1 PB PDF
1 PB PDF
ABSTRAK
Acne vulgaris (jerawat) adalah penyakit kulit peradangan kronis dengan patogenesis kompleks,
melibatkan kelenjar sebasea, hiperkeratinisasi folikular, kolonisasi bakteri berlebihan, reaksi
imun tubuh dan peradangan. Antibiotik memegang peran penting dalam terapi pengobatan
jerawat. Pilihan pengobatan didasarkan pada persepsi dokter terkait efikasi, efektivitas biaya
atau rasio risiko-manfaat dan jarang mempertimbangkan resistensi bakteri. Antibiotik topikal
dan oral secara rutin digunakan untuk mengobati jerawat. Namun, kasus resistensi antibiotik
meningkat, dengan banyak negara melaporkan bahwa lebih dari 50% dari strain
Propionibacterium acnes tahan terhadap makrolida topikal, membuatnya kurang efektif.
Review ini membahas mengenai efek dari pengobatan jerawat pada resistensi bakteri, terutama
dalam kaitannya dengan prevalensi global dari propionibacteria yang resisten dan signifikansi
klinis dari strain resisten. Prevalensi Propionibacterium acnes resisten antibiotik bervariasi di
berbagai belahan dunia. Angka prevalensi yang tinggi di antara negara-negara Eropa, dengan
resistensi eritromisin ⁄ klindamisin berkisar dari 45% hingga 91% dan resistensi tetrasiklin dari
5% menjadi 26,4% (kecuali Italia dan Hungaria yang memiliki 0%). Di Asia, ada perbedaan
besar dalam prevalensi Propionibacterium acnes resisten antibiotik antara berbagai negara
Asia. Misalnya di Jepang, tingkat resisten eritromisin ⁄ klindamicin hanya 4% dan tetrasiklin ⁄
doksisiklin dengan 2%. Di Korea, penelitian terbaru hanya menemukan satu dari 33 strain
(3,2%) yang diisolasi resisten terhadap klindamisin dan penulis berpendapat bahwa
Propionibacterium acnes resisten antibiotik belum berkembang cukup baik di Korea.
Kata kunci: Jerawat, resistensi bakteri, terapi jerawat, antibiotik, resistensi bakteri
ABSTRACT
Acne vulgaris (acne) is an inflammatory skin disease with complex pathogenesis, resulting in
sebaceous glands, follicular hyperkeratinization, excess bacterial colonization, immune
reactions of the body and inflammation. Antibiotics to help in the treatment of acne treatment.
Treatment options are in accordance with doctor’s perception: effectiveness or ratio of
response to bacteria. Topical and oral antibiotics are often used to treat acne. However, cases
of resistance increased by more than 50% of the Propionibacterium acnes strains resistant to
topical macrolides, ineffective. This review discusses the effects of acne treatment on bacterial
resistance, particularly in relation to the global prevalence of resistant propionibacteria and
the clinical significance of resistant strains. Prevalence of Propionibacterium acnes resistant
to antibiotics varies in different parts of the world. High prevalence rates among European
countries, with erythromycin / clindamycin resistance ranging from 45% to 91% and
tetracycline resistance from 5% to 26.4% (excluding Italy and Hungary having 0%). In Asia,
there is a big difference in the prevalence of antibiotic resistant P. acnes among various Asian
countries. For example in Japan, the erythromycin / clindamicin resistance level is only 4%
and tetracycline / doxycycline with 2%. In Korea, a recent study found only one of the 33 strains
(3.2%) isolated clindamycin resistant and the authors suggest that antibiotic resistant
Propionibacterium acnes have not developed well enough in Korea.
Keywords: acne, resistance bacterial, acne therapy, antibiotic, bacterial resistance in acne
Diserahkan: 30 Juni 2018, Diterima 2 Agustus 2018
Farmaka
Volume 16 Nomor 2 106
jangka panjang serta memperbaiki jaringan isotretinoin per hari adalah 0,5-2 mg/Kg
yang rusak akibat jerawat.13-14 Isotretinoin BB/hari. Pada penggunaan isotretinoin
(13-cis RA), senyawa 9-cis RA dan semua dalam jangka panjang perlu memulai
trans asam retinoat (ATRA) bekerja dengan perawatan dengan dosis yang kecil yaitu
memberikan efek pada proliferasi sel, kurang dari 0,5 mg/Kg BB/hari dengan
apoptosis sel dan siklus protein sel yang akumulasi total dosis 120-150 mg/Kg
diteliti pada SEB-1sebocyte dan keratinosit. BB.15-16
Dosis terapi yang dianjurkan untuk
Tabel 1. Algoritma pengobatan pada manajemen Acne vulgaris17
baru yang lebih efektif.21 Di Inggris, the doksisiklin.25 Dalam kelompok studi umum
National Institute for Health and Care di Meksiko bagian utara, resistensi paling
Excellence merilis rancangan pedoman banyak terhadap azitromisin yakni 82%,
tentang penatalaksanaan antimikroba untuk diikuti oleh trimethoprim/sulfametoksazol
konsultasi, yang merekomendasikan (68%) dan eritromisin (46%). Di sisi lain,
pemantauan dan penilaian pra-naskah semua strain yang terisolasi rentan terhadap
antibiotik, dokumentasi alasan resep, dan minosiklin.26
diskusi pasien tentang mengapa Trimethoprim/sulfametoksazol bukan
antimikroba mungkin bukan pilihan terapi lini pertama dalam pengobatan
terbaik.22 Dalam editorial Carl Nathan dan jerawat, menurut hipotesis dari Gonzalez,
Otto Cars23 menyoroti bahwa komunitas penyebab tingginya kejadian resistensi
perawatan kesehatan tidak mengikuti trimethoprim/sulfametoksazol dikarenakan
perkembangan kemampuan banyak patogen penggunaan berlebihan oleh klinisi dan
untuk mengembangkan resistensi terhadap trimethoprim/sulfametoksazol termasuk ke
antibiotik, yang merupakan perhatian dalam obat over the counter (OTC) yang
global utama. Komentar ini termasuk dijual secara bebas.26
seruan untuk bertindak yang menunjukkan Dalam penelitian Moon,et al27 pada
bahwa dokter dapat bertindak tidak hanya pasien Korea yang berjerawat, secara
secara individu dan medis, tetapi juga signifikan lebih banyak isolat
secara kolektif, untuk membujuk pejabat Propionibacterium acnes yang resisten
terpilih untuk menanggapi rekomendasi terhadap eritromisin (26,7%) dan
panel ahli dan para pemimpin nasional klindamisin (30%) dibandingkan dengan
dengan undang-undang, peraturan, antibiotik lain yang diuji, dan pola yang
penegakan, dan kerjasama yang diperlukan sama terlihat di sebagian besar negara.
untuk pastikan penggunaan antibiotik yang Propionibacterium acnes mengakuisisi
tepat.24 resistensi silang terhadap eritromisin dan
Resistensi Antibiotik pada klindamisin sebagai akibat mutasi titik pada
Propionibacterium acnes 23S rRNA yang memberikan resistansi
Penelitian yang dilakukan pada untuk antibiotik makrolida. Di Korea,
pasien berjerawat di Perancis, menunjukkan klindamisin menjadi tersedia sebagai obat
75,1% dari pasien adalah pembawa strain OTC pada tahun 2001; setelah itu, telah
Propionibacterium acnes resisten terhadap menjadi antibiotik topikal yang paling
eritromisin dan 9,5% untuk tetrasiklin. sering digunakan untuk perawatan jerawat.
Seratus persen strain resisten terhadap Penggunaan klindamisin secara
tetrasiklin juga resisten terhadap sembarangan dapat menyebabkan frekuensi
Farmaka
Volume 16 Nomor 2 113
resistensi yang tinggi di antara pasien beralih ke obat topikal yang membutuhkan
jerawat Korea, dan baru-baru ini telah resep dokter.27
Ibu Dra. Rr. Sulistiyaningsih, M.Kes., Apt. 10. Arowojolu AO, Gallo MF, Lopez LM,
selaku dosen pembimbing yang membantu Grimes DA. Combined oral
contraceptive pills for treatment of
penulis dalam menyelesaikan artikel review acne. Cochrane Database Syst Rev.
ini 2012;(6):CD004425.
11. Harper JC. Should dermatologists
prescribe hormonal contraceptives for
Daftar Pustaka acne? Dermatol Ther. 2009;22:452-
457.
1. Kalangi, SJR. 2013. Histologi Kulit.
12. Rabe T, Kowald A, Ortmann J,
Jurnal Biomedik. 5(3):12-20.
Rehberger-Schneider S. Inhibition of
2. Purwaningsih S, Salamah E, Budiarti
skin 5 alpha-reductase by oral
TA. 2014. Formulasi Skin Lotion
contraceptive progestins in vitro.
dengan Penambahan Karagenan dan
Gynecol Endocrinol. 2000;14:223-230.
Antioksidan Alami dari Rhizophora
13. Group W, Strauss JS, Krowchuk DP,
mucronata Lamk. V(1):55–62.
Leyden JJ, Voorhees AS Van, Beutner
3. Susetiati, DA, Febrina RP dan Dwi
KA, et al. Guidelines of care for acne
RAW. 2009. Terapi akne inflamasi
vulgaris management. 2007;651–63.
dengan azitromisin dosis denyut-kasus
14. Nelson AM, Gilliland KL, Cong Z,
seri. Berkala ilmu kesehatan kulit dan
Thiboutot DM. 13- cis Retinoic Acid
kelamin. 21(1): 79-83.
Induces Apoptosis and Cell Cycle
4. Dinar, NM dan Soraya RM. Review:
Arrest in Human SEB-1 Sebocytes. J
efek samping penggunaan isotretinoin
Invest Dermatol [Internet]. Elsevier
sebagai obat jerawat terhadap
Masson SAS; 2006;126(10):2178– 89.
kehamilan. Farmaka. 14(1): 149-163.
Available from:
5. Resti R dan Hendra TS. 2015.
http://dx.doi.org/10.1038/sj.jid.570028
Treatment for Acne vulgaris. J.
9
Majority. 4(2): 87-95.
15. Amichai B, Shemer A, Grunwald MH.
6. Walsh, TR, John E, Brigitte D. 2016.
Low-dose isotretinoin in the treatment
Systematic review of antibiotic
of acne vulgaris. 1996;1996–8.
resistance in acne: an increasing topical
16. Sladden MJ, Uk M, Harman KE.What
and oral threat. Lancet Infect Dis.
Is the Chance of a Normal Pregnancy
Department of Medical Microbiology
in a Woman Whose Fetus Has Been
and Infectious Diseases, Heath
Exposed to Isotretinoin ?
Hospital, Cardiff, UK.
2015;143(9):1187–8.
7. Das S dan RV Reynolds. 2014. Recent
17. Zaenglein, et al. 2016. Guidelines of
advances in acne pathogenesis:
care for the management of acne
implications for therapy. Am J Clin
vulgaris. J Am Acad Dermatoi. 74(5):
Dermatol. Department of
945-973.
Dermatology, Harvard Medical
18. Luk, et al. 2011. Antibiotic-resistant
School, Boston, MA, USA.
Propionibacterium acnes among acne
8. Dawson AL dan Dellavalle RP. 2013.
patients in a regional skin centre in
Clinical review: Acne vulgaris. 346:30-
Hong Kong. Journal of the European
33.
Academy of Dermatology and
9. Arrington EA, Patel NS, Gerancher K,
Venereology.
Feldman SR. Combined oral
19. Jesitus J. Dermatologists contribute to
contraceptives for the treatment of
overuse of antibiotics. Dermatology
acne: a practical guide. Cutis.
Times, Oct 1,
2012;90:83-90.
2013.http://dermatologytimes.modern
Farmaka
Volume 16 Nomor 2 117