Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

BAHAN SEMIKONDUKTOR

Kondisi padatan bahan suatu material


 Bahan material terbagi menjadi tiga:
- Isolator Resistivity () > 105 -cm
- Semiconduktor 10-3 <  < 105 -cm
- Konduktor  < 10-3 -cm
 Unsur semikonduktor terbentuk dari satu atom
 Semikonduktor yang majemuk terdiri dari golongan III dan golongan V
 Germanium banyak di gunakan dalam perangkat awal
 Silicon dengan cepat menggantikan germanium karena energi celah pita
yang tinggi, biaya murah dan mudah beroksidasi dari lapisan isolasi
silikon dioksida.
Gambar pita

Keterangan:
Merah : daerah terisi energi: warna biru: daerah tanpa energi (kosong), putih:
daerah terlarang (energi gap)
Garis hijau putus-putus: daerah donor, garis biru putus-putus: daerah
aseptor/penerima
Pita bawah: pita valensi, pita atas: pita konduksi.
Catatan: energi gap lebih besar (> 3 eV) dalam isolator, ~1eV dalam
semikonduktor.
Semikonduktor
Suatu bahan yang mempunyai sifat semikonduktor umumnya memiliki
konduktivitas listrik antara 10-6 – 104 Ω−1 m−1, dan celah energinya lebih kecil dari
6 eV. Bahan pembentuk semikonduktor dapat berupa bahan murni atau bahan
campuran/paduan. Perhatikan tabel bahan semikonduktor dan nilai celah
energinya.
Bahan Celah Energi (eV) Bahan Celah Energi (eV)
Golongan IV Golongan III-V
Si 1,11 Ga As 1,40
Ge 0,67 Ga P 2,24
Sn 0,08 Ga Sb 0,77
In As 0,33
In P 1,29
In Sb 1,16
Golongan II-VI Golongan IV-VI
CdS 2,40 Pb S 0,40
Zn Te 2,26
Zn S -
Cd Te -
Cd Se -
Selain yang telah disebutkan pada tabel, masih terdapat bahan semikonduktor lain
yang diperoleh dari proses sintesis dan sebagian lainnya masih dalam proses
penelitian dan pengembangan dimana bahan tersebut belum bisa dipakai secara
luas. Bahan-bahan yang dimaksud adalah bahan semikonduktor oksida dan bahan
polimer. Contohnya bahan oksida antara lain: CuO, ZuO, Ag2O, PbO, Fe2O3,
SnO, dan lain sebagainya. Sedangkan bahan polimer antara lain: poliasetilen,
polipirol, politiofen, polianilin dan polimer konduktif lainnya.
Berdasarkan jenis pembawa muatan yang menghatarkan listrik dalam bahan
semikonduktor dapat dibedakan menjadi semikonduktor intrinsik dan ekstrinsik.
Bahan semikonduktor intrinsik merupakan bahan semikonduktor yang tidak
mengandung atom-atom takmurnian atau impuritas, sehingga hantaran listrik yang
terjadi pada bahan tersebut adalah elektron dan lubang (hole). Sedangkan pada
bahan semikonduktor ekstrinsik, karena mengandung atom-atom pengotor,
pembawa muatan didominasi oleh elektron saja atau lubang aja.

SEMIKONDUKTOR INTRINSIK
Salah satu contoh bahan semikonduktor intrinsik adalah silicon (14Si). Silikon
memiliki konfigurasi elektron : 1s2 – 2s2 – 2p6 – 3s2 – 3p2. Ini menandakan bahwa
orbital silokon adalah – 3s2 – 3p2 atau disingkat s2p2. Dalam pembentukan Kristal
kristal silikon, atom-atom silikon mengalami Hibridisasi orbitan valensi dari s2p2 menjadi
sp3; yaitu sebuah elektron pada orbital S dipromosikan ke orbital P, sehingga sering
disebut hibridisasi sp3. Dengan orbital hibrida sp3, atom-atom silikon berikatan kovalen
satu sama lain dengan bilangan koordinasi empat, artinya setiap atom silikon dikelilingi
oleh empat buah atom silikon tetangga terdekat. Keadaan ini menghasilkan kristal yang
berstruktur intan (bangun tetrahedral).
Pada gambar di bawah, disajikan gambar kristal silikon dalam dua-dimensi. Pada
suhu OoK, semua elektron menempati orbital-orbital ikatan dalam keadaan terikat.
Susunan ini memberikan keadaan struktur pita energi sebagai berikut : Pita
Valensi terisi penuh elektron dan Pita Konduksi kosong, sehingga pada bahan
semikonduktor tidak terjadi aliran arus listrik meskipun dikenakan medan listrik
padanya.

Gambar Kristal silikon dua-dimensi (a), dan struktur pita energinya (b)

SEMIKONDUKTOR EKSTRINSIK
Berbeda denagn semikonduktor intrinsik, pada semikonduktor ekstrinsik jenis
pembawa muatan hanya salah satu yang dominan, elektron atau lubang.
Berdasarkan partikel pembawa muatan semikonduktordibagi menjadi dua yaitu:
semikonduktor tipe-n jika pembawa muatan mayoritas adalah elektron dan
semikonduktor tipe-p jika pembawa muatan mayoritas adalah donor.
Semikonduktor tipe-n.
Pada tipe ini, bahwa intrinsik seperti silikon memerlukan takmurnian atom yang
mempunyai elektron valensi lebih dari empat. Ini dimaksudkan ada elektron sisa
dalam pembentukan ikatan dan dengan demikian elektron tersebut dapat
berkonduksi (menjadi elektron bebas). Atom-atom pengatur dalam hal ini sering
dipakai posfor atau arsen yang bervalensi lima dalam konsentrasi berorde ppm
(part per million/bagian daalm sejuta). Perhatikan gambar dibawah dimana
menunjukkan Kristal silikon dengan takmurnian serta pita energinya. Pada
gambar tersebut tampak bahwa energi Fermi bergeser mendekati pita konduksi
oleh karena kehadiran tingkat energi donor (Ep). Sebelum atom-atom donor
terionosasi, tingkat energi donor terisi elektron yang merupakan elektron kelima
dari setiap atom donor (pemberi elektron). Bila atom donor terionisasi (p+ atau
As+), elektron bertranslasi dari itngkat donor ke pita konduksi. Di sisi lain, terisi
daya dari pita valensi tetap terjadi meskipun dalam intensitas yang kecil.

Gambar 4.2. Kristal Silikon dengan takmurnian posfor atau arsen (a), dan pita energinya (b).

Meskipun jumlah lebih sedikit transisi ini menghasilkan lubang pada pita valensi.
Sementara itu, pada pita konduksi terdapat elektron yang jumlahnya jauh lebih
banyak. Dapat dikatakan bahwa dalam semikonduktor tipe-n, elektron sebagai
pembawa muatan mayoritas sedangkan lubang merupakan pembawa muat.an
minoritas.
Semikonduktor tipe-p
Pada semikonduktor tipe-p atom-atom ditambahkan sebagai takmurnian adalah
atom dengan valensi yang lebih sedikit dari empat. Perhatikan gambar di bawah.
Pada gambar tersebut menunjukkan Kristal silikon yang mengandung atom
takmurnian bervalensi tiga (boron dan gallium) dan struktruk pita yang
dihasilkannya.
Energi Fermi bergeser mendekati ke pita valensi karena munculnya tingkat energi
ekseptor (EA). Tingkat ini muncul oleh karena adanya kekurangan elektron pada
atom impuritas. Bila atom impuritas terionisasi, atom ini akan mendapatkan
elektron dari elektron-elektron terikat pada pita valensi.

Gambar Kristal silikon dengan takmurnian boron dan atau galium (a), dan struktur
pitanya (b).

Oleh karena itu, atom impuritas disebut atom ekseptor (penerima elektron).
Elektron yang berttransisi ketingkat ekseptor meninggalkan lubang pada pita
vaelensi. Pada mekanisme ini dihasilkan elektron bebas pada pita konduksi dalm
jumlah yang jauh lebih kecil dari pada jumlah lubang pada pita valensi. Jadi,
dalam semikonduktor tipe-p pembawa muatan mayoritas adalah lubang dan
pembawa muatan miniritas adalah elektron

Anda mungkin juga menyukai