Anda di halaman 1dari 25

KEPERAWATAN KELUARGA

“KONSEP KELUARGA SEJAHTERA”

OLEH :
KELOMPOK 4
KELAS B12-B

1. A.A. ISTRI CAHYADININGRUM (193223107)


2. LUH PUTU WIDYANTARI (193223129)
3. NI LUH GEDE ITA SUNARIATI (193223138)
4. NI LUH GEDE RIKA RAHAYU (193223139)
5. NI LUH GEDE YUPITA ASTRI SURYANDARI (193223140)
6. NI PUTU PRASTIWI FATMA SARI (193223150)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan laporan yang berjudul “Konsep Keluarga Sejahtera”
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua
serta sebagai bahan dalam proses pembelajaran terutama dalam lingkup
keperawatan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalahini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.

Denpasar, November 2019

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
D. Manfaat ........................................................................................................ 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
A. Konsep Keluarga .......................................................................................... 3
1. Definisi Keluarga ..................................................................................... 3
2. Tipe Keluarga ........................................................................................... 3
3. Fungsi Keluarga ....................................................................................... 5
4. Dimensi dan Struktur Keluarga ................................................................ 6
5. Tahap-Tahap Keluarga ............................................................................. 8
B. Indikator Keluarga Sejahtera...................................................................... 10
C. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga ............................ 12
D. Peran Perawat Keluarga ............................................................................. 19
BAB III ................................................................................................................. 21
PENUTUP ............................................................................................................. 21
A. Simpulan .................................................................................................... 21
B. Saran ........................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 22

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang menjadi klien
(penerima) asuhan keperawatan. Keluarga berperan dalam menentukan asuhan
keperawatan yang diperlukan oleh anggota keluarga yang sakit. Keberhasilan
keperawtan di rumah sakit akan menjadi sia-sia jika tidak dilanjutkan dengan
perawatan di rumah secara baik dan benar oleh klien atau keluarganya. Secara
empiris hubungan antara kesehatan anggota keluarga terhadap kualitas
kehidupan keluarga sangat berhubungan atau signifikan.
Keluarga Sejahtera dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu
memenuhi kebutuhan hidup dan memiliki hubungan yang sama, selaras dan
seimbang antar anggota keluarga dengan masyarakat dan lingkungan. Keluarga
inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Secara umum diketahui
bahwa pengalaman orang tua berkembang dari tahun ke tahun, di mana seorang
anak bertumbuh dewasa dan orang tua menjadi semakin tua, akan tetapi teori
dan metodologi yang cukup memadai dalam perkembangan perspektif tugas
orang tua masih harus dibuktikan dan dapat diterima.
Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari Agenda ke-5
Nawa Cita, yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia. Program
ini didukung oleh program sektoral lainnya yaitu Program Indonesia Pintar,
Program Indonesia Kerja, dan Program Indonesia Sejahtera. Program Indonesia
Sehat selanjutnya menjadi program utama Pembangunan Kesehatan yang
kemudian direncanakan pencapaiannya melalui Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan Tahun 2015-2019, yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri
Kesehatan R.I. Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah definisi dari keluarga?
2. Apakah yang dimaksud dengan indikator keluarga sejahtera?
3. Bagaimanakah program Indonesia Sehat dengan pendekatan keluarga?
4. Apa peran perawat dalam keluarga?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari keluarga
2. Untuk mengetahui indikator keluarga sejahtera
3. Untuk mengetahui program Indonesia Sehat dengan pendekatan keluarga
4. Untuk mengetahui peran perawat dalam keluarga
D. Manfaat
Manfaat penyusunan makalah ini adalah agar dapat menjadi bahan bacaan bagi
pembaca guna menambah wawasan, pengetahuan dan pemahaman mengenai
Konsep Keluarga Sejahtera.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga
selalu berinteraksi satu sama lain. (Harmoko, 2012).
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh
perkawinan adopsi dan lahir yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik,
mental dan emosionaldan sosial dan individu-individu yang ada didalamnya
terlihat pada interaksi yang saling ketergantungan untuk menciptakan tujuan
bersama (Friedman, 2010).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergantung karena
hubungan darah, perkawinan dan adopsi dalam satu rumah tangga, yang
berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya (Ali,2010).
Jadi, definisi dari keluarga adalah sekumpulan orang yang terikat oleh
ikatan perkawinan, darah serta adopsi dan tinggal dalam satu rumah.
2. Tipe Keluarga
Sesuai dengan perkembangan sosial, maka tipe keluarga berkembang
mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam
meningkatkan derajat kesehatan, maka perawat perlu memahami dan
mengetahui berbagai tipe keluarga (Harmoko, 2012).
a. Nuclear Family. Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu , dan anak
yang tinggal dalam satu rumah di tetapkan oleh saksi-saksi legal dalam
suatu ikatan perawinan, satu/keduanya dapat bekerja di luar rumah.
b. Extended Family. Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara,
misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dan
sebagainya.
c. Reconstituted Nuclear. Pembentukan baru dari keluarga inti melalui
perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam pembetukan satu rumah

3
dengan anak-anaknya , baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun
hasil dari perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat bekerja di luar
rumah.
d. Middle Age/Aging Couple. Suami sebagai pencari uang, istri di rumah/
keduanya-duanya bekerja di rumah, anak-anak sudah meninggalkan
rumah karena sekolah/ perkawinan/ meniti karier.
e. Dyadic Nuclear. Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai
anak, keduanya/ salah satu bekerja di rumah.
f. Single Parent. Satu orang tua sebagai akibat perceraian/ kematian
pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah/ di luar rumah.
g. Dual Carier. Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak.
h. Commuter Married. Suami istri/keduanya orang karier dan tinggal
terpisah pada jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-
waktu tertentu.
i. Single Adult. Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak
adanya keinginan untuk menikah.
j. Three Generation. Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
k. Institutional. Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu
panti.
l. Comunal. Satu rumah terdiri dari dua/lebih pasangan yang monogami
dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
m. Group Marriage. Satu perumhan terdiri atas orang tua dan
keturunannya di dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah
menikah dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak.
n. Unmarried Parent and Child. Ibu dan anak di mana perkawinan tidak
di kehendaki, anaknya di adopsi.
o. Cohibing Cauple. Dua orang/satu pasangan yang tinggal bersama tanpa
pernikahan.

4
Di Indonesia di kenal dua tipe keluarga, yaitu tipe keluarga tradisional dan
tipe keluarga non tradisional.
a. Tipe Keluarga Tradisional
1) Keluarga inti : suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, sitri,
dan anak (kandung/angkat).
2) Keluarga besar : keluarga inti ditambah keluarga lain yang
mempunyai hubungan darah misal kakak, nenek, paman, bibi.
3) Single Parent : suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
denga anak ( kandung/angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh
kematian/perceraian.
4) Single Adult : suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang
dewasa.
5) Keluarga lanjut usia : terdiri dari suami istri lanjut usia.
b. Tipe Keluarga Non Tradisional
1) Commune Family : kebih satu keluarga tanpa pertalian darah hidup
serumah.
2) Orangtua (ayah ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak
hidup bersama dalam satu rumah tangga.
3) Homosexual : dua individu yang sejenis hidup bersama dalam satu
rumah tangga. (Harmoko, 2012)
3. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (2010) ada 5 yaitu :
1. Fungsi afektif adalah fungsi untuk mempertahankan kepribadian.
2. Fungsi sosialisasi adalah fungsi sosialisasi menfasilitasi stabilisasi prime
anak yang bertujuan menjadikan anak sebagai anggota masyarakat yang
produktif serta memberikan status anggota pada keluarga.
3. Fungsi reproduksi bertujuan untuk mempertahankan kontinuitas
keluarga selama beberapa generasi dan untuk keberlangsungan hidup
dimasyarakat.
4. Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya yang
cukup, ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai melalui proses
pengambilan keputusan.

5
5. Fungsi perawatan kesehatan keluarga adalah fungsi fisik keluarga
dipenuhi oleh orang tua yang menyediakan makanan, pakaian, tempat
tingga, perawatan kesehatan dan perlindungan terhadap bahaya.
4. Dimensi dan Struktur Keluarga
Struktur keluarga Harnilawati (2013) bermacam-macam, diantaranya :
a. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui
garis ayah.
b. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara se-
darah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui
garis ibu.
c. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah istri.
d. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
e. Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembi-
naan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga
karena adanya hubungan dengan suami atau istri (Nasrul Effendy, 1998).
Menurut Friedman (1998) struktur keluarga terdiri atas :
a. Pola dan Proses Komunikasi,
b. Struktur Peran,
c. Struktur Kekuatan
d. Struktur Nilai dan Norma

6
Struktur keluarga oleh Friedman di gambarkan sebagai berikut.

1. Struktur Komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan
secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai, dan ada hierarki
kekuatan. Komunikasi keluarga pengirim yakin mengemukakan pesan
secara jelas dan berkualitas, serta meminta dan menerima umpan balik.
Penerima pesan mendengarkan pesan, memberikan umpan balik, dan
valid.
Komunikasi dalam keluarga dikatakan tidak berfungsi apabila
tertutup, adanya isi atau berita negatif, tidak berfokus sendiri.
Komunikasi keluarga bagi pengirim bersifat asumsi, ekspresi perasaan
tidak jelas, judgemental ekspresi, dan komunikasi tidak sesuai.
Penerima pesan gagal mendengar, diskualifikasi, ofensif ( bersifat
negatif), terjadi miskomunikasi dan kurang atau tidak valid.
2. Struktur Peran
Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai
posisi sosial yang diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat
formal atau informal. Posisi/status adalah posisi individu dalam
masyarakat misal status sebagai istri/suami.
3. Struktur Kekuatan
Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk
mengontrol, memengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain. Hak
(legitimate power), ditiru (referent power), keahlian (exper power),
hadiah (reward power), paksa (coercive power), dan efektif power.

7
4. Struktur Nilai dan Norma
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota
keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah pola perilaku
yang diterima pada lingkungan sosial tertentu, lingkungan keluarga, dan
lingkungan masyarakat sekitar keluarga.
a. Nilai, suatu sistem, sikap, kepercayaan yang secara sadar atau tidak
dapat mempesatukan anggota keluarga.
b. Norma, pola perilaku yang baik menurut masyarakat berdasarkan
sistem nilai dalam keluarga
c. Budaya, kumpuan daripada perilaku yang dapat dipelajari, dibagi
dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.
5. Tahap-Tahap Keluarga
Tahap dan siklus tumbuh kembang keluarga menurut Friedman 1998 (dalam
Achjar, 2010) ada 8, yaitu :
a. Tahap I : Keluarga pemula
Keluarga pemula merujuk pada pasangan menikah/tahap pernikahan. Tu-
gas perkembangan keluarga saat ini adalah membangun perkawinan yang
saling memuaskan, menghubungkan jaringan persaudaraan secara
harmonis, merencanakan keluarga berencana.
b. Tahap II : Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai
umur 30 bulan)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap II, yaitu membentuk keluarga
muda sebagai sebuah unit, mempertahankan hubungan perkawinan yang
memuaskan, memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan
menambahkan peran orang tua kakek dan nenek dan mensosialisasikan
dengan lingkungan keluarga besar masing-masing pasangan.
c. Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berumur
2-6 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap III, yaitu memenuhi
kebutuhan anggota keluarga, mensosialisasikan anak, mengintegrasikan
anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak yang lainnya,
mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan luar keluarga,

8
menanamkan nilai dan norma kehidupan, mulai mengenalkan kultur
keluarga, menanamkan keyakinan beragama, memenuhi kebutuhan
bermain anak.
d. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13
tahun)
Tugas perkembangan keluarga tahap IV, yaitu mensosialisasikan anak
termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan
dengan teman sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan yang me-
muaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga,
membia-sakan belajar teratur, memperhatikan anak saat menyelesaikan
tugas sekolah.
e. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20
tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap V, yaitu menyeimbangkan
kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan
mandiri, memfokuskan kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi
secara terbuka antara orang tua dan anak-anak, memberikan perhatian,
memberikan kebebasan dalam batasan tanggung jawab,
mempertahankan komunikasi terbuka dua arah.
f. Tahap VI : Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup
anak pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah)
Tahap ini adalah tahap keluarga melepas anak dewasa muda dengan
tugas perkembangan keluarga antara lain : memperluas siklus keluarga
dengan memasukkan anggota keluarga baru yang didapat dari hasil
pernikahan anak-anaknya, melanjutkan untuk memperbaharui dan
menyelesaikan kembali hubungan perkawinan, membantu orang tua
lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami dan istri.
g. Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan atau pensiunan)
Tahap keluarga pertengahan dimulai ketika anak terakhir meninggalkan
rumah dan berakhir atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini juga
dimulai ketika orang tua memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir pada
saat pasangan pensiun. Tugas perkembangannya adalah menyediakan

9
lingkungan yang sehat, mempertahankan hubungan yang memuaskan
dan penuh arah dengan lansia dan anak-anak, memperoleh hubungna
perkawinan yang kokoh.
h. Tahap VIII : Keluarga dalam tahap pensiunan dan lansia
Dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun
terutama berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal dan
berakhir dengan pasangan lain meninggal. Tugas perkembangan
keluarga adalah mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan,
menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun, mempertahankan
hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
dan mempertahankan ikatan keluarga antara generasi.
B. Indikator Keluarga Sejahtera
BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional)
merumuskan konsep keluarga sejahtera yang dikelompokkan secara bertahap
menjadi keluarga sejahtera tahap I, keluarga sejahtera tahap II, keluarga
sejahtera tahap III, serta keluarga sejahtera tahap III plus. Batasan operasional
dari keluarga sejahtera adalah kemampuan keluarga dalam memenuhi
kebutuhan dasar, kebutuhan sosial, kebutuhan psikologis, kebutuhan
pengembangan, dan kepedulian sosial.
1. Keluarga Prasejahtera : adalah keluarga yang belum dapat memenuhi
kebutuhan dasar, yaitu :
a. Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-masing anggota
keluarga
b. Pada umumnya seluruh anggota makan 2 x sehari atau lebih
c. Seluruh anggota memiliki pakaian berbeda untuk di rumah, bekerja,
sekolah, bepergian
d. Bagian terluas lantai rumah bukan dari tanah
e. Bila anak sakit dan atau Pasangan Usia Subur (PUS) ingin ber-KB
dibawa ke sarana kesehatan.
2. Keluarga Sejahtera I : adalah keluarga yang telah dapat memenuhi
kebutuhan dasar minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan
psikologis, yaitu :

10
a. Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur
b. Minimal 1x seminggu keluarga menyediakan daging / telur
c. Seluruh anggota keluarga minimal memperoleh satu stel pakaian baru
pertahun
d. Luas lantai rumah paling kurang 8m2 untuk tiap penghuni
e. Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir sehat
f. Minimal 1 anggota keluarga yang berumur lebih dari 15 tahun
berpenghasilan tetap
g. Seluruh anggota.keluarga yang berumur 10-60 tahun bisa baca tulis
huruf latin
h. Seluruh anak berusia antara 5-15 tahun bersekolah saat ini
i. Bila anak hidup dua orang atau lebih, keluarga yang masih PUS
memakai kontrasepsi (kecuali sedang hamil)
3. Keluarga Sejahtera II : adalah keluarga yang telah memenuhi kebutuhan
dasar, kebutuhan social, dan kebutuhan psikologis, tetapi belum memenuhi
kebutuhan pengembangan yaitu :
a. Memiliki upaya untuk meningkatkan pengetahuan
b. Sebagian dari penghasilan dapat disisihkan untuk tabungan keluarga
c. Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan
itu dimanfaatkan utk berkomunikasi
d. Ikut serta dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggal
e. Mengadakan rekreasi bersama diluar rumah paling kurang 1 kali dalam
6 bulan
f. Dapat memperoleh berita dari surat kabar/radio/TV/majalah
g. Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi sesuai
kondisi daerah
4. Keluarga Sejahtera III : adalah keluarga yang telah memenuhi kebutuhan
fisik, social, psikologis, dan pengembangan, namun belum memenuhi
kepedulian social yaitu :
a. Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela memberikan
sumbangan bagi kegiatan sosial masyarakat dalam bentuk materi
b. Kepala Keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus

11
perkumpulan /yayasan / institusi masyarakat
5. Keluarga Sejahtera Plus
Merupakan keluarga yang telah mampu memenuhi semua kebutuhan fisik,
sosial, psikologis, pengembangan, serta dapat memberikan sumbangan
yang teratur dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.
C. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari Agenda ke-5
Nawa Cita, yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia. Program
ini didukung oleh program sektoral lainnya yaitu Program Indonesia Pintar,
Program Indonesia Kerja, dan Program Indonesia Sejahtera. Program Indonesia
Sehat selanjutnya menjadi program utama Pembangunan Kesehatan yang
kemudian direncanakan pencapaiannya melalui Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan Tahun 2015-2019, yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri
Kesehatan R.I. Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015.
Sasaran dari Program Indonesia Sehat adalah meningkatnya derajat
kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan
pemerataan pelayanan kesehatan. Sasaran ini sesuai dengan sasaran pokok
RPJMN 2015-2019, yaitu:
1. Meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak,
2. Meningkatnya pengendalian penyakit,
3. Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan,
4. Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu
Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN kesehatan,
5. Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin, serta
6. Meningkatnya responsivitas sistem kesehatan.
Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan menegakkan tiga pilar
utama, yaitu:
1. Penerapan paradigma sehat,
2. Penguatan pelayanan kesehatan, dan
3. Pelaksanaan jaminan kesehatan nasional (JKN).

12
Penerapan paradigma sehat dilakukan dengan strategi pengarusutamaan
kesehatan dalam pembangunan, penguatan upaya promotif dan preventif, serta
pemberdayaan masyarakat. Penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan
strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan,
dan peningkatan mutu menggunakan pendekatan continuum of care dan
intervensi berbasis risiko kesehatan. Sedangkan pelaksanaan JKN dilakukan
dengan strategi perluasan sasaran dan manfaat (benefit), serta kendali mutu dan
biaya. Kesemuanya itu ditujukan kepada tercapainya keluarga-keluarga sehat.
1. Pendekatan Keluarga
Pendekatan keluarga adalah salah satu cara Puskesmas untuk
meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses
pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga.
Puskesmas tidak hanya menyelenggarakan pelayanan kesehatan di dalam
gedung, melainkan juga keluar gedung dengan mengunjungi keluarga di
wilayah kerjanya.
Keluarga sebagai fokus dalam pendekatan pelaksanaan program
Indonesia Sehat karena menurut Friedman (1998), terdapat Lima fungsi
keluarga, yaitu:
a. Fungsi afektif (The Affective Function) adalah fungsi keluarga yang
utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota
keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk
perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.
b. Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang
dilalui individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan
dalam lingkungan sosialnya. Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi ini
berguna untuk membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-
norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan dan
meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
c. Fungsi reproduksi (The Reproduction Function) adalah fungsi untuk
mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi (The Economic Function) yaitu keluarga berfungsi
untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk

13
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan
untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (The Health Care
Function) adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota
keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi. Fungsi ini
dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan. Sedangkan
tugas-tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan adalah:
1) Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota
keluarganya
2) Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat
3) Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit
4) Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk
kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarganya
5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan
fasilitas kesehatan.
Pendekatan keluarga yang dimaksud dalam pedoman umum ini
merupakan pengembangan dari kunjungan rumah oleh Puskesmas dan
perluasan dari upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas), yang
meliputi kegiatan berikut.
a. Kunjungan keluarga untuk pendataan/pengumpulan data Profil
Kesehatan Keluarga dan peremajaan (updating) pangkalan datanya.
b. Kunjungan keluarga dalam rangka promosi kesehatan sebagai upaya
promotif dan preventif.
c. Kunjungan keluarga untuk menidaklanjuti pelayanan kesehatan dalam
gedung.
d. Pemanfaatan data dan informasi dari Profil Kesehatan Keluarga untuk
pengorganisasian/ pemberdayaan masyarakat dan manajemen
Puskesmas.

14
2. Pembangunan Keluarga Sejahtera
Peraturan pemerintah No. 21 tahun 1994 pasal 2, menyatakan bahwa
penyelenggaraan pembangunan keluarga sejahtera diwujudkan melalui
pengembangan kualitas keluarga dan keluarga berencana yang
diselenggarakan secara menyeluruh dan terpadu oleh pemerintah,
masyarakat, dan keluarga. Tujuannya yaitu mewujudkan keluarga kecil
yang bahagia dan sejahtera, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehat,
produktif, mandiri, dan memiliki kemampuan untuk membangun diri
sendiri dan lingkungan.
Pokok-pokok kegiatan :
a. Pembinaan ketahanan fisik keluarga adalah kegiatan pertumbuhan dan
pengembangan perilaku usaha dan tenaga terampil sehingga dapat
melakukan usaha ekonomi produktif untuk mewujudkan keluarga kecil,
bahagia, dan sejahtera.
Bentuk kegiatan pembinaan ketahan fisik keluarga adalah sebagai
berikut.
1) Penumbuhan dan pengembangan pengetahuan, sikap perilaku usaha,
dan keterampilan keluarga melalui penyuluhan, pelatihan magang,
studi banding, dan pendampingan.
2) Penumbuhan dan pengembangan kelompok usaha, melalui
kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga sejahtera
(UPPKS)
3) Pembinaan permodalan, melalui tabungan, takesra (tabungan
keluarga sejahtera), Kukesra (Kredit keluarga sejahtera)
4) Pembinaan pemasaran, melalui kerja sama dengan para pengusaha
dan sector terkait.
5) Pembinaan produksi, melalui bimbingan dalam memilih dan
memanfaatkan alat teknologi tepat guna yang diperlukan dalam
proses produksi.
6) Pembinaan kemitrausahaan, dengan para pengusaha dari sector
terkait koperasi.

15
7) Pengembangan jaringan usaha, khususnya bekerja sama dengan
departemen koperasi dan PPKM.
b. Pembinaan ketahanan nonfisik keluarga.
Tujuan : peningkatan kualitas anak, pembinaan kesehatan reproduksi
remaja, dan peningkatan keharmonisan keluarga, keimanan, dan
ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Bentuk kegiatan ketahanan
nonfisik keluarga adalah sebagai berikut.
1) Bina Keluarga Balita
Pembinaan terhadap orang tua anak balita agar pertumbuhan dan
perkembangan anaknya optimal secara fisik dan mental melalui
kelompok dengan bantuan alat permainan edukatif ( APE)
2) Pembinaan kesehatan reproduksi remaja dilakukan melalui.
a) Pusat-pusat konsultasi remaja
b) Penyuluhan konseling di sekolah dan pesantren, kelompok-
kelompok.
c) Remaja, karang taruna, remaja masjid, pramuka, dan lain-lain.
d) Kelompok Bina Keluarga Remaja ( BKR), dan penyuluhan
melalui media massa.
3) Pembinaan keluarga lansia melalui kelompok Bina Keluarga lansia
(BKL).
4) Kegiatan-kegiatan lain adalah sebagai berikut.
a) Gerakan Keluarga Sejahtera Sadar Buta Aksara
b) Beasiswa supersemar.
c) Satuan Karya Pramuka Keluarga Berencana (Saka Kencana)
kegiatan lomba-lomba.
c. Pelayanan Keluarga Berencana
1) Kegiatan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE)
Kegiatan ini meningkatkan kesadaran, pengetahuan, dan perubahan
perilaku masyarakat dalam pelaksanaan KB.
2) Pelayanan kesehatan reproduksi meliputi pelayanan kontrasepsi,
pelayanan kesehatan reproduksi bagi ibu, serta pelayanan lain yang
ada hubungannnya dengan reproduksi.

16
d. Pendataan Keluarga Sejahtera
Dalam rangka mengevaluasi pelaksanaan Gerakan Keluarga
Sejahtera setiap tahun, antara bulan Januari sampai Maret., dilakukan
pendataan keluarga untuk mengetahui pencapaian keluarga berencana
dan tahapan keluarga sejahtera.
Friedman (1981) membagi lima tugas kesehatan yang harus
dilakukan oleh keluarga, yaitu :
1) Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya.
2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
3) Memberikan tindakan keperawatan kepada anggota keluarganya
yang sakit dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri.
4) Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan
dan perkembangan kepribadian annggota keluarga.
5) Mempertahankan hubungan timbal-balik antara keluarga lembaga-
lembaga kesehatan yang menunjukkan manfaat fasilitas kesehatan
dengan baik.
3. Pelaksanaan Pendekatan Keluarga
Satu keluarga adalah satu kesatuan keluarga inti (ayah, ibu, dan anak)
sebagaimana dinyatakan dalam Kartu Keluarga. Jika dalam satu rumah
tangga terdapat kakek dan atau nenek atau individu lain, maka rumah tangga
tersebut dianggap terdiri lebih dari satu keluarga. Untuk menyatakan bahwa
suatu keluarga sehat atau tidak digunakan sejumlah penanda atau indikator.
Dalam rangka pelaksanaaan Program Indonesia Sehat telah disepakati
adanya 12 indikator utama untuk penanda status kesehatan sebuah keluarga.
Kedua belas indikator utama tersebut adalah sebagai berikut.
a. Keluarga mengikuti program KB adalah jika keluarga merupakan
pasangan usia subur, suami atau isteri atau keduanya, terdaftar secara
resmi sebagai peserta/akseptor KB dan atau menggunakan alat
kontrasepsi.
b. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan adalah jika di
keluarga terdapat ibu pasca bersalin (usia bayi 0-11 bulan) dan

17
persalinan ibu tersebut, dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan
(Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik, bidan praktek swasta).
c. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap adalah jika di keluarga
terdapat bayi (usia 12-23 bulan), bayi tersebut telah mendapatkan
imunisasi HB0, BCG, DPT-HB1, DPT-HB2, DPT-HB3, Polio1,
Polio2, Polio3, Polio4, Campak.
d. Bayi mendapat ASI eksklusif adalah jika di keluarga terdapat bayi
usia 7 – 23 bulan dan bayi tersebut selama 6 bulan (usia 0-6 bulan)
hanya diberi ASI saja (ASI eksklusif).
e. Balita mendapatkan pematauan pertumbuhan adalah jika di
keluargaterdapat balita (usia 2 – 59 Bulan 29 hari) dan bulan yang
lalu ditimbang berat badannya di Posyandu atau fasilitas kesehatan
lainnya dan dicatat pada KMS/buku KIA.
f. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai
standar adalah jika di keluarga terdapat anggota ≥15 tahun yang
menderita batuk dan keluarga berusia sudah 2 minggu berturut-turut
belum sembuh atau didiagnogsis sebagai penderita tuberkulosis (TB)
paru dan penderita tersebut berobat sesuai dengan petunjuk
dokter/petugas kesehatan.
g. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara
teratur adalah jika di dalam keluarga terdapat anggota keluarga
berusia ≥15 tahun yang didiagnogsis sebagai penderita tekanan
darah tinggi (hipertensi) dan berobat teratur sesuai dengan petunjuk
dokter atau petugas kesehatan.
h. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak
ditelantarkan adalah jika di keluarga terdapat anggota keluarga
yang menderita gangguan jiwa berat dan penderita tersebut tidak
ditelantarkan dan/atau dipasung serta diupayakan kesembuhannya.
i. Anggota keluarga tidak ada yang merokok adalah jika tidak
adaseorang pun dari anggota keluarga tersebut yang sering atau
kadang-kadang menghisap rokok atau produk lain dari tembakau.
Termasuk di sini adalah jika anggota keluarga tidak pernah atau

18
sudah berhenti dari kebiasaan menghisap rokok atau produk lain dari
tembakau.
j. Keluarga sudah menjadi anggota JKN adalah jika seluruh anggota
keluarga tersebut memiliki kartu keanggotaan Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan/atau kartu kepesertaan
asuransi kesehatan lainnya.
k. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih adalah jika
keluargatersebut memiliki akses dan menggunakan air leding PDAM
atau sumurpompa, atau sumur gali, atau mata air terlindung untuk
keperluan sehari-hari.
l. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat
adalah jika keluarga tersebut memiliki akses dan menggunakan
sarana untuk buang air besar berupa kloset leher angsa atau kloset
plengsengan.
D. Peran Perawat Keluarga
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan keluarga, perawat keluarga perlu
memperhatikan prinsip-prinsip berikut: (a) melakukan kerja bersama keluarga
secara kolektif, (b) memulai pekerjaan dari hal yang sesuai dengan kemampuan
keluarga, (c) menyesuaikan rencana asuhan keperawatan dengan tahap
perkembangan keluarga, (d) menerima dan mengakui struktur keluarga, dan (e)
menekankan pada kemampuan keluarga.
Peran perawat keluarga adalah sebagai berikut.
1. Sebagai pendidik, perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan
kesehatan kepada keluarga, terutama untuk memandirikan keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang memiliki masalah kesehatan.
2. Sebagai coordinator pelaksana pelayanan keperawatan, perawat
bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan yang
komprehensif. Pelayana keperawatan yang bersinambungan diberikan
untuk menghindari kesenjangan antara keluarga dan unit pelyananan
kesehatan (Puskesmas dan Rumah Sakit)
3. Sebagai pelaksana pelayanan perawatan, pelayanan perawatan dapat
diberikan kepada keluarga melalui kontak pertama dengan anggota keluarga

19
yang sakit yang memiliki masalah kesehatan. Dengan demikian anggota
keluarga yang sakit dapat dapat menjadi “entry point” bagi perawat untuk
memberikan asuhan keperawatan keluarga secara komprehensif.
4. Sebagai supervisor pelayanan keperawatan, perawat melakukan supervise
ataupun pembinaan terhadap keluarga melalui kunjungan rumah secara
teratur, baik terhadap keluarga berisiko tinggi maupun yang tidak.
Kunjungan rumah tersebut dapat direncanakan terlebih dahulu atau secara
mendadak.
5. Sebagai pembela (advokat), perawat berperan sebagai advokat keluarga
untuk melindungi hak-hak keluarga sebagai klien.perawat diharapakan
mampu mengetahui harapan serta memodifikasi system pada perawatan
yang diberikan untuk memenuhi hak dan kebutuhan keluarga.
6. Sebagai fasilitator, perawat dapat menjadi tempat bertanya individu,
keluarga, dan masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan dan
keperawatan yang mereka hadapi sehari-hari serta dapat memberikan jalan
keluar dalam mengatasi masalah.
7. Sebagai peneliti, perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahami
masalah-masalah kesehatan yang dialami oleh anggota keluarga

20
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam
meningkatkan derajat kesehatan komunitas. Keluarga sejahtera adalah keluarga
yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi
kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, memiliki hubungan serasi, selaras, dan seimbang antar anggota
dan antarkeluarga dengan masyarakat dan lingkungan.
Indikator keluarga sejahtera antara lain keluarga prasejahtera, keluarga
sejahtera I, keluarga sejahtera II, keluarga sejahtera III, dan keluarga sejahtera
III plus. Adapun Program Indonesia Sehat dengan pendekatan keluarga yaitu
Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB), Ibu melakukan
persalinan di fasilitas kesehatan, Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap, Bayi
mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif, Balita mendapatkan pemantauan
pertumbuhan, Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai
standar, Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur, Penderita
gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan, Anggota
keluarga tidak ada yang merokok, Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN), Keluarga mempunyai akses sarana air bersih, dan
keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat.
B. Saran
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca
dapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penyusun
demi sempurnanya dan penulisan makalah ini dikesempatan-
kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada
khususnya juga para pembaca pada umumnya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Achjar, K.A. 2010. Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta:


Sagung Seto.

Ali, Zahidin. 2010. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC

Friedman, Marilyn M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori dan
Praktek. Jakarta: EGC

Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Harnilawati. 2013. Konsep Dan Proses Keperawatan Keluarga. Sulawesi Selatan:


Pustaka As Salam

Kementerian Kesehatan RI. 2016. Pedoman Umum Program Indonesia Sehat


dengan Pendekatan Keluarga. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI

22

Anda mungkin juga menyukai