Anda di halaman 1dari 8

ANALISA KEKUATANLENTUR BAHAN FERROCEMENT

BERPENGUAT KAWAT ANYAM SEBAGAI BAHAN DASAR


MODULAR FLOATING PONTOON

Rismawan, Berlian Arswendo A, Sarjito Joko Sisworo1)


1)
Program Studi S1 Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Indonesia
Email :rismawanaval@gmail.com

Abstrak

Teknologi ferrocement telah diaplikasikan dalam pembangunan produk Modular Floating


Pontoon.Pada produk ponton ini pengujian yang dilakukan hanya sebatas pengujian apung dan
prediksi kemampuan muatan maksimal.Struktur dinding ponton ferrocement tersebut belum dilakukan
pengujian sehingga belum diketahui nilai kekuatannya.Maka dilakukan pengujian kuat lentur untuk
lebih mengetahui kekuatan dari bahan ferrocement yang digunakan Modular Floating Pontoon
tersebut, sehingga dapat diketahui nilai – nilai pengujian laboratoriumnya. Sebagai variabel
perbandingan dilakukan variasi salah satu bahan pembangun utama ponton tersebut yaitu wire
mesh/kawat anyam. Pemilihan variabel tersebut juga untuk mengetahui peranan kawat anyam dalam
struktur ferrocement. Hasil dari pengujian kuat lentur spesimen menunjukan bahwa, spesimen dengan
kawat anyam bukaan ¼” memiliki rata – rata nilai P dan σp yang lebih besar (P = 4.860 N dan σp =
52,884 MPa) dari spesimen yang menggunakan kawat anyam ½” (P = 2.052 N dan σp = 21,294 MPa).
Pada struktur ferrocement, kawat anyam memiliki peranan tidak hanya mempermudah pengerjaan
plester saja.Namun juga memberi pengaruh terhadap kekuatan yaitu spesimen dengan 1 lapis kawat
anyam bukaan ¼” memiliki X nilai σp> 207,299 % dari spesimen tanpa kawat anyam.Penggunaan
kawat anyam juga dapat meminimalisir titik keruntuhan dimensi struktur ferrocement tersebut.

Kata kunci: Modularfloating pontoon ferrocement, ferrocement, kawat anyam, kuat lentur

Abstract

Ferrocement technology has been applied in the development of products Modular Floating
Pontoon. Flexural strength testing is carried out to know more about the strength of the material used
ferrocement Modular Floating Pontoon, so it can be seen the value - the value of laboratory testing.
As a comparison variable to vary one of the major building blocks of the pontoon is wire mesh. The
selection of these variables was also to determine the role of wire mesh in a ferrocement structure.
Results of the testing showed that the flexural strength specimens, specimen with wire mesh openings
¼" have average value of P and σp greater (P = 4.860 N and σp = 52,884 MPa) of the specimen using
wire mesh ½" (P = 2.052 N and σp = 21,294 MPa). In ferrocement structure, wire mesh has a role not
only facilitate the plaster work alone. But also influences the strength of the specimens with 1 layer of
wire mesh openings ¼" has X a value of σp > 207,299% of the specimens without wire mesh. The use
of wire mesh can also minimize the point of collapse-dimensional structure of the ferrocement.

Keywords : Modular floating pontoon ferrocement, ferrocement, wire mesh, flexural strength.

1. PENDAHULUAN Pembangunan Modular Floating


1.1. Latar Belakang Pontoon dengan menggunakan bahan
Modular Floating PontoonFerrocement ferrocement ini didasari karena material ini
merupakan perangkat flotasi yang dibangun mudah dijumpai dan dapat diproduksi
dengan bahan dasar ferrocement. Perangkat secara masal serta memiliki kekuatan yang
ini memiliki daya apung yang cukup untuk tidak kalah dengan baja maupun meterial
mengapung sendiri serta dapat menanggung lainnya.Struktur ferrocement ini juga
beban berat.Ponton berbahan ferrocement mudah dikerjakan, metode
ini dapat digunakan sebagai alat apung pembangunannya sangat sederhana serta
multiguna. memiliki keunggulan dari segi biaya.

Jurnal Teknik Perkapalan – Vol. 02, No.04 Oktober 2014 58


Bahan dan cara penulangan dilakukan. Rumusan masalah tersebut
ferrocement dilakukan sedemikian rupa meliputi besar nilai kekuatan lentur
sehingga terbentuk bahan komposit yang strukturferrocement dengan variasi kawat
memberikan sifat – sifat yang berbeda anyam bukaan ¼ inchi dan ½ inchi, pola
dengan beton bertulang biasa. Ferrocement keruntuhan yang terjadi pada masing –
memiliki ketahanan terhadap beban impak masing benda spesimen/benda uji setelah
yang tinggi, awet dan kedap air. Terhadap dilakukannya pengujian, pengaruh kawat
gaya tarik, karena tulangan kawat anyam anyam terhadap komposisi bahan
yang dimiliki oleh ferrocement lebih rapat pembangun stuktur ferrocement tersebut.
dan merata maka didapat permukaan
spesifik yang lebih besar sehingga retak 1.3. Batasan Masalah
yang terjadi halus dan tersebar. Sedangkan Pada pengerjaan tugas akhir ini ada
terhadap gaya tekan, karena yang beberapa batasan masalah yang
digunakan adalah mortar dengan kekuatan digunakan, yaitu :
tinggi maka memberikan kekuatan tekan 1. Bahan dasar yang digunakan dalam
yang tinggi pula. Terhadap kuat lentur, penelitian ini adalah ferrocement.
perilaku keruntuhan pada ferrocement 2. Pengujian spesimen dindingModular
adalah tidak menunjukan pola keruntuhan Floating Pontoonberbahan ferrocement
seketika. dilakukan di Laboratorium Bahan dan
Atas pertimbangan potensi yang Konstruksi Teknik Sipil UNDIP.
menjanjikan dari penggunaan teknologi 3. Hasil dari penelitian ini adalah data
ferrocement tersebut, maka telah dilakukan kekuatan lentur struktur ferrocement
penelitian dengan judul “Rancang Bangun dengan variasi kawat anyam ukuran
Modular Floating Pontoon Berbahan Dasar bukaan ¼ inchi dan ½ inchi maupun
Ferrocement Sebagai Alat Apung yang tidak menggunakankawat anyam.
Multiguna”.Pengujian yang telah dilakukan 4. Spesimen yang digunakan yaitu
terhadap produk Modular Floating spesimen dindingModular Floating
PontoonFerrocement tersebut hanya Pontoonberbahan ferrocement dengan
sebatas pengujian apung dan prediksi ketebalan 2 cm.
kemampuan muatan maksimal. Struktur
dinding ponton ferrocement tersebut belum 1.4. Tujuan Penelitian
dilakukan pengujian sehingga belum Adapun tujuan yang ingin dicapai
diketahui nilai kekuatannya.[6] dalam penulisan tugas akhir ini
Berdasarkan uraian di atas, maka adalahmendapatkan nilai kekuatan lentur
peneliti mengambil judul “Analisa struktur ferrocement dengan variasi kawat
Kekuatan Lentur Bahan Ferrocement ukuran bukaan ¼ inchi dan ½ inchi,
Berpenguat Kawat Anyam Sebagai Bahan mengetahui pola keruntuhan yang terjadi
Dasar Modular Floating Pontoon”.Analisa pada masing – masing spesimen/benda uji
ini dimaksudkan untuk mengetahui setelah dilakukannya pengujian, dapat
kekuatan struktur ferrocement tersebut menganalisa pengaruh kawat anyam
dengan mempertimbangkan aspek variasi terhadap komposisi bahan pembangun
kawat anyam ukuran bukaan ¼” dan struktur ferrocement tersebut.
½”.Sehingga dapat diketahui nilai – nilai
pengujian laboratoriumnya. 2. TINJAUAN PUSTAKA
Hasil dari penelitian dan analisa ini 2.1. Modular Floating Pontoon Ferrocement
diharapkan mampu memberikan informasi Modular Floating Pontoon
bagi pihak yang terkait secara langsung Ferrocement merupakan perangkat flotasi
maupun tidak langsung.Serta dapat yang dibangun dengan bahan dasar
dijadikan referensi guna menetapkan ferrocement serta memiliki daya apung
standar kualitas dari produk Modular yang cukup untuk mengapung sendiri serta
Floating Pontoon Ferrocement. dapat menanggung beban berat.Ponton
berbahan ferrocement ini dapat digunakan
1.2. Rumusan Masalah sebagai alat apung multiguna.
Untuk menjelaskan permasalahan Iwan Nursyirwan (2009), menjelaskan
sesuai dengan latar belakang yang telah bahwa teknologi ferrocement mudah untuk
dipaparkan oleh peneliti, maka dirumuskan diterapkan, hasilnya tahan lama, dan lebih
permasalahan penelitian yang akan ekonomis, “Pengalaman kami dalam

Jurnal Teknik Perkapalan – Vol. 02, No.04 Oktober 2014 59


menerapkan teknologi ferrocement pada dindingpontoon ferrocement, dan menjadi
pembangunan irigasi dan rawa telah kerangka pembentuk badan pontoon. Besi
membuktikan bahwa teknologi tersebut silinder ini dibentuk dan dirangkai dengan
mampu meningkatkan performa sistem menyatukan besi satu dengan yang lainya
konstruksi. Teknologi ferrocement mudah menggunakan kawat besi sebagai
untuk diadaptasi baik ke dalam prinsip - pengikatnya. Material besi cor yang
prinsip maupun teori hidraulika yang digunakan dalam penelitian ini adalah besi
tepat.“ Beberapa keunggulan lainnya yaitu silinder dengan diameter 6 mm dan panjang
penggunaan material – materiallokal dalam rata – rata setiap batang silinder 11 – 12 m.
pembangunan menjadikan teknologi ini Pemakaian besi cor ukuran diameter 6
ekonomis dari segi biaya. Metode yang mm ditentukan berdasarkan tujuan dalam
digunakan juga amat sederhana dan bisa mendapatkan ketebalan paling minimum
diadaptasi di berbagai lokasi, serta mampu (tipis) dinding pontoon ferrocement
dioperasikan oleh para petani.[10] sehingga akan mengurangi berat pontoon.
Berdasarkan uraian di atas maka Ujang Diasumsikan jika diameter besi 6 mm maka
Wijiantoro (S1 Teknik Perkpalan UNDIP) dengansistem ikat, kaitan antara besi bagian
melalui Tugas Akhir berjudul “Rancang dalam dan luar akan membuat kerangka
Bangun Modular Floating Pontoon besi setebal 12 mm sehingga ketebalan
Berbahan Dasar Ferrocement Sebagai Alat dinding pontoon ferrocement yang dapat
Apung Multiguna” melakukan eksperimen dibuat tidak kurang dari 20 mm atau 2 cm.
pembuatan ponton berbahan ferrocement.
diketahui hasil pengujiannya dengan data
sebagai berikut :Model I direncanakan
memiliki volume displacment= 0,396 m³
dengan sarat kosong 27,50 cm dan
kemampuan muatan maksimal 1.440
kg;Model II direncanakan memiliki volume
Gambar 2.Besi cor (Reinforce Mesh)ukuran diameter 6
displacement =0,1687 m³ dengan sarat mm
kosong 26,36 cm dan kemampuan muatan
maksimal 233,47 kg; Model III Wire Mesh merupakan lembaran kawat
direncanakan memiliki volume jala yang dianyam sedemikian rupa
displacement = 0,1976 m³ dengan sarat sehingga membentuk lembaran kawat
kosong 30,86 cm dan kemampuan muatan anyam, material ini memberikan kekuatan
maksimal 221,8 kg.[6] tekan dan tarik pada rancang bangun
pontoon. Dalam penelitian ini digunakan
wire mesh anyaman segi empat yang
banyak dijual di toko material bangunan
dengan karakteristik diameter kawat
penyusun 0,5 mm, ukuran bukaan 1,25 cm
Gambar 1. Modular FloatingPontoon Ferrocement saat uji x 1,25 cm.
apung dan pembebanan Pemilihan kawat wire mesh segi empat
ini ditentukan sebagai material utama
2.2. Karakteristik Dan Material Ferrocement pembangun pontoon berdasarkan
Ferrocement adalah struktural pertimbangan antara lain : kemudahan
berkualitas tinggi yang bahan utamanya memperoleh produk karena diproduksi
sederhana dan proses pembentukannya masal oleh suatu pabrik material, dan
yang relatif mudah, sehingga dapat kemudahan dalam pemasangan dan
digunakan pada banyak konstruksi pembentukan menjadi lapisan kerangka
bangunan sesuai bentuk konstruksi yang dinding pontoon.
diinginkan. Dalam proses pembentukannya
ferrocement terdiri dari beberapa macam
material pembangun antara lain :
1. Reinforce Mesh dan Wire Mesh
Reinforce Mesh merupakan tulangan
berupa besi silinder panjang berukuran
relatif kecil.Besi ini digunakan untuk
Gambar 3.Kawat anyam (wire mesh) 0,5 mm bukaan ½
memberikan kekuatan pada dinding– inchi

Jurnal Teknik Perkapalan – Vol. 02, No.04 Oktober 2014 60


2. Mortar (Pasir, Semen, dan Air)
Mortar merupakan campuran material
yang dipakai untuk membuat ferrocement,
bahan material pembangunnya adalah pasir,
semen, dan air dengan komposisi tertentu.
Gambar 4.Agregat halus pasir hasil pengayaan (diameter
Dalam pembangunan mortar diusahakan butiran 1-2 mm)
tidak terguncang dan terlindung dari
matahari dan hujan secara langsung. Semen merupakan senyawa pengikat
Komposisi mortarferrocement yang pada campuran mortar. Semen yang
digunakan biasanya adalah pasir : semen : digunakan dalam penelitian ini adalah
air = 1,4 : 1 : 0,5. semen dari bahan klinker – semen –
Pasir yang digunakan adalah pasir portland, yaitu semen yang sering
sungai ex-lokal yang biasanya didapat dari digunakan sehari – hari dan dapat
tempat pengolahan agregat AMP (Asphalt dicampur dengan senyawa yang lain.
Mixing Plant). Pasir yang digunakan Semen Portland dibuat dari semen hidrolis
merupakan pasir yang berasal dari partikel yang dihasilkan dengan cara menghaluskan
bebatuan yang terbawa oleh derasnya aliran klinker yang terdiri dari bahan utama silikat
sungai yang melewati sehingga deposit dari kalsium yang bersifat hidrolis ditambah
partikel bebatuan mengendap dan dengan bahan yang mengatur waktu ikat
terbentuklah material pasir. Umumnya (umumnya gips). Sifat hidrolis semen yang
ukuran dan kandungan material pasir ini berarti, semen yang bereaksi dengan air
bervariasi tergantung dari daerah geologis dapat membentuk suatu batuan massa
setempat. Ukuran pasir yang akan (produksi keras batuan semen) yang
digunakan sebagai agregat halus untuk memiliki karakteristik kedap air. Klinker
pembuatan ferrocement dalam penelitian ini semen portland dibuat dari batu kapur
adalah yang lolos ASTM (diambil diameter (CaCOᶟ),tanah liat, dan bahan dasar
butiran 1 - 2 mm). Diameter material berkadar besi.
agregat halus ditentukan tidak > 2 mm
dengan tujuan memperoleh campuran
mortar yang padat sehingga tidak terdapat
celah maupun rongga udara di dalam
dinding ferrocement nantinya sehingga
akan diperoleh kekuatan dan kekedapan
terhadap air yang relatif tinggi. Untuk Gambar 5. Material semen (Semen Portland)
memperoleh agregat halus tersebut
diperlukan proses pengayakan kembali Pengerasanmortardipengaruhi
dengan memproses pasir campuran (pasir campuran air dan semen, maka perlu
dari toko material atau produsen) menjadi dilakukan pemeriksaan terhadap air yang
agregat halus. Dari penelitian ini diketahui akan digunakan apakah telah memenuhi
bahwa setiap 1 m3 pasir campuran (agregat syarat–syarattertentu. Jelas bahwa air tawar
halus dan kerikil) terdiri dari⅔ agregat yang dapat diminum adalah air yang boleh
halus dan ⅓ agregat kasar (kerikil). dipakai, akan tetapi air minum tidak selalu
Persiapan material pasir harus ada sehingga perlu diperhatikan apakah air
dilakukan sebelum proses penggunaan tersebut mengandung bahan yang
untuk campuran mortar, dilakukan proses dapatmerusak beton atau ferrocement.
pengeringan material untuk mengurangi Pertama–tamayang harus diperhatikan
kadar air dalam material pasir selain itu adalah kejernihan air tawar apabila terdapat
proses pengeringan juga berfungsi untuk beberapa kotoran terapung maka air
mempermudah pengayakan butiran halus tersebut tidak boleh digunakan, disamping
pasir. Material pasir yang digunakan harus pemeriksaan secara visual harus juga
benar – benar bersih dari kotoran maupun diamati apakah air terindikasi mengandung
lumpur sungai , sehingga perlu dilakukan bahan perusak seperti fosfat, minyak, asam,
pencucian material jika terdapat kotoran alkali, bahan organis atau garam–
atau lumpur yang ikut terbawa. garam.[10]

Jurnal Teknik Perkapalan – Vol. 02, No.04 Oktober 2014 61


3. METODOLOGI PENELITIAN Material besi cor yang digunakan
3.1. Studi Literatur dalam penelitian ini adalah besi silinder
Mempelajari sistematika yang akan dengan diameter 6 mm dan panjang rata –
dikemukakan di dalam tugas akhir dari rata setiap batang silinder 11 – 12 m.
berbagai referensi baik berupa buku, jurnal, Wire Meshyang digunakan dalam
dan lain – lain.Metode ini dimaksudkan penelitian ini adalahwire mesh anyaman
untuk memperoleh data/informasi dengan segi empat dengan karakteristik diameter
mencari dan mempelajari buku-buku dan kawat penyusun 0,5 mm, ukuran bukaan ¼
sumber informasi lain sebagai literatur dan inchi dan ½ inchi.
referensi yang berkaitan dengan tema dan Bekisting. Dalam pelaksanaan
mendukung pengerjaan tugas akhir. Setelah penelitian digunakan dua material utama
itu, dari data – data dan literatur yang pembentuk bekisting, yaitu:
diperoleh, akan diidentifikasikan - Tripleks (Multipleks)
permasalahan yang sering atau mungkin - Kayu Kerangka Bekisting
akan terjadi pada tema yang diangkat pada Kawat ikat sebagai material pengikat
penelitian. besi cor dengan material bahan besi yang
ulet dan kuat. Dalam penelitian ini
3.2. Studi Lapangan digunakan kawat besi ikat dengan diameter
Dengan metode ini 1 mm, diambil ukuran diameter 1 mm.
dilakukanpengamatan dan pencarian data Admixturesini memiliki kegunaan
secara langsung mengenai data produk sebagai pengeras dan penguat,bahan kimia
Modular Floating Pontoon berbahan ini banyak sekali macamnya di industri
ferrocenentsebagai bahan yang nantinya bangunan.Tujuan penambahan bahan ini
dianalisa.Metode dilakukan dengan studi adalah untuk memperbaiki sifat-sifat
lapangan, survey, dan interview. tertentu dari campuran mortar. Takaran
Pada metode lapangan peneliti bahantambahan inisangat sedikit
melakukan beberapa survey mengenai dibandingkan dengan bahan utama
langkah – langkahterbaik dalam sehingga takaran bahan ini dapat diabaikan.
pelaksanaan pembangunan, merujuk dari Air berpengaruh terhadap
proses pembangunan Modular Floating pengerasanmortar, maka perlu dilakukan
Pontoon berbahan ferrocenent yang telah pemeriksaan terhadap air yang akan
ada. Peneliti juga melakukan survey digunakan apakah telah memenuhi syarat-
mengenai jenis material komposit beserta syarat tertentu.[10]
biaya material komposit itu
dipasaran.Selain itu peneliti juga 2. Persyaratan pengujian (SNI 03 – 2823 –
melakukan survey mengenai pengujian 1992) meliputi :
bahan di Laboratorium Bahan dan • Jumlah benda uji yang dipakai
Konstruksi Teknik Sipil UNDIP beserta minimal 3 buah.
interview dengan operator alat ujinya. • Tiap benda uji diberi nomor atau
kode tertentu untuk memudahkan
3.3. Persiapan Penelitian identifikasi.
Dari studi lapangan peneliti • Kondisi benda uji harus disiapkan
memperoleh sumber informasi antara lain dalam keadaan kandungan air asli.
yaitu : • Benda uji harus dibuat dengan
1. Material komposisiferrocement yang mengikuti tata cara pembuatan
baik, sebagai berikut : benda uji.[1]
Pasir. Ukuran pasir yang akan
digunakan sebagai agregat halus untuk 3.4. Perencanaan Penelitian
pembuatan ferrocement dalam penelitian ini Setelah semua data yang dibutuhkan
adalah yang lolos ASTM (diambil diameter diperoleh kemudian data tersebut diolah
butiran 1 - 2 mm). Diameter material sehingga dapat membantu tercapainya hasil
agregat halus ditentukan tidak > 2 mm. akhir dari penelitian tugas akhir ini.Pada
Material semen yang digunakan metode ini dilakukan analisa lapangan
sebagai bahan pembangun modular floating sesuai dengan data yang telah diperoleh di
pontoon ferrocement adalah Semen lapangan, antara lain :
Portland,merk Tiga Roda ukuran 50 a. Menentukan parameter-parameter yang
kg/pack. akan di analisa.

Jurnal Teknik Perkapalan – Vol. 02, No.04 Oktober 2014 62


b. Penyusunan dasar pengetahuan
(knowledge base).
c. Pembuatan model benda uji
laboratorium.
d. Membuat kesimpulan berdasarkan hasil
penelitian.
Gambar 6.Ilustrasi pengujian kuat lentur

3.5. Pembuatan dan Pembangunan Desain


3.7. Diagram Alir Metodologi Penelitian
Model
Adapun pembuatan spesimennya dapat
dengan cara :
1. Memotong dinding produk Modular
Floating Pontoon Ferrocement.
2. Mencetak dinding produk Modular
Floating Pontoon Ferrocement sesuai
ukuran spesimen yang dibutuhkan.

3.6. Pengujian Laboratorium


Ferrocement banyak digunakan sebagai
bahan utama konstruksi bangunan, salah
satunya digunakan dalam pembangunan
Modular Floating Pontoon agar
penggunaannya sesuai kebutuhan yang
direncanakan maka perlu dicari berapa nilai
kekuatannya.Sesuai dengan pembebanan
yang diterima dari penggunaan Modular
Floating Pontoontersebut, maka dilakukan
pengujian kuat lentur untuk mengetahui Gambar 7. Diagram Alir Metodologi Penelitian
kekuatan bahan ferrocement-nya.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Rumus perhitungan kuat lentur : 4.1. Kajian Teknis
a. Untuk benda uji dengan bidang pecah Perencanaan model benda uji ini
di tengah : diperlukan untuk menyesuaikan kebutuhan
pengujian dengan ketersediaan alat penguji
3P.L dan aturannya.Atas dasar kesesuaian
σp = ( MPa)
2b.d 2 (1)
tersebut maka direncanakan benda uji
berbentuk balok dengan ukuran 50 cm x 15
cm x 2 cm.
b. Untuk benda uji dengan bidang pecah Berdasarkan tujuan dari penelitian ini,
tidak di tengah: yaitu untuk mengetahui kekuatan ponton
ferrocement serta peranan kawat anyam
3P.C dalam komposisi susunan komposit
σp = ( MPa) ferrocement tersebut.Oleh sebab itu, maka
b.d 2 (2)
dilakuakan variasi kawat anyam pada benda
uji tersebut. Berikut tabel variasi kawat
dengan penjelasan :
anyam pada benda uji :
σp= Kuat lentur benda uji berbentuk
balok (MPa)
P = Besar beban saat pecah (N)
d = Tebal benda uji (mm)
b = Lebar benda uji (mm)
L = Jarak antara kedua tumpuan (mm)
Tabel 1. Tabel jumlah kawat anyam (wire
C = Jarak rata – rata bidang pecah ke
mesh)
tumpuan terdekat, tidak lebih dari
10% bentang tumpuan terhadap
titik tengah (mm).[1]

Jurnal Teknik Perkapalan – Vol. 02, No.04 Oktober 2014 63


JUMLAH LAPIS spesimen dengan rata – rata nilai P dan
SPESIMEN σp tertinggi yaitu P = 4.860 N dan σp =
KAWAT 52,884 MPa.
(KODE)
ANYAM  Spesimen 1 memiliki selisih X nilai σp
1 (0) 0 > 23,7354 % dari spesimen 0, serta X
nilai σp < 148,3516 % dari spesimen
2 (1k) 1 (¼”) 1k.
3 (1) 1 (½”)  Penambahan 1 jumlah lapis kawat
anyam bukaan ½” pada spesimen 2
4 (2) 2 (½”)
memberikan pengaruh X nilai σp >
5 (3) 3 (½”)
21,86 % dari spesimen 1.
 Penambahan 2 jumlah lapis kawat
Benda uji dibuat sebanyak 15 anyam bukaan ½” pada spesimen 3
buah.Masing – masing variasi memiliki
memberikan pengaruh X nilai σp >
benda uji sebanyak 3 buah.
95,529 % dari spesimen 1.

Gambar 8. Benda uji

4.2. Pembahasan Objek Penelitian


Pengujian kuat lentur ini dilakukan
dengan tujuan untuk mencari nilai P saat
mortar pecah dan untuk mengetahui pola Gambar 9. Grafik rata – rata kuat lentur spesimen
keruntuhan spesimen.
Berdasarkan pengujian laboratorium Pola keruntuhan pada pengujian kuat
kuat lentur dengan sistem beban di tengah lentur menunjukan keruntuhan
maka dihasilkan hasil pengujian sebagai dimensi.Spesimen yang menggunakan
berikut : kawat anyam mengalami kerusakan
dimensi terpusat pada satu bidang disekitar
Tabel 2. Hasil pengujian kuat lentur pemberi gaya/beban.Sedangkan keruntuhan
dimensi pada spesimen tanpa kawat anyam
terjadi keruntuhan dimensi pada beberapa
XP X σp
NO. KODE titik bidang.
(N) (MPa)
1. 0 1.620 17,2093
2. 1k 4.860 52,884
3. 1 2.052 21,294
Gambar 10.Pola keruntuhan dimensi pada spesimen yang
4. 2 2.532 25,9499 menggunakan kawat anyam
5. 3 3.942 41,636

Hasil pengujian kuat lentur yang telah


dilakukan dapat disimpulkan sebagai
berikut :
Gambar 11. Pola keruntuhan dimensi pada spesimen tanpa
 Spesimen 0 (tanpa kawat anyam),
kawat anyam
merupakan spesimen dengan rata – rata
nilai P dan σp terendah yaitu nilai P =
1.620 N dan σp = 17,2093 Mpa. 5. PENUTUP
 Spesimen 1k (menggunakan kawat 5.1. Kesimpulan
anyam bukaan ¼”), merupakan

Jurnal Teknik Perkapalan – Vol. 02, No.04 Oktober 2014 64


Berdasarkan hasil penelitian, dapat
ditarik beberapa kesimpulan yaitu : 5.2. Saran
1. Hasil pengujian spesimen menunjukan Berdasarkan hasil penelitian
bahwa penggunaan kawat anyam yang penggunaan kawat anyam sangat
lebih rapat mampu meningkatkan diperlukan untuk menambah kekuatan dan
kekuatan lentur ferrocement. Berikut meminimalisir bidang
hasil rata – rata nilai kuat lentur masing keruntuhan.Penggunaan kawat anyam
– masing spesimen : dengan bukaan ¼” memiliki kekuatan lebih
 Kuat lentur tertinggi : Spesimen besar dari kawat anyam bukaan ½”. Untuk
1k (menggunakan 1 lapis kawat lebih menyempurnakan penelitian ini masih
perlu adanya penelitian lanjutan antara lain
anyam bukan ¼”), X nilai σp =
:
52,884 Mpa.
- Meneliti pengaruh jumlah kawat anyam
 Kuat lentur terendah : Spesimen
terhadap ketebalan dinding
0 (tanpa menggunakan kawat
ferrocement.
anyam), X nilai σp = 17,2093 - Meneliti pengaruh kawat anyam
Mpa. terhadap komposisi perbandingan
bahan mortar.
2. Pola keruntuhan dimensi yang
ditunjukan spesimen dengan kawat DAFTAR PUSTAKA
anyam lebih terfokus dan hanya
memiliki 1 titik bidang keruntuhan [1] Badan Standarisasi Nasional. 1992.Metode
yaitu hanya pada titik yang mendapat Pengujian Kuat Lentur Beton. SNI 03-
pembebanan. Sedangkan spesimen 2823-1992. Jakarta : Departemen Pekerjaan
tanpa kawat anyam terdapat lebih dari 2 Umum.
titik keruntuhan. Berikut jumlah bidang [2] Brown, Harrison. 1973, Ferrocement
pecah pada masing – masing spesimen : Aplications in Developing Countries,
 Spesimen 0 (tanpa menggunakan National Academy of Science, Washington
kawat anyam), memilki > 2 D.C.
bidang pecah. [3] Cornelis, Remigildus.Kajian Sifat
 Spesimen yang menggunakan Mekanikal Dan Komposisi Elemen Batang
kawat anyam, memiliki 1 bidang Profil L Berbahan Ferrocement Sebagai
pecah, terletak di bagian tengah Material Alternatif Pengganti Kayu Dan
spesimen (bagian yang mendapat Baja,Jurusan Teknik Sipil FST
pembebanan). Undana.Kupang.
[4] F.Wigbout Ing. 1997, Buku Pedoman
3. Kawat anyam tidak hanya Tentang Bekisting (Kotak Cetak), Erlangga.
mempermudah dalam pengerjaan Jakarta.
plester namun juga memiliki peranan [5] Sagel R. ,Kole P.,Kusuma Gideon H. 1993,
yang penting dalam struktur Pedoman Pengerjaan Beton, Erlangga.
ferrocement. Hal ini terlihat dari Jakarta.
pengaruhnya pada segi kekuatan dan [6] Wijiantoro, Ujang. 2013. Rancang Bangun
pola keruntuhan. Dengan adanya kawat Modular Floating Pontoon Berbahan
anyam mampu menambah nilai Dasar Ferrocement Sebagai Alat Apung
kekuatan lentur yaitu : Multiguna, Jurusan S1 Teknik Perkapalan
• Spesimen 1 (menggunakan 1 UNDIP. Semarang.
lapis kawat anyam bukaan ½”), [7]http://alhadisquare.wordpress.com/2011/05/2
8/ferosemen-subsitusi-beton/
X nilai σp> 23,735 % dari
[8]https://gadabinausaha.wordpress.com/tag/def
spesimen 0 (tanpa kawat anyam).
inisi-ferrocement/
• Spesimen 1k (menggunakan 1
[9]http://sartikahikaru.blogspot.com/2011/10/pe
lapis kawat anyam bukaan ¼”),
ngetahuan-bahan-mortar.html
X nilai σp> 207,299 % dari [10]http://www.ilmusipil.com/sipil
spesimen 0 (tanpa kawat anyam).

Jurnal Teknik Perkapalan – Vol. 02, No.04 Oktober 2014 65

Anda mungkin juga menyukai