PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ibu yang mengalami operasi caesar dengan adanya luka diperut sehingga
harus dirawat dengan baik untuk mencegah kemungkinan timbulnya infeksi, ibu
juga harus membatasi pergerakan tubuhnya karena ada luka operasi sehingga
proses pemulihan luka pengeluarancairan atau bekuan darah kotor dari rahim ibu
ikut terpengaruh (hamidah 2011 dalam Umarah 2011).
Dewasa ini semakin banyak dokter dan tenaga medis yang menganjurkan
pasien yang baru melahirkan dengan operasi caesar agar segera menggerakan
tubuhnya atau mobilisasi. Dalam membantu jalannya pemulihan ibu pasca operasi
caesar disarankan untuk bisa menjaga kebersihan dan mobilisasi dini. Pada ibu
yang mengalami operasi caesar rasanya sulit untuk melakukan hal 2 tersebut
karena ibu merasa letih dan sakit, penyebab diantaranya ialah perilaku ibu yang
kurang memperhatikan kebersihan,mobilisasi,dan masih menganut kepercayaan
mutih atau mnghindari makanan yang berbau amis misalnya telur dan ikan pada
hal kita tahu telur dan ikan merupakan sumber protein sehinggaakan
mempengaruhi proses pemulihan. Jumlah operasi caesardi dunia ini telah
meningkat tajam dalam 20 tahun terakhir WHO memperkirakan angka persalinan
dengan operasi adalah sekitar 10% sampai 15% dari semua proses persalinan di
Negara-negara berkembang, dibandingkan dengan Amerika sekitar 23% dan
kanada 21% pada tahun 2003. Sedangkan di Inggris angka kejadianya relative
stabil yaitu antara 11-12%, di Italia pada tahun 1980 sebesar 3,2%-14,5%, pada
tahun 1987 meningkat menjadi 17,5%. Di Indonesia terjadi peningkatan operasi
caesardi mana tahun 2003 sebesar 47,22%, tahun 2004 sebesar 45,19%, tahun
2005 sebesar 47,13%, tahun 2006 sebesar 46,87%, tahun 2008 sebesar 53,22%
(Mukaromah, 2012).
Baby blues dapat terjadi karena faktor stress pada ibu, masa itu ibu
cenderung mudah menangis, Emosi tersebut juga menyebabkan timbulnya
perasaan tidak sanggup, panik dan ketakutan yang sungguh-sungguh. Pada tahap
ini, sebagian wanita di diagnosis mengalami depresi pascapersalinan. Baby
bluesdapat diperburuk oleh kondisi kurang tidur, kelemahan fisik dapat
mengurangi ambang batas stress, pastikan beristirahat dengan cukup, dan jangan
lah ragu untuk menerima bantuan apapun yang ditawarkan ( Gallagher,Mundy,
2004).
Jika ibu sebelumnya telah meminum suplemen vitamin untuk kehamilan, ibu
dapat terus meminum tersebut selama masa menyusui, suplemen zat besi adalah
yang disarankan. Berkonsultasilah pada dokter mengenai hal ini (Gallagher,
Mundy, 2004).
Salah satu hambatan yang sering terjadi pada ibu pasca operasi Caesar
adalah adanya pantang makanan setelah melahirkan. Padahal setelah melahirkan
seorang ibu memerlukan nutrisiyang cukup untuk memulihkan penyembuhan luka,
apabila ibu tidak mengkonsumsi nutrisi yang cukup akan mengakibatkan luka
tidak cepat kering sehingga penyembuhan luka menjadi lama.
Rumusan Masalah
“Bagaimana Perilaku Ibu dalam Pemulihan Pasca Operasi caesar di Ruang KRZ
RSUD prof. dr. MA. Hanafiah SM Batu Sangkar”.
Tujuan
Manfaat Penelitian
Manfaat teoritis
Manfaat praktis
Bagi peneliti
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan atau sumber data untuk
melakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan perilakuibu dalam
pemulihan pasca operasi caesar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
pada abdomen dan uterus (Oxorn, 1996 : 634) Sectio Caesaria adalah suatu cara
melahirkan janin dengan sayatan/ pada dinding perut atau section caesaria adalah
suatu histerektomi untuk melahirkan janji dan dalam rahim (Mochtar, 1998 : 177).
itu sendiri, pre eklampsia yang teiah lanjut atau pre eklampsia berat menunjukan
gejala trias yaitu hipertensi, oedema, dan proteinuria (Tabel, 1994 : 236).
Masa nifas atau post parfum adalah masa pulih kembali, mulai dan
B. Etiologi
sedangkan pada janin adalah janin besar, mal presentasi, letak lintang,
hidrocepalus (Oxorn, 1996 : 634). Penyebab dari pre eklampsi sampai sekarang
C. Manifestasi klinis
adalah :
Tekanan darah 140/90 mmHg sampai 160/110 mmHg atau sistolik lebih
dan atau sama dengan pcningkatan 30 mmHg, distolik lebih dan atau sama
3. Eklampsia
terlalu dekat sambungan segmen atas dan bawah uterus di sayat melintang
dilepaskan dan segmen bawah serta ditarik atas tidak menutupi lapangan
pandangan.
dinding anterior uterus dan dilebarkan ke atas serta ke bawah dengan gunting
berujung tumpul.
E. Komplikasi
sedikit kembung.
3) Beral, dengan peritonitis dan sepsis, hal ini sering dijumpai pada
2) Antonia uteri
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pre eklampsia
a. Tes kimia darah : ureum, keratin, asam urat, menilai fungsi ginjal,
a. Hemoglobin
b. Hematokrit
c. Leukosit
a. Tanda-tanda vital
bila kenaikan suhu lebih dari 2 hari maka pada pasien menunjukan adanya
b. Sistem kardiovaskuler
c. Tekanan darah
Tekanan darah normal setelah melahirkan, penambahan sistolik 30 mmHg
d. Laktasi
e. Sistem gastrointestinal
f. Sistem muskuloskeletal
g. Sistem perkemihan
overdistension.
h. Sistem reproduksi
1) Lochea rubra : berwarna merah pada hari pertama sampai hari kedua
pasca persalinan.
2) Lochea sanguinolenta : berwarna merah kecoklatan pada hari ketiga
i. Sistem endokrin
menurun pada wanita yang tidak meneteki pada bayinya dan akan
minggu post partum pada ibu yang tidak menyusui dan 36 minggu yang
menyusui.
a. Fase taking in
Fase ini terjadi pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan. Ibu
informasi kurang.
Mulai pada hari ketiga adalah melahirkan. Pada minggu keempat sampai
kelima ibu siap menerima pesan gurunya dalam belajar tentang hal-hal
baru.
c. Ease taking go
berikut:
Setelah lahir disambung dan dijahit, garis insisi segera terisi bekuan darah.
menutupi luka.
yang terdiri dan jaringan fibrosa yang menghubungkan kedua tepi celah sub
epitalis. Jalur-jalur tipis sel menonjol, dibawah permukaan kerak dan tepi
epitel menuju ke arah sentral. Dalam waktu 48 jam tonjolan ini berhubungan
satu sama lain, dengan demikian luka telah tertutup oleh epitel.
Respon radang akut mulai berkurang dan neutrofil sebagai besar diganti oleh
Celah insisi biasanya terdiri dan jaringan granulosa yang kaya akan pembuluh
Kerangka fibrin sudah ienyap dan jaringan parut masih tetap berwarna merah
seluruhnya.
Struktur jaringan dasar parut telah mantap dan terjadi suatu proses yang
panjang (menghasilkan warna jaringan parut yang lebih muda sebagai akibat
Kehamilan CPD
Taking hold
Kurang Pengetahuan
Menerima Informasi
A. Definisi Infeksi Luka Operasi (CDC)
(kalor) pada jaringan luka dan demam. Pada akhirnya, luka akan terisi oleh
jaringan nekrotik, neutrofil, bakteri dan cairan plasma yang secara bersama-sama
mencegah terjadinya infeksi luka operasi, yang dipublikasikan pada tahun 1999,
pada luka, yaitu insisi dangkal (superficial), insisi dalam dan organ/rongga. Luka
sebagai ILO. Namun jika tindakan operasi menyangkut pemasangan implan atau
prostesis, maka jangka waktu (window periode) terjadinya infeksi menjadi lebih
bervariasi, mulai dari 0,3% di Turki sampai 17% di Australia. Dari beberapa
(NNIS), tingkat terjadinya ILO pasca operasi section caesarean berkisar dari
2,8% sampai 6,7%. Di Amerika Serikat, saat ini ada lebih dari 40 juta pasien
rawat inap dan 31 juta pasien rawat jalan yang menjalani operasi, dengan minimal
2% dari pasien, atau sekitar 1,4 juta, mengalami infeksi luka operasi (ILO) dengan
Dari beberapa studi, dilaporkan ILO rata-rata ditemukan sekitar 10% pada
wanita pasca operasi section caesarean yang tidak mendapatkan terapi antibiotik
profilaksis. Insidensi ILO pasca operasi section caesarean ditemukan lebih tinggi
pada operasi emergensi dibandingkan operasi elektif. Insidensi ILO juga lebih
tinggi pada pasien dengan status sosioekonomi rendah dibandingkan dengan yang
C. Klasifikasi Luka
operasi. Sebagai contoh, tindakan invasif yang menembus daerah tubuh yang
mengandung banyak koloni bakteri, seperti usus, akan lebih rentan untuk
Luka dianggap bersih ketika tindakan operasi tidak masuk ke dalam lumen
ILO pada kelas ini kurang dari 2%, tergantung pada berbagai variabel klinis.
Kontaminan sering berasal dari lingkungan kamar operasi, tim bedah, dan yang
dalam rongga tubuh dengan koloni bakteri, namun prosedur operasi masih dalam
- Luka terkontaminasi
tanda-tanda infeksi yang jelas, maka luka dianggap terkontaminasi. Seperti halnya
pada luka bersih terkontaminasi, yang menjadi kontaminan adalah bakteri yang
ada pada daerah operasi itu sendiri. Tingkat kemungkinan terjadinya ILO pada
- Luka kotor
Jika tanda-tanda infeksi aktif telah didapatkan secara nyata pada daerah
operasi, maka luka dianggap sebagai luka kotor. Bakteri patogen terlibat dalam
terjadinya proses infeksi pada luka. Tingkat kemungkinan terjadinya ILO pada
paling sering dikutip dalam literatur termasuk berat badan ibu yang ekstrim (kurus
atau obesitas), partus lama atau ketuban pecah dini, pemeriksaan panggul
berulang, durasi operasi yang lama, insisi kulit vertikal, kategori operasi, prosedur
multipel, manual plasenta, ibu usia muda, kondisi ibu preoperatif, kehilangan
darah yang terkait dengan prosedur operasi, dan tidak diberikannya antibiotik
Analisa mengenai efek gabungan dari faktor intrinsik (endogen) dan faktor
ILO. Faktor intrinsik adalah faktor yang berhubungan dengan pasien, sedangkan
perawatan. Meskipun faktor intrinsik tidak dapat diubah, faktor ini dapat
Faktor risiko obstetri yang terkait untuk terjadinya ILO adalah lamanya
waktu selaput ketuban pecah sebelum operasi section caesarean. Ketika selaput
ketuban pecah, cairan amnion tidak lagi steril dan dapat berperan sebagai media
pertumbuhan bakteri yang berkontak dengan uterus dan kulit yang diinsisi.
yang dapat berisiko infeksi. Centers for Disease Control and Prevention’s (CDC)
Index yang secara internasional telah diakui untuk menilai faktor risiko terjadinya
ILO. Faktor risiko terjadinya ILO diberi rentang nilai dari nol sampai tiga poin
- 1 poin jika status fisik pasien berdasarkan penilaian ASA (American Society
- 1 poin jika lama operasi melebihi persentil ke-75 berdasarkan waktu operasi
yang ditentukan dari database NNIS (T point). Lihat Tabel 2 untuk lama
operasi dalam jam yang mewakili persentil ke-75 untuk beberapa prosedur
mencerminkan aspek teknis operasi. Semakin tinggi nilai NNIS Risk Index, maka
Faktor risiko lain yang diduga berperan dalam terjadinya ILO adalah setiap
benda asing yang ada di daerah tubuh yang dioperasi dapat meningkatkan
risiko infeksi.4
Diabetes Mellitus
meningkat di Amerika, dengan perkiraan sekitar 7%, atau 20 juta orang menderita
penyakit ini, dengan sepertiga dari mereka tidak menyadari bahwa mereka
tinggi pada beberapa jenis operasi. Satu studi mencatat bahwa 44% dari
pasien yang menjalani bedah jantung menderita DM, dimana 48% dari penderita
tidak terdiagnosis DM pada saat preoperatif. Diketahui bahwa 25% sampai 30%
pasien yang menjalani operasi CABG (coronary artery bypass graft) menderita
pasien post operasi CABG, dimana sekitar 35% sampai 50% komplikasi terjadi
pada pasien dengan DM.9 Hasil yang buruk pasca operasi pada pasien dengan DM
diyakini terkait dengan komplikasi yang sudah ada akibat adanya hiperglikemia
preoperatif pada semua pasien yang akan menjalani operasi agar tidak terjadi
kasus DM yang tidak terdiagnosis dan/atau DM yang tidak terkontrol. Pasien yang
akan menjalani operasi harus dilakukan pemeriksaan kadar gula darah puasa
Jika hasil dari salah satu atau kedua tes ini menunjukkan adanya diabetes yang
tidak terkontrol (GDP > 110 mg/dL atau HbA1c ≥ 7% ), maka kadar glukosa
Hiperglikemia perioperatif
Perlu diketahui pula bahwa sebagian besar pasien yang menjalani operasi
merupakan faktor risiko yang signifikan untuk terjadinya efek samping yang
baru-baru ini diketahui sebagai faktor risiko potensial untuk hasil yang merugikan
post operasi besar.12 Namun hal ini masih belum diketahui secara pasti apakah
operasi yang buruk ataukah hiperglikemia memperburuk efek samping yang telah
terjadi, karena selama ini kadar glukosa serum sering diukur ketika hasil operasi
yang buruk telah terjadi. Studi lain berusaha untuk mengklarifikasi masalah ini
mengalami infeksi pasca operasi. Para peneliti ini beranggapan bahwa sewaktu
dari suatu proses infeksi. Para penulis mengamati bahwa periode awal pasca
operasi, dimana pasien berada pada fase stres fisiologis terbesar, merupakan
waktu dengan risiko tertinggi untuk terjadinya ILO. Periode waktu ini juga
merupakan periode dimana kadar glukosa serum mencapai kadar tertinggi, baik
hiperglikemia ditemukan pada dua hari pertama pasca operasi, terlepas dari
Mekanisme kedua adalah menurunnya aktivitas dari imunitas seluler dalam fungsi
oleh bagian anestesi, bedah, keperawatan dan farmasi. Bagian anestesi harus siap
untuk memeriksa GDS pasien preoperatif dan menerapkan terapi insulin sedini
kontrol glukosa darah sampai minimal 48 jam pasca operasi. Staf perawat harus
bertahan selama pasien menjalani rawat inap. Perawat juga perlu memberikan
edukasi kepada pasien mengenai cara mengontrol kadar glukosa ketika pasien
akan dipulangkan, terutama pada pasien yang baru saja diketahui mengalami
perawatan, dengan peran serta apoteker di lini depan dalam upaya ini.3
Kegemukan
seseorang lebih dari atau sama dengan 30 kg/m2. Telah dilaporkan tingkat
pada wanita dengan obesitas. Obesitas merupakan faktor risiko terjadinya ILO
yang terbukti sulit untuk ditekan.4 Seringkali tidak ada cukup waktu sebelum
evaluasi mengenai adanya diabetes dan pengontrolan kadar glukosa serum, akan
meminimalkan risiko terjadinya ILO pada pasien dengan obesitas. Selain itu,
operasi besar sering dipandang sebagai peristiwa yang mengubah hidup dan
mungkin dapat memotivasi pasien agar menerapkan pola makan dan gaya hidup
positif lainnya. Edukasi secara perorangan dan pengaturan diet dari ahli gizi, serta
dukungan dari komunitas yang berusaha untuk menurunkan berat badan juga
Malnutrisi
nosokomial, termasuk ILO, pada pasien yang menjalani operasi. Pasien yang
kekurangan gizi diketahui memiliki respon imun yang lebih rendah terhadap
penanda untuk mengidentifikasi status gizi seseorang, dengan kisaran normal 3,4 -
5,4 g/dL.3
mengidentifikasi etiologi dari keadaan ini. Pada umumnya pasien tua dengan
kemiskinan dan mobilitas yang terbatas, isolasi sosial dan depresi, kondisi gigi
geligi yang buruk, anoreksia, serta penurunan kognitif dan status fungsional.
konsultasi dengan ahli gigi, konseling diet dan pelayanan sosial. Tergantung pada
Merokok
Tak disangka, malnutrisi dan merokok menunjukkan bukti adanya
menurunkan sistem imun dan sistem respirasi. Merokok sebagai faktor risiko pada
host banyak dilaporkan dengan pendapat yang saling bertentangan. Hal ini
mungkin disebabkan oleh karena beberapa studi yang mengevaluasi faktor ini
terjadiya ILO. Beberapa pasien berhenti merokok segera sebelum operasi, yang
mungkin dilakukan dalam beberapa hari atau minggu sebelum operasi, dan
kemudian menganggap diri mereka sebagai bukan perokok di saat operasi. Hasil
Merokok yang mungkin menjadi salah satu faktor risiko yang sudah ada
merokok yang saat ini tersedia seperti patch nikotin atau bupropion hidroklotida.
Infeksi yang Telah ada di Lokasi Tubuh yang Jauh dari Lokasi Operasi
Tak jarang, pasien memiliki infeksi pada gigi, saluran kemih atau jaringan
longgar pada kulit pada saat dilakukan operasi. Masalah utama yang menjadi
perhatian tentang adanya infeksi yang sudah ada sebelumnya adalah infeksi
kemungkinan terjadinya ILO menjadi 3 - 5 kali lipat. Setiap infeksi yang jauh dari
lokasi operasi harus diidentifikasi dan diterapi sebelum operasi. Tidak jarang
rongga mulut. Beberapa kasus bedah tertentu, terutama yang berhubungan dengan
Kolonisasi Mikroorganisme
mikroorganisme endogen yang ada pada pasien itu sendiri. Semua pasien
memiliki koloni bakteri, jamur dan virus sampai dengan 3 juta kuman per
sentimeter persegi kulit. Namun, tidak semua pasien memiliki koloni bakteri,
jamur dan virus dalam jumlah berimbang. Pasien dengan riwayat DM, penyakit
panjang, atau penyakit kronis lainnya yang mengharuskan pasien untuk dilakukan
kolonisasi bakteri yang lebih berat, terutama dengan bakteri yang resisten
Setiap luka operasi akan terkontaminasi dengan bakteri selama operasi, tetapi
hanya sebagian kecil yang akan mengalami infeksi. Hal ini dikarenakan sebagian
predisposisi pasien berisiko lebih tinggi mengalami ILO.5 Adanya sumber bakteri
terjadinya infeksi 10 kali lipat pada satu dari tiga luka operasi.3
steril, namun banyak cara dapat dilakukan untuk menurunkan jumlah bakteri
tersebut. Pasien harus berendam atau mandi dengan larutan antiseptik seperti
tubuh yang akan dioperasi harus dibiarkan kecuali diperlukan karena mengganggu
cyanoacrylate yang digunakan pada kulit untuk melumpuhkan flora normal kulit,
Hipotermia perioperatif
Penurunan suhu tubuh di bawah 36ºC atau 96,8ºF, merupakan salah satu
faktor risiko yang paling umum untuk terjadinya ILO.17 Setiap satu dari dua
pasien bedah tercatat memiliki suhu tubuh di bawah 36ºC, dan satu dari tiga
pasien bedah memiliki suhu tubuh inti di bawah 35ºC atau 95ºF selama interval
adalah hasil dari kombinasi banyak faktor dan sering terjadi pada saat perioperatif.
Faktor risiko pasien yang terkait meliputi kakeksia atau kesehatan umum yang
buruk, jenis kelamin perempuan, usia ekstrim, jenis anestesi, dan lama operasi.3
puasa preoperatif, suhu yang rendah di ruang operasi, penggunaan solusio dingin
pada kulit, meja operasi yang dingin, dan cairan IV yang dingin. Anestesi umum
hangat dari pusat tubuh menuju ke daerah ekstremitas yang dingin, penurunan
mayor seperti bedah thorax dan/atau abdominal juga terjadi kehilangan panas
terjadinya kehilangan panas. Strategi noninvasif yang terbukti secara efektif dapat
E. Pencegahan ILO
Beberapa langkah yang terkait dalam menurunkan kemungkinan terjadinya
ILO berdasarkan pedoman dari NICE (National Institute for Health and Clinical
melintang karena cara ini menimbulkan nyeri pasca operasi yang lebih minimal
dan efek kosmetik yang lebih baik dibandingkan dengan insisi garis tengah. Insisi
melintang menurut Joel Cohen (insisi lurus, 3 cm di atas simfisis pubis, lapis demi
lapis jaringan berikutnya dibuka dan diperluas dengan gunting, bukan pisau)
merupakan pilihan karena terkait dengan waktu operasi yang lebih pendek dan
Penggunaan pisau bedah yang berbeda untuk menginsisi kulit dan jaringan
Penutupan dinding perut pada insisi garis tengah dilakukan dengan cara
jahitan kontinu menggunakan benang yang lambat diserap karena dengan cara ini
yang memiliki tebal lemak subkutan lebih dari 2 cm, karena penutupan jaringan
terjadinya ILO.18
6. Pemberian antibiotik
section caesarean. Hal ini akan lebih menurunkan risiko terjadinya infeksi
setelah insisi kulit, dan terbukti tidak menimbulkan adanya efek pada bayi.18
kejadian ILO pasca operasi section caesarean. Antibiotik harus diberikan sebelum
antibiotik yang adekuat dalam serum dan jaringan akan menurunkan risiko
operasi. Antibiotik profilaksis preoperatif sering tidak diberikan pada waktu yang
sebelum dilakukannya insisi dan dihentikan dalam waktu 24 jam setelah operasi.19
dilaporkan dapat mengurangi kejadian ILO pasca operasi. Telah dilaporkan pula
bahwa irigasi dengan larutan antibiotik pada daerah insisi aman untuk dilakukan,
tidak menunjukkan adanya efek samping, dan merupakan metode yang efektif
dalam menurunkan morbiditas infeksi dan ILO pasca bedah section caesarean.8
7. Perawatan luka
nilai tanda-tanda infeksi pada luka (seperti rasa sakit yang meningkat,
menutup (dehiscence)
F. Prognosis
cenderung:20
5 kali lebih mungkin untuk dirawat kembali dalam waktu 30 hari setelah
dipulangkan