globalisasi.Globalisasi juga
diartikan suatu fenomena di mana batasan-batasan antar negara seakan memudar karena terjadinya berbagai
perkembangan di segala aspek kehidupan, khususnya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan terjadinya
perkembangan berbagai aspek kehidupan khususnya di bidang iptek maka manusia dapat pergi dan berpindah ke berbagai
negara dengan lebih mudah serta mendapatkan berbagai informasi yang ada dan yang terjadi di dunia. Dari beberapa
landasan teori di atas maka di sini penulis akan mencoba menganalisa sejauh mana peranan Pancasila dalam
menumbuhkan karakter bangsa di kalangan generasi muda di era global.

PEMBAHASAN
Pancasila Sebagai Dasar Karakter
Pancasila sejak masa Orde Baru runtuh sampai sekarang ini dianggap sebelah mata oleh masyarakat. Hal ini
disebabkan karena penyimpangan yang dilakukan oleh pemerintah dan telah melanggar nilai-nilai dari Pancasila.
Penyimpangan terbesar dan yang paling sulit untuk dibasmi adalah masalah KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme),
masalah yang seolah-olah sudah menjadi penyakit mendarah daging di Indonesia ini. Pancasila yang sejak dahulu
diciptakan sebagai dasar negara dan sudah sejak nenek moyang kita digunakan sebagai pandangan hidup sudah
seharusnya dijadikan pedoman bagi bangsa Indonesia dalam kehidupan bernegara, berbangsa dan bermasyarakat.
Demikian juga bagi generasi muda, Pancasila yang mulai kehilangan pamornya di kalangan generasi muda diharapkan
akan muncul kembali kejayaannya jika generasi muda mulai sadar dan memahami fungsi Pancasila serta melaksanakan
dalam kehidupan sehari-hari. Akhir-akhir ini mulai banyak dibicarakan atau dipertanyakan tentang wawasan kebangsaan
generasi muda. Banyak momentum dilakukan, mulai dari seminar, lokakarya sampai kongres Pancasila yang sampai
sekarang sudah dilaksanakan sebanyak 4 kali (I –IV). Semua momentum tersebut selalu melibatkan generasi muda sebagi
subyek pengembang nilai-nilai Pancasila yang diharapkan dapat memberikan peran dan kontribusinya bukan hanya
sekarang tapi juga yang akan datang menjadi aktor dan pelaku dalam pembangunan nasional. Menurut Rajasa (2007),
generasi muda mengembangkan karakter nasionalisme melalui tiga proses yaitu:
1. Pembangun Karakter (character builder) yaitu generasi muda berperan membangun karakter positifr bangasa melalui
kemauan keras, untuk menjunjung nilai-nilai moral serta menginternalisasikannya pada kehidupan nyata.
2. Pemberdaya Karakter (character enabler), generasi muda menjadi role model dari pengembangan karakter bangsa
yang positif, dengan berinisiatif membangun kesadaran kolektif denhgan kohesivitas tinggi, misalnya menyerukan
penyelesaian konflik.
3. Perekayasa karakter (character engineer) yaitu generasi muda berperan dan berprestasi dalam ilmu pengetahuan dan
kebudayaan, serta terlibat dalam proses pembelajaran dalam pengembangan karakter positif banmgsa sesuai dengan
perkembangan zaman.
Dari konsep Rajasa tersebut dapat dianalisa bahwa generasi muda sebagai pilar bangsa memiliki peran yang sangat
penting. Masa depan bangsa tergantung dari para generasi muda dalam bersikap dan bertindak. Menjunjung nilai-nilai
moral yang baik berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan melaksanakan dalam kehidupan sehari-hari sangat penting dilakukan.
Rasa nasionalisme yang harus ditumbuhkan di kalangan generasi muda bukan nasionalisme yang sempit, akan tetapi
nasionalisme yang menjunjung tinggi bangsa dan negara sendiri akan tetapi masih menghargai bangsa lain. Pembangunan

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak)


ISSN: 2598-2796 (media online)

198
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017 Vol. 1 No. 1 2017, Hal. 197-201

karakter suatu bangsa tidak cukup dalam esensi pembangunan fisik saja tetapi dibutuhkan suatu orientasi yang lebih kuat
yaitu suatu landasan dasar atau pondasi pembangunan karakter bangsa tersebut. Sehingga esensi fisik dari pembangunan
berawal pada internalisasi nilai-nilai untuk menuju pada pembangunan tata nilai atau sebaliknya pembangunan yang
berorientasi pada tatanan fisik tersebut dijiwai oleh semangat peningkatan tata nilai sosio-kemasyarakatan dan budaya.
Dalam hal ini Indonesia memiliki landasan pancasila sebagai dasar untuk melakukan pembangunan karakter bangsa
Indonesia.

Pembinaan Karakter Bangsa


Ketika suatu bangsa mulai membangun, maka yang pertama kali menjadi korban adalah kelembagaan keluarga
berikut seluruh tatanan nilai kekeluargaan yang ada di dalamnya.Maksud dari penyataan diatas adalah pembangunan yang
dilakukan oleh suatu bangsa seringkali membutuhkan pengorbanan yang sangat besar termasuk mengorbankan keluarga
atau bahkan kebersamaan dalam keluarga. Bukti nyata yang dapat kita lihat terutama berada di negara - negara industri
maju, dimana fenomena hilangnya kohesivitas keluarga terlihat sangat jelas sejalan dengan semakin meningkatnya
modernisasi di negara-negara maju tersebut.Pembangunan yang baik tentu tidak harus mengorbankan keluarga atau
bahkan bangsanya sendiri. Sehingga dalam melaksanakan pembangunan dan pembinaan karakter suatu bangsa
dibutuhkan pemahaman yang lebih baik, khususnya dalam menjadikan pembangunan fisik suatu bangsa sebagai salah satu
instrumen dalam pembinaan karakter bangsanya agar menjadi lebih baik pula dengan berlandaskan pada suatu nilai.Aspek
lain yang tidak kalah penting untuk diperhitungkan dalam melakukan pembinaan karakter bangsa adalah pengaruh dari
kemajuan kapasitas berpikir manusia itu sendiri yang pada umumnya diartikulasikan dalam bentuk kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yaitu teknologi informasi dan telekomunikasi. Kedua jenis teknologi tersebut secara radikal
telah mengakselerasi proses interaksi antar manusia dari berbagai bangsa dan memberikan dampak adanya amalgamasi
berbagai kepentingan lintas bangsa (globalisasi).(Nurani Soyomukti, 2010) Dan salah satu unsur yang ada dalam
proses amalgamasi kepentingan antar manusia adalah daya saing atau competitiveness. Pentingnya kemampuan daya
saing bagi suatu bangsa untuk dapat menjadi bangsa yang mandiri di era globalisasi tersebut sehingga dibutuhkan suatu
pembinaan karakter bangsa termasuk juga bagi bangsa Indonesia.Menurut Michael Porter (1999), dalam bukunya Daya
Saing sebuah Bangsa (The Competitiveness of A Nation), pemahaman daya saing sebagai salah satu keunggulan yang
dimiliki suatu entitas dibandingkan dengan entitas lainnya. Keunggulan yang dimaksud dapat berkembang ke berbagai
pengertian maupun penerapan. Keunggulan tersebut dapat diartikan sebagai keunggulan ekonomi, keunggulan politik,
keunggulan militer dan lain-lain. Sedangkan, daya saing pada esensinya dapat diartikan sebagai sebuah rantai dari suatu
nilai proses yang dapat dikendalikan dengan proses pembelajaran kontinyu atau continuous learning. Sehingga, arti dan
makna pembinaan karakter bangsa di era globalisasi yang sarat dengan daya saing adalah menyangkut tiga hal pokok
yaitu:
1. Artikulasi karakter bangsa adalah mengacu pada tingkat peningkatan kapasitas pengetahuan dari bangsa tersebut
untuk terus melakukan pembelajaran agar semakin meningkat daya saingnya di era globalisasi.
2. Pembinaan karakter bangsa akan diarahkan agar kapasitas pengetahuan yang terbangun dapat meningkatkan daya
saing suatu bangsa, dengan kondisi dimana daya saing tersebut akan memungkinkan adanya kemajuan kolektif atau
kemajuan bersama bagi bangsa Indonesia.
3. Pemaknaan dari karakter positif bangsa seharusnya diarahkan untuk mencapai dua hal pokok di atas.
Sebenarnya bangsa Indonesia telah memiliki karakter positif bangsa yang seharusnya terus ditumbuh-
kembangkan untuk menjadi bangsa yang mandiri di era globalisasi ini. Karakter positif yang telah dimiliki oleh bangsa
Indonesia tersebut antara lain adalah karakter pejuang yang juga telah diakui oleh masyarakat internasional karena
Indonesia mendaparkan kemerdekaannya melalui perjuangan tumpah darah bangsa Indonesia. selain itu, bangsa Indonesia
juga memiliki karakter pemberani dan sejumlah karakter positif lainnya yang harus ditumbuh-kembangkan sebagai bekal
untuk menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang kuat dan mandiri di era globalisasi. Seluruh karakter positif yang
telah dimiliki oleh bangsa Indonesia tersebut harus dimaknai dalam konteks peningkatan daya saing untuk menghadapi
globalisasi. Sehingga pembinaan karakter positif bangsa dibutuhkan untuk meningkatkan daya saing bangsa Indonesia
dalam era globalisasi.Namun disisi lain, bangsa Indonesia masih didera oleh sejumlah permasalahan dalam pembinaan
karakter bangsa bahkan yang paling kritis justru yang menyangkut masalah daya saing bangsa Indonesia, sebuah
parameter yang semakin meningkat nilai pentingnya di era globalisasi saat ini. Meskipun demikian, pembinaan karakter
bangsa Indonesia terus dilaksanakan secara terus-menerus demi terciptanya generasi muda penerus bangsa yang memiliki
mental saing kuat dalam menghadapi globalisasi. Pembinaan karakter bangsa Indonesia juga dilandasi oleh nilai-nilai dasar
pancasila yang akan penulis kaji dalam pembahasan berikutnya.

Munculnya Pendidikan Karakter


Dengan kondisi sosial budaya dan kekayaan alam yang melimpah, rakyat Indonesia dapat merasakan kehidupan
yang makmur dan sejahtera dari waktu ke waktu. Kenyataan yang dialami oleh bangsa ini menunjukkan kondisi yang
berbeda dengan logika kekayaan sosial, budaya, dan alam. Kondisi yang dialami menunjukkan bahwa kekayaan alam
tereksploitasi besar-besaran, pembangunan industri terjadi terus-menerus, dan pergantian pemerintah terus berlangsung

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak)


ISSN: 2598-2796 (media online)

199
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017 Vol. 1 No. 1 2017, Hal. 197-201

dari waktu ke waktu secara damai, tetapi kebanyakan rakyat Indonesia belum mendapatkan dan mengalami kehidupan
yang makmur dan sejahtera.
Berbagai pengalaman ini menunjukkan bahwa bangsa ini merupakan bangsa yang unik. Unik merujuk pada kondisi
yang dialami bangsa sampai saat ini. Banyak orang dan pihak yang bertanya “Apa yang salah dengan bangsa ini?”
Sejenak kita melihat beberapa indikasi tentang “Apa yang salah dengan bangsa ini?”
1. Kondisi moral/akhlak generasi muda yang hancur. Hal ini ditandai dengan maraknya seks bebas di kalangan remaja,
peredaran narkoba di kalangan remaja, tawuran pelajar, peredaran foto dan video porno pada kalangan pelajar, dan
sebagainya.
2. Pengangguran terdidik yang mengkhawatirkan (Lulusan SMA, SMK, dan perguruan tinggi)
3. Rusaknya moral bangsa dan menjadi akut (korupsi, asusila, kejahatan, tindakan kriminalitas pada semua sektor
pembangunan, dll)
Selanjutnya kagan (2004) mengutip sejumlah angka statistic terkait kenakalan remaja sebagai berikut:
1. 180.000 siswa membolos setiap hari karena takut pada kekerasan dan pemalakan
2. 83% siswa perempuan dan 60% siswa lelaki telah mengalami pelecehan seksual di sekolah beripa disentuh, dicubit,
dan digerayangi
3. 54% siswa sekolah menengah pertama dan 70% siswa sokolah menengah atas mengaku telah berbuat curang pada
saat ujian tahun sebelumnya
4. 47% siswa sekolah menengah atas mengaku mereka mencuri di tko swalayan selama 12 bulan terakhir
Fenomena nyata yang dialami dan terjadi pada bangsa ini sebagaimana tergambar dalam paparan diatas
menunjukkan bahwa “sungguh unik bangsa ini.” Pandangan tentang keunikan ini harus mengarahkan pandangan dan
pikiran untuk menelaah lebih jauh mengenai apa penyebabnya bagaimana memecahkannya, dan bagaimana bangsa ini
dibangun untuk masa depan yang lebih baik, serta sukses di dunia dan bahagia di akherat.
Dewasa ini banyak pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan pendidikan karater pada
lembaga pendidikan formal. Tuntutan tersebut didasarkan pada fenomena sosial yang berkembang. Oleh karena itu,
lembaga pendidikan formal sebagai wadah resmi pembinaan generasi muda diharapkan dapat meningkat peranannya
dalam pembentukan kepribadian peserta didik melalui peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan karakter.
Salah satu bapak pendiri bangsa, presiden pertama Republik Indonesia, Bung Karno, bahkan menegaskan:
“Bangsa ini harus dibangun dengan mendahulukan pembangunan karakter (character building) karena character
building inilah yang akan membuat Indonesia menjadi bangsa yang besar, maju, serta bermatabat. Kalau character
building ini tidak dilakukan, maka bangsa Indonesia akan menjadi bangsa kuli.Sejalan dengan kerinduan terhadap
pancasila, dunia pendidikan hari ini pun sedang merindukan dan mengelu-elukan pendidikan karakter. Pemerintah melalui
kementerian pendidikan nasional, sedang mencanangkan program pendidikan karakter secara besar-besaran. Pendidikan
karakter dianggap sebagai solusi terbaik terhadap berbagai bencana moral yang melilit bangsa ini, yakni; hilangnya nilai-
nilai Ketuhanan YME, lemahnya nilai-nilai peri-kemanusiaan yang adil dan beradab, lunturnya persatuan dan lemahnya
prinsip musyawarah untuk mufakat, serta semakin terpinggirkannya nilai-nilai keadilan.Dalam kebijakan nasional
ditegaskan, antara lain bahwa pembangunan karakter bangsa merupakan kebutuhan asasi dalam proses berbangsa dan
bernegara. Sejak awal kemerdekaan, bangsa Indonesia sudah bertekad untuk menjadikan pembangunan karakter bangsa
sebagai bahan penting dan tidak dipisahkan dari pembangunan nasional.
Secara ekplisit pendidikan karakter (watak) adalah amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional yang pada pasal 3 menegaskan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.”
Dalam arah dan kebijakan dan prioritas pendidikan karakter ditegaskan bahwa pendidikan karakter sudah menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari upaya pencapaian visi pembangunan nasional yang tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Tahun 2005-2025. Bahwa pendidikan karakter sejalan dengan prioritas pendidikan
nasional, dapat dicermati dari Standar Kompetensi Lulusan (SKL) pada setiap jenjang pendidikan. Sebagaimana diketahui
untuk memantau pelaksanaan pendidikan dan mengukur ketercapaian kompentensi yang ingin diraih pada setiap jenjang
pendidikan telah diterbitkan peemendiknas nomor 23 tahun 2006 tentang SKL. Jika dicermati secara mendalam,
sesungguhnya hampir pada setiap rumusan SKL tersebut secara implisit maupun eksplisit baik pada SKL SD/MI, SMP/MTs,
SMA/MA dan SMK, memuat subtansi nilai/karakter.Potensi peserta didik yang akan dikembangkan seperti beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab pada hakikatnya dekat dengan makna karakter. Senada dengan sembilan
pilar pendidikan karakter yang telah dilansir oleh Kementrian Pendidikan Nasional antara lain. (1). Cinta Tuhan dan segenap
ciptaan-Nya, (2). Kemandirian dan Tanggung jawab, (3). Kejujuran dan Diplomatis, (4). Hormat dan Santun, (5). Dermawan,
Suka tolong menolong, dan Gotong royong, (6). Percaya diri dan Kerja keras, (7). Kepemimpinan dan Keadilan, (8). Baik
dan Rendah hati, dan (9). Toleransi, Perdamaian, dan Kesatuan.

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak)


ISSN: 2598-2796 (media online)

200
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017 Vol. 1 No. 1 2017, Hal. 197-201

Tidak dapat disangkal bahwa, sekolah memiliki dampak dan pengaruh terhadap karakter siswa, baik disengaja maupun
tidak. Kenyataan ini menjadi entry point untuk menyatakan bahwa sekolah mempunyai tugas dan tanggugjawab untuk
melakukan pendidikan moral dan pembentukan karakter. Tidak perlu disangsikan lagi, bahwa pendidikan karakter
merupakan upaya yang harus melibatkan semua pihak baik rumah tangga, sekolah dan lingkungan sekolah, masyarakat
luas. Oleh karena itu, pendidikan harus terus didorong untuk mengembangkan karakter bangsa Indonesia menjadi bangsa
yang kuat sehingga pada gilirannya bangsa Indonesia akan mampu membangun peradaban yang lebih maju dan modern.

SIMPULAN
Garis pembatas yang tegas untuk menghadapi dampak globalisasi adalah daya saing bangsa (national
competitiveness) yang kuat untuk menjadi bangsa yang mandiri dengan berlandaskan pada pancasila. Pembangunan
berdasarkan pancasila yang dilakukan oleh bangsa Indonesia melalui pembangunan di bidang ekonomi, politik, sosial-
budaya dan pertahanan-keamanan dimaksudkan untuk meningkatkan daya saing bangsa Indonesia dalam menghadapi
globalisasi. Namun untuk mencapai daya saing yang kuat tersebut dibutuhkan upaya besar dan peran aktif seluruh
komponen bangsa Indonesia beserta pemerintah.Salah satu komponen yang berperan penting dalam upaya besar tersebut
adalah pembinaan karakter generasi muda bangsa Indonesia sesuai dengan pancasila, khususnya karakter positif bangsa
yang harus terus ditumbuh-kembangkan untuk memperkuat kemampuan adaptif dari daya saing bangsa sehingga dapat
menjadi bangsa yang mandiri di era globalisasi.Dalam upaya untuk mengaktualisasikan kemandirian tersebut, maka dituntut
peran penting dari generasi muda Indonesia sebagaicharacter enabler, character builders dan character engineer. Meskipun
untuk menjalankan ketiga peran tersebut, generasi muda masih membutuhkan dukungan serta bantuan dari seluruh elemen
bangsa termasuk pemerintah, namun esensi utama dari pembangunan karakter bangsa Indonesia menuju bangsa mandiri
adalah pentingnya peran generasi muda sebagai komponen bangsa yang paling strategis posisinya dalam memainkan
proses transformasi karakter dan tata nilai pancasila di era globalisasi.

REFERENSI
Aqib, Zainal. 2011. Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter. Bandung: Yrma Media
Darmiyati, Tri. 2011. Pengaruh Globalisasi terhadap Nilai-nilai Nasionalisme. Jakarta.
Edison, 2005. Kewarganegaraan. Jakarta: Bumi Aksara. Kumpulan Makalah Kongres Pancasila IV. Yogyakarta: UGM.
Kaelan. 2011. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Paradigma. Jamli
Kesuma, Dharma; Cepi, Triatna; Johar, Permana. 2011. Pendidikan Karakte Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Narwanti, Sri. 2011. Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Familia.
Porter, Michael, 1999, Keunggulan Bersaing, Menciptakan dan Mempertahankan
Kinerja Unggul, Penerbit Bina Rupa Aksara, Jakarta
Rajasa,Hatta.2007.Memaknai Kemerdekaan Dari Persepektif Pembinaan Karakter.Disampaikan Pada Pidato Kenegaraan
Samani, Muchlas; Hariyanto. 2014. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Soyomukti, Nurani. 2010. Pengantar Sosiologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Surono, ed. 2010. Nasionalisme dan Pembangunan Karakter Bangsa. Yogyakarta: Pusat Studi Pancasila Press.
Kagan. 2004. Pembelajaran Pendidikan IPS di Sekolah Dasar. dalam http://www.pembelajaran.wordpress.com

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak)


ISSN: 2598-2796 (media online)

201

Anda mungkin juga menyukai