Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

DINAMIKA DAN TANTANGAN NASIONAL DAN BELA NEGARA

Disusun Oleh: Kelompok VI

Eka Salma Inayah (06020522037)

Nadya Wahyu Pramita (06020522048)

Nazala Wahda Izzati (06020522050)

Naili Aulia Rahmani (06020522049)

Zaidan Muzakki Wibisono (06020522067)

Zavira Trya Ananda (06020522068)

Dosen Pengampu:

Abdullah Zaini, S.Pd.I, M.Pd

NIP. 198803232020121009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

UINSA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan nikmat-Nya, sehingga kami
dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya, dengan judul "Dinamika dan Tantangan
Nasional dan Bela Negara" yang disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah. Kami
berharap makalah yang kami buat ini dapat dipergunakan sebagai salah satu sumber referensi
pendidikan, petunjuk, maupun pedoman.

Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Zaini atas bimbingan dan bantuannya
dan seluruh pihak yang telah membantu dan memberikan masukan terkait penulisan makalah
sehingga tugas ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan dalam
penyusunan makalah ini, baik dari segi penulisan, tata bahasa, maupun isi. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kami jadikan sebagai bahan
evaluasi guna memperbaiki makalah ini ke depannya. Kami sangat berharap agar makalah ini
dapat menambah wawasan pembaca tentang konsep keberagaman. Demikian yang dapat
kami sampaikan, semoga pembaca dapat mengambil manfaat dari makalah ini.

Surabaya, 26 November 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ iii

DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

A. LATAR BELAKANG .................................................................................................... 1

B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................................ 1

C. TUJUAN PENULISAN .................................................................................................. 1

D. MANFAAT PENULISAN.............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3

A. PENGERTIAN DINAMIKA DAN TANTANGAN NASIONAL................................. 3

B. DINAMIKA BANGSA INDONESIA ............................................................................ 3

C. TANTANGAN NASIONAL BANGSA INDONESIA ................................................ 12

D. BELA NEGARA .......................................................................................................... 14

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 17

A. KESIMPULAN ............................................................................................................. 17

B. SARAN ......................................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perjuangan seluruh bangsa merupakan sebuah latar belakang terbentuknya
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Karena sejak zaman dahulu hingga saat ini,
Indonesia sudah menjadi banyak incaran bangsa ataupun negara lain karena
potensinya yang besar, kekayaan alam yang banyak, serta wilayahnya yang luas.
Indonesia juga harus mengalami ancaman, baik itu secara fisik ataupun ideologi pada
masa kemerdekaannya. Ancaman yang dihadapi hingga saat ini semakin kompleks,
yakni ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan yang nantinya dapat
mempengaruhi berbagai aspek.
Namun, kita mengetahui bahwasannya bangsa Indonesia telah berusaha dan
berhasil melewati hal tersebut dengan semangat persatuan dan kesatuan. Selain itu,
keuletan dan juga ketangguhan bangsa sangat diperlukan dalam menghadapi berbagai
ancaman yang ditujukan kepada bangsa Indonesia. Sebab itulah, kita memerlukan
tindakan bela negara sebagai bentuk pengimplementasian bangsa Indonesia, sehingga
dapat menciptakan dan juga menjaga keamanan, keutuhan, kedamaian, serta
kesejahteraan Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dinamika dan tantangan nasional?

2. Bagaimana dinamika bangsa Indonesia dari masa pra-kemerdekaan sampai


dengan masa reformasi?

3. Bagaimana tantangan nasional yang diterima bangsa Indonesia?

4. Apa pengertian, tujuan, urgensi dan implementasi bela Negara?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk memahami definisi dinamika dan tantangan nasional.

2. Untuk mengetahui dinamika bangsa Indonesia dari masa pra-kemerdekaan


sampai dengan masa reformasi.

3. Untuk mengetahui tantangan nasional yang pernah diterima oleh bangsa


Indonesia

1
4. Untuk mengetahui pengertian, tujuan, urgensi, dan implementasi bela Negara.

D. MANFAAT PENULISAN
1. Bagi penulis, dapat membantu untuk memperluas wawasan mengenai
materi dinamika dan tantangan nasional dan bela negara.
2. Bagi pembaca, penulis berharap makalah ini dapat mudah untuk dipahami
oleh pembaca dan dijadikan sebagai acuan dalam penulisan atau penelitian
yang terkait.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI DINAMIKA DAN TANTANGAN NASIONAL


Pengertian Dinamika secara etimologi berasal dari bahasa Yunani “dynamics”
yang memiliki arti kekuatan. Sedangkan secara terminologi dinamika memiliki arti
sebuah proses pergerakan, pertumbuhan atau perubahan yang terjadi secara dinamis
yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu unsur dengan unsur yang lain
dan menyebabkan perubahan dalam tata kehidupan masyarakat.
Tantangan memiliki arti suatu hal yang menggugah tekad untuk meningkatkan
sebuah kemampuan dalam mengatasi masalah. Sedangkan tantangan nasioal sendiri
adalah suatu tekad untuk mengatasi permasalahan nasional yang meliputi tantangan
tata nilai, tata kemasyarakatan, dan tata dunia seperti krisis
kedaulatan,ketergantungan, geoekonomi, dan geopolitik.

B. DINAMIKA BANGSA INDONESIA


1. Pra Kemerdekaan

Indonesia dikenal sebagai tempat yang memiliki kekayaan alam yang sangat
melimpah terutama rempah-rempah. Karena hal tersebut, Indonesia menjadi sasaran
bangsa-bangsa di dunia terutama Eropa. Negara-negara dari seluruh dunia berusaha
untuk menguasai kekayaan sumber daya alam yang berada di Indonesia. Negara-
negara tersebut adalah Portugis, Spanyol, Belanda, Inggris dan Jepang.

Pada saat masa penjajahan Belanda, mereka mendirikan Vereenigde Oost-


Indische Compagnie (VOC) yang berlangsung selama 350 tahun. Belanda diberikan
sebuah otoritas untuk mengatur Hindia-Belanda dengan tujuan mencegah persaingan
antara sesama pedagang dari Belanda. Pada tahun 1795, VOC dibubarkan karena
korupsi, bertambahnya saingan dagang, utang yang menumpuk, banyaknya biaya
yang dikeluarkan untuk peperangan, serta perubahan politik di Belanda.1

1
https://id.wikipedia.org/wiki/Perusahaan_Hindia_Timur_Belanda, diakses pada 27 November 2022 pukul
14:41

3
Setelah penjajahan Belanda selesai di tahun 1942, datangnya pula Perang
Dunia II. Perang tersebut tersebar sampai Indonesia dengan kedatangan tentara
Jepang yang melanjutkan penjajahan setelah Belanda. Penjajahan Jepang bertahan
selama 3.5 tahun. Kedatangan Jepang ke Indonesia tersebut sama seperti belanda,
yaitu menguasai kekayaan alam yang dimiliki Indonesia demi kepentingan Jepang.2
Setelah Jepang berhenti menjajah Indonesia pada tanggal 15 Agustus dan
berhasil memerdekakan Indonesia di tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia mengalami
dampak negatif dalam bidang Ekonomi. Salah satu dampak Ekonomi yang diterima
Indonesia setelah penjajahan Jepang adalah inflasi yang tinggi. Inflasi yang tinggi
tersebut terjadi karena Indonesia tidak memiliki mata uang sendiri dan mata uang
negara asing pun juga mengalami kekosongan.3
2. Pasca Proklamasi Kemerdekaan
Setelah sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
BPUPKI, Panitia Kecil yang terdiri dari delapan orang (resmi), Panitia Kecil yang
terdiri dari sembilan orang/Panitia Sembilan (yang menghasilkan Piagam Jakarta) dan
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI, Soekarno-Hatta mendirikan Negara
Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Setelah menemui 17 Marsekal
Terauchi di Dalat, Vietnam, terjadilah Peristiwa Rengas dengklok pada tanggal 16
Agustus 1945 Soekarno dan Mohammad Hatta dibujuk oleh para pemuda untuk
menyingkir ke asrama pasukan Pembela Tanah Air Peta Rengas dengklok. Tokoh
pemuda yang membujuk antara lain Soekarni, Wikana, Singgih serta Chairul Saleh.
Para pemuda menuntut agar Soekarno dan Hatta segera memproklamasikan
kemerdekaan Republik Indonesia, karena di Indonesia terjadi kevakuman kekuasaan.
Ini disebabkan karena Jepang sudah menyerah dan pasukan Sekutu belum tiba.
Namun Soekarno-Hatta dan para tokoh menolak dengan alasan menunggu kejelasan
mengenai penyerahan Jepang. Dan pada tanggal 17 Agustus Soekarno menyatakan
kemerdekaan Indonesia.4

2
Amri Faisal, Peranan Otto Iskandar Dinata Pra Kemerdekaan Tahun 1908-1945, (Serang: M.Pd artina
Subhan, 2019) hlm 45
3
https://www.kompas.com/stori/read/2022/05/24/100000779/keadaan-ekonomi-indonesia-pada-akhir-
kekuasaan-jepang, diakses pada 27 November 2022 pukul 15:20
4
Siti, A. (2020). Konflik Dalam Pemerintahan Soekarno-Hatta Pasca Proklamasi Kemerdekaan Ri Pada Tahun
1945-1966 (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Mataram).

4
Tantangan pada pemerintahan pasca proklamasi. Pada tanggal 18 Agustus
1945, Soekarno dan Mohammad Hatta diangkat oleh PPKI menjadi Presiden dan
Wakil Presiden Republik Indonesia. Pada tanggal 29 Agustus 1945 pengangkatan
menjadi presiden dan wakil presiden dikukuhkan oleh KNIP. Pada tanggal 19
September 1945 kewibawaan Soekarno dapat menyelesaikan tanpa pertumpahan
darah peristiwa Lapangan Ikada tempat 200.000 rakyat Jakarta akan bentrok dengan
pasukan Jepang yang masih bersenjata lengkap. Pada saat kedatangan Sekutu
(AFNEI) yang dipimpin oleh Letjen. Sir Phillip Christison, Christison akhirnya
mengakui kedaulatan Indonesia secara de facto 18 setelah mengadakan pertemuan
dengan Presiden Soekarno. Presiden Soekarno juga berusaha menyelesaikan krisis di
Surabaya. Namun akibat provokasi yang dilancarkan pasukan NICA (Belanda) yang
membonceng Sekutu (di bawah Inggris), meledaklah Peristiwa 10 November 1945 di
Surabaya dan gugurnya Brigadir Jenderal A.W.S Mallaby. Karena banyak provokasi
di Jakarta pada waktu itu, Presiden Soekarno akhirnya memindahkan Ibukota
Republik Indonesia dari Jakarta ke Yogyakarta. Diikuti wakil presiden dan pejabat
tinggi negara lainnya.
Kedudukan Presiden Soekarno menurut UUD 1945 adalah kedudukan
Presiden selaku kepala pemerintahan dan kepala negara. Selama revolusi
kemerdekaan, sistem pemerintahan berubah menjadi semi presidensiil/double
executive. Presiden Soekarno sebagai Kepala Negara dan Sutan Syahrir sebagai
Perdana Menteri/Kepala Pemerintahan. Hal itu terjadi karena adanya maklumat wakil
presiden No X, dan maklumat pemerintah bulan November 1945 tentang partai
politik. Hal ini ditempuh agar Republik Indonesia dianggap negara yang lebih
demokratis. Meski sistem pemerintahan berubah, pada saat revolusi kemerdekaan,
kedudukan Presiden Soekarno tetap paling penting, terutama dalam menghadapi
Peristiwa Madiun 1948serta saat Agresi Militer Belanda II yang menyebabkan
Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta dan sejumlah pejabat tinggi
negara ditahan Belanda. Meskipun sudah ada Pemerintahan Darurat Republik
Indonesia (PDRI) dengan ketua Sjafruddin Prawiranegara, tetapi pada kenyataannya
dunia internasional dan situasi dalam negeri tetap mengakui bahwa Soekarno-Hatta 19

5
adalah pemimpin Indonesia yang sesungguhnya, hanya kebijakannya yang dapat
menyelesaikan sengketa Indonesia-Belanda.
Pada masa kemerdekaan Soekarno dan JosipBroz Tito, Setelah
PengakuanKedaulatan (Pemerintah Belanda menyebutkan sebagai Penyerahan
Kedaulatan) , Presiden Soekarno diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia
Serikat (RIS) dan Mohammad Hatta diangkat sebagai perdana menteri RIS. Jabatan
Presiden Republik Indonesia diserahkan kepada Mr Assaat, yang kemudian dikenal
sebagai RI Jawa-Yogya. Namun karena tuntutan dari seluruh rakyat Indonesia yang
ingin kembali ke negara kesatuan, maka pada tanggal 17 Agustus 1950, RIS kembali
berubah menjadi Republik Indonesia dan Presiden Soekarno menjadi Presiden RI.
Mandat Mr Assaat sebagai pemangku jabatan Presiden RI diserahkan kembali kepada
Ir. Soekarno. Resminya kedudukan Presiden Soekarno adalah presiden konstitusional,
tetapi pada kenyataannya kebijakan pemerintah dilakukan setelah berkonsultasi
dengannya.
Mitos Dwitunggal Soekarno-Hatta cukup populer dan lebih kuat di kalangan
rakyat dibandingkan terhadap kepala pemerintahan yakni perdana menteri. Jatuh
bangunnya kabinet yang terkenal sebagai "kabinet seumur jagung" membuat Presiden
Soekarno kurang memercayai sistem multipartai, bahkan menyebutnya sebagai
"penyakit kepartaian". Tak jarang, ia juga ikut turun tangan menengahi konflik-
konflik di tubuh militer yang juga berimbas pada jatuh bangunnya kabinet. Seperti
peristiwa 17 Oktober 1952 dan Peristiwa di kalangan Angkatan Udara. 20 Presiden
Soekarno juga banyak memberikan gagasan-gagasan di dunia Internasional.
Keprihatinannya terhadap nasib bangsa Asia-Afrika, masih belum merdeka, belum
mempunyai hak untuk menentukan nasibnya sendiri, menyebabkan presiden
Soekarno, pada tahun 1955, mengambil inisiatif untuk mengadakan Konferensi Asia-
Afrika di Bandung yang menghasilkan Dasasila Bandung. Bandung dikenal sebagai
Ibu Kota Asia-Afrika.
3. Orde Lama
Pada masa Orde Lama, yaitu dalam masa kekuasaan Presiden Soekarno, saat
itu Pancasila berusaha buat dibangun, dijadikan menjadi keyakinan & kepribadian
bangsa Indonesia. Presiden Soekarno membicarakan bahwa ideologi Pancasila
berangkat menurut mitologi yang belum kentara bahwa Pancasila itu bisa
mengantarkan bangsa Indonesia ke arah kesejahteraan, namun Soekarno berani
6
membawa konsep Pancasila ini dijadikan ideologi bangsa Indonesia. Pada masa ini,
Pancasila dipahami menurut pola berpikir yang berkembang dalam situasi global yang
waktu itu dipenuhi kekacauan & syarat sosial-budaya berada pada masa transisional
menurut warga terjajah sebagai warga merdeka. Masa ini merupakan masa pencarian
bentuk penerapan Pancasila, terutama pada sistem kenegaraan. Maka menurut itu,
Pancasila diterapkan pada bentuk yg berbeda-beda.
Persatuan warga Indonesia mulai menerima tantangan menggunakan
keluarnya upaya-upaya buat mengubah Pancasila menjadi dasar negara menggunakan
paham komunis sang PKI melalui pemberontakan pada Madiun dalam tahun 1948.
Selain itu, terdapat pula DI/TII yang ingin mendirikan negara menurut ajaran Islam.
Pada periode tahun 1950 hingga menggunakan 1955, penerapan Pancasila diarahkan
menjadi ideologi liberal, yang dalam kenyataannya bisa mengklaim stabilitas
pemerintahan. Walaupun dasar negara permanen Pancasila, namun rumusan sila
keempat berjiwakan musyawarah mufakat, melainkan bunyi terbanyak. Sistem
pemerintahannya yang seperti ini lebih menekankan hak-hak individual. Pada periode
ini, persatuan & kesatuan bangsa menerima tantangan yang berat menggunakan
keluarnya pemberontakan-pemberontakan yang dilakukan sang RMS, PRRI, &
Permesta yg ingin melepaskan diri menurut NKRI.
Terlihat jelas bahwa pada masa itu terjadi kebobrokan moral masyarakat yang
tidak lagi hidup atas dasar nilai-nilai pancasila dan berusaha mengganti pancasila
dengan ideologi lain dalam mengimplementasikan Pancasila, Presiden Soekarno
mengimplementasikan pemahaman Pancasila melalui paradigma yang disebut
USDEK Untuk memandu perjalanan bangsa, beliau menekankan pentingnya
penanaman UUD 1945, sosialisme ala Indonesia, demokrasi terkelola, ekonomi
terkelola, dan kepribadian bangsa.
Namun hasilnya adalah upaya kudeta oleh PKI dan pemakzulan Presiden
Soekarno. Dinamika perdebatan ideologi antara kelompok Islam dan Pancasila
menjadi wajah dominan politik nasional pada masa Orde Lama Hal ini pada dasarnya
karena kekecewaan kelompok muslim ketika Piagam Jakarta dicabut dari pembukaan
UUD 1945 Apalagi ketika penguasa menggunakan Pancasila sebagai alat untuk
menindas dan membendung kelompok muslim. Hal ini terlihat ketika pada akhir
tahun 1950-an, Pancasila tidak lagi menjadi titik temu semua ideologi sebagaimana
yang diinginkan oleh Sukarno pada awalnya. Pancasila digunakan sebagai senjata
7
ideologis untuk mendelegitimasi tuntutan Islam untuk pengakuan negara Islam
Memang pada tahun 1953 Presiden Sukarno terang-terangan menyatakan
keprihatinannya akan dampak negatif terhadap persatuan bangsa jika kelompok-
kelompok Islam di Indonesia terus menuntut negara Islam.
Pada masa itu, Presiden Soekarno juga membubarkan partai Islam terbesar di
Indonesia, Partai Masyumi, dengan tuduhan ikut serta dalam pemberontakan daerah
berdasarkan ideologi Islam Konflik kepentingan politik dan ideologi Presiden
Sukarno, militer, Partai Komunis Indonesia (PKI) dan kelompok Islam menciptakan
jalinan politik yang sangat tidak stabil di awal tahun 1960-an hingga gerakan S/PKI G
30 akhirnya muncul dan berakhir. sampai runtuhnya orde lama.5
4. Orde Baru
Orde Baru adalah pemerintahan yang pernah menguasai Indonesia dalam
kurun waktu yang lama, yakni 32 tahun. Dimulai sejak tahun 1966 hingga 1998 dan
dipimpin oleh Jenderal Soeharto, yang dimana pemerintahannya berlangsung ketika
diterimanya SUPERSEMAR atau Surat Perintah Sebelas Maret pada 11 Maret 1966.
Ketetapan MPRS No. XLIV/MPRS/1968, Soeharto diangkat menjadi presiden.
Kemudian, hasil Pemilu tanggal 10 Maret 1983, Soeharto mendapatkan penghargaan
sebagai Bapak Pembangunan Nasional.6
Selama pemerintahan ini berjalan, Indonesia telah mengubah susunan
ekonomi, politik, sosial-budaya, serta bidang yang lain. Catatan negatif di bidang
politik, HAM, militer, maupun sosial banyak mewarnai perjalanan sejarah Orde Baru
yang hingga saat ini masih terasa.
Latar belakang, G30SPKI. Usai penumpasan Gerakan 30 September 1965,
PKI dituntut sebagai dalangnya. Hal tersebut berdasarkan bukti-bukti yang berhasil
dikumpulkan. Tentu saja, hal yang semacam ini memicu kemarahan rakyat.
Penyerangan secara fisik antara masyarakat yang setia pada Pancasila serta UUD

5
Dewi, Sandra, and Andrew Shandy Utama. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia Serta
Perkembangan Ideologi Pancasila Pada Masa Orde Lama, Orde Baru, dan Era Reformasi. Pelita Bangsa
Pelestari Pancasila (2018): 22-25.
6
Ghalia Indonesia, Ketetapan-ketetapan MPR, 1983-1988, 1978-1983, Jakarta: 1986, hlm. 43.

8
1945 dengan anggota PKI terjadi di Jakarta dan di berbagai daerah di seluruh
Indonesia.
Pada tanggal 14 Oktober 1965, Panglima Kostrad/Pangkopkamtib Mayjen
Soeharto diangkat sebagai Panglima Angkatan Darat untuk mengisi kekosongan
pimpinan Angkatan Darat. Beriringan dengan hal tersebut, dimulai tindakan-tindakan
pembersihan unsur-unsur PKI dan ormasnya. Namun, aksi masih terjadi di masyarakat
luas. Berbagai partai politik, organisasi masyarakat, pemuda-pemudi, membentuk
Front Pancasila untuk menghancurkan pendukung G30S/PKI agar diselesaikan secara
politis.
Pada masa Orde Baru, kondisi perekonomian di Indonesia kian memburuk.
Kebutuhan sehari-hari sulit didapatkan karena harganya yang mahal, sehingga hal itu
menyebabkan terjadinya inflasi. Pemerintah sempat membuat keputusan mengenai hal
pemotongan nilai mata uang rupiah dari Rp 1.000,- menjadi Rp 1. Namun, harga
barang malah semakin naik. Pelajar yang tergabung dalam Front Pancasila
menyatakan bahwa kebijakan ekonomi yang dibuat pemerintah saat itu tidak bisa
dibenarkan.
Tuntutan Tritura oleh Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI), Kesatuan
Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), dan organisasi yang lain, seperti KABI,
KASI, KAWI, KAGI, yang tergabung dalam Front Pancasila pun melakikan
demonstrasi di halaman Gedung DPR-GR pada 12 Januari 1966. Aksi tersebut dikenal
sebagai Tri Tuntutan Rakyat (Tritura), yang isinya adalah pertama, Pembubaran Partai
Komunis Indonesia (PKI) dan ormasnya. Kedua, Pembersihan Kabinet Dwikora dari
unsur-unsur yang terlibat G30S. ketiga, Penurunan harga barang.
Pada 11 Maret 1966, para mahasiswa melakukan unjuk rasa kembali. Pada
saat itu, unjuk rasa dilakukan secara besar-besaran di depan Istana Negara. Bahkan
unjuk rasa mahasiswa mendapat dukungan penuh dari Angkatan Darat yang ikut
bersama mahasiswa pada saat itu untuk mengepung Istana Kepresidenan.
Karena kejadian unjuk rasa tersebut, Letjen Soeharto pun meminta Presiden
Soekarno mengeluarkan surat perintah untuk mengatasi konflik. Surat tersebutlah
yang dikenal sebagai Supersemar.
Adapun ciri-ciri pemerintahan orde baru yaitu dari Dwifungsi ABRI banyak
prajurit militer dari berbagai pangkat, jabatan, dan juga angkatan yang ikut bekerja

9
dalam pemerintahan, misalnya menjabat posisi lurah atau kepala desa yang kemudian
hal ini dianggap sebagai pertanda menguatnya KKN dalam pemerintahan Orde Baru.
Ciri-ciri kedua yaitu terbatasnya pilihan politik. Pemilu yang terjadi di tahun
1977 hanya diikuti oleh tiga partai politik, yaitu PDI, PPP, dan Golkar. Tujuannya
untuk membatasi banyaknya ideologi yang tengah berkembang dan untuk
menciptakan kestabilan politik. Akan tetapi, penyederhanaan pilihan politik malah
membuat Partai Golongan Karya semakin kuat. Kejadian ini dapat diduga karena
Soeharto membuat kebijakan peraturan monoloyalitas PNS yang dapat mendukung
kemenangan Golkar.
Ciri yang ketiga yaitu pembangunan yang masih masif. Penempatan
pembangunan infrastruktur fisik dan non-fisik merupakan prioritas utama dalam
pemerintahan Orde Baru. Tentunya hal ini sebagai respon atas kekacauan ekonomi
pasca 1965. Pemerintah juga membuka penanaman modal asing dan dalam negeri
untuk ikut serta membuka usaha di Indonesia.
Dengan modal tersebut, pembangunan dapat berjalan lancar serta
perekonomian bisa kembali normal. Kendati begitu, kebijakan penanaman modal ini
dikatakan hanya menguntungkan keluarga cendana sebab sebagian besar bisnis negara
Indonesia pada waktu itu dikelola oleh anggota keluarga Soeharto.
Perkembangan Ekonomi dan Politik Masa Orde Baru. Pembangunan ekonomi
nasional di masa Orde Baru dilakukan melalui Repelita yang didasarkan atas
pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi, serta stabilitas nasional. Sedangkan
pada perkembangan politik masa Orde Baru, pemerintah berhasil menyelenggarakan
enam kali pemilu pada tahun 1971, 1977, 1982, 1987, dan 1998. Tetapi semua proses
demokrasu dimenangkan oleh Partai Golongan Karya dan Presiden Soeharto untuk
kembali menjabat sebagai presiden. Dapat dikatakan bahwa kekuasaan pemerintah
Orde Baru sangat besar hingga tidak ada lagi kekuatan lain yang dapat
mengimbanginya.
Suatu masa pasti akan mengalami keruntuhan. Dan runtuhnya orde baru ini
disebabkan oleh krisis ekonomi yang terjadi sejak tahun 1997 menjadi tonggak
berakhirnya masa Orde Baru. Krisis tersebut berhasil membuat nilai tukar rupiah
jatuh. Krisis moneter yang terjadi akhirnya memancing sekelompok kritis di
masyarakat. Mereka menilai bahwa permasalahan ekonomi mengacu pada kesalahan
pemerintah Orde Baru. Akibat hal yang terjadi ini, masyarakat pun tidak percaya lagi
10
pada pemerintah, sehingga terjadilah krisis kepercayaan. Kemarahan masyarakat,
terutama pada kalangan mahasiswa semakin parah setelah Soeharto dicalonkan
kembali sebagai Presiden RI pada pemilu ke-6. Kemudian, para mahasiswa menuntut
adanya reformasi pada tahun 1998, yang isinya :
1) Penghapusan Dwifungsi ABRI,
2) Penurunan maupun pengadilan terhadap Soeharto beserta kroni-kroninya,
3) Penghapusan praktik KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme),
4) Penegakan Supremasi Hukum,
5) Amandemen UUD 1945, dan
6) Pelaksanaan otonomi daerah seluas-luasnya.
Tuntutan reformasi yang semakin besar membuat Presiden Soeharto kemudian
menyampaikan pengunduran diri pada 21 Mei 1998. Pada masa inilah yang menjadi
tanda runtuhnya masa Orde Baru lalu berganti menjadi era Reformasi.
5. Reformasi
Gerakan reformasi yang merupakan sebuah gerakan yang menghendaki
adanya sebuah perubahan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara ke
arah yang lebih baik secara konstitusional. Artinya, adanya sebuah perubahan
kehidupan masyarakat dalam bidang politik, sosial dan ekonomi, serta dalam bidang
lainnya. Gerakan reformasi lahir sebagai jawaban atas krisis yang melanda berbagai
segi kehidupan. Krisis ekonomi dan politik merupakan faktor utama yang mendorong
untuk sebuah reformasi, hingga kedua bidang ini mempengaruhi bidang lain seperti
hukum, sosial, budaya serta yang lainnya. Oleh karena itu reformasi dianggap
merupakan sebuah agenda yang tidak bisa ditawar lagi dan harus segera dilaksanakan.
Gerakan reformasi telah menang. Presiden Soeharto telah turun dari
jabatannya. kabinet baru pun telah terbentuk, tapi semua itu belum memberikan
manfaat langsung bagi rakyat, dan bisa dibilang malah rakyat semakin miskin. Bukan
saja akibat krisis ekonomi berkepanjangan, melainkan juga karena semua orang kini
sibuk mengurusi politik untuk kekuasaaan, sehingga lupa memikirkan bagaimana
memberi makan rakyat. Negara Indonesia pada kala itu berada pada kondisi yang
tidak normal. Karena apa, ketimpangan ekonomi sangat mencolok sehingga
menimbulkan sentiment sosial sangat tinggi terhadap people power.
Dimulai dari reformasi dalam bidang politik yang berusuha untuk mengganti
sistem yang akan digunakan di dalam pemilu, yang dimana semula menggunakan
11
sistem proporsional diubah menjadi sistem distrik. Berbagai masalah mulai muncul
seiring dengan persiapan pemerintah dalam melaksanakan agenda reformasi politik,
mulai dari kasus SARA sampai yang terparah adalah terdampaknya negara Indonesia
dari kurst dollar yang membuat Indonesia mengalami inflasi yang cukup besar dan
menyebbakan kenaikan harga di berbagai produk.
Selain dalam bidang politik gerakan refoemasi ini juga berdampak pada
bidang sosial, yang dimana hampir setiap masyarakat Indonesia kala itu seperti hilang
rasa kemanusiannya. Hal ini karena kejadian penjarahan, pembakaran, pemerkosaan
yang terjadi merupakan bentuk dampak sosial yang bisa dikatakan sangat besar, hal
ini karena hubungan antara masyarakat pribumi dengan masyarakat keturunan
Tionghoa menjadi tidak akur karena kebanyakan korban penjarahan adalah
masyarakat keturunan Tionghoa.
Dampak yang terakhir adalah dampak dalam bidang ekonomi yang dimana
setelah terjadinya gerakan reformasi ini khususnya di kota Solo, masih belum tampak
menghasilkan keadaan ekonomi yang lebih baik, justru menurut saya keadaan
ekonomi di Indonesia malah semakin memburuk karena memang dalam proses
reformasi banyak Bank-Bank yang di bekukan karena hutang luar negeri yang sangat
banyak dan hal ini membuat keadaan ekonomi semakin parah. Dan tentu saja masih
belum bisa menyamai pertumbuhan ekonomi masa orde baru yang bisa dikatakan
memiliki pertumbuhan ekonomi sangat tinggi. Bahkan sampai sekarang pun keadaan
ekonomi di Indonesia masih jauh dari pada masa orde baru di bawah presiden
Soeharto.7

C. TANTANGAN NASIONAL BANGSA INDONESIA


Konflik Masyumi dengan Presiden Sukarno disebabkan beberapa hal.
Pertama, masalah kedudukan dan kekuasaan dalam pemerintahan. Kedudukan dan
kekuasaan Masyumi dalam pemerintahan sangat besar pada masa Demokrasi
Parlementer, sementara pengaruh dan kekuasaan Presiden Sukarno sangat keciI.
Mengingat kedudukan seperti itu, maka Presiden Sukarno ingin merebut kedudukan
itu, dan terlibat secara langsung dalam pemerintahan. Kedua, adanya perbedaan yang
7
Ikhsan Sirot, Hamdan Tri Atmaja, REFORMASI TAHUN 1998: PERANAN DAN DAMPAKNYA BAGI KOTA
SOLO. Journal of Indonesian History 9 (2) , Desember 2022, hlm. 106-107

12
mendasar mengenai demokrasi. Sukarno menginginkan Demokrasi Terpimpin,
sementara Masyumi menolak dan menentang Demokrasi Terpimpin.

Konflik yang terjadi antara Masyumi dengan Sukarno menunjukan


peningkatan dari satu periode ke periode berikutnya. Intensitas konflik itu semakin
terasa sejak keluarnya Konsepsi Presiden, dan puncaknya pada masa demokrasi
terpimpin, di mana hampir setiap pernyataan dan kebijakan Sukarno selalu ditanggapi
dan ditentang Masyumi. Begitu juga sebaliknya setiap ada kritik Masyumi terhadap
Sukarno, ia menilai kritikan itu sebagai bentuk pembangkangan dan perlawanan.
Adanya penilaian negatif dari masing-masing pihak, dan tidak berujungnya konflik di
antara kedua belah pihak, maka semakin memperburuk hubungan antara Sukarno
dengan Masyumi.

Sikap Masyumi yang selalu mengkritisi pernyataan-pernyataan Sukarno, dan


tidak putus-putusnya menentang kebijakannya, terutama masalah demokrasi
terpimpin yang semakin meyakinkan Sukarno kalau Masyumi sudah keluar dari rel
demokrasi terpimpin. Sukarno menilai Masyumi sebagai musuh yang akan selalu
mengancam kekuasaannya dan merintangi jalannya demokrasi terpimpin serta
mengahalangi revolusi. Masyumi di mata Sukarno adalah musuh atau kelompok
kontra revolusi yang harus dihabisi. Atas dasar inilah yang mendorong Sukarno untuk
membubarkan Masyumi. Pembubaran Masyumi pun dilakukan melalui Keputusan
Presiden N0. 200 tahun 1960 tertanggal 17 Agustus 1960.

Pembubaran Masyumi dilakukan Sukarno dengan atas nama demokrasi


terpimpin. Padahal di sisi lain, Masyumi melakukan kritikan terhadap kebijakan
Sukarno juga atas dasar prinsip-prinsip demokrasi dan sesuai dengan konstitusi yang
masih berlaku. Pertarungan antara Masyumi yang melandaskan sikap dan tindakannya
atas dasar demokrasi konstitusional harus berakhir dengan kebijakan dan keputusan
Sukarno untuk membubarkan Masyumi atas nama demokrasi terpimpin.8

8
Siregar, Insan Fahmi. "DINAMIKA DEMOKRASI DI INDONESIA MASA ORDE LAMA: STUDI KASUS
ANTARA SUKARNO VERSUS MASYUMI." Paramita: Historical Studies Journal 21.1 (2011) hal. 36

13
D. BELA NEGARA
1. Pengertian Bela Negara

Bela Negara adalah sebuah tekad, perilaku atau sikap setiap warga negara
untuk membela dan mempertahankan keutuhan suatu negara dari berbagai ancaman
atau serangan baik secara fisik maupun agresi dari berbagai pihak, sebagai
implementasi kecintaan pada tanah air.

2. Tujuan Bela Negara


Bela negara sangatlah penting untuk mencapai cita-cita bangsa. Bela negara
juga diperlukan untuk menjaga keberadaan NKRI dan mengembangkan negara
Indonesia. Bela negara juga wajib diterapkan untuk seluruh masyarakat. Dalam pasal
27 ayat 3 UUD 1945 juga berbunyi, "Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam upaya pembelaan negara."
Berikut adalah tujuan-tujuan bela negara. Pertama, Mempertahankan
kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia. Kedua, Melestarikan budaya.
Ketiga, Menjalankan nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Keempat,
Berbuat yang terbaik bagi bangsa dan juga negara. Kelima, Menjaga identitas dan
integritas bangsa dan negara.9

3. Urgensi Bela Negara


Pada Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara Pasal
9 Ayat (1) menyebutkan bahwa, “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam upaya bela negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan
negara.” Jadi, pada hal semacam ini, warga negara wajib terlibat dalam pendidikan
mengenai bela negara. Kemudian, pada UU Nomor 23 Tahun 2019 Tentang
Pengelolaan Sumber Daya Nasional Untuk Pertahanan Negara dalam ketentuan
umumnya, dijelaskan mengenai pengertian bela negara yang dimaksud ialah dengan
tekad, sikap, dan perilaku baik secara perorangan maupun kolektif dalam hal menjaga
kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa serta NKRI.

9
https://www.suara.com/news/2022/07/21/223811/fungsi-dan-tujuan-bela-negara-lengkap-dengan-manfaatnya-
bagi-warga, diakses pada tanggal 27 Agustus 2022 pukul 15:49

14
Pembinaan mengenai kesadaran bela negara sudah menjadi kewajiban kepada
dunia pendidikan atau lembaga negara yang lainnya. Tugas bela negara bukan hanya
menjadi tugas TNI dan Polri, ataupun petinggi negara. Akan tetapi, kita sebagai warga
negara berkewajiban bergerak dalam bela negara. Masyarakat wajib mendapatkan
pendidikan bela negara sejak usia dini, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan
menengah, hingga ke pendidikan tinggi. Urgensi nilai-nilai kesadaran akan bela
negara diharapkan agar tiap warga negara memiliki sikap mental yang sadar akan
berbangsa dan bernegara sebagai satu kesatuan yang utuh sesuai semboyan “Bhineka
Tunggal Ika.”

4. Implementasi Bela Negara


Bela negara dapat dilakukan kapan saja di mana saja, bisa pagi, siang maupun
malam hari, di lingkungan rumah tangga, masyarakat, instansi/tempat bekerja, di
sekolah, di tempat ibadah, di pasar, di dalam negeri maupun di luar negeri. Aktifitas
bela negara dari tataran yang paling halus bersikap positif terhadap Negara Kesatuan
Republik Indonesia sampai dengan yang paling kasar memerangi musuh yang
mengancam kemerdekaan dan kedaulatan bangsa dan Negara Indonesia.10
Berdasarkan Pasal 9, ayat (2) Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 Tentang
Pertahanan Negara (Indonesia), terdapat empat bentuk bela negara, yaitu pendidikan
wawasan kebangsaan, edukasi dasar kemiliteran, tugas sukarela atau wajib sebagai
prajurit Tentara Nasional Indonesia, dan bekerja sesuai dengan profesinya. Partisipasi
warga negara dalam melakukan pelatihan dasar militer merupakan salah satu bentuk
upaya bela negara. Latihan kemiliteran ini dilakukan untuk membantu
mengembangkan kemampuan fisik, dan memumpuk jiwa patriotisme dan
nasionalisme dalam setiap individu. Berpartisipasi dalam pelatihan kemiliteran ini
berbeda dengan menjadi bagian dari militer. Selain menjadi Tentara Nasional
Indonesia (TNI), mahasiswa dapat menjalani pelatihan kemiliteran yaitu dengan
melalui resimen mahasiswa atau menwa. Pelatihan ini juga bisa didapatkan melalui
organisasi-organisasi lainnya seperti menjadi paskibra, palang merah dan masih
banyak lagi.

10
Suwarno Widodo, IMPLEMENTASI BELA NEGARA UNTUK MEWUJUDKAN NASIONALISME. CIVIS.
Volume I, No 1, Januari 2011, hlm. 21

15
Bentuk upaya dalam bela negara tidak hanya dapat diimplementasikan dengan
bergabung dengan militer namun dapat dilakukan dengan cara nonmiliter melalui
bekerja sesuai dengan profesinya. Hal tersebut berarti, tiap warga negara dapat
membela negara sesuai dengan keterampilan dan pengetahuan mereka masing-
masing. Upaya bela negara melalui bekerja sesuai dengan profesinya adalah seorang
guru yang mengajarkan anak muridnya dengan tekun dalam meraih citacitanya
sehingga murid tersebut dapat berkontribusi terhadap bangsa dan negara dikemudian
hari. Masih banyak contoh upaya bela negara melalui bekerja sesuai dengan profesi
seperi tim SAR, PMI, petugas bantuan sosial, dan lain-lain.11

11
Syakila Amalia Lihawa dkk, IMPLEMENTASI NILAI-NILAI BELA NEGARA DALAM KEHIDUPAN
MASYARAKAT. Jurnal Kewarganegaraan. Vol. 6, No. 1, Juni 2022, hlm. 4-5

16
BAB III
PENUTUPAN

A. KESIMPULAN
Dinamika memiliki arti sebuah proses pergerakan atau perubahan yang terjadi
secara dinamis yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu unsur dengan
unsur yang lain dan menyebabkan perubahan dalam tata kehidupan masyarakat.
Dalam sebuah proses perubahan tentu terdapat berbagai tantangan nasional yang
harus dihadapi negara Indonesia mulai dari zaman pra kemerdekaan,pasca proklamasi
kemerdekaan, orde lama, orde baru, reformasi. Sedangkan tantangan nasioal sendiri
adalah suatu tekad untuk mengatasi permasalahan nasional yang meliputi tantangan
tata nilai, tata kemasyarakatan, dan tata dunia seperti krisis kedaulatan,
ketergantungan, geoekonomi, dan geopolitik.

Salah contoh satu tantangan nasional yang dihadapi negara Indonesia adalah
konflik Masyumi dengan Presiden Soekarno yang disebabkan beberapa hal. Pertama,
masalah kedudukan dan kekuasaan dalam pemerintahan.Konflik yang terjadi antara
Masyumi dengan Sukarno mengalami peningkatan dari satu periode ke periode
berikutnya. Intensitas konflik itu semakin terasa sejak keluarnya Konsepsi Presiden,
dan puncaknya pada masa demokrasi terpimpin, di mana hampir setiap pernyataan
dan kebijakan Sukarno selalu ditanggapi dan ditentang Masyumi begitupun
sebaliknya.Masyumi di mata Sukarno adalah musuh atau kelompok kontra revolusi
yang harus dihabisi. Atas dasar inilah yang mendorong Sukarno untuk membubarkan
Masyumi. Pembubaran Masyumi pun dilakukan melalui Keputusan Presiden N0. 200
tahun 1960 tertanggal 17 Agustus 1960. Pembubaran Masyumi dilakukan Sukarno
dengan atas nama demokrasi terpimpin. Sebenarnya Indonesia telah mengalami
berbagai tantangan nasional sejak dari zaman pra kemerdekaan, pasca proklamasi
kemerdekaan, orde lama, orde baru, hingga masa sekarang ini yaitu reformasi untuk
itu rakyat Indonesia harus memiliki sikap bela negara.

Bela negara sendiri memiliki arti yaitu sebuah tekad, perilaku, atau sikap
warga negara untuk membela dan mempertahankan keutuhan suatu negara dari
berbagai ancaman atau serangan secara fisik maupun agresi dari berbagai pihak
sebagai implementasi kecintaan pada tanah air. Berdasarkan Pasal 9, ayat (2) Undang-
Undang No. 3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara (Indonesia), terdapat empat
bentuk bela negara, yaitu pendidikan wawasan kebangsaan, edukasi dasar kemiliteran,
tugas sukarela atau wajib sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia, dan bekerja
sesuai dengan profesinya. Partisipasi warga negara dalam melakukan pelatihan dasar
militer merupakan salah satu bentuk upaya bela negara.

17
Latihan kemiliteran ini dilakukan untuk membantu mengembangkan kemampuan
fisik, dan memumpuk jiwa patriotisme dan nasionalisme dalam setiap individu. Maka
dari itu untuk menjaga kesatuan serta keutuhan bangsa patutnya setiap warga negara
harus memilki rasa cinta kepada tanah air.

B. SARAN

1. Bagi penulis, dapat membantu untuk memperluas wawasan mengenai materi


dinamika dan tantangan nasional dan bela negara.

2. Bagi pembaca, penulis berharap makalah ini dapat mudah untuk dipahami
oleh pembaca dan dijadikan sebagai acuan dalam penulisan atau penelitian
yang terkait.

18
DAFTAR RUJUKAN

https://id.wikipedia.org/wiki/Perusahaan_Hindia_Timur_Belanda, diakses pada 27 November 2022 pukul 14:41

Faisal Amri, eranan Otto Iskandar Dinata Pra Kemerdekaan Tahun 1908-1945, (Serang: M.Pd artina Subhan,
2019) hlm 45.

https://www.kompas.com/stori/read/2022/05/24/100000779/keadaan-ekonomi-indonesia-pada-akhir-kekuasaan-
jepang, diakses pada 27 November 2022 pukul 15:20.

Siti, A. (2020). Konflik Dalam Pemerintahan Soekarno-Hatta Pasca Proklamasi Kemerdekaan Ri Pada Tahun
1945-1966 (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Mataram).

Dewi, Sandra, dan Andrew Shandy Utama. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia Serta Perkembangan
Ideologi Pancasila Pada Masa Orde Lama, Orde Baru, dan Era Reformasi. Pelita Bangsa Pelestari Pancasila
(2018): 22-25.

Ghalia Indonesia, Ketetapan-ketetapan MPR, 1983-1988, 1978-1983, Jakarta: 1986, hlm. 43.

Sirot Ikhsan, Hamdan Tri Atmaja, REFORMASI TAHUN 1998: PERANAN DAN DAMPAKNYA BAGI KOTA
SOLO. Journal of Indonesian History 9 (2) , Desember 2022, hlm. 106-107.

https://www.suara.com/news/2022/07/21/223811/fungsi-dan-tujuan-bela-negara-lengkap-dengan-manfaatnya-
bagi-warga, diakses pada tanggal 27 Agustus 2022 pukul 15:49.

Widodo Suwarno, IMPLEMENTASI BELA NEGARA UNTUK MEWUJUDKAN NASIONALISME. CIVIS.


Volume I, No 1, Januari 2011, hlm. 21.

Lihawa Syakila Amalia dkk, IMPLEMENTASI NILAI-NILAI BELA NEGARA DALAM KEHIDUPAN
MASYARAKAT. Jurnal Kewarganegaraan. Vol. 6, No. 1, Juni 2022, hlm. 4-5.

19

Anda mungkin juga menyukai