Cara Pembagian Jasa Pelayanan Di Rumah Sakit Pemerintah
Cara Pembagian Jasa Pelayanan Di Rumah Sakit Pemerintah
Pembagian jasa pelayanan di rumah sakit atau biasa disebut dengan INSENTIF
adalah kebijakan pimpinan RS dalam hal pemberian insentif kepada seluruh karyawan
RS, sebenarnya bukan hal mudah tetapi juga bukan hal yang amat sangat sulit.
Memang benar kalau dikatakan sangat kompleks dan berpotensi menimbulkan konflik
antar karyawan, juga penurunan kinerja serta ketidakpuasan antara kayawan dengan
pimpinan RS. Kondisi ini sebenarnya sudah banyak dialami di beberapa RS di
Indonesia khusunya di rumah sakit Pemerintah. Bisa dikatakan bahwa setiap kali
membagi jasa pelayanan selalu membuat galau para karyawan bahkan dianggap
kurang berpihak pada karyawan kecil. Untuk itu perlu dilakukan penyempurnaan terus
menerus sampai pada tahap yang aman artinya bagaimana mengurangi kesenjangan
pendapatan antar karyawan itu sendiri. Melalui upaya dan kebijakan yang
mencerdaskan, selalu mencari solusi terbaik dan tidak berlindung pada alasan klasik
(tersedianya regulasi pemerintah) mungkin akan lebih baik.
Melalui artikel pendek ini izinkan saya memberikan sedikit tips/pengalaman saya
membagi jasa pelayanan di RS Pemerintah tetapi hanya sebatas garis besarnya saja.
Penyusunan SPO secara umum bertujuan agar berbagai proses kerja rutin terlaksana
dengan efisien, efektif, konsisten dan aman, dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
melalui pemenuhan standar yang berlaku.
Tujuan khusus SPO sebagai acuan (check list) dalam melaksanakan kegiatan tertentu bagi
tenaga administrasi dan tenaga profesi di RS, untuk menjelaskan alur tugas, wewenang dan
tanggung jawab dari petugas terkait, untuk menjaga konsistensi tingkat penampilan kinerja
atau kondisi tertentu dan menjaga keamanan petugas dan lingkungan dalam melaksanakan
pekerjaan, untuk menghindari kesalahan, keraguan, duplikasi atau pemborosan dalam
pelaksanaan kegiatan, untuk menjamin penggunaan tenaga dan sumber daya lain secara
efiseien.
SPO Sebagai dokumen yang akan menjelaskan dan menilai pelaksanaan proses kerja bila
terjadi suatu kesalahan atau dugaan malpraktek dan kesalahan administratif lainnya,
sehingga sifatnya melindungi rumah sakit dan petugas, merupakan parameter untuk
menilai mutu pelayanan, dan sebagai dokumen yang digunakan untuk pelatihan atau
orientasi pegawai.
1. Persiapan organisasi
3. Penyusunan SOP
Pembenahan & perbaikan struktur / proses / hasil dilakukan olehPokja & unit ybs sesuai
dengan pemahaman atas standar,
instrumen akreditasi, SOP dsb
Setelah survei akreditasi, kegiatan ini tetap berjalan secara
kontinu & adekuat sesuai dengan kekurangan & kelemahan yang ada, serta sesuai dengan
rekomendasi surveior
5. Self Assessment
Pembenahan & perbaikan yg dilakukan dievaluasi secara periodik secara self assessment
Penilaian dilakukan dengan menggunakan Instrumen Akreditasi
Hasil : Skor dan Nilai ( % ) dilaporkan secara periodik kepada
Direktur dan Self Assessment final dilaporkan ke KARS
Penilaian dilakukan oleh Pokja ybs dengan supervisi Panitia
Akreditasi
Cara lain : dilakukan penilaian secara silang, sesuatu Pokja
menilai Bidang Pelayanan Pokja yang lain
Bila Skor & Nilai tdk mencapai target, dpt dimintakan Bimbingan Akreditasi kpd KARS
Permintaan tanggal survei kepada KARS, hari I survei agar dimulai sesudah hari Senin.
Pada hari H-1 (Senin) dilakukan Gladi Bersih secara teliti
Persiapkan ruangan :
- Ruang Pertemuan Surveior & Pokja, 1 surveior 1 ruangan
- Ruang Surveior, untuk Rapat Tim Surveior
- Ruangan2 / lokasi di unit2 pelayanan dan siapkan para staf /petugasnya
- Ruang Pertemuan Pleno, + alat Audiovisual
Persiapkan usulan Jadwal Survei selama 3 hari / 4 hari, diajukan kpd Ketua Tim Surveior
pada hari H survei
Persiapan Pokja :
- Petugas Presentan : 1 2 orang bertugas menjawab,
menerangkan, mempresentasi hal2 yang diminta Surveior.
Petugas ini harus menguasai seluruh konteks Bidang Pelayanan ybs
dikutip dari Artikel (Dr. Nico A. Lumenta, K.Nefro, MM) Surveyor Akreditasi Rumah
sakit