Anda di halaman 1dari 3

TUGAS PSIKOLOGI

“GENDER DYSPHORIA”

Disusun oleh :

NAMA : A MUH YUSRIL


STAMBUK : P101 18 258

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TADULAKO

2018/2019
Gangguan Identitas Gender

Kasus :

Nama Dena Rachman pasti sudah tidak asing didengar oleh orang Indonesia. Dena Rachman
merupakan artis cilik yang merubah identitas gendernya. Dena Rachman memiliki nama asli
Renaldy Denada Rachman atau kerap dipanggil Giovanni dalam dunia keartisannya.
Semenjak kecil dia merasa dirinya sebagai perempuan dan merasa ingin mengubah dirinya
menjadi seorang perempuan, dia merasa tidak yakin dengan identitas gendernya saat itu. Dia
mengalami pertentangan dengan orang tuanya karena keinginannya untuk mengubah
gendernya tersebut. Setelah mengalami perdebatan panjang dengan orang tuanya, akhirnya
kini dia merubah dirinya menjadi seorang perempuan. Dena merupakan contoh seseorang
yang mengalami gangguan identitas gender atau sekang disebut sebagai gender dysphoria.

Pembahasan :

Gender adalah perbedaan dan fungsi peran social yang dikonstruksikan oleh masyarakat,
serta tanggung jawab laki-laki dan perempuan. Sehingga gender belum tentu sama di tempat
yang berbeda, dan dapat berubah dari wahtu ke waktu.

Sedangkan Seks / kodrat adalah jenis kelamin yang terdiri dari laki-laki dan perempuan yang
telah ditentukan oleh Tuhan. Oleh karena itu tidak dapat ditukar atau diubah. Ketentuan ini
berlaku sejak dahulu kala, sekarang dan berlaku selamanya.

Gender bukanlah kodrat ataupun ketentuan Tuhan. Oleh karena itu laki-laki dan perempuan
berperan dan bertindak sesuai dengan tata nilai yang terstruktur, ketentuan sosial dan budaya
di tempat mereka berada. Dengan demikian gender dapat dikatakan pembedaan peran, fungsi,
tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan yang dibentuk dan dikonstruksikan oleh
sosial budaya dan dapat berubah sesuai perkembangan zaman.

Identitas gender (gender identity) adalah bagaimana seseorang merasa bahwa ia adalah
seorang pria atau wanita. Identitas gender secaranormal didasarkan pada anatomi gender.
Pada keadaan normal, identitasgender konsisten dengan anatomi gender. Namun, pada
gangguan identitasgender (gender identity disorder) terjadi konflik antara anatomi gender
seseorang dengan identitas gendernya.Gangguan identitas gender dapat berawal sejak masa
kanak-kanak. Anak-anak dengan gangguan ini menemukan bahwa anatomi gender
merupakan sumber distress yang terus-menerus yang intensif. Diagnosis tidak di gunakan
hanya untuk melabel anak perempuan “tomboy” dan anak laki-laki “banci”. Diagnosis ini
diterapkan pada anak -anak yang secara kuat menolak sifat anatomi mereka (anak perempuan
yang memaksa buang air kecil sambil berdiri atau bersikeras tidak mau menumbuhkan buah
dadanya; anak laki-laki yang menolak penis dan testis mereka.) atau pada mereka yang
berfokus pada pakaian atau aktifitas yang merupakan streotip dari gender lain.

Gender Dysphoria adalah sebuah termgeneral bagi mereka yang mengalami kebingunan atau
ketidaknyamanan tentang gender-kelahiran mereka. Mereka yang merasakan
ketidaknyamanan dengan gender-kelaminnya, akan melakukan operasi pergantian kelamin
atau yang disebut dengan transgender. Namun langkah mereka tidak hanya sampai disitu,
setelah melakukan sebuah operasi pergantian kelamin maka selanjutnya dilakukan sebuah
pergantian identitas. Mereka yang berani melakukan transgender atau operasi penggantian
kelamin, bukanlah termasuk pada kategori penyuka sesama jenis (homoseksual / lesbian)
tetapi karena memiliki kelainan pada orientasi seksualnya atau merasa terjebak pada jenis
kelaminnya tersebut.

Gender dysphoria menyebabkan tekanan atau depresi klinis dalam aspek sosial, pekerjaan,
atau bidang-bidang lainnya yang bisa menghambat kualitas hidup individu pengidapnya.
Dampak gangguan bisa menjadi sangat luas, sehingga kehidupan mental orang tersebut hanya
berpusat pada sejumlah kegiatan tertentu yang bisa mengurangi tekanan akibat stigma gender
yang mereka hadapi. Pengidap gender dysphoria sering disibukkan dengan penampilan,
terutama di awal transisi ke hidup dengan gender “baru”-nya. Hubungan dengan orangtua
juga mungkin akan sangat terganggu. Tidak jarang pula orang-orang transgender atau
pengidap gender dysphoria menerima pengasingan dari keluarga dan teman. Ketidakcocokan
antara jenis kelamin dan identitas gender yang dialami oleh seseorang pengidap gender
dysphoria dapat menyebabkan stress, kegugupan, dan depresi berkepanjangan. Usaha bunuh
diri dan penyalahgunaan zat dan obat terlarang adalah umum dialami oleh pengidap gender
dysphoria dan/atau transgender.Gangguan kepribadian terkait lebih umum dialami oleh laki-
laki pengidap gender dysphoria daripada wanita.

Anda mungkin juga menyukai