LP Skoliosis PDF
LP Skoliosis PDF
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Menjelaskan konsep penyakit skoliosis
1.2.2 Menjelaskan konsep keperawatan klien dengan penyakit skoliosis
1.2.3 Menjelaskan Asuhan Keperawatan Skoliosis
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 DEFINISI
Skoliosis merupakan masalah ortopedik yang sering terjadi adalah pelengkungan lateral
dari medulla spinalis yang dapat terjadi di sepanjang spinal tersebut. Pelengkungan pada
area toraks merupakan scoliosis yang paling sering terjadi, meskipun pelengkungan pada
area servikal dan area lumbal adalah scoliosis yang paling parah. Jadi, skoliosis
mengandung arti kondisi patologik yaitu kelengkungan tulang belakang yang abnormal ke
arah samping kiri atau kanan(Mion, Rosmawati, 2007).
2.2 KLASIFIKASI
Skoliosis dibagi dalam dua jenis yaitu struktural dan bukan struktural.
1. Skoliosis struktural
Skoliosis tipe ini bersifat irreversibel ( tidak dapat di perbaiki ) dan dengan rotasi
dari tulang punggung Komponen penting dari deformitas itu adalah rotasi
vertebra, processus spinosus memutar kearah konkavitas kurva.
Tiga bentuk skosiliosis struktural yaitu :
a. Skosiliosis Idiopatik. adalah bentuk yang paling umum terjadi dan
diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :
1) Infantile : dari lahir-3 tahun.
2) Anak-anak : 3 tahun – 10 tahun.
3) Remaja : Muncul setelah usia 10 tahun ( usia yangpaling umum ).
b. Skoliosis Kongenital adalah skoliosis yang menyebabkan malformasi satu
atau lebih badan vertebra.
c. Skoliosis Neuromuskuler, anak yang menderita penyakit neuromuskuler
(seperti paralisis otak, spina bifida, atau distrofi muskuler) yang secara
langsung menyebabkan deformitas.
2. Skoliosis nonstruktural (postural)
Skoliosis tipe ini bersifat reversibel (dapat dikembalikan ke bentuk semula), dan
tanpa perputaran (rotasi) dari tulang punggung..Pada skoliosis postural, deformitas
bersifat sekunder atau sebagai kompensasi terhadap beberapa keadaan diluar
tulang belakang, misalnya dengan kaki yang pendek, atau kemiringan pelvis
akibat kontraktur pinggul, bila pasien duduk atau dalam keadaan fleksi maka
kurva tersebut menghilang.
Ada tiga tipe-tipe utama lain dari scoliosis :
1) Functional
2
Pada tipe scoliosis ini, spine adalah normal, namun suatu lekukan abnormal
berkembang karena suatu persoalan ditempat lain didalam tubuh. Ini dapat
disebabkan oleh satu kaki adalah lebih pendek daripada yang lainnya atau oleh
kekejangan-kekejangan di punggung.
2) Neuromuscular
Pada tipe scoliosis ini, ada suatu persoalan ketika tulang-tulang dari spine
terbentuk. Baik tulang-tulang dari spine gagal untuk membentuk sepenuhnya,
atau mereka gagal untuk berpisah satu dari lainnya.Tipe scoliosis ini
berkembang pada orang-orang dengan kelainn-kelainan lain termasuk
kerusakan-kerusakan kelahiran, penyakit otot (muscular dystrophy), cerebral
palsy, atau penyakit Marfan. Jika lekukan hadir waktu dilahirkan, ia disebut
congenital. Tipe scoliosis ini seringkali adalah jauh lebih parah dan memerlukan
perawatan yang lebih agresif daripada bentuk-bentuk lain dari scoliosis.
3) Degenerative
Tidak seperti bentuk-bentuk lain dari scoliosis yang ditemukan pada anak-anak
dan remaja-remaja, degenerative scoliosis terjadi pada dewasa-dewasa yang
lebih tua. Ia disebabkan oleh perubahan-perubahan pada spine yang disebabkan
oleh arthritis. Kelemahan dari ligamen-ligamen dan jaringan-jaringan lunak lain
yang normal dari spine digabungkan dengan spur-spur tulang yang abnormal
dapat menjurus pada suatu lekukan dari spine yang abnormal.
4) Lain-lain
Ada penyebab-penyebab potensial lain dari scoliosis, termasuk tumor-tumor
spine seperti osteoid osteoma. Ini adalah tumor jinak yang dapat terjadi pada
spine dan menyebabkan nyeri/sakit.Nyeri menyebabkan orang-orang untuk
bersandar pada sisi yang berlawanan untuk mengurangi jumlah dari tekanan
yang diterapkan pada tumor.Ini dapat menjurus pada suatu kelainan bentuk
spine.
2.3 ETIOLOGI
Penyebab terjadinya skoliosis belum diketahui secara pasti, tapi dapat diduga
dipengaruhi oleh diantaranya kondisi osteopatik, seperti fraktur, penyakit tulang,
penyakit arthritis, dan infeksi.Scoliosis tidak hanya disebabkan oleh sikap duduk yang
salah. Sedangkan menurut penelitian di Amerika Serikat, memanggul beban yang berat
seperti tas punggung, bisa menjadi salah satu pemicu scoliosis.
Terdapat 3 penyebab umum dari skoliosis:
1) Kongenital (bawaan), biasanya berhubungan dengan suatu kelainan dalam
pembentukan tulang belakang atau tulang rusuk yang menyatuh.
3
2) Neuromuskuler, pengendalian otot yang buruk atau kelemahan otot atau
kelumpuhan akibat penyakit berikut :Cerebral palsy, Distrofi otot, Polio,
Osteoporosis juvenile.
3) Idiopatik, penyebabnya tidak diketahui.
4
2.5 PATOFISIOLOGI
Kelainan bentuk tulang punggung yang disebut skoliosis ini berawal dari adanya syaraf
yang lemah atau bahkan lumpuh yang menarik ruas-ruas tulang belakang. Tarikan ini
berfungsi untuk menjaga ruas tulang belakang berada pada garis yangnormal yang
bentuknya seperti penggaris atau lurus. Tetapi karena suatu hal, diantaranya kebiasaan
duduk yang miring, membuat sebagian syaraf yang bekerja menjadi lemah. Bila ini terus
berulang menjadi kebiasaan, maka syaraf itu bahkan akan mati. Ini berakibat pada
ketidakseimbangan tarikan pada ruas tulang belakang. Oleh karena itu, tulang belakang
penderita bengkok atau seperti huruf S.
5
2.6 PATHWAY
ETIOLOGI
Ketegangan otot Resiko tinggi sambungan spinal bayi Sekresi melatonin saat malam
Perkembangan otot tulang blkg terganggu Tulang belakang tidak normal Kurangnya progresivitas skoliosis
Otot Lemah
Skoliosis Tlg blkg melengkung dada kanan menonjol dan Gangguan citra tubuh
kepala tampak lebih tiggi
Deviasi lateral corpus spinal Kelelahan tulang dan sendi Klien ingin cepat dioperasi
Menekan area paru
Derajat deviasi semakin besar Kaku otot Ekspansi paru Jenuh dan sedih lama
menunggu
Resiko tinggi gangguan nyeri Resiko tinggi gangguan mobilitas Dispnea
Ansietas
Resti gangguan pola nafas
tidak efektif
6
2.7 KOMPLIKASI
1) Kerusakan paru-paru dan jantung.
Ini boleh berlaku jika tulang belakang membengkok melebihi 60 derajat. Tulang
rusuk akan menekan paru-paru dan jantung, menyebabkan penderita sukar
bernafas dan cepat capai. Justru, jantung juga akan mengalami kesukaran
memompa darah. Dalam keadaan ini, penderita lebih mudah mengalami penyakit
paru-paru dan pneumonia.
2) Sakit tulang belakang.
Semua penderita, baik dewasa atau kanak-kanak, berisiko tinggi mengalami
masalah sakit tulang belakang kronik. Jika tidak dirawat, penderita mungkin akan
menghidap masalah sakit sendi. Tulang belakang juga mengalami lebih banyak
masalah apabila penderita berumur 50 atau 60 tahun.
2.9 PENGOBATAN
1) Pengobatan yang dilakukan tergantung kepada penyebab, derajat, dan lokasi
kelengkungan serta stadium pertumbuhan tulang. Jika kelengkungan kurang dari
20 derajat, biasanya tidak perlu pengobatan, tetapi penderita harus menjalani
pemeriksaan secara teratur setiap 6 bulan.
2) Pada anak- anak yang masih tumbuh, kelengkungan biasanya bertambah sampai
25-30, karena itu biasanya dianjurkan untuk menggunakan brace (alat penyangga)
untuk memperlambat progresivitas kelengkungan vertebra. Brace dari Milwaukee
& Boston efektif dalam mengendalikan progresivitas skoliosis, tetapi harus
dipasang selama 23 jam/hari sampai masa pertumbuhan anak berhenti.
3) Brace tidak efektif digunakan pada skoliosis kongenital maupun neuromuskular.
Jika kelengkungan mencapai 40 atau lebih, biasanya dilakukan pembedahan.
4) Pada pembedahan dilakukan perbaikan kelengkungan dan peleburan tulang-
tulang. Tulang dipertahankan pada tempatnya dengan bantuan 1-2 alat logam yang
7
terpasang sampai tulang pulih (kurang dari 20 tahun). Sesudah dilakukan
pembedahan mungkin perlu dipasang Brace untuk menstabilkan tulang belakang.
Kadang diberikan perangsangan elektrospinal, dimana otot vertebra dirangsang
dengan arus listrik rendah untuk meluruskan vertebra.
A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data
a. Biodata
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama :
2) Riwayat kesehatan sekarang : tulang kanan melengkung, dada kanan
posteroir menonjol diserati scapula kanan tampak lebih tinggi dan
menonjol.
3) Riwayat kesehatan terdahulu : -
2. Pemeriksaan Fisik
a. Mengkaji Skelet tubuh
Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat
tumor tulang. Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak
dalam kesejajaran anatomis. Angulasi abnormal pada tulang panjang atau
gerakan pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya patah tulang.
- Berdiri tegak, untuk melihat adanya :
o Asimetris bahu, leher, tulang iga, pinggul, scapula
o Plim line (kesegarisan atara leher dan pinggul)
o Body arm distance (jarak antar lengan dengan badan).
- Membungkuk, untuk melihat adanya :
o Rotasi (perputaran dari tulang punggung)
o Derajat pembungkukan (kifosis)
o Mengukur perbedaan panjang tungkai bawah
- Mencari
o Kelenturan sendi
o Sinus-sinus pada kulit
o Hairy pathches
o Palpable midline detects
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Rontgen tulang belakang
X-Ray proyeksi foto polos : harus diambil dengan posterior dan lateral penuh
terhadap tulang belakang dan krista iliaka dengan posisi tegak, untuk menilai
derajat kurva dengan metode Cobb dan menilai maturitas skeletal dengan metode
Risser. Kurva structural akan memperlihatkan rotasi vertebra ; pada proyeksi
posterior-anterior, vertebra yang mengarah ke puncak prosessus spinosus
menyimpang kegaris tengah; ujung atas dan bawah kurva diidentifikasi sewaktu
tingkat simetri vertebra diperoleh kembali.
3. MRI
Jika ditemukan kelainan saraf atau kelainan pada rontgen.
4. Cobb Angle
Diukur dengan menggambar garis tegak lurus dari batas superior dari vertebra
paling atas pada lengkungan dan garis tegak lurus dari akhir inferior vertebra
paling bawah. Perpotongan kedua garis ini membentuk suatu sudut yang diukur.
5. Maturitas Kerangka
Dinilai dengan beberapa cara. Hal ini penting karena kurva sering bertambah
selama periode pertumbuhandan pematangan kerangka yang cepat. Apotisis iliaka
mulai mengalami penulangan segera setelah pubertas: ossifikasis meluas kemedial
dan jika penulangan krista iliaka selesai, pertambahan skoliosis hanya minimal.
Menentukan maturitas skeletal melalui tanda Risser, dimana ossifikasi pada
apotisis iliaka dimulai dari spina iliaka anterior superior (SIAS) ke posterior
medial. Tepi iliaka dibagi kedalam 4 kuadran dan ditentukan kedalam grade 0-5.
Derajat Risser adalah sebagai berikut :
- Grade 0 : tidak adanya pssifikasi
- Grade 1 : penulangan mencapai 25%
- Grade 2 : penulangan mencapai 26-50%
- Grade 3 : penulangan mencapai 51-75%
- Grade 4 : penulangan mencapai 76%
- Grade 5 : menunjukan fusi tulang yang komplit.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan paru
2. Nyeri punggung berhubungan dengan posisi tubuh ke lateral
3. Gangguan mobilitas fisik berhubgan dengan postur tubuh yang tidak seimbang.
4. Gangguan konsep diri berhungan dengan postur tubuh mirik ke lateral
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi sesuai rencana tindakan keperawatan
F. EVALUASI KEPERAWATAN
Setelah intervensi keperawatan, diharapkan :
1. DX 1 : Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan paru
Evaluasi :
1) Menunjukan bunyi nafas yang normal
2) Frekuensi dan irama napas teratur
2. Dx 2 : Nyeri punggung berhubungan dengan posisi tubuh ke lateral
Evaluasi :
11
1) Melaporkan tingkat nyeri yang dapat diterima
2) Memperlihatkan sikap tenang dan rileks
3) Keseimbangan pola istirahat tidur
BAB III
3.1 Pengkajian
A. DATA UMUM
No. RM : 027
Tanggal : 08 Januari 2012
Tempat : Ruangan Mawar
Nama : Tn. K
TTL : Bau – Bau, 27 Mei 1966
Umur : 45 tahun
Jenis kelamin : Laki – Laki
Agama : Islam
Status perkawin : Kawin
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Lama bekerja : 15 Tahun
Suku bangsa : Bunton
Alamat : Jalan A.H Nasution
Tgl. MRS : 06 Januari 2012
Sumber info : Istri
Dx. Medis : Skoliosis
12
2. Alasan masuk RS : Klien masuk rumah sakit karena nyeri di pungggungnya
semakin parah sehingga membuat klien susah untuk beraktivitas (aktivitas klien
terganggu)
3. Riwayat Penyakit
a. Provocative/Palliative : nyeri bertambah saat mengangkat barang yang berat
bekerja
b. Quality : nyeri seperti tertimpa beban berat
c. Region : di bagian punggungnya
d. Scale : skala 6
e. Timing : tidak menentu
F. RIWAYAT PSIKO-SOSIAL-SPIRITUAL
13
4. Konsep diri : klien merasa sangat terganggu karena penyakit yang dideritanya.
4. Eliminasi
Sebelum MRS : BAB klien 1x sehari
Setelah MRS :Klien kadang tidak BAB dalam sehari
5. Eliminasi urine/BAK
Sebelum MRS : Klien BAK 5-6x dalam sehari.
Setelah MRS : Klien BAK 1-2x sehari dengan volume sedikir
6. Akltifitas dan latihan
Sebelum MRS : Setiap Hari minggu klien rekreasi bersam keluarga
Setelah MRS : Klien tidak pernah melakukan aktifitas
14
7. Personal hygiene
Sebelum MRS : Klien mandi 2x sehari, mencuci rambut 1x sehari, 1 minggu
sekali klien memotong kuku.
Setelah MRS : Klien mandi 2x sehari.
G. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
Kehilangan BB : 5 Kg
Kelemahan : Sangat lemah
Vital sign : TD : 120/80 mmHg
N : 97 x /menit
RR : 25 x / menit
S : 36,5 ºC
2. Head to toe
a. Kulit/integuman :
Inspeksi : warna kulit kecoklatan
Palpasi : Tidak ada udema
b. Kepala :
Inspeksi : Rambut lurus hitam dan pendek, Distribusi rambut merata, Tidak ada
ketombe
Palpasi : Tidak ada udema, Tidak ada nyeri tekan
c. Kuku :
Inspeksi : agak kotor
d. Mata/penglihatan :
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, konjungtiva Nampak pucat, kelopak mata tidak
udema
Palpasi : tidak ada nyeri pada mata
e. Hidung :
Inspeksi : skimetris kiri dan kanan, tidak ada pengeluaran secret,
fungsi penciuman baik
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
f. Telinga/pendengaran :
Inspeksi : simeris kiri dan kanan, tidak ada pengeluaran secret, fungsi
pendengaran baik
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
g. Mulut dan gigi :
Inspeksi : mukosa bibir kering, keadaan gigi baik dan lengkap, ada gangguan
menelan
h. Leher :
Inspeksi : nampak miring kesamping
Palpasi : ada nyeri tekan pada leher
i. Dada :
Inspeksi : normal chest, pegerakan dan pengembangan dada sama ketika ekspirsi
dan inspirasi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa
Auskultasi : inspirasi sama dengan ekspirasi
15
j. Abdomen :
Inspeksi : tidak Nampak pembesaran pada abdomen
Palpasi : tidak teraba pembesaran hati, distensi abdomen tidak ditemukan
Perkusi : tidak ada penimbunan cairan dan masa
Auskultasi : peristaltik usus
k. Extremitas atas:
Inspeksi : pergerakan klien terbatas, tidak ada hematom dan udem pada tangan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Extremitas bawah:
Inspeksi : pergerakan klien tebatas
Palpasi : tidak nyeri tekan dan tidak ada udema
3. Pengakajian Data Fokus (Pengakajian sistem)
a. Sistem respiratory :
Inspeksi : pernafasan cepat,
Auskultasi : sonor
b. Sistem kardiovaskuler:
Inspeksi : kesadaran baik, bentuk dada normal chest, wajah Nampak pucat, tidak
ada udema pada tangan, kaki dan sendi
Palpasi : tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : -
Auskultasi : irama jantung tidak teratur
c. Sistem gastrointestinal :–
d. Sistem urinaria :–
e. Sistem reproduksi :–
f. Sistem muskuloskeletal:
Inspeksi : kekuatan otot berkurang, pola aktivitas terganggu
Palpasi : adanya lekukan atau adanya tulang yang menonjol.
g. Sistem neurologi :
Inspeksi : masih sadarkan diri
h. Sistem penglihatan :
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, konjungtiva Nampak pucat, kelopak mata tidak
udema
Palpasi : tidak ada nyeri pada mata
i. Sistem pendengaran :
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, tidak ada pengeluaran secret, fungsi
pendengaran baik
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
4. Pemeriksaan diagnostik
7 Januari 2012
Diagnosa medis : Skoliosis
5. Penatalaksanaan Medis
a. Rontgen tulang belakang.
Kurva structural akan memperlihatkan rotasi vertebra ; pada proyeksi posterior-
anterior, vertebra yang mengarah ke puncak prosessus spinosus menyimpang kegaris
tengah; ujung atas dan bawah kurva diidentifikasi sewaktu tingkat simetri vertebra
diperoleh kembali.
16
H. ANALISA DATA
NO DATA FOKUS MASALAH ETIOLOGI
1. DS : Ketidakefektifan Tulang belakang membengkok
- Klien mengeluh sesak bila pola nafas melebihi 60 derajat
beraktivitas (bekerja)
Tulang rusuk akan menekan
DO :
paru2 dan jantung
- Tanda – tanda vital : RR
25 x/menit Ekspansi dada
- Terdapat retraksi dinding
dada Ketidakefektifan pola napas
2. DS : Nyeri Posisi tubuh miring ke lateral
R : di bagian punggungnya
S : skala 6
T : tidak menentu
DO :
I. Diagnosa keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan paru.
2. Nyeri berhubungan dengan posisi tubuh miring ke lateral
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan postur tubuh yang tidak seimbang.
18
2. Tupen : 1. Klien mampu
Klien dapat mendemonstrasikan mengontrol nyeri
teknik nafas dalam untuk 2. Klien 1. Kaji
mengurangi nyeri setelah melaporkan
dilakukan tindakan keperawatan bahwa nyeri tipe, intensitas,
1x24 jam berkurang dan lokasi nyeri.
Tupan : 3. Klien 2. Atur
Klien dapat melaporkan nyeri menyatakan rasa
berkurang sampai dengan hilang nyaman posisi yang
setelah dilakukan tindakan 4. Nadi dalam meningkatkan
keperawatan 3x24 jam rentang normal
Nadi : 60- rasa nyaman.
100x/menit 3. Pertah
ankan
lingkungan yang
tenang.
4. Ajark
an relaksasi dan
teknik distraksi.
5. Anjur
kan latihan
postural secara
rutin.
6. Kalob
orasi pemberian
analgetik.
19
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Skoliosis merupakan masalah ortopedik yang sering terjadi adalah pelengkungan
lateral dari medulla spinalis yang dapat terjadi di sepanjang spinal tersebut.
Skoliosis dibagi dalam dua jenis yaitu struktural dan bukan struktural. Penyebab
terjadinya skoliosis belum diketahui secara pasti, tapi dapat diduga dipengaruhi
oleh diantaranya kondisi osteopatik, seperti fraktur, penyakit tulang, penyakit
arthritis, dan infeksi.Scoliosis tidak hanya disebabkan oleh sikap duduk yang
salah. Komplikasi pada skoliosis meliputi Kerusakan paru-paru, jantung dan sakit
tulang belakang.
4.2 Saran
Kami menyadari dalam pembuatan laporan ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan. Penulis juga meminta kritik dan saran yang membangun dan
mengembangkan laporan ini. Perawat harus banyak membaca dan memperbanyak
referensi sehingga meningkatkan pengalaman tentang skoliosis, oerawat harus
teliti dan selalu memantau perkembangan pasien dan pasien membekali pasien
dengan pengetahuan tentang skoliosis.
20