Anda di halaman 1dari 7

PROMOTOR Jurnal Mahasiswa Kesehatan Masyarakat

Vol. 2 No. 4, Agustus 2019

GAMBARAN KEPATUHAN PETUGAS LABORATORIUM TERHADAP


PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DI RUMAH SAKIT SALAK
BOGOR TAHUN 2017

Rizka Afrilyani1), Supriyanto2), Rubi Ginanjar3)

1)
Konsentrasi Kesehatan Dan Keselamatan Kerja, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Ibn Khaldun Bogor
Email: rizkafrily24@gmail.com
2)
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ibn Khaldun Bogor
Email: supriyanto_1953@yahoo.com
3)
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ibn Khaldun Bogor
Email: rubi.ginanjar@gmail.com

Abstrak
Laboratorium klinik di rumah sakit merupakan salah satu fasilitas medik yang disediakan sebagai
penunjang diagnosis penyakit. Petugas laboratorium mempunyai risiko terpajan bahaya biologi
seperti virus dan bakteri. Oleh karena itu, diperlukan upaya pengendalian untuk melindungi pekerja
dari risiko tertular penyakit. Salah satu caranya dengan menggunakan alat pelindung diri. Tujuan
penelitian ini untuk memperoleh informasi Gambaran Tingkat Kepatuhan Petugas Laboratorium
Terhadap Pengunaan Alat Pelindung Diri di RS Salak Bogor. Jenis penelitian ini adalah penelitian
kualitatif deskiriptif dengan metode wawancara terstruktur, observasi dan telaah dokumen langsung
di lapangan untuk menganalisis Gambaran Kepatuhan petugas laboratorium, pengetahuan, sikap,
ketersediaan Alat pelindung diri, pelatihan, pengawasan serta peraturan mengenai Alat Pelindung
Diri di Rumah Sakit dengan jumlah informan sebanyak 10 informan . Kepatuhan ini diukur dari
hasil observasi terhadap penggunaan Alat Pelindung Diri, petugas dikatakan patuh apabila sudah
lengkap memakai Alat Pelindung Diri yang diwajibkan saat bekerja dan tidak patuh apabila tidak
lengkap memakai Alat Pelindung Diri yang diwajibkan saat bekerja. Berdasarkan observasi yang
dilakukan pada semua informan didapatkan hasil bahwa terdapat beberapa sebagian informan yang
masih tidak patuh dalam menggunakan Alat Pelindung Diri pada saat bekerja, ketersediaan alat
pelindung diri kurang lengkap, tidak adanya pelatihan mengenai alat pelindung diri serta
pengawasan yang kurang optimal. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kepatuhan petugas dalam
penggunaan alat pelindung diri kurang baik dikarenakan tidak adanya pelatihan khusus penggunaan
alat pelindung diri, ketersediaan alat pelindung diri kurang lengkap serta pengawasan yang kurang
optimal.

Kata Kunci : Kepatuhan, Alat Pelindung Diri, Laboratorium.

Pendahuluan
International Labour Organitation tenaga kerjaan (ILO, 2003).
(ILO) mengungkapkan bahwa setiap tahun Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
terjadi 2,2 juta kematian yang disebabkan oleh (BPJS) 2016, Angka kecelakaan tinggi
penyakit atau kecelakaan akibat hubungan disebabkan kurangnya kesadaran. Masih

306
http://ejournal.uika-bogor.ac.id/index.php/PROMOTOR
rendahnya kesadaran akan pentingnya laboratorium sebagai pekerja salah satu unit
penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada rumah sakit dengan bahaya potensial
(K3) di kalangan industri dan masyarakat yang cukup tinggi juga mempunyai
menjadi penyebab utama masih banyaknya kemungkinan untuk mengalami resiko bahaya
kecelakaan kerja, demikian menurut pejabat tersebut. Kegiatan laboratorium mempunyai
Kementerian Ketenagakerjaan. Dari catatan resiko yang berasal dari berbagai macam
BPJS Ketenagakerjaan, sebanyak 98-100 ribu faktor, yakni fisik, kimia, ergonomi dan
kasus setiap tahunnya terjadi di Indonesia. psikososial. Variasi, ukuran, tipe dan
“Dari 98.000 kasus ada 2.400 tewas, belum kelengkapan laboratorium juga menentukan
termasuk cacat tetap sebanyak 40%, cacat kesehatan dan keselamatan kerja. Seiring
anatomis dan cacat fungsi. Namun dengan kemajuan IPTEK, khususnya
dibandingkan negara Eropa yang rata-rata kemajuan teknologi laboratorium, maka
600.000, sebenarnya angka kecelakaan kerja resiko yang dihadapi petugas laboratorium
di Indonesia tergolong kecil,” katanya. Angka semakin meningkat. Guna mengatasi resiko
kecelakaan kerja Mengutip data Badan dari bahaya tersebut, sepatutnya upaya
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) pengendalian bahaya harus senantiasa
Ketenagakerjaan, hingga akhir 2015 telah dilakukan oleh pengelola tempat kerja.
terjadi kecelakaan kerja sebanyak 105.182 Pemerintah telah mengatur dalam
kasus. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Dalam Undang-Undang Nomor 36 Transmigrasi nomor 08 tahun 2010 tentang
Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan APD pasal 2 ayat 1 menyebutkan bahwa
dinyatakan bahwa tenaga kesehatan dalam Pengusaha wajib menyediakan APD bagi
menjalankan praktik berhak memperoleh pekerja/buruh di tempat kerja. Peraturan
pelindungan atas keselamatan dan Kesehatan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kerja. Pengelola Rumah Sakit harus nomor 08 tahun 2010 tentang APD pasal 2
menjamin kesehatan dan keselamatan baik ayat 3 menyebutkan bahwa APD sebagaimana
terhadap SDM Rumah Sakit, pasien, dimaksud pada ayat (1) wajib diberikan oleh
pendamping pasien, pengunjung, maupun pengusaha secara cuma-cuma.
lingkungan Rumah Sakit dari berbagai potensi Berdasarkan hasil observasi awal yang
bahaya di Rumah Sakit. dilakukan oleh peneliti di unit Laboratorium
Dalam undang-undang Permenkes No. Rumah Sakit Salak Bogor, di peroleh data
43 tahun 2013 tentang cara penyelenggaraan dari 4 Petugas Laboratorium kesehatan yang
laboratorium klinik yang baik Pasal 1 “ sedang bertugas terdapat analis sedang
Laboratorium Klinik adalah laboratorium melakukan tindakan kepada pasien, Analis
kesehatan yang melaksanakan pelayanan tersebut tidak menggunakan Alat Pelindung
pemeriksaan spesimen klinik untuk Diri. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
mendapatkan informasi tentang kesehatan melakukan penelitian mengenai “Gambaran
perorangan terutama untuk menunjang upaya kepatuhan petugas laboratorium terhadap
diagnosis penyakit, penyembuhan penyakit, pengunaan Alat Pelindung Diri di Rumah
dan pemulihan kesehatan.” Petugas Sakit Salak Bogor tahun 2017”.

307
Tujuan
1. Diketahuinya gambaran faktor petugas laboratorium di RS SALAK
predosposisi terhadap kepatuhan Bogor yang terdiri dari ketersediaan Alat
penggunaan Alat Pelindung Diri pada Pelindung Diri dan Pelatihan.
petugas laboratorim RS SALAK Bogor 3. Diketahuinya gambaran faktor penguat
yang terdiri dari pengetahuan dan sikap. terhadap kepatuhan penggunaan Alat
2. Diketahuinya gambaran faktor Pelindung Diri pada petugas laboratorium
pendukung terhadap kepatuhan di RS SALAK Bogor yang terdiri dari
penggunaan Alat Pelindung Diri pada pengawasan dan peraturan.

Metode
Jenis penelitian yang dilakukan adalah digunakan yaitu daftar ceklis observasi,
penelitian kualitatif, Pemilihan metode pedoman wawancara mendalam, daftar ceklis
penelitian kualitatif dilakukan karena obyek serta dokumen, Data-data yang sudah
yang akan diteliti harus digali secara dikumpulkan baik data primer maupun
mendalam agar dapat memberikan jawaban sekunder akan diolah secara manual dan
yang dicari atas permasalahan yang diteliti. dilakukan analisis terhadap data tersebut.
Serta dengan menggunakan desain deskriptif Hasil data yang telah diringkas dalam bentuk
melalui observasi, wawancara mendalam dan matriks akan diuraikan dalam bentuk narasi
telaah dokumen kepada informan untuk kemudian dilakukan penyusunan hasil dari
megetahui Kepatuhan Petugas Laboratorium penelitian dan pembahasan sesuai dengan
Terhadap Pengunaan Alat Pelindung Diri Di teori. Data yang telah terkumpul dari hasil
Rumah Sakit. observasi, wawancara dan telaah dokumen
Pada penelitian ini instrumen yang diolah melalui beberapa tahapan.

Hasil dan Pembahasan


Faktor Predisposisi penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar
1. Pengetahuan pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
Hampir semua informan inti mengetahui dan telinga. (Notoatmodjo,2012).
Alat Pelindung Diri, jenis alat pelindung diri Berdasarkan hasil penemuan dilapangan
yang harus dipakai saat bekerja, bahaya jika bahwa pengetahuan diperoleh, dari SOP
petugas tidak menggunakan alat pelindung diri Penggunaan Alat Pelindung diri. Selain itu
serta mengetahui fungsi nya. adanya sosialisasi penggunaan Alat Pelindung
Pengetahuan tentang Alat Pelindung Diri Diri yang dilakukan oleh kepala rumah sakit
petugas mengenai alat pelindung diri sangat setiap upacara pagi menyampaikan untuk
baik. Namun, pengetahuan yang baik ini masih menggunakan alat pelindung diri pada saat
belum cukup untuk membuat petugas bekerja dan mengingatkan petugas untuk
berperilaku aman menggunakan Alat membaca SOP tersebut sebelum memulai
Pelindung Diri. Pengetahuan adalah hasil aktivitas di unit laboratorium, guna untuk
‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang melakukan memberikan pengetahuan mengenai Alat
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pelindung Diri sehingga petugas memiliki
Pengindraaan melalui pancaindra manusia, pengetahuan yang baik mengenai Alat
yakni: indra penglihatan, pendengaran, Pelindung Diri.

308
2. Sikap petugas yang tidak menggunakan Alat
Dalam penelitian mengenai sikap sebagian Pelindung Diri dengan lengkap, hal ini juga
petugas telah menggunakan Alat pelindung diri berkaitan dengan pengawasan yang ada di
pada saat bekerja dan menggunakan alat ruang laboratorium kurang optimal dan
pelindung diri dengan baik, namun masih kebiasaan negatif yang dilakukan petugas
terdapat petugas yang tidak menggunakan Alat sehingga masih terdapat petugas yang tidak
Pelindung Diri dengan lengkap. lengkap dalam menggunakan Alat Pelindung
Berdasarkan observasi peneliti Diri.
dilapangan terdapat petugas yang kurang Faktor Pendukung
lengkap dalam menggunakan Alat Pelindung 1. Ketersediaan Alat Pelindung Diri
Diri, hal ini menunjukan bahwa sikap petugas Ketersediaan Alat Pelindung Diri di
yang kurang baik seperti melepas Alat laboratorium berdasarkan hasil wawancara
Pelidung Diri pada saat bekerja, tidak dengan informan inti diketahui bahwa Alat
menggunakan Alat Pelindung Diri dengan Pelindung Diri sudah tersedia untuk semua
lengkap pada saat bekerja disebabkan oleh pekerja yang dibutuhkan, dari mulai handscoon,
kebiasaan petugas . masker, jas laboratorium tetapi untuk
Sebagian petugas memiliki sikap yang ketersediaan sepatu tertutup belum di sediakan
baik terhadap penggunaan alat pelidung diri oleh pihak rumah sakit.
salah satunya dipengaruhi oleh pengetahuan. Ketersediaan Alat Pelindung Diri di
Pengetahuan mempengaruhi sikap petugas itu laboratorium sudah tersedia untuk semua
sendiri karena salah satu bentuk opersional pekerja yang dibutuhkan, dari mulai
dari perilaku manusia (Notoatmodjo,2007). handscoon, masker, jas laboratorium tetapi
Sikap dapat berbentuk positif dan negatif. untuk ketersediaan sepatu tertutup belum di
Dalam tindakan positif, kecenderungan sediakan oleh pihak rumah sakit. Hal ini
tindakan adalah mendekati, menyenangi, menunjukan bahwa fasilitas yang diberikan
mengharapkan objek tertentu, sedangkan rumah sakit kurang baik, karena pihak rumah
sikap negatif terdapat kecenderungan untuk sakit tidak memenuhi standar persyaratan
menghindari, menjauhi, membenci dan tidak perlengkapan keselamatan dan keamanan
menyukai objek tertentu. (sarlito 1988 dalam laboratorium alat pelindung diri dengan
Ibrahim, 2009). lengkap.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Ketersediaan dan kelengkapan alat
Rizkiani,Oktadwi (2011), Pekerja memiliki pelindung diri fasilitas yang diberikan Rumah
sikap yang baik terhadap penggunaan Alat Sakit kurang baik, karena pihak rumah sakit
Pelidung Diri, Namun, masih ada pekerja tidak memenuhi standar persyaratan
yang bersikap kurang baik dalam pemakaian perlengkapan keselamatan dan keamanan
Alat Pelidung Diri dikarenakan kebiasaan laboratorium Alat Pelindung Diri dengan
sehingga terdapat kelalaian dalam pemakaian lengkap. Hal ini didukung juga dengan hasil
Alat pelindung diri, ketidak lengkapan penelitian Rachmawati (2010) yang
penyediaan Alat Pelidung Diri, kebiasaan menyatakan kepatuhan pekerja memakai Alat
pekerja melepas alat pelindung diri. Dalam Pelindung Diri karena adanya dukungan
penelitian mengenai sikap sebagian petugas perusahaan berupa penyediaan fasilitas Alat
telah menggunakan Alat pelindung diri pada Pelindung Diri yang baik dan memadai.
saat bekerja dan menggunakan alat pelindung 2. Pelatihan
diri dengan baik, namun masih terdapat Petugas pernah mengikuti pelatihan

309
yang diadakan oleh rumah sakit, tetapi rumah optimal. Hal ini dapat dilihat dari observasi
sakit belum pernah menyelenggarakan dilapangan yang masih menemukan petugas
pelatihan khusus untuk penggunaan alat tidak menggunakan Alat Pelindung Diri
pelindung diri. Hal ini menunjukan bahwa secara Tanggung jawab kepala laboratorium
pelatihan berkaitan dengan pengetahuan dan yang harus melakukan pengawasan secara
sikap petugas terhadap penggunaan alat lengkap. tidak terus menerus selama 8 jam hal
pelindung diri, belum adanya pelatihan ini mungkin yang menyebabkan kemudian
mengenai Alat pelindung diri petugas belum para pekerja kembali tidak disiplin dalam
mampu mendapatkan pengetahuan dan sikap menggunakan Alat Pelindung Diri serta
yang baik dalam menggunakan alat pelindung petugas cenderung melalaikan kewajibannya
diri. apabila tanpa pengawasan.
Pelatihan adalah seluruh kegiatan yang Hasil penelitian ini selaras dengan
didisain untuk membantu meningkatkan Ibrahim (2009) Pekerja selalu mamakai Alat
pekerja memperoleh pengetahuan, Pelindung Diri jika sedang dilakukan
keterampilan dan meningkatkan sikap, pengawasan. Pengawasan berguna untuk
perilaku yang dibutuhkan untuk meningkatkan kepatuhan pekerja.
melaksanakan pekerjaan dengan baik yang 2. Peraturan
sekarang menjadi tanggung jawabnya Semua informan inti dan kunci
sehingga tujuan organisasi dapat tercapai menyatakan bahwa ada peraturan dan SOP
(Atmodiwirio, 2002). tentang penggunaan alat pelindung diri di unit
Penelitian ini didukung dengan hasil laboratorium, informan juga menyatakan
penelitian yang sejalan dengan Dyah, K. bahwa sanksi yang diterima jika ada petugas
(2014) bahwa pelatihan mengenai yang tidak menggunakan alat pelindung diri
penggunaan alat pelindung diri berkaitan hanya teguran dan peringatan.
dengan kepatuhan menggunakan alat Peraturan dan SOP tentang penggunaan
pelindung diri. Hal ini mungkin karena Alat Pelindung Diri di unit laboratorium,
metode pelatihan yang didapatkan tenaga informan menyatakan bahwa sanksi yang
kerja belum mampu membantu tenaga kerja diterima petugas yang tidak menggunakan
memperoleh pengetahuan, keterampilan, alat pelindung diri hanya teguran dan
sikap dan perilaku menggunakan alat peringatan. Namun diketahui bahwa dalam
pelindung diri. kebijakan dari rumah sakit tersebut tidak ada
Faktor Pendorong peraturan mengenai sanksi terhadap para
1.Pengawasan petugas dalam menggunakan Alat Pelindung
Pengawasan Semua informan Diri.
menyatakan bahwa ada pengawasan langsung Peraturan adalah aturan perusahaan
dari kepala laboratorium dan dari pihak yang tertulis dan bersifat mengikat pekerja
rumah Sakit yaitu team pencagahan dan yang berada diperusahaan tersebut. Peraturan
pengendalian infeksius. Informan juga sangatlah penting untuk terbentuknya
menyatakan bahwa jika petugas tidak perilaku. Dengan adanya peraturan seluruh
menggunakan alat pelindung diri hanya akan pekerja dibiasakan untuk disiplin dalam
mendapatkan teguran. bekerja, termasuk peraturan tentang
Pengawasan terhadap para petugas penggunaan Alat Pelindung Diri.
termasuk dalam penggunaan Alat Pelindung (Notoatmodjo, 2007). Penelitian ini di dukung
Diri, namun pengawasan masih kurang dengan hasil penelitian (Dwinanda, 2007)

310
menilai adanya kebijakan dalam bentuk Penghargaan hanya berguna jika penerimanya
sanksi dan penghargaan menumbuhkan menggangap bahwa penghargaan tersebut
motivasi berprilaku pekerja terutama dalam bernilai pada saat diterima.
menggunakan Alat Pelindung Diri.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis perlengkapan keselamatan dan
dapat menyimpulkan bahwa : keamanan laboratorium Alat Pelindung
1.Petugas dalam menggunakan Alat Diri dengan baik .
Pelindung Diri dipengaruhi faktor b. Rumah sakit belum pernah
predosposisi yaitu pengetahuan dan sikap. menyelenggarakan pelatihan khusus
a. Pengetahuan informan mengenai alat untuk penggunaan Alat Pelindung Diri
pelindung diri sudah baik hal ini hal ini dinyatakan bahwa pihak rumah
diperoleh dari SOP dan sosialisasi sakit baru merencanakan untuk
penggunaan alat pelindung diri, tetapi penyelengaraan peltihan tersebut.
perlu ditunjang dengan melakukan 3.Faktor Penguat yaitu pengawasan dan
upaya pelatihan tentang Alat Pelindung peraturan.
Diri, agar sikap petugas dalam a. Pengawasan terhadap petugas dalam
penggunaan Alat Pelindung Diri lebih penggunaan Alat Pelindung Diri kurang
baik dan tidak menyebabkan optimal, Tanggung jawab kepala
kecelakaan kerja dan penyakit akibat laboratorium yang harus melakukan
kerja. pengawasan secara tidak terus menerus
b. Informan memiliki sikap yang baik selama 8 jam hal ini yang menyebabkan
terhadap penggunaan Alat Pelindung kemudian para pekerja kembali tidak
Diri, dikarenakan adanya pengawasan disiplin dalam menggunakan Alat
dari kepala laboratorium. Namun, masih Pelindung Diri serta petugas cenderung
ada petugas yang bersikap kurang baik melalaikan kewajibannya apabila tanpa
terhadap penggunaan Alat Pelindung pengawasan.
Diri. Sikap yang kurang baik seperti b. Peraturan terhadap penggunaan Alat
tidak menggunakan Alat Pelindung Diri Pelindung Diri sanksi yang diberikan
dengan lengkap pada saat bekerja kepada petugas yang melanggar hanya
disebabkan oleh kebiasaan petugas . berupa sanksi teguran dan tidak ada
2.Faktor pendukung yaitu ketersediaan Alat sanksi lanjut atau khusus. Bentuk sanksi
Pelindung Diri dan pelatihan yang selama ini diberikan oleh rumah
a. Ketersediaan Alat Pelindung Diri sakit tidak signifikan bagi petugas dan
fasilitas yang diberikan Rumah Sakit tidak membuat petugas jera sehingga
kurang baik, karena pihak rumah sakit petugas sering kembali melakukan
belum memenuhi standar persyaratan kesalahan.

311
Daftar Pustaka
[1] Atmodiwirio, Soebagio. Manajemen sarana untuk produksivitas. Jakarta:
Pelatihan. Jakarta: PT. Ardadizya Jaya. ILO 2003
2002. [7] Rizkiani,Oktadwi. Analisis kepatuhan
[2] Badan Penyelenggara Jaminan Sosial pemakaian alat pelindung duru pada
(BPJS) Ketenagakerjaan. Jumlah pekerja laboratorium ppptmgb lemigas
Kecelakaan Kerja di Indonesia Masih jakarta tahun 2011. Skripsi FKM UI.
Tinggi. 2016 (2011).
[3] Dwinanda, Bayu. Gambaran faktor- [8] Suma’mur, PK, Higene Perusahaan
faktor yang mempengaruhi perilaku dan Kesehatan Kerja. Gunung Agung,
selamat dalam Bekerja pada Karyawan Jakarta. 2009.
Unit PT.Goodyear Indonesia, Tbk. [9] Undang-undang Republik Indonesia
Tahun 2007. Skripsi. Depok: FKM UI. No. 36 Tahun 2009 Tentang Rumah
2007. Sakit dan Kesehatan Kerja.
[4] Dyah, Kartika, S.et.all. Analisis Faktor [10] Peraturan Mentri Kesehatan Republik
yang berhubungan dengan kepatuhan Indonesia Nomor 43 Tahun 2013
menggunakan alat pelindung diri. Tentang Cara Penyelenggaraan
Jurnal: fakultas kesehatan masyarakat Laboratorium Klinik Yang Baik.
universitas Airlangga. (2004). [11] Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
[5] Ibrahim, Baihaqi. Tingkat Kepatuhan Transmigrasi Republik Indonesia
Penggunaan Sarung Tangan dalam Nomor PER.08/MEN/VII/2010 Tentang
Kaitan Standar Kewaspadaan Umum Alat Pelindung Diri.
Bagi Petugas Laboratorium Klinik di
Kota Cilegon. Skripsi Program Sarjana
FKM UI 2009. Depok: FKM UI (2009).
[6] International Labour Organization.
Keselamatan dan kesehatan kerja

312

Anda mungkin juga menyukai