Anda di halaman 1dari 15

Konsep Indo-Pasifik dalam

Penguatan Pertahanan Regional dan


Hukum Internasional era Jokowi

oleh:
Alya Fathia Fitri
1801111814/ absen 46

HUKUM INTERNASIONAL

Dosen Pengampu:
Ahmad Jamaan S.IP., M. Si

Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan


Ilmu Politik Universitas Riau
Pekanbaru
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas Ujian
Akhir Semester (UAS) dari mata kuliah Hukum Internasional dengan judul
“Konsep Indo-Pasifik dalam Penguatan Pertahanan Regional dan Hukum
Internasional era Jokowi” Terimakasih yang besar pula kepada Dosen pengampu
Hukum Internasional yang terhormat bapak Ahmad Jamaan, S.IP., M.Si dengan
bimbingan beliau, penulis mampu memahami konsep dari materi yang diberikan,
serta dapat memenuhi tugas terkait pemenuhan UAS. Mungkin masih ditemui
beberapa kesalahan pada tugas ini, namun penulis berharap makalah ini dapat
memberi manfaat bagi kita semua sebagai mahasiswa yang terus belajar dan
berproses selama perkuliahan. Mohon maaf atas segala kekurangan, terimakasih.

Pekanbaru, 3 Mei 2019

Alya Fathia Fitri

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………………… i


Daftar Isi ……………………………………………………………………….. ii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………….….1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………….2
1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………........2

BAB II. PEMBAHASAN


2.1 Masalah yang Menjadi Urgensi pada Konsep Indo-Pasifik Menurut
Pandangan Jokowi ………………………………………………………3
2.2 Kebijakan Pemerintahan Joko Widodo dalam menghadapi Indo-
Pasifik……………………………………………………………………………..5
2.3 Tantangan Konsep Indo-Pasifik era Joko Widodo dalam Pertahanan
Wilayah Regional…………………………………………………………………7
2.4 Proposal Pemerintah Indonesia era Joko Wiodo dalam konsep Indo-
Pasifik……………………………………………………………………………...8

BAB III. KESIMPULAN ……………………………………………………......10

Daftar Pustaka……………………………………………………………………11
Pernyataan Plagiarisme…………………………………………………………..12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konsep Indo-Pasifik merupakan konsep yang pertama kali diutarakan oleh
Perdana Mentri Jepang Shinzo Abe dalam pertemuan Quadrilateral Security
Dialogue (QSD) antara negara-negara Asia-Pasifik kepentingan Amerika Serikat
(AS) khususnya India, Jepang, dan Australia pada tahun 2007, namun pernyataan
PM Jepang pada saat itu tidak begitu mendapat respon dari negara-negara lain
yang bersangkutan dalam QSD. Pada tahun 2017, gejolak permasalahan
keamanan mulai meningkat di kawasan Asia Pasifik. 1
Untuk itu, pada pertemuan QSD 2017 di Manila, Presiden Amerika
Serikat Donald Trump kembali mengangkat istilah Indo-Pasifik yang ditujukan
sebagai pembaharuan istilah, yang tidak hanya menggantikan sebutan
Asia-Pasifik melainkan dari segi cakupan geografis, perluasan pengaruh aktor,
power dan struktur di kawasan regional tersebut. 2 Isu yang diangkat oleh AS
lebih kepada peningkatan power dari kawasan Indo-pasifik untuk melawan
kekuasaan Tiongkok di kawasan tersebut.
Kawasan dari konsep Indo-Pasifik mencakup didalamnya kawasan
Samudra Hindia, Samudra Pasifik, Benua Asia Daratan, Jepang, Asia Tenggara
3
(ASEAN) dan Benua Australia. Kawasan regional yang luas ini semakin
berkembang dan maju dari segi perekonomian, terlebih lagi di abad ke-21 ini.
Sehingga, kekuatan perekonomian itu tentunya juga berdampak pada peningkatan
anggaran pertahanan setiap negara yang terlibat didalamnya. Hal ini tentunya
dapat meningkatkan intensitas konflik atau ancaman bersenjata antar negara di
kawasan Indo-Pasifik, khususnya kekuatan pertahanan terbesar di kawasan ini
yaitu Tiongkok, AS, Jepang dan India. 4 Permasalahan ini dapat merambat ke
berbagai permasalahan seperti konflik perbatasan, konflik perebutan sumber daya

1
Sony Iriawan, Dibalik Kemunculan Terminologi Indo-Pasifik, Universitas Pertahanan Indonesia,
2017, hlm 1
2
Sony Iriawan, Diskursus Indo–Pasifik: Hegemoni Amerika, Persaingan Strategi, Hingga
Transformasi Geopolitik Kawasan, Universitas Pertahanan Indonesia, 2018, hlm 2
3
Ian Montratama, Rekonstruksi Politik Luar Negri Indonesia
Ditengah Dinamika Lingkungan
Strategis Indo-Pasifik Abad ke-21, Institut Riset dan Strategi Pertahanan, 2016 Hlm 2
4
Ibid, hlm 2

1
alam, konflik pasar impor-ekspor, hingga permasalahan jalur maritim. Sehingga,
permasalahan ini dipandang oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo
sebagai peluang untuk menjadikan masalah maritim sebagai aspek baru yang
perlu secara khusus dibahas dalam menjalankan konsep Indo-Pasifik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa masalah utama yang dihadapi oleh Presiden RI Joko Widodo
untuk menjalankan konsep Indo-Pasifik di ASEAN?
2. Bagaimana kebijakan pemerintah era Presiden RI Joko Widodo dalam
mengatasi masalah untuk menjalankan konsep Indo-Pasifik di
ASEAN?
3. Apa yang menjadi tantangan bagi pemerintah era Joko Widodo dalam
menjalankan konsep Indo-Pasifik untuk penguatan pertahanan wilayah
regional khususnya ASEAN?
4. Bagaimana penawaran pemerintah Indonesia era Joko Widodo dalam
menjalankan konsep Indo-Pasifik untuk penguatan pertahanan wilayah
regional khususnya ASEAN?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Agar dapat mengetahui apa yang menjadi masalah utama yang
dihadapi pemerintahan Joko Widodo dalam menjalankan konsep
Indo-Pasifik.
2. Agar dapat menganalisa kebijakan yang telah dilakukan
pemerintah era Presiden Joko Widodo perihal konsep Indo-Pasifik.
3. Agar dapat mengetahui tantangan yang dihadapi pemerintah dalam
menjalankan konsep Indo-Pasifik.
4. Agar dapat mengetahui upaya yang ditawarkan oleh pemerintah
untuk menjalankan konsep Indo-Pasifik dengan tepat sehingga
dapat berperan menguatkan pertahanan wilayah ASEAN.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Masalah yang Menjadi Urgensi pada Konsep Indo-Pasifik Menurut
Pandangan Jokowi
Konsep Indo-Pasifik pada mulanya berawal dari adanya Indo-Pacific
Treaty masa pemerintahan Presiden RI ke-6 yaitu Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY). Namun, pemerintahan SBY pada dasarnya lebih
mengutamakan prinsip Balance of Power dimana SBY meningkatkan pertahanan
negara karena menilai adanya konsep Indo-Pasifik dapat mengancam negara,
namun hal ini dilakukan tanpa harus bermusuhan dengan negara lain dan
meningkatkan kepercayaan antar negara.5
Indo-Pasifik pada era Jokowi dipandang sebagai pembuka peluang besar
adanya kerjasama regional yang sangat luas dengan prinsip Open and Free. Tak
hanya itu, kerjasama dengan konsep Indo-Pasifik akan membuka peluang kendali
yang besar atas jalur pelayaran maritim. Hal ini dikarenakan potensi utama dari
kerjasama konsep Indo-Pasifik berada pada aspek maritim. 6
Oleh karena itu, Presiden RI Joko Widodo memandang bahwa masalah
utama yang menjadi urgensi dari adanya konsep Indo-Pasifik adalah konflik
berdimensi maritim, khususnya konflik maritim yang ada di lingkup ASEAN. 7 Di
wilayah ASEAN sendiri, masih banyak konflik dalam aspek perairan seperti
konflik Laut Cina Selatan, konflik Sumber Daya Alam meliputi Zona Ekonomi
Eksklusif (ZEE) perairan Indonesia yaitu Laut Natuna. 8
Joko Widodo menilai bahwa laut menjadi jalur paling vital bagi kerjasama
regional yang besar ini. Tak hanya itu, melalui laut, kegiatan pengiriman barang
dan proyeksi kekuatan militer dapat dilakukan secara masif, sehingga pertahanan
maritim dari berbagai aspek harus menjadi urgensi dalam kerjasama Indo-Pasifik.
Konsep Indo-Pasifik juga harus dimanfaat kan sebagai upaya penguatan hukum
internasional khususnya dalam aspek maritim.

5 Agung Citra Purnama, Gagasan Indonesia Mengenai Indo-Pacific Treaty: Prospek dan
Masalah, Jurnal Pertahanan dan Bela Negara, 2017 hlm 100.
6
Ian Montrama, loc.cit.
7
Ibid.
8
Ibid, hlm 3

3
Berkaitan dengan hal itu, presiden Joko Widodo melalui Mentri Luar
Negeri RI, Retno Marsudi Rini menegaskan bahwa jalan nya kerjasama Indo-
Pasifik ini dapat memperkuat dan menghormati Hukum Internasional, spesifiknya
Konvensi Hukum Laut PBB yaitu UNCLOS yang diperkuat melalui diplomasi
maritim baik itu secara luas maupun regional melalui Indian Ocean Rim
Association (IORA). 9
Terlebih lagi, Menlu RI menegaskan poin penting dalam UNCLOS yang
harus diangkat dan dipertegas agar tidak terjadi konflik persengketaan sumber
daya alam dan batas wilayah perairan, yaitu mengenai Zona Ekonomi Eksklusif
atau ZEE yang telah diratifikasi pada Pasal 56 UU no. 5 Tahun 1983 tentang Zona
Ekonomi Ekslusif Indonesia. Pasal ini juga diperkuat dengan adanya keterikatan
sesuai Konvensi Hukum Laut 1985 dengan UU No. 17/1985 bahwa Indonesia
memiliki hak-hak, yurisdiksi, dan kewajiban di Zona Ekonomi Ekslusif.10
Indonesia juga memiliki jalur komunikasi laut (Sea Line of
Communication) meliputi Selat Sunda, Selat Malaka, Lombok dan Wetar.11 Letak
Indonesia yang berada diantara persimpangan Samudra Hindia dan Samudra
Pasifik membuat persoalan-persoalan lintas jalur maritim negara yang berada
disekitar kedua samudra tersebut berdampak juga pada Indonesia. Konsep Indo-
Pasifik tentunya dapat menjadi ancaman apabila masalah ini belum terselesaikan.
Selain itu, Presiden Joko Widodo juga mempermasalah kan kekuatan
ASEAN dalam Indo-Pasifik. Selain menjadi wilayah regional terbesar dalam area
Indo-Pasifik, ASEAN sangat berpengaruh dalam Indo-Pasifik. Pertumbuhan
ekonomi di ASEAN, dengan adanya ASEAN Free Trade Area (AFTA) serta
pembentukan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) di wilayah
ASEAN, telah menyumbang 48% pertumbuhan ekonomi dunia. 12 Oleh karena
itu, Presiden Joko Widodo bersama Menlu RI Retno Marsudi Rini menjadikan
sentralisasi ASEAN dalam Indo-Pasifik sebagai salah satu urgensi.

9 Dion Maulana Prasetya dan Heavy Nala Esrani, Diplomasi Maritim Indonesia dalam Indian
Ocean Rim Association (IORA): Peluang dan Tantangan, Insignia Journal of International
Relations, 2018, hlm 99.
10
http://repository.unpas.ac.id/30293/2/BAB%20III.pdf hlm 92, diakses pada 5 Mei 2019, pukul
18.41 WIB.
11
Dion Maulana Prasetya dan Heavy Nala Esrani, loc.cit
12
https://kemlu.go.id/portal/lc/read/113/halaman_list_lainnya/masyarakat-ekonomi-asean-mea
diakses pada 5 Mei 2019, pukul 18.50 WIB.

4
2.2 Kebijakan Pemerintahan Joko Widodo dalam menghadapi Indo-Pasifik
Dengan melihat aspek maritim sebagai aspek utama yang potensial dalam
Indo-Pasifik, maka Presiden RI Joko Widodo mencanangkan Visi Maritim. Tepat
pada 13 November 2014, Joko Widodo secara tegas dan resmi menyatakan
konsep Poros Maritim Dunia (PMD) dalam pertemuan East Asian Summit ke-9 di
Nypyidaw, Myanmar. 13
Pembangunan maritim yang ditargetkan dalam visi ini menempatkan
Indonesia sebagai titik sentral dinamika hubungan internasional di Asia Pasifik
14
juga mempelopori pengakuan keadaan ilmiahnya sebagai bangsa maritim.
Dalam hal Geopolitik, visi ini menegaskan kembali peta mental (mental map)
yang melekat dalam bayangan para elit politik di Indonesia mengenai eksistensi
geografis Indonesia. Spesifik dalam konsep PMD adalah diakuinya kembali nilai
strategis dari Samudera Hindia dan Samudera Pasifik sebagai samudera yang
mengapit Indonesia. Dengan mencanangkan PMD, Presiden Joko Widodo
tentunya hendak membawa kembali Samudera Hindia ke dalam “kanvas regional”
juga memunculkan kembali kekuatan Indonesia. 15
Dalam pencanangan konsep Poros Maritim Dunia ini, Presiden Joko
Widodo juga menegaskan Lima Pilar Poros Maritim yang mendasari Poros
Maritim Dunia untuk menghadapi konsepsi Indo-Pasifik, yaitu: Budaya maritim,
ekonomi maritim, infrastruktur dan konektivitas maritim, diplomasi maritim dan
pertahanan maritim. 16
Berbagai isu-isu vital yang menjadi ancaman dengan adanya konsepsi
Indo-Pasifik, presiden Joko Widodo memiliki spesifikasi dalam setiap isu yang
terjadi. Terdapat beberapa permasalahan yang mendasar masih terjadi di
lingkungan ASEAN yang dapat menggoyahkan esensi dari Indo-Pasifik. Dalam
mengatasi hal ini, Jokowi masih berproses dalam pencanangan kebijakan nya.

13
Ian Montrama, Op.cit hlm 4
14
Evan A. Laksmana, Iis Gindarsah dan Andrew W. Mantong, Menerjemahkan Visi Poros
Maritim Global ke Dalam kerangka Diplomasi Pertahanan Maritim Dalam Kebijakan Luar
Negeri Indonesia di Era Jokowi, Center for Strategic and International Studies, 2018, hlm 3
15
Ibid, hlm 4
16
Ibid.

5
Peningkatan konsep Poros Maritim Dunia oleh Presiden Jokowi, melalui
diplomasi maritim, dalam hal ini memiliki pola-pola tertentu, salah satunya
konsep Diplomasi Pertahanan Maritim. Dalam hal ini, diplomasi pertahanan
maritim dimaksudkan sebagai puncak dari pencapaian tujuan-tujuan pertahanan
maritim, mulai dari keamanan dan keselamatan di laut, hingga stabilitas konflik
dan ketegangan kawasan sengketa, melalui integrasi dan optimalisasi berbagai
instrumen diplomatik, hukum, dan militer (maritim), mau itu dalam keadaan
damai, krisis ataupun perang. 17
Diplomasi pertahanan maritim juga dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu: (1) Menggunakan seluruh komponen kebijakan maritim seperti Angkatan
Laut dan Penjaga Pantai untuk mencapai tujuan dari kebijakan luar negeri
salahsatunya Confidence Measure Building, (2) Menggunakan instrumen
diplomasi tradisional melalui diplomat, untuk menghadapi atau menyelesaikan
permasalahan maritim, seperti delimitasi landas kontinen atau persengketaan Zona
Ekonomi Ekslusif (ZEE). 18
Instrumen diplomasi pertahanan maritim oleh pemerintah juga meliputi:
(1) Menjalin hubungan kemitraan strategis bilateral dengan negara-negara
tetangga, (2) Menjalin kerjasama multilateral dengan negara ASEAN dan non-
ASEAN, (3) hukum internasional dan konvensi regional tentang keamanan
maritim, (4) Operasi keamanan laut bersama. Tiap instrumen dari diplomasi
pertahanan maritim tersebut didasari oleh sejarah kerjasama dan politik luar
negeri Indonesia, serta perkembangan wilayah strategis maritim kawasan Indo-
Pasifik. 19
Konsep Indo-Pasifik juga mendorong pemerintah Indonesia era Joko
Widodo untuk membangun kemitraan dengan negara Middle Power seperti
Australia, Jepang dan India. Contohnya Australia, Australia memandang negara
ASEAN dalam Indo-Pasifik khususnya Indonesia, merupakan serambi terdepan
negaranya. Hal ini dikarenakan setiap kekuasaan besar yang ingin menguasai
Australia, maka negara tersebut pastinya harus menguasai Indonesia terlebih
dahulu, baru Australia. Hal ini merupakan potensi ancaman geografis baik itu bagi

17
Evan A. Laksmana, Iis Gindarsah dan Andrew W. Mantong, Op. cit, hlm 18
18
Ibid, hlm 20
19
Ibid, hlm 21

6
Indonesia maupun Australia. Untuk itu, Australia dan Indonesia era Joko Widodo
membangun kemitraan untuk meningkatkan pertahanan dalam konsepsi Indo-
Pasifik. Salah satu wujud kemitraan tersebut adalah pengamanan wilayah perairan
Indonesia yang memiliki nilai kritis keamanan jalur perdagangan dengan
Australia, dimana rute perdagangan melalui Selat Lombok. Keamanan jalur
perdagangan ini dijamin dengan adanya penegasan kembali Traktat Lombok di
era Joko Widodo. 20

2.3 Tantangan Konsep Indo-Pasifik era Joko Widodo dalam Pertahanan


Wilayah Regional
Konsep kerjasama Indo-Pasifik tentunya tidak luput dari pengaruh
kepentingan Amerika yang ingin membendung kekuasaan besar Tiongkok di
kawasan Asia Pasifik. Hal tersebut tentunya tidak dapat dihindari mengingat
bahwa Tiongkok memegang investasi cukup besar dengan negara-negara Asia
Pasifik dan Asia Tenggara, juga adanya geopolitik One Belt One Road China
(OBOR) semakin mempersulit Amerika untuk menanamkan konsepsi Indo-
Pasifik di negara-negara ASEAN, khususnya Indonesia.
Oleh karena itu, tantangan terbesar dari jalan nya konsep Indo-Pasifik
pemerintahan Joko Widodo dalam pertahanan wilayah regional adalah eratnya
hubungan atau kemitraan dengan Tiongkok. Kemitraan erat dengan Tiongkok ini
tidak hanya dijalani oleh Indonesia, melainkan juga beberapa negara-negara
ASEAN lainnya yang membuat sentralisasi ASEAN terlihat sulit dalam konsepsi
Indo-Pasifik. 21
Kita mengetahui saat ini Indonesia era Joko Widodo memiliki kemitraan
sangat erat dengan Tiongkok. Bahkan dengan adanya OBOR yang jalurnya
melintasi Indo-Pasifik, kemitraan dengan Tiongkok dapat melancarkan upaya
Tiongkok berupa counter-containment terhadap negara-negara yang berpotensi
menjadi saingan politiknya, terutama AS dan India, dengan cara memperbanyak

20
Ian Montrama, Op. cit hlm 20
21
Sony Iriawan, Diskursus Indo–Pasifik: Hegemoni Amerika, Persaingan Strategi, Hingga
Transformasi Geopolitik Kawasan, Op.Cit hlm 11

7
jumlah negara-negara yang memiliki kepentingan terhadap peningkatan ekonomi
Tiongkok.22
Pemerinahan Joko Widodo juga terlibat dalam investasi Tiongkok di
negara Indonesia dalam peningkatan konektivitas maritim, kerja sama antarkota,
dan kerja sama ekonomi. Lebihnya lagi, Tiongkok memfasilitasi hal ini dengan
membuat kebijakan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP)
dengan negara-negara yang terlibat, salah satunya adalah Indonesia. 23 Kemitraan
Indonesia yang erat dengan Tiongkok menjadi tantangan yang sangat vital bagi
konsepsi Indo-Pasifik di Indonesia. Bahkan, menyikapi hal ini, Menlu AS, Mike
Pompeo mengunjungi Indonesia untuk menegaskan kembali konsepsi Indo-
Pasifik bersama Menlu RI Retno Marsudi.
Kedatangan Mike Pompeo ini mempertegas kembali bagaimana arah
Indonesia terhadap konsepsi Indo-Pasifik. Mike Pompeo menjelaskan bahwa
konsepsi Indo-Pasifik dari sudut pandang AS adalah untuk meningkatkan
keamanan dan stabilitas kawasan Asia Pasifik dari ancaman hegemoni Tiongkok.
Hal ini ditanggapi oleh Indonesia, bahwa Indonesia menginginkan konsep Indo-
Pasifik yang terbuka, aman dan damai tanpa ada ancaman.24 Inkonsistensi haluan
Indonesia dalam Indo-Pasifik ini tentunya menjadi tantangan bagi pertahanan
regional, apakah hendak membendung dari pengaruh AS ataupun pengaruh
Tiongkok.

2.4 Proposal Pemerintah Indonesia era Joko Wiodo dalam konsep Indo-
Pasifik
Presiden Joko Widodo dalam KTT ASEAN ke-32 di Singapura,
menegaskan bahwa peningkatan dan pengembangan kerjasama Indo-Pasifik
haruslah dilandasi dengan prinsip-prinsip keterbukaan atau open serta transparan
dan mengedepankan kerja sama juga hubungan persahabatan. Tentunya prinsip-

22
Ian Montrama, Op. cit hlm 6
23
Ibid, hlm 7
24
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-45061831 diakses pada 7 mei 2019, pukul 21.43 WIB

8
prinsip ini dilakukan untuk mendukung Sentralitas ASEAN dalam konsep Indo-
Pasifik. 25
Selain itu, Presiden Joko Widodo menawarkan bahwa ASEAN harus terus
dapat memainkan peran secara pro-aktif termasuk dalam mengembangkan konsep
kerja sama Indo-Pasifik. Konsep Indo-Pasifik ASEAN penting sekali untuk
menjaga ASEAN tetap relevan, tetap dapat mengedepankan sentralitasnya dan
menunjukkan kemampuan ASEAN dalam mengelola perubahan lingkungan yang
strategis. 26
Indonesia juga menawarkan bahwa sentralitas ASEAN dalam konsepsi
Indo-Pasifik haruslah menciptakan Enabling Environment dengan mengayomi
serta mengenalkan kepada negara lain untuk menghormati hukum internasional
yang ada dengan mengembangkan habit of dialogue, mengutamakan penyelesaian
sengketa dengan damai serta menghindari kekerasan. Lalu, ASEAN harus dapat
memanfaatkan berbagai potensi untuk menghadapi tantangan keamanan, termasuk
kejahatan transnasional. Ancaman- ancaman yang dinilai sangat krusial antara lain
terorisme, gerakan radikal, perdagangan narkoba, Human Trafficking dan
perompakan (piracy). Dalam perekonomian sendiri, ASEAN harus pro-aktif
dalam menciptakan pusat pertumbuhan ekonomi yang baru. Oleh karena itu,
ASEAN harus tetap menjaga sistem ekonomi yang berdasarkan keterbukaan dan
keadilan.27
Indonesia, yang berada diantara dua samudera, Indonesia mengharapkan
konsepsi Indo Pasifik dapat berjalan dengan cara yang damai dan sejahtera
berdasarkan rasa saling percaya, menghormati dan semangat akan kerja sama.
Serta, keseluruhan hal tersebut haruslah konkret dan sejalan, dengan visi
Indonesia sebagai negara maritim.28

25
https://setkab.go.id/presiden-kerja-sama-indo-pasifik-harus-inklusif-dan-kedepankan-sentralitas-
asean/ diakses pada 11 Mei 2019, pukul 13.26 WIB.
26
Ibid.
27
Ibid.
28
http://setnas-asean.id/news/read/menlu-sebut-indo-pasifik-punya-peran-kunci-dalam-geopolitik
diakses pada 11 Mei 2019, pukul 13.43 WIB.

9
BAB III
KESIMPULAN
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, bahwa konsepsi Indo-Pasifik
dalam meningkatkan pertahanan dan regional dan hukum internasional di era Joko
Widodo memanfaatkan potensi paling utama di Indonesia, yaitu potensi maritim.
Hal ini dipandang oleh Joko Widodo sebagai aspek vital yang potensial apabila
Indonesia hendak berhaluan dalam konsep Indo-Pasifik.
Meskipun permasalahan yang terjadi antar negara-negara di ASEAN dapat
mengancam stabilitas dan konsepsi Indo-Pasifik di ASEAN, namun permasalahan
tersebut satu-persatu ditangani melalui pemenuhan misi dari peran ASEAN dalam
konsep Indo-Pasifik itu sendiri. Sentralitas ASEAN tentunya menjadi jawaban
dari permasalahan yang ada. Bahwa dengan adanya konsep Indo-Pasifik yang
mengakui eksistensi kepemimpinan ASEAN, maka ASEAN, termasuk Indonesia
didalamnya, mampu meningkatkan pertahanan serta penghormatan terhadap
hukum internasional untuk menjaga stabilitas keamanan di ASEAN khususnya
dalam aspek maritim.
Dapat juga disimpulkan bahwa konsepsi Indo-Pasifik yang hendak
membendung hegemoni Tiongkok di Asia Pasifik tentunya sulit
diimplementasikan, mengingat bahwa Tiongkok sangat besar berinvestasi
terhadap perekonomian di Asia Pasifik, khususnya ASEAN. Kemitraan Indonesia
yang sangat erat dengan Tiongkok tentunya menjadi tantangan bagi haluan
konsepsi Indo-Pasifik di Indonesia.
Namun, berkaitan dengan hal itu, Indonesia era Joko Widodo tetap tegas
untuk ikut andil dalam konsep Indo-Pasifik melalui ASEAN. Dengan penguatan
Indonesia bersama ASEAN, maka sentralitas ASEAN dapat terwujud, juga
ASEAN tentunya dapat menciptakan lingkungan Indo-Pasifik yang terbuka,
inklusif, transparan serta damai diiringi rasa percaya terhadap satu sama lain.

10
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal:
Purnama, Agung Citra. 2017, Gagasan Indonesia Mengenai Indo-Pacific Treaty:
Prospek dan Masalah, Jurnal Pertahanan dan Bela Negara.
Maulana, Dion Prasetya; Esrani, Heavy Nala. 2018, Diplomasi Maritim
Indonesia dalam Indian Ocean Rim Association (IORA): Peluang dan
Tantangan, Insignia Journal of International Relations.
Laksmana, A Evan; Gindarsah, Iis; Mantong, Andrew W. 2018, Menerjemahkan
Visi Poros Maritim Global ke Dalam kerangka Diplomasi Pertahanan
Maritim Dalam Kebijakan Luar Negeri Indonesia di Era Jokowi, Center
for Strategic and International Studies.
Montrama, Ian. 2016, Rekonstruksi Politik Luar Negri Indonesia
Ditengah
Dinamika Lingkungan Strategis Indo-Pasifik Abad ke-21, Institut Riset
dan Strategi Pertahanan.
Iriawan, Sony. 2017, Dibalik Kemunculan Terminologi Indo-Pasifik, Universitas
Pertahanan Indonesia.
Iriawan, Sony. 2018, Diskursus Indo–Pasifik: Hegemoni Amerika, Persaingan
Strategi, Hingga Transformasi Geopolitik Kawasan, Universitas
Pertahanan Indonesia.
Situs Daring:
http://repository.unpas.ac.id/30293/2/BAB%20III.pdf hlm 92, diakses
pada 5 Mei 2019, pukul 18.41 WIB.
https://kemlu.go.id/portal/lc/read/113/halaman_list_lainnya/masyarakat-
ekonomi-asean-mea diakses pada 5 Mei 2019, pukul 18.50 WIB.
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-45061831 diakses pada 7 mei
2019, pukul 21.43 WIB.
https://setkab.go.id/presiden-kerja-sama-indo-pasifik-harus-inklusif-dan-
kedepankan-sentralitas-asean/ diakses pada 11 Mei 2019, pukul 13.26 WIB.
http://setnas-asean.id/news/read/menlu-sebut-indo-pasifik-punya-peran-
kunci-dalam-geopolitik diakses pada 11 Mei 2019, pukul 13.43 WIB.

11
PERNYATAAN PLAGIARISME
Dengan ini, saya Alya Fathia Fitri melampirkan pernyataan checking
plagiarisme dari isi tugas yang telah saya kerjakan, berikut persentasenya:
 Bab I : 0%
 Bab II, bagian 2.1 : 0%
 Bab II, bagian 2.2 : 0%
 Bab II, bagian 2.3 : 0%
 Bab II, bagian 2.4 : 3% dengan kesamaan kata pada istilah KTT
(Konferensi Tingkat Tinggi), istilah Pro-aktif dan Pertumbuhan Ekonomi
yang cepat, dengan situs Konstan.id yang membahas tentang KTT
ASEAN ke 32.
 Bab III : 0%
Total persentase plagiarism; (0%+0%+0%+0%+3%+0%) :6 = 0,5 %
Pengecheckan plagiarisme ini dilakukan melalui situs daring yaitu
https://plagiarismdetector.net/ dengan ketentuan pengecheckan 1000 kata.
Oleh karena itu, saya sebagai penulis membagi pengecheckan menjadi per-
bagian pada bab.
Demikian saya Alya Fathia Fitri sebagai penulis, menyatakan bahwa
tugas ini dikerjakan murni tanpa plagiarisme, dan hanya memiliki kecil
kesamaan kata pada beberapa istilah saja, Terima Kasih.

12

Anda mungkin juga menyukai