Anda di halaman 1dari 20

Kebangkitan China sebagai

Ancaman bagi Indo-Pasifik


Makalah ini disusun untuk pemenuhan tugas mata kuliah politik internasional

Disusun Oleh Kelompok 4 :


1. Bryce Reginald Mckell 6. Maria Qibtiya
2. Dahlan Khatami 7. Nadistha Putri Nugroho
3. Dinda Ayuningtyas 8. Rifky Rachman Ilhamsyah
4. Gantari Humaira 9. Rizky Ramadhan
5. Ighra Farayra 10. Shafna Zulfarida

Dosen Pengampu: Dr. Rizal A Hidayat, M.Si


Kelas: HI18C

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AL AZHAR INDONESIA
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Kebangkitan China sebagai Ancaman bagi Indo-
Pasifik” ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat
kelak.
Selanjutnya, dengan rendah hati kami meminta kritik dan saran dari pembaca untuk
makalah ini supaya selanjutnya dapat kami revisi kembali. Karena kami sangat menyadari, bahwa
makalah ini masih memiliki banyak kekurangan.
Kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pengampu kami
dalam mata kuliah Politik Internasional, pak Rizal A Hidayat, atas segala bimbingannya.
Selanjutnya kami juga berterimakasih kepada semua pihak yang mendukung serta membantu kami
selama proses penyelesaian makalah ini hingga makalah ini selesai.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah yang kami telah buat ini mampu
memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jakarta, 08 Desember 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………………........
B. Rumusan Masalah............................................................................................................
C. Tujuan Penulisan ……….................................................................................................
BAB II ISI
A. Kondisi Indo-Pasifik…………………………….............................................................
B. Kebangkitan China sebagai Ancaman Baru bagi Indo-Pasifik …………………………
C. Ancaman Militer Tiongkok …………………………………..........................................
D. Reaksi Indo-Pasifik terhadap Kebangkitan China………………………………………
E. Masa Depan Indo-Pasifik……..…………….…………………………………………...
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indo-Pasifik, dalam literatur lain juga disebut Indo-Pasifik Barat, adalah salah satu
wilayah biogeografis bahari di dunia. Kawasan ini meliputi perairan bahari tropika di
Samudera Hindia, Samudera Pasifik bagian barat dan tengah, serta laut-laut pedalaman di
wilayah Indonesia dan Filipina. Wilayah ini tidak termasuk perairan ugahari dan kutub di
samudera-samudera Hindia dan Pasifik. Demikian pula, perairan tropis di Pasifik timur, di
pesisir barat Benua Amerika, dianggap sebagai wilayah yang terpisah.
Terminologi ini terutama penting digunakan pada bidang biologi laut, iktiologi,
oseanografi dan disiplin ilmu yang serupa, karena banyak habitat bahari yang sinambung
sejak dari Madagaskar hingga ke Jepang dan Oseania, dan karena sejumlah besar spesies
ditemukan di sini, namun tidak di tempat lain di dunia. Perairan Samudera Hindia dan
Samudera Pasifik tropis memiliki karakteristik biologi yang mirip dan dihuni oleh jenis-
jenis hewan laut yang hampir sama.
Wilayah Indo-Pasifik meliputi wilayah laut dan wilayah yang luas antara Samudra
Pasifik dan Samudra Hindia, yang berbatasan dengan Jepang, India, dan Australia.
Signifikansi geopolitik di wilayah ini telah tumbuh sebagai akibat dari ketergantungan
besar negara-negara pada rute lautnya untuk pengangkutan sumber daya energi dan barang
perdagangan.1

1
Manoj K Mishra, “Mengapa Kawasan indo-Pasifik jadi Titik Panas Global”,
https://www.matamatapolitik.com/analisis-mengapa-kawasan-indo-pasifik-jadi-titik-panas-global/ (akses pada
tanggal 07 Desember 2019 pukul 23:00 WIB)
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi Indo-Pasifik saat ini?
2. Bagaimana kebangkitan China sebagai ancaman baru bagi Indo-Pasifik?
3. Bagaimana reaksi negara Indo-Pasifik dalam menghadapi kebangkitan China?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui kondisi Indo-Pasifik saat ini
2. Memahami alasan mengapa kebangkitan China sebagai ancaman baru bagi Indo-
Pasifik
3. Mengetahui bagaimana reaksi negara Indo-Pasifik dalam menghadapi kebangkitan
China
BAB II
ISI

A. Kondisi Indo-Pasifik
Seperti yang kita ketahui, pusat ekonomi dan politik dunia sedang bergeser ke Indo-
Pasifik. Wilayah ini telah melangkah ke babak baru geopolitik regional ditandai dengan
banyaknya tumpang tindih konflik kepentingan. Hal tersebut tidak terlepas dari atribut
Indo-Pasifik yang dilintasi jalur pelayaran utama dunia, yang juga kaya akan kandungan
sumber daya alam, serta terdapat sejumlah ideologi yang berbenturan.
Seiring dengan pertumbuhan ekonomi Asia yang spektakuler, meningkat pula
intensitas interaksi antarkekuatan di Indo-Pasifik. Mereka antara lain, Amerika Serikat
(AS), Australia, China, India, Jepang dan Korea Selatan. Istilah Indo-Pasifik pertama kali
diperkenalkan oleh Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe pada saat menyampaikan
pidatonya yang terkenal, Confluence of the Two Seas pada tahun 2007 di depan Parlemen
India. Penggunaan istilah tersebut mengindikasikan semakin kuatnya peran strategis
Samudra Hindia dan Pasifik dalam percaturan internasional, seiring dengan bergesernya
pusat gravitasi politik dan ekonomi dunia dari daratan Eropa ke Asia. Dalam memahami
arsitektur geopolitik Indo-Pasifik, yang penting untuk diketahui adalah bagaimana
kecenderungan negara-negara besar bermain di kawasan. Tidak diragukan lagi kebangkitan
China sangat bergantung pada terbukanya akses di Samudra Hindia dan Pasifik.
Oleh karena itu, kehadiran China secara politik, ekonomi dan militer di Indo-Pasifik
berdampak pada meningkatnya potensi konflik dengan para pemain lama di kawasan,
seperti AS dan India. Sebagaimana hegemon dunia, tentu saja AS merasa paling terusik
dengan kebangkitan China, khususnya kehadiran China di Indo-Pasifik. Dalam politik
internasional modern, negara-negara yang kuat secara ekonomi dan militer cenderung ingin
memiliki pengaruh dalam pengendalian akses atas sumber daya yang penting bagi
negaranya, seperti energi (minyak, gas dan batubara) dan jalur transportasi komoditas (alur
laut, pipa minyak, pipa gas, saluran listrik dan saluran komunikasi).
Dinilai oleh Pusat Studi Amerika Serikat di University of Sydney pada 20 Agustus
2019 bahwa kekuatan militer Amerika Serikat tidak lagi menjadi kekuatan utama di
kawasan Indo-Pasifik, hal ini lantaran meningkatkan kekuatan rudal-rudal Tiongkok dalam
waktu singkat. Penelitian ini harusnya tidak mengejutkan Amerika Serikat, karena dalam
laporan Pentagon kepada Kongres di November 2018, militer Amerika Serikat diprediksi
akan menderita banyak korban dan kalah perang melawan Tiongkok maupun Rusia2.
Enam bulan kemudian, laporan tahunan Departemen Pertahanan Amerika Serikat
menyebutkan, Beijing menjalankan program pengembangan militer unggulan, untuk
menjadi kekuatan utama militer di kawasan Indo-Pasifik. Dimana, Tiongkok memiliki lebih
dari 2 ribu rudal balistik berbagai ukuran. Hal yang menguatkan kekhawatiran ini,
diungkapkan oleh Komandan Armada Pasifik Angkatan Laut Amerika Serikat Admiral Phil
Davidson. Pada pertengahan Maret lalu di hadapan Kongres ia mengungkapkan, saat ini ia
hanya bisa memeroleh 50 persen dari total kekuatan yang diperlukannya di Indo Pasifik
setiap hari. Laporan dari Kementrian Pertahanan Amerika Serikat mengatakan bahwa
keunggulan Amerika Serikat dalam perang bawah laut (kapal selam) kian dibutuhkan
sebagai kekuatan penyeimbang seiring berkembangnya pertahanan Tiongkok denga rudal
jelajah, teknologi hipersonik, dan pertahanan anti-serangan udara.
Uni Eropa memperkuat kehadirannya di perairan Indo-Pasifik untuk menghadapi
kekuatan Cina yang telah mengklaim berdaulat di perairan yang menjadi jalur perdagangan
laut terbesar ke tiga di dunia. Liselotte Odgaard, pengajar tamu di Hudson Institute
mengatakan bahwa Uni Eropa sudah mulai memberi tanda untuk hadir di Indo-Pasifik
dalam acara diskusi peran Uni Eropa di wilayah Indo-Pasifik. Menurut Odgaard, Uni Eropa
memiliki garis kebijakan umum seperti menolak klaim Cina di Laut Cina Selatan dan
mendukung kawasan itu sebagai jalur pelayaran bebas3.
Sinyal kehadiran Uni Eropa telah dilakukan oleh negara anggotanya selama
ini. Angkatan laut Prancis telah melakukan operasi di Laut Cina Selatan sejak tahun 2014.

2
Fauzi, “Militer Tiongkok Ungguli Militer Amerika Di Indo Pasifik?”,
https://www.indozone.id/amp/x0slpl/militer-tiongkok-ungguli-militer-amerika-di-indo-pasifik (akses
pada tanggal 7 Desember 2019 pukul 20:35 WIB)
3
Maria Rita Hasugian, “Uni Eropa Perkuat Kekuatan Militer di Indo-Pasifik Hadapi CIna”,
https://dunia.tempo.co/read/1187461/uni-eropa-perkuat-kekuatan-militer-di-indo-pasifik-hadapi-cina
(akses pada tanggal 7 Desember 2019 pukul 20:42 WIB)
Sejumlah negara telah mengirimkan personilnya untuk bergabung dengan kapal laut
Prancis guna mendukung seruan Uni Eropa menegakkan peraturan internasonal bahwa
perairan Laut Cina Selatan bebas dilayari.
Odgaard mengatakan bahwa Denmark akan mengirimkan kapal perang frigate Dan
Prancis akan mengirim kapal induk ke Indo-Pasifik. Sejumlah negara Uni Eropa
melakukan latihan militer dengan India dan Jepang. Prancis sedang mendiskusikan tentang
kemungkinan mengadakan latihan dengan militer Jepang. Inggris berencana mengerahkan
satu kapal induk yang membawa sejumlah pesawat tempur. Inggris juga sedang
mempertimbangkan untuk mendirikan pangkalan militer baru di wilayah Indo-Pasifik.
Inggris bahkan telah melakukan operasi bersama dengan Amerika Serikat. Kapal perang
Inggris berlayar mendekati pulau yang diklaim Cina di Laut Cina Selatan pada Agustus
lalu, membuat Beijing naik darah.
Angkatan Laut Inggris juga melakukan latihan perang bersama Amerika Serikat di
wilayah yang dipersengketakan oleh beberapa negara. Menurut Patrick Cronin, kepala
keamanan Asia-Pasifik di Hudson Institute, Eropa berusaha mendorong Beijing untuk
mematuhi peraturan internasional tentang pelayaran bebas di perairan internasional.
Belanda mengatakan pada Oktober lalu akan mengirim kapal perangnya untuk bergabung
dengan kapal induk Inggris HMS Queen Elizabeth dalam operasi pertamanya di perairan
Indo-Pasifik pada tahun 2021.
Sementara itu, pada 1 November 2019 patroli kapal perang dan pesawat tempur
Amerika Serikat semakin meningkat untuk memastikan perairan Indo-Pasifik bebas dan
terbuka bagi semua pelayaran dan menolak klaim Cina berdaulat di wilayah itu. Menteri
Pertahanan Amerika Serikat (AS), Mark Esper menuturkan, Washington berencana untuk
memperkuat kehadirannya di kawasan Indo-Pasifik. Esper menuturkan, salah satu langkah
yang diambil adalah dengan memindahkan pasukan militernya ke wilayah itu. Berbicara
saat melakukan konferensi pers dengan Menteri Pertahanan Australia, Linda Reynolds di
Washington, Esper menuturkan, berdasarkan Strategi Pertahanan Nasional AS,
Washington harus lebih banyak terlibat di kawasan Indo-Pasifik4.

4
Victor Maulana, “AS Berencana Perkuat Kehadiran Militer di Indo-Pasifik”,
https://international.sindonews.com/read/1454658/42/as-berencana-perkuat-kehadiran-militer-di-
indo-pasifik-1572606385 (akses pada tanggal 7 Desember 2019 pukul 20:49 WIB)
Esper mengatakan bahwa mengimplementasikan Strategi Pertahanan Nasional
mereka adalah salah satu tantangan terbesar yang ia hadapi saat ini. Ia juga menambahkan
bahwa Strategi Pertahanan Nasional mereka menekankan bahwa perhatian utamanya
adalah wilayah Indo-Pasifik, dan untuk mengimplementasikannya harus terlibat lebih
banyak pasukan, maka dari itu ia perlu memindahkan pasukan ke daerah itu. Ia harus lebih
hadir di wilayah ini.
Ketika ditanya apakah AS dan Australia akan bekerja sama lebih dekat dalam
menghadapi China kegiatan yang berkembang di wilayah tersebut. Esper menunjukkan
bahwa strategi AS adalah untuk menambah lebih banyak mitra dan memperkuat aliansi di
wilayah tersebut. Dia lalu mencatat bahwa perjalanan luar negerinya yang pertama setelah
dilantik sebagai Menteri Pertahanan AS adalah ke Australia dan menekankan bahwa
wilayah Indo-Pasifik adalah wilayah prioritas untuk AS.

B. Kebangkitan Baru China sebagai Ancaman bagi Indo-Pasifik


Konsep Indo-Pasifik maupun program Belt Road Initiatives (BRI) ini merupakan
kekuatan kepentingan global dengan menempuh pendekatan moneter/keuangan. Kebijakan
luar neger AS maupun Cina sebagai dua negara adikuasa ini menjadikan konsepsi Indo-
Pasifik ini secara kasat mata sebagai proxy demi menggaet kepentingan ekonomi. Mereka,
kedua negara adikuasa tersebut seolah-olah bersepakat membuat negara-negara yang
mempunyai power lebih sedikit, termasuk negara-negara yang sedang berkembang seperti
Indonesia, kemudian menari di atas gendang yang mereka dendangkan.
Bila kita lihat konteks Indo-Pasifik versus BRI, kita bisa berkaca pada fenomena
perang dagang antara AS dan Cina hari ini. Coba kita telisik lagi lebih dalam implikasi
yang terjadi. Secara mengejutkan beberapa instrumen ekonomi Cina mengalami tren yang
cukup baik. Kita bisa lihat bagaimana cadangan devisa Dollar terbanyak di dunia
bertumpuk di negeri Tirai Bambu/Cina. Selain itu neraca transaksi berjalan negara
pimpinan Xi Jinping itu juga relatif positif.
Konsekuensi perang dagang yang dialami Cina dengan segala plus minusnya
membuat manuver BRI menjadi relevan. Mereka ingin melanggengkan supremasi ekonomi
lewat keunggulan kekuatan ekonominya. Dengan kata lain BRI berkelindan
dengan fenomena perang dagang yang mempunyai misi mengeruk keuntungan dengan
pendekatan moneter.
Sementara itu, AS juga mempunyai misi yang sama lewat skema Indo-Pasifiknya.
Munculnya skema ala Donald Trump tersebut bertujuan bukan hanya membendung Cina,
melainkan juga ingin melanggengkan supremasi ekonominya. Kedua negara akan saling
bersaing dalam menguras sumber daya apa yang menjadi milik negara-negara yang
tergantung dengan mereka.5

C. Ancaman Militer Tiongkok


Tentara Pembebasan Rakyat (Hanzi: 人民解放軍, hanyu pinyin: renmin jiefangjun)
adalah tentara nasional Republik Rakyat Tiongkok. Tentara ini biasanya juga disebut
sebagai Tentara Rakyat. Namun, berbeda dari tentara nasional di negara lainnya yang
komando militernya dipegang oleh pemerintah yang berkuasa, Tentara Pembebasan
Rakyat langsung berada di bawah komando Partai Komunis Tiongkok. 6 Tentara
Pembebasan Rakyat terbagi atas 5 bagian: angkatan darat, angkatan laut, angkatan udara,
angkatan ballistik, dan angkatan bantuan strategis. Tentara Pembebasan Rakyat memiliki
anggota tentara aktif terbanyak duniadan memiliki anggaran militer terbesar kedua dunia
dengan jumlah $177.6 milyar7. Repubik Rakyat Tiongkok adalah salah satu kekuatan
militer dengan proses modernisasi tercepat di dunia dan telah disebut sebagai potensial
superpower.8 Menurut Global Firepower Index, Tiongkok menempati urutan ketiga
kekuatan militer terbesar di dunia setelah Rusia dan AS.
Peningkatan kapasitas militer China terlihat dari jenis-jenis peralatan militer di
semua matra yang sudah semakin canggih dan lengkap. China telah mulai menggeser fokus
pertahanan dan keamanannya dari pembangunan Angkatan Darat ke memperkuat

5
Hendrajit, “Konsepsi Indo-Pasifik dan Belt Road Initiatives:……Globalnya”, http://theglobal-review.com/konsepsi-
indo-pasifik-dan-belt-road-initiatives-as-dan-cina-sama-sama-bermaksud-menyeret-negara-negara-lemah-
mengikuti-kepentingan-globalnya/ (akses pada tanggal 09 Desember 2019 pukul 01:48 WIB)
6
XinhuaNet, "How is China strengthening its military?”, http://www.xinhuanet.com/english/2019-
10/22/c_138492601.htm (akses pada tanggal 08 Desember 2019 pukul 21:00 WIB)
7
Zhao Lei, “Military Budget to be Increased by 7.5 Percent”,
http://www.chinadaily.com.cn/a/201903/05/WS5c7dd92ea3106c65c34ecce2.html (akses pada tanggal 08
Desember 2019 pukul 21:12 WIB)
8
Bill Gertz, “Report: China’s Military…..Shocking Speed”, https://nationalinterest.org/blog/the-buzz/report-chinas-
military-capabilities-are-growing-shocking-18316 (akses pada tanggal 08 Desember 2019 pukul 21:22 WIB)
Angkatan Laut dan Udaranya. Kekuatan Angkatan Laut dan Udara merupakan instrumen
kunci dalam arsitektur pertahanan keamanan China. Kekuatan ini pun semakin
diperlengkapi dengan adanya dukungan personil militer terbesar di dunia. China memiliki
tentara aktif yang berjumlah sebanyak 2.255.000 orang. Sedangkan tentara cadangannya
mencapai 800.000 orang dan paramiliter aktif sebanyak 3.969.000 orang. Beragam dan
banyaknya jumlah dari peralatan tersebut pun semakin membuktikan bahwa China tengah
mempersiapkan diri di bidang militer. Peningkatan kapasitas militer ini penting apabila
China ingin mengimbangi dominasi kekuatan AS di wilayah Asia Pasifik.
Keinginan untuk mengimbangi dominasi AS memang bukan hal yang mudah,
namun, bukan pula suatu hal yang mustahil. Untuk itu, China rela mengeluarkan biaya
yang sangat besar dari alokasi anggaran militernya untuk membeli dan mengembangkan
peralatan militernya yang canggih seperti jet tempur J-10 terbaru, kapal selam nuklir, dan
kapal modern yang telah dipersenjatai rudal supersonik antikapal. Selain itu, China sendiri
sedang membangun kapal induk, pesawat tempur yang tidak bisa dilacak radar dan rudal
yang mampu menembak jatuh satelit. Tahun lalu, uji coba sudah dilakukan atas pesawat
tempur dan kapal induk tersebut. Hasil uji coba menunjukkan bahwa pesawat tempur dan
kapal induk tersebut masih membutuhkan waktu beberapa tahun lagi untuk dapat
beroperasi penuh.
Saat ini Badan Penelitian dan Pengembangan China juga tengah memperluas
kapasitas negaranya di bidang regional maritime surveillance, membangun sejumlah kapal
selam baru dan mengadakan modernisasi persenjataan. Adapun modernisasi persenjataan
yang dimaksud terutama pada conventional Ballistic and Land Attack Cruise Missiles yang
merupakan the centerpiece of China’s coercive Aerospace power seperti Short Range
Ballistic Missile Infrastructure, Medium Range Ballistic Missiles, Ground Launched
Cruise Missiles, Anti-ship Ballistic Missiles (ASBM) and Beyond. Pembangunan dan
penyebaran ASBM merupakan salah satu contoh dari semakin meningkatnya kemampuan
militer China di bidang persenjataan. China juga sedang mengembangkan teknologi untuk
menghadapi era perang cyber.9

9
Bryan Krekel, “Capability of The People…..Network Exploitation”,
https://www.researchgate.net/publication/235133201_Capability_of_the_People%27s_Republic_of_China_to_Co
nduct_Cyber_Warfare_and_Computer_Network_Exploitation (akses pada tanggal 08 Desember 2019 pukul 21:30
WIB)
Di bidang militer, Institut Penelitian Perdamaian Internasional (SIPRI) yang
berpusat di Stockholm, Swedia dalam laporannya menyatakan bahwa Tiongkok menjadi
negara terbesar ketiga pengekspor senjata dunia menggantikan posisi Jerman. Selama
periode 2010-2014, ekspor senjata Tiongkok meningkat 143% dibanding 5 tahun
sebelumnya saat Tiongkok masih berada di peringkat 9 dunia.
Peningkatan anggaran militer China dari tahun ke tahun tentu bukan tanpa alasan.
China membangun dan memperkuat sistem militernya sebagai bagian dari adanya
kekhawatiran terhadap potensi ancaman dari negara-negara Asia Pasifik seperti Jepang dan
negara-negara Asia Pasifik lainnya. Hal ini yang kemudian melatarbelakangi China terus
memperkuat kekuatan militernya. Asumsi-asumsi inilah yang dibangun oleh China
kemudian berimplikasi terhadap peningkatan anggaran militer dalam memperkuat
pertahanan dan keamanan negaranya.
Munculnya China dalam konteks politik global terutama terkait dengan
peningkatan anggaran pertahanan dan keamanan yang terus mengalami peningkatan,
menjadi sorotan tersendiri oleh negara-negara di dunia pada umumnya dan di kawasan
pada khususnya. China yang lahir dari asumsi kekhawatiran terhadap negara-negara di
kawasan terutama Jepang, menjadikan system pertahanan dan keamanan sebagai fokus
dalam menciptakan tatanan negara tangguh. Dilema keamanan yang dialami China,
mengharuskan untuk mengambil satu langkah lebih maju dari negara-negara yang
dianggap saingan sekaligus sebagai ancaman. Security dilemma inilah yang merupakan
sebuah kondisi ketika negara dihadapkan pada masalah keamanan yang di dalamnya
terdapat dua pilihan sulit atau lebih dalam memaknai kebijakan militer negara lain, apakah
kebijakan negara lain tersebut bertujuan hanya untuk pertahanan atau melakukan
penyerangan. Hal inilah yang dilakukan oleh China untuk mengantisipasi dari segala
kemungkinan yang akan terjadi. Sehingga, China merasa perlu untuk terus meningkatkan
sistem pertahanan militer demi menjaga kedaulatan negaranya.10

10
Hendrajit, “Cermati Tiga Kekuatan Militer…..dan India”, http://theglobal-
review.com/lama/content_detail.php?lang=id&id=8080&type=99#.Xe1JzTVR1dg (akses pada tanggal 07 Desember
2019 pukul 22:00 WIB)
D. Reaksi Indo-Pasifik terhadap Kebangkitan China
 Amerika Serikat dan Sekutu
Pada tahun 2017, Presiden Donald J. Trump menyatakan visi Amerika
terhadap Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka, yang di dalamnya semua negara
berdaulat, kuat, dan makmur. Kemudian pada tahun 2018, Wakil Presiden Michael
R. Pence menegaskan kembali komitmen AS yang kuat dan berkelanjutan terhadap
kawasan serta menyoroti kerja sama yang diperluas dengan mitra-mitra AS. Wakil
Presiden memimpin delegasi AS menghadiri KTT regional yang utama dan
pertemuan-pertemuan bilateral, didampingi oleh Wakil Menteri Luar Negeri John
Sullivan serta pejabat tinggi lainnya.
Sebagaimana dicatat oleh Wakil Presiden, dinamika ekonomi Amerika
mendorong kemakmuran di Indo-Pasifik dan di seluruh dunia. Tidak ada negara
yang berinvestasi lebih banyak daripada Amerika Serikat di kawasan ini, yang pada
saat ini mencapai senilai 940 miliar dolar AS dalam bentuk investasi asing secara
langsung yang mendorong pertumbuhan di negara-negara Indo-Pasifik. Tahun ini
pemerintah AS juga memberikan lebih dari 1,8 miliar dolar AS dalam bentuk
bantuan untuk kawasan ini. Pendekatan AS kepada Indo-Pasifik berfokus pada tiga
bidang penting: ekonomi, tata pemerintahan, dan keamanan.11
Dan pada 2017, AS mengadopsi konsep “Indo-Pasifik yang Bebas dan
Terbuka” (FOIP), dalam Strategi Keamanan Nasional AS. Konsep tersebut
menekankan prinsip kebebasan navigasi, supremasi hukum dan kedaulatan negara
dalam wilayah tersebut.
Kemudian bersama Jepang, India, dan Australia membentuk suatu
kelompok strategis, dinamai “the Quad” untuk mengusung FOIP. Meskipun
kelompok tersebut tidak secara eksplisit dibentuk sebagai suatu aliansi melawan
pengaruh Cina, secara tidak langsung kelompok tersebut tampak melaksanakan

11
U.S Embassy Jakarta, “Memajukan Kawasan Indo-Pasifik yang Bebas dan Terbuka”,
https://id.usembassy.gov/id/memajukan-kawasan-indo-pasifik-yang-bebas-dan-terbuka/ (akses pada tanggal 09
Desember 2019 pukul 02:25 WIB)
fungsi tersebut. Faktanya, pada 2017, Menteri Luar Negeri Jepang Taro Kono
menyatakan bahwa the Quad berusaha untuk “menahan” Cina.12
 ASEAN
ASEAN telah menjadi mitra strategis China. Latihan maritim pertama
antara ASEAN dan China (simulasi yang dilakukan di darat tanpa latihan operasi
militer) dilaksanakan pada Agustus 2018.
Dalam pengelolaan aliansi strategis, para anggota ASEAN kemungkinan
besar akan menjalin kerjasama keamanan maritim yang baru atau meningkatkan
hubungan-hubungan yang ada untuk menjaga stabilitas dalam perairannya.
Kerjasama seperti itu akan fokus terhadap titik-titik penyumbatan maritim
atau “choke points” seperti Selat Malaka yang dapat digunakan untuk
mengendalikan akses ke jalur-jalur komunikasi laut.
Kerjasama juga dapat terbentuk secara bilateral (disebabkan oleh negara
yang lebih mementingkan kepentingan mereka masing-masing) atau melibatkan
kelompok-kelompok dalam zona yang spesifik seperti pesisir timur Samudra
Hindia. Mekanisme keamanan regional yang demikian telah disebutkan oleh
Singapura. Dengan kata lain, kegiatan maritim akan semakin bertambah di perairan
ASEAN.
Kemudian Indonesia juga telah mengembangkan strategi Indo-Pasifik yang
berpusat di ASEAN yang lebih konsisten dengan prinsip-prinsip inklusif ASEAN
(termasuk terhadap China) dan pembangunan konsensus, serta penekanannya pada
normatif, politis, dan diplomatic, daripada pendekatan strategis militer yang
berlebihan. Indonesia menekankan pada “inklusivitas” menyiratkan bahwa
kebijakannya tidak dimaksudkan untuk mengisolasi China.
Hal ini mencerminkan tekad untuk melestarikan sentralitas ASEAN dalam
pengembangan arsitektur Indo-Pasifik dan melawan setiap keterkaitan Indo-Pasifik
dengan pendekatan keseimbangan kekuasaan.13

12
The Conversation, “Bagaimana Posisi ASEAN…Indo-Pasifik?”, https://theconversation.com/bagaimana-posisi-
asean-di-tengah-tengah-cina-dan-as-dan-sekutunya-di-indo-pasifik-104901 (akses pada tanggal 09 Desember 2019
pukul 02:27 WIB)
13
Amitav Acharya, “Mengapa Pandangan Indo-Pasifik…..Penting?”, https://www.matamatapolitik.com/mengapa-
pandangan-indo-pasifik-asean-penting-analisis/ (akses pada tanggal 09 Desember 2019 pukul 02:41 WIB)
 Uni Eropa
Uni Eropa memperkuat kehadirannya di perairan Indo-Pasifik untuk
menghadapi kekuatan China yang telah mengklaim berdaulat di perairan yang
menjadi jalur perdagangan laut terbesar ke tiga di dunia. Perairan di wilayah Indo-
Pasifik ini menjadi jalur perdagangan internasional dengan senilai US$124 miliar.
Uni Eropa memiliki garis kebijakan umum seperti menolak klaim Cina di Laut
Cina Selatan dan mendukung kawasan itu sebagai jalur pelayaran bebas.
Sinyal kehadiran Uni Eropa telah dilakukan oleh negara anggotanya
selama ini. Angkatan laut Prancis telah melakukan operasi di Laut Cina Selatan
sejak tahun 2014. Sejumlah negara telah mengirimkan personilnya untuk
bergabung dengan kapal laut Prancis guna mendukung seruan Uni Eropa
menegakkan peraturan internasonal bahwa perairan Laut Cina Selatan bebas
dilayari.
Hal tersebut dapat dilihat dari sejumlah negara Uni Eropa yang melakukan
latihan militer dengan India dan Jepang. Serta Perancis yang kini sedang
mendiskusikan tentang kemungkinan mengadakan latihan dengan militer Jepang.
Kemudian Inggris berencana mengerahkan satu kapal induk yang membawa
sejumlah pesawat tempur. Inggris juga sedang mempertimbangkan untuk
mendirikan pangkalan militer baru di wilayah Indo-Pasifik. Serta Inggris bahkan
telah melakukan operasi bersama dengan Amerika Serikat. Dan Angkatan Laut
Inggris juga melakukan latihan perang bersama Amerika Serikat di wilayah yang
dipersengketakan oleh beberapa negara. 14

E. Masa Depan Indo-Pasifik


 Alasan Amerika dan Sekutu (QUAD) serta China tetap Terlibat dalam Indo-Pasifik
Pertama, walaupun akan menjadi tugas yang sulit untuk memutar kembali
BRI—yang telah merambah jauh ke dalam perekonomian banyak negara dalam

14
Maria R Hasugian, “Uni Eropa Perkuat….Hadapi China”, https://dunia.tempo.co/read/1187461/uni-eropa-
perkuat-kekuatan-militer-di-indo-pasifik-hadapi-cina/full&view=ok (akses pada tanggal 09 Desember 2019 pukul
03:09 WIB)
bentuk pinjaman, barang, dan tenaga kerja—namun akan ada upaya yang
ditingkatkan oleh anggota Quad untuk menantang dan melawan inisiatif tersebut.
Kedua, akan ada upaya oleh anggota Quad untuk membawa wilayah Asia
Tenggara ke dalam pengaruh mereka.
Ketiga, hubungan dingin Jepang dengan Korea—termasuk pemerintah
demokratis Korea Selatan, yang terkait dengan masalah-masalah sejak Perang
Dunia II (wanita Korea dipaksa memberikan layanan seksual kepada pasukan
Jepang)—akan memberikan permainan yang setara dengan China dan memperkuat
kompetisi di Indo-Pasifik.
Keempat, China harus memperkuat perannya lebih lanjut tidak hanya untuk
melestarikan BRI, tetapi untuk menjaga kepentingan strategis dan keamanannya
juga.
Kelima, Jalur Indo-Pasifik adalah jalur yang sangat menguntungkan bagi
negara-negara disekitarnya.15
 Peran Indonesia di Indo-Pasifik
Indo-Pasifik bukan kependekan atau singkatan dari "Indonesia-Pasifik",
bukan juga nama baru pengganti Samudera Hindia. Indo-Pasifik adalah titik-titik
geografis yang membentangkan luas wilayah dari Samudera Hindia hingga
Samudera Pasifik.
Parameter fisik Samudera India areanya mencakup luas 68,6 juta kilometer
persegi. Samudera Pasifik areanya mencakup 155,6 juta kilometer persegi. Garis
pantai (coastaline) Samudera Hindia mencapai 66.526 km dan Samudera Pasifik
mencapai panjang 135.663 km. Sementara Samudera Atlantik jarak panjangnya
111.866.
Kondisi geografis di antara dua samudra itu tentulah amat strategis dari sisi
politik, militer, ataupun ekonomi. Satu contoh, Indonesia memiliki tiga Alur Laut
Kepulauan Indonesia (ALKI) yang menjadi sea lanes bagi arus pelayaran
internasional yang melewati wilayah perairan Indonesia, termasuk 39 selat yang

15
Manoj K Mishra, “Mengapa Kawasan Indo-Pasifik menjadi Titik Panas Global”,
https://www.matamatapolitik.com/analisis-mengapa-kawasan-indo-pasifik-jadi-titik-panas-global/ (akses pada
tanggal 09 Desember 2019 pukul 03:23 WIB)
tersebar di wilayah perairan Indonesia dan 4 di antaranya merupakan choke
point (dari 9 choke point di dunia).
Mengingat posisi geostrategis, geopolitik, berikut peluang kerja sama yang
ada, sejak 2013 Indonesia telah menggagas berbagai cara untuk membangun dan
menjamin kawasan Indo-Pasifik terjaga kestabilan dan keamanannya. Sehingga
potensi pembangunan dan kerja sama di kawasan ini pun bisa dikembangkan dan
dinikmati.
Indonesia bersama ASEAN telah mampu menciptakan stabilitas di kawasan
dalam 5 dasawarsa terakhir di kawasan. Rasa saling percaya dalam semangat kerja
sama ini menjadi modal kuat dalam menghadapi trust deficit, rasa curiga dan tidak
percaya, yang menimbulkan kesalahpahaman dan konflik.
Salah satu modal untuk membangun rasa saling percaya dalam
mengembangkan kerja sama internasional itu, Indonesia dan ASEAN memiliki
formula khas adanya treaty of amity and cooperation (TAC) sebagai jaminan bagi
semua pemangku kepentingan tidak ingkar janji atau malah wan-prestasi.
Memasuki kawasan EAS plus ini (melintasi Indo-Pasifik) gagasan meletakkan
TAC serupa sebagai kartu jaminan adalah sebuah tuntutan yang logis.
Kemudian Kementerian Luar Negeri dimotori Kepala BPPK Dr Siswo
Pramono melakukan "blusukan intelektual", tukar pandangan dan diskusi dengan
berbagai kalangan akademis, universitas dan para pakar (dalam dan luar negeri)
termasuk pemerintah daerah untuk mencoba menghadirkan sebuah konsep
besar Indonesia's Perspective For ASEAN Outlook on Indo-Pacific.
Jadi, konsep besar Indonesia di Indo-Pasifik ini adalah sentralitas ASEAN.
Meletakkan peran sentral ASEAN sebagai leader dan dealer pengelola peta
stabilitas kawasan sekaligus pemrakarsa perluasan dan pendalaman kerja sama
yang melintasi proyek kerja sama kemaritiman, infrastruktur kemaritiman, energi,
transfer teknologi, pengembangan logistik, dan lain sebagainya.16

16
Priatna, “Diplomasi Indonesia Mengakui Indo-Pasifik”, https://news.detik.com/kolom/d-4477622/diplomasi-
indonesia-merangkul-indo-pasifik (akses pada tanggal 09 Desember 2019 pukul 03:30 WIB)
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kata ‘Indo-Pasifik’ yang mulai hangat kembali pasca kunjungan Trump di
beberapa negara Asia pada tahun 2017 tersebut, dapat dipandang sebagai strategi
geopolitik dari negara-negara inisiatornya. Sebagai contoh, bagi Amerika Serikat kerja
sama Indo-Pasifik dapat menjadi ajang dalam memikirkan kembali perannya di kawasan
sekaligus upaya untuk menghadang adidaya Tiongkok di Asia Pasifik. Berbeda halnya
dengan India dan Australia, yang mungkin melihat kerja sama ini sebagai potensi untuk
mengimplementasikan kebijakan luar negerinya saat ini yakni Act East Policy India
maupun outward-looking Australia.
Kemudian kendati masih cenderung fleksibel, ASEAN melalui concept paper yang
dipaparkan dalam pertemuan menteri-menteri luar negerinya pada Agustus 2018 silam
telah menyatakan keinginannya untuk ambil bagian dan peran signifikan dalam kerja sama
Indo-Pasifik tersebut.
Keberadaan kerja sama Indo-Pasifik yang dapat menjadi ancaman bagi ASEAN
melalui pengalihan urgensi & relevansi kesepakatan kerja sama lain maupun menjadikan
ASEAN arena pertandingan kekuatan-kekuatan besar dunia, turut ditekankan pula. Tak
hanya itu, permasalahan reliabilitas dan prediktabilitas tindakan Amerika Serikat sebagai
salah satu negara kuat dalam kerja sama ini, juga perlu diperhatikan agar kerja sama Indo-
Pasifik tidak berakhir sama seperti Kemitraan Trans-Pasifik (Trans-Pacific Partnership)
sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Acharya, Amitav. “Mengapa Pandangan Indo-Pasifik…..Penting?”.


https://www.matamatapolitik.com/mengapa-pandangan-indo-pasifik-asean-penting-
analisis/ (akses pada tanggal 09 Desember 2019 pukul 02:41 WIB)

Fauzi. “Militer Tiongkok Ungguli Militer Amerika Di Indo Pasifik?”.


https://www.indozone.id/amp/x0slpl/militer-tiongkok-ungguli-militer-amerika-di-indo-
pasifik (akses pada tanggal 7 Desember 2019 pukul 20:35 WIB)

Gertz, Bill. “Report: China’s Military…..Shocking Speed”. https://nationalinterest.org/blog/the-


buzz/report-chinas-military-capabilities-are-growing-shocking-18316 (akses pada
tanggal 08 Desember 2019 pukul 21:22 WIB)

Hasugian, Maria R. “Uni Eropa Perkuat….Hadapi China”.


https://dunia.tempo.co/read/1187461/uni-eropa-perkuat-kekuatan-militer-di-indo-
pasifik-hadapi-cina/full&view=ok (akses pada tanggal 09 Desember 2019 pukul 03:09
WIB)

Hasugian, Maria Rita. “Uni Eropa Perkuat Kekuatan Militer di Indo-Pasifik Hadapi CIna”.
https://dunia.tempo.co/read/1187461/uni-eropa-perkuat-kekuatan-militer-di-indo-
pasifik-hadapi-cina (akses pada tanggal 7 Desember 2019 pukul 20:42 WIB)

Hendrajit. “Cermati Tiga Kekuatan Militer…..dan India”. http://theglobal-


review.com/lama/content_detail.php?lang=id&id=8080&type=99#.Xe1JzTVR1dg
(akses pada tanggal 07 Desember 2019 pukul 22:00 WIB)

Hendrajit. “Konsepsi Indo-Pasifik dan Belt Road Initiatives:……Globalnya”. http://theglobal-


review.com/konsepsi-indo-pasifik-dan-belt-road-initiatives-as-dan-cina-sama-sama-
bermaksud-menyeret-negara-negara-lemah-mengikuti-kepentingan-globalnya/ (akses
pada tanggal 09 Desember 2019 pukul 01:48 WIB)

Jakarta, U.S Embassy. “Memajukan Kawasan Indo-Pasifik yang Bebas dan Terbuka”.
https://id.usembassy.gov/id/memajukan-kawasan-indo-pasifik-yang-bebas-dan-terbuka/
(akses pada tanggal 09 Desember 2019 pukul 02:25 WIB)
Krekel, Bryan. “Capability of The People…..Network Exploitation”.
https://www.researchgate.net/publication/235133201_Capability_of_the_People%27s_
Republic_of_China_to_Conduct_Cyber_Warfare_and_Computer_Network_Exploitatio
n (akses pada tanggal 08 Desember 2019 pukul 21:30 WIB)

Lei, Zhao. “Military Budget to be Increased by 7.5 Percent”.


http://www.chinadaily.com.cn/a/201903/05/WS5c7dd92ea3106c65c34ecce2.html
(akses pada tanggal 08 Desember 2019 pukul 21:12 WIB)

Maulana, Victor. “AS Berencana Perkuat Kehadiran Militer di Indo-Pasifik”.


https://international.sindonews.com/read/1454658/42/as-berencana-perkuat-kehadiran-
militer-di-indo-pasifik-1572606385 (akses pada tanggal 7 Desember 2019 pukul 20:49
WIB)

Mishra, Manoj K. “Mengapa Kawasan indo-Pasifik jadi Titik Panas Global”.


https://www.matamatapolitik.com/analisis-mengapa-kawasan-indo-pasifik-jadi-titik-
panas-global/ (akses pada tanggal 07 Desember 2019 pukul 23:00 WIB)

Mishra, Manoj K. “Mengapa Kawasan Indo-Pasifik menjadi Titik Panas Global”.


https://www.matamatapolitik.com/analisis-mengapa-kawasan-indo-pasifik-jadi-titik-
panas-global/ (akses pada tanggal 09 Desember 2019 pukul 03:23 WIB)

Priatna. “Diplomasi Indonesia Mengakui Indo-Pasifik”. https://news.detik.com/kolom/d-


4477622/diplomasi-indonesia-merangkul-indo-pasifik (akses pada tanggal 09 Desember
2019 pukul 03:30 WIB)

The Conversation. “Bagaimana Posisi ASEAN…Indo-Pasifik?”.


https://theconversation.com/bagaimana-posisi-asean-di-tengah-tengah-cina-dan-as-dan-
sekutunya-di-indo-pasifik-104901 (akses pada tanggal 09 Desember 2019 pukul 02:27
WIB)

XinhuaNet. "How is China strengthening its military?”. http://www.xinhuanet.com/english/2019-


10/22/c_138492601.htm (akses pada tanggal 08 Desember 2019 pukul 21:00 WIB)

Anda mungkin juga menyukai