Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak terjadinya pengeboman oleh Amerika Serikat terhadap dua kota besar di
Jepang, yaitu Hiroshima dan Nagasaki, masyarakat umumnya memiliki anggapan
kurang baik terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan kata “atom” dan
“nuklir”. Anggapan negatif ini semakin diperburuk oleh beberapa peristiwa
kecelakaan nuklir yang berdampak sangat dahsyat seperti kecelakaan nuklir di
Chernobyl, Ukraina pada tahun 1986. Padahal, kajian mengenai atom dan teknologi
nuklir juga memiliki banyak manfaat dan telah diterapkan dalam berbagai bidang,
seperti kedokteran dan pertanian.
Fusi nuklir dan fisi nuklir merupakan berbagai jenis reaksi yang melepaskan
energi karena adanya bertenaga tinggi ikatan atom antara partikel yang ditemukan
dalam inti. Dalam fisi, atom dibagi menjadi dua atau lebih kecil, atom ringan.
Sebaliknya, reaksi fusi terjadi ketika dua atau lebih atom yang lebih kecil sering
bersama-sama, menciptakan lebih besar, atom lebih berat.
Proses ini membutuhkan energi yang besar untuk menggabungkan inti nuklir,
bahkan elemen yang paling ringan, hidrogen. Tetapi fusi inti atom yang ringan,
yang membentuk inti atom yang lebih berat dan neutron bebas, akan menghasilkan
energi yang lebih besar lagi dari energi yang dibutuhkan untuk menggabungkan
mereka. Sebuah reaksi eksotermik yang dapat menciptakan reaksi yang terjadi
sendirinya.
Reaksi fusi juga menghasilkan radiasi sinar alfa, beta dan gamma yang sangat
berbahaya bagi manusia. Contoh reaksi fusi nuklir adalah reaksi yang terjadi di
hampir semua inti bintang di alam semesta. Senjata bom hidrogen juga
memanfaatkan prinsip reaksi fusi tak terkendali. Contoh reaksi fisi adalah ledakan
senjata nuklir dan pembangkit listrik tenaga nuklir.
Contoh lain pemanfaatan reaksi nuklir adalah sebagai penghasil energi alternatif
yang sangat besar. Pemanfaatan energi nuklir ini dapat anda temukan, misalnya
pada kapal induk. Berbeda dengan bahan bakar sebelumnya, kapal induk hanya

1
memerlukan sekali pengisian bahan energi nuklir ini dalam 50 tahun masa
penggunaanya. Dewasa ini, Amerika Serikat juga memanfaatkan energi nuklir
dalam industri pembangkit tenaga listrik mereka, dimana sekitar 11% energi listrik
mereka berasal dari energi nuklir. Sekarang ini energi sudah merupakan persoalan
utama bagi umat manusia.
Untuk mendapatkan gambaran lebih jelas mengenai energi nuklir ini, maka
didalam makalah ini kami akan membahas mengenai reaksi fisi dan reaksi fusi yang
merupakan dasar dari mempelajari energi nuklir. Dimana dalam reaksi berantai dari
reaksi fisi dan fusi ini, kita dapat melihat terjadinya proses pelepasan energi yang
besar.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini ialah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan reaksi fisi nuklir?
2. Apa yang dimaksud dengan reaksi fusi nuklir?
3. Apa sajakah komponen-komponen reaktor nuklir?

1.3. Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini ialah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui reaksi fisi nuklir
2. Untuk mengetahui reaksi fusi nuklir
3. Untuk mengetahui komponen-komponen reaktor nuklir

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Reaksi Fisi Nuklir

Pada akhir 1930an, fisikawan Lise Meitner dan kimiawan Otto Hahn dan Fritz
Strassman, bekerja di Berlin dan melanjutkan pekerjaan Fermi dan rekannya,
membombardir larutan garam uranium dengan neutron termal seperti itu. Mereka
menemukan bahwa setelah dibombardir, sejumlah radionuklida baru muncul. Pada
tahun 1939, satu buah radionuklida yang dihasilkan dengan cara ini telah
teridentifikasi, dengan pengujian berulang, sebagai barium. Tapi bagaimana, Hahn
dan Stassman heran, unsur bermassa menengah tersebut (Z=92) dengan neutron?
Teka-teki tersebut terpecahkan beberapa minggu kemudian oleh Meitner dan
keponakannya Otto Frisch. Mereka mengusulkan mekanisme di mana sebuah inti
uranium, setelah menyerap neutron termal, menjadi terpisah, dengan melepaskan
energi, menjadi dua bagian yang sama, dan salah satunya mungkin barium. Frisch
menamakan proses tersebut sebagai Fisi.
Peran utama Meitner dalam penemuan fisi belum sepenuhnya diketahui sampai
riset sejarah baru-baru ini mengungkapkannya. Dia tidak mendapat bagian dalam
hadiah Nobel dalam bidang kimia yang dianugerahkan kepada Otto Hahn pada
tahun 1944. Namun, bagaimanapun juga, Hanh dan Meitner telah dihargai dengan
memberikan nama pada unsur, yaitu: hahnium (simbol Ha,Z=105) dan meitnerium
(simbol Mt,Z=109).
(Haliday dalam Fisika Dasar Jilid 7, 2010:194)

Reaksi fisi adalah reaksi pembelahan nuklida radioaktif menjadi nuklida-


nuklida dengan nomor atom mendekati stabil. Dalam peristiwa fisi 𝑈 235 tipikal,
sebuah inti 𝑈 235 menyerap sebuah neutron termal, menghasilkan sebuah inti
majemuk 𝑈 236 dalam keadaan sangat tereksitasi. Inti inilah, yang sebenarnya
mengalami fisi, membelah menjadi dua pecahan. Kedua pecahan tersebut di
antaranya keduanya dengan cepat memancarkan dua neutron menyisakan (dalam

3
kasus yang umum) 𝑋𝑒 140 (Z=54) dan 𝑆𝑟 94 (Z=38) sebagai pecahan fisi. Sehingga,
persamaan untuk fisi tersebut dapat dituliskan
𝑈 235 + n → 𝑈 236 → 𝑋𝑒 140 + 𝑆𝑟 94 + 2n
(Halliday dalam Fisika Dasar Edisi 7,2010:196)

Reaksi fisi dilakukan didalam suatu reaktor atom dengan cara menembaki
sasaran, yaitu atom atau unsur yang akan dibuat menjadi radioaktif dengan
memakai neutron. Secara umum reaksi fisi dapat dituliskan sebagai berikut:
X + n  𝑋1 + 𝑋2 … + (2-3) n + E
Notasi pada reaksi tersebut adalah :
X = inti sasaran yang merupakan unsur yang dapat membelah sehingga sering
disebut dengan bahan-bahan fisil atau secara popular disebut dengan bahan
bakar, karena dari reaksi inti tersebut akan dihasilkan energi (E).
n = neutron penembak yang semula hanya 1, setelah reaksi inti menjadi 2 atau 3
neutron baru
𝑋1,2 = radionuklida (unsur radioaktif) baru yang merupakan hasil dari reaksi
pembelahan
E = energi hasil reaksi fisi
(Wardhana dalam Konsep Fisika Modern, 1996:74)

Gambar 2.1. Sketsa reaksi berantai. Reaksi ini berlangsung dengan sendirinya jika
sekurang-kurangnya rata-rata sebuah neutron dari setiap fisi mengimbas fisi lainnya. Jika
rata-rata lebih dari satu neutron per fisi, reaksi dapat menimbulkan ledakan.
(Sumber : Beiser dalam Konsep Fisika Modern Edisi Ke Empat,1992:494)

4
Neutron yang digunakan untuk menembak agar terjadi reaksi fisi adalah neutron
yang mempunyai energi thermal (sekitar 0,025 eV), sedangkan neutron hasil fisi
yang jumlahnya antara 2-3 neutron akan mempunyai energi yang tinggi (sekitar 2
MeV)
Berdasarkan jumlah neutron yang dihasilkan pada reaksi fisi, dikenal 2 jenis
reaksi fisi. Kedua jenis reaksi fisi tersebut adalah:
a. Reaksi fisi terkendali, yaitu reaksi fisi yang jumlah neutron hasil reaksi fisi
terkendalikan sehingga tetap 1. Pada reaksi fisi terkendali ini jumlah neutron
sebelum dan sesudah reaksi tetap 1. Hal ini dapat dicapai dengan menyerap
kelebihan neutron. Reaksi fisi terkendali adalah reaksi yang pada umumnya
terjadi di dalam reaktor nuklir.
b. Reaksi fisi tak terkendali, yaitu reaksi yang jumlah neutron setelah
pembelahan tidak dikendalikan, sehingga neutron hasil pembelahan ada
kemungkinan akan menembak sasaran lain sehingga akan dihasilkan lebih
banyak lagi radionuklida baru, seperti halnya yang terjadi pada ledakan bom
atom. Akibat reaksi fisi tak terkendali adalah terjadinya reaksi berantai.
(Wardhana dalam Radioekologi, 1996:75)

Reaksi fisi membebaskan sekitar 200 MeV energi untuk setiap fisi. Nilai ini jauh
lebih besar daripada beberapa MeV yang dilepaskan dari reaksi eksotermis tertentu
dimana hasil-hasil akhirnya hanya membuat satu partikel yang massanya dapat
dibandingkan dengan nucleus target yang asli. Nilai 200 MeV ini dibagi menjadi :
a. 170 MeV adalah energi kinetic potongan fisi
b. 5 MeV adalah kombinasi energi kinetik neutron-neutron fisi
c. 15 MeV adalah energi 𝛽 − dan sinar γ
d. 10 MeV adalah energi neutrino yang dibebaskan dalam peluruhan 𝛽 −
dari potongan-potongan fisi.
(Gautreau dan Savin dalam Fisika Modern, 1995:176)

Ada beberapa bahan yang dapat bereaksi fisi (disebut juga bahan fisil). Bahan-
bahan tersebut terdapat di alam dan hasil reaksi fisinya menghasilkan banyak sekali
radionuklida baru dan bahan fisil baru. Bahan-bahan yang dapat bereaksi fisi

5
tersebut antara lain adalah U −233 ,U −235 , U −238 , Pu−239 . Adapun bahan U −235 dan
U −238 terdapat dialam sebagai bahan tambang, sedangkan U −233 dan Pu−239 tidak
terdapat dialam ini, tetapi diperoleh dari reaksi inti.
Bahan fisil U −233 diperoleh dari reaski inti berikkut ini :
232
90𝑇ℎ + 1
0𝑛  232
90𝑇ℎ + Gamma
232
90𝑇ℎ  233 0
91𝑃𝑎 + −1𝑒
233
91𝑃𝑎  233 0
92𝑈 + −1𝑒

(Wardhana dalam Radioekologi, 1996:77)

2.2. Reaksi Fusi Nuklir


Reaksi fusi adalah penggabungan secara paksa inti-inti kecil sehingga menjadi
inti yang lebih besar. Untuk dapat memaksa inti-inti kecil bergabung menjadi inti
yang lebih besar maka diperlukan modal awal berupa panas yang cukup besar untuk
memicu terjadinya reaksi fusi tersebut. Reaksi fusi akan menghasilkan energi
(panas) yang amat sangat tinggi, jauh lebih tinggi dari energi yang dihasilkan dari
reaksi fisi. Mengingat bahwa energi yang dihasilkan oleh reaksi fusi sangat tinggi
(panas), maka salah satu energi alternatif untuk masa depan adalah energi dari
reaksi fusi. Reaksi fusi saat ini masih dalam taraf pengembangan lebih lanjut untuk
mendapatkan kepastian keselamatan dalam penggunaannya.
(Wardhana dalam Radioekologi, 1996:79)

Pada tahun 1939 Hans Bethe (dan secara sendiri-sendiri, Carl Von Weizsacker)
mengusulkan bahwa pada bintang normal (urutan utama) terjadi reaksi berikut:
1
1H + 11H → 21H + 01𝑒 + + v
2
1H + 11H → 32He + ᵞ
3
2He + 32He → 42He + 2 11H
Dalam reaksi pertama dua proton dengan kecepatan tinggi berfusi membentuk
deuteron, dengan memancarkan satu positron dan satu neutrino yang membawa
pergi (sebagai energi kinetik) tambahan energi sebesar 0,415 MeV. Pada reaksi
kedua, deutron berenergi tinggi bergabung dengan proton berkecepatan tinggi
membentuk inti helium dengan massa 3 dan sinar gamma. Reaksi ketiga

6
melengkapi siklus dengan membentuk inti helium normal ( 42H𝑒) dan meregenerasi
dua proton. Ketiga reaksi tersebut bersifat eksotermik, tetapi diperlukan sampai
1.25 MeV untuk mengatasi hambatan berupa tolakan inti-inti yang bermuatan
positif. Hasil keseluruhan dari siklus ini ialah konversi inti hidrogen menjadi inti
helium, dan prosesnya dinamakan pembakaran hidrogen.
(Oxtoby dalam Prinsip-Prinsip Kimia Modern, 2001:475)

Contoh reaksi fusi adalah sebagai berikut :


P>>
2 3 4
1𝐻 + 1𝐻  2𝐻𝑒 + 10𝑛 + E >>>
T>>

Atau sering ditulis dengan :


P>>
2 3
𝐷 +𝑇  𝐻𝑒 4 + 𝑛1 + E >>>
T>>

P>> = Tekanan yang sangat tinggi, sehingga wadah untuk terjadinya reaksi fusi
(reaktor) harus kuat agar dapat menahan tekanan tinggi tersebut.
T>> = Suhu untuk memicu reaksi fusi sangat tinggi. Ordenya bisa lebih dari 10.000
derajat Celcius. Suhu setinggi ini dapat dibangkitkan dengan bantuan
teknologi laser.
E>> = Energi(panas) hasil reaksi fusi amat sangat tinggi. Ordenya dapat mencapai
jutaan derajat Celcius. Secara teoritis reaksi fusi dapat mengasilkan panas
seperti yang terjadi pada matahari.
(Wardhana dalam Radioekologi, 1996:79)

Reaksi-reaksi fusi biasanya terjadi pada suhu sekitar 100 juta derajat. Pada suhu
ini terdapat plasma dari inti dan elektron. Reaksi fusi yang terjadi pada suhu tinggi
ini disebut reaksi termonuklir. Energi yang dihasilkan pada reaksi fusi sangat besar.
Satu kg hidrogen yang mengalami reaksi fusi dapat menghasilkan energi yang
ekivalen dengan energi yang dihasilkan dari 200.000 ton batu bara.
(Achmad dalam Kimia Unsur dan Radiokimia, 2001:206)

7
Reaksi fusi yang berlangsung dengan sendirinya hanya dapat terjadi dalam
kondisi temperatur dan kerapatan yang ekstrim (tinggi). Temperatur tinggi
diperlukan untuk meyakinkan bahwa inti yang bereaksi memiliki energi cukup
untuk mengalahkan gaya tolak-menolak listrik dan saling mendakati cukup dekat
supaya persyaratan daur proton-proton atau daur multilangkah yang lain dipenuhi
oleh sejumlah massa yang cukup besar seperti terdapat dalam matahari, karena
waktu yang cukup panjang diperlukan antara fusi awal suatu proton dan
tergabungnya menjadi partikel alfa.
( Beiser dalam Konsep Fisika Modern, 1992:505)

2.3. Reaktor Nuklir


Reaktor atom atau sering juga disebut dengan reaktor nuklir adalah tempat
terjadinya reaksi inti yang menghasilkan radiasi buatan berupa zat radioaktif.
Reaksi inti, berdasarkan mekanisme reaksinya, ada 2 macam, yaitu:
a. Reaksi pembelahan inti (reaksi fisi)
b. Reaksi penggabungan inti (reaksi fusi)
Diantara kedua macam reaksi inti tersebut, reaksi fusi pada saat ini masih dalam
pengembangan sehingga belum banyak digunakan secara luas. Sedangkan untuk
reaksi fisi pada saat ini sudah dapat dikuasai dengan baik sehingga sudah banyak
digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan umat manusia.
(Wardhana dalam Radioekologi, 1996:74)

Salah satu energi yang sedang dikembangkan adalah energi yang dihasilkan dari
reaksi nuklir yaitu berupa reaktor nuklir. Ada dua jenis Reaktor nuklir yaitu reaktor
fusi dan fisi nuklir. Reaktor fusi nuklir merupakan salah satu sumber energi
alternatif masa depan yang menggunakan bahan bakar yang tersedia melimpah,
efisien, bersih dari polusi, tidak menimbulkan bahaya kebocoran radiasi dan tidak
menyebabkan sampah radioaktif seperti pada reaktor fisi nuklir. Sejauh ini reaktor
fusi nuklir masih belum dioperasikan secara komersial. Reaktor-reaktor ini
menggunakan reaksi nuklir yaitu reaksi fusi dan reaksi fisi inti. Reaksi fusi inti
(Nuclear Fussion) adalah reaksi penggabungan inti kecil menjadi inti yang lebih

8
besar, sedangkan reaksi fisi inti (Nuclear Fission) adalah proses dimana suatu inti
berat (nomor massa > 200) membelah diri membentuk inti-inti yang lebih kecil
dengan massa menengah dan satu atau lebih neutron
(Chang dalam Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Jilid 2, 2010:273)

2.3.1 Reaktor Fisi Nuklir

Pada reaktor nuklir, jumlah fisi per unit waktu dikontrol oleh penyerapan
kelebihan neutron, sehingga secara rata-rata satu neutron dari setiap fisi
menghasilkan fisi baru. Panas yang dibebaskan akan digunakan untuk membuat uap
guna menggerakkan turbin dan membangkitkan tenaga listrik. Jika reaksi tersebut
tidak terkontrol sehingga setiap fisi menghasilkan lebih dari satu neutron yang
mampu menghasilkan fisi selanjutnya, maka jumlah fisi akan naik secara geometris,
membuat seluruh energi sumber terlepas dalam interval waktu yang singkat, dan
menghasilkan bom nuklir.
(Gautreau dan Savin dalam Fisika Modern, 1995:176)

Keberhasilan membuat bahan fisil baru membawa manusia kepada pemikiran


untuk menciptakan suatu reaktor yang dapat membuat bahan fisil atau bahan bakar
baru. Reaktor jenis ini disebut dengan reaktor pembiak atau Breeder Reactor.
Reaktor jenis ini akan banyak berperan dalam menghasilkan energi guna mengatasi
kebutuhan energi dunia yang terus meningkat sementara cadangan sumber daya
alam sangat terbatas.
(Wardhana dalam Radioekologi, 1996:77)

Salah satu tipe senjata nuklir adalah bom fisi (tidak sama dengan bom fusi),
biasanya juga dikenal dengan nama lain bom atom adalah reaktor fisi yang didesain
untuk melepaskan sebanyak mungkin energi dalam waktu sesingkat mungkin,
energi yang terlepas ini akan menyebabkan reaktornya meledak dan akhirnya reaksi
rantainya berhenti. Reaksi fisi yang digunakan dalam pembuatan bom atom
berfungsi sebagai tenaga pemusnah massal yang dimanfaatkan sebagai alat untuk
menyerang dan pertahanan suatu negara. Bom nuklir didesain untuk mengeluarkan

9
semua energinya sekaligus, sedangkan reaktor nuklir didesain untuk menghasilkan
listrik terus menerus.
Menurut kegunaannya, reaktor nuklir dapat dibedakan menjadi tiga:
1. Reaktor Produksi Isotop
Reaktor produksi isotop yaitu reaktor yang menghasilkan radioisotop yang
banyak dipakai dalam bidang nuklir, kedokteran, biologi, industri, dan farmasi.
2. Reaktor Daya/Power
Reaktor daya yaitu reaktor yang dapat menghasilkan energi listrik. Reaktor daya
merupakan reaktor komersial yang menghasilkan energi listrik untuk dijual
misalnya PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir).
3. Reaktor Penelitian
Reaktor penelitian yaitu reaktor yang dipergunakan untuk penelitian di bidang
pertanian, peternakan, industri, kedokteran, sains, dan sebagainya.

Gambar 2.2. Bagian-bagian reaktor daya jenis PWR (Pressurized Water Reactor = Reaktor air
tekan). ( Sumber : Beiser dalam Konsep Fisika Modern, 1992:498)

Berikut ini beberapa komponen dasar reaktor.

10
a) Bahan bakar reaktor nuklir, merupakan bahan yang akan menyebabkan suatu
reaksi fisi berantai berlangsung sendiri, sebagai sumber energi nuklir. Isotop fisi
adalah uranium-235, uranium-233, plutonium-239. Uranium-235 terdapat di
alam (dengan perbandingan 1 : 40 pada uranium alam), dan yang lainnya harus
dihasilkan secara buatan.
b) Teras reaktor, di dalamnya terdapat elemen bahan bakar yang membungkus
bahan bakar.
c) Moderator, moderator adalah komponen reaktor yang berfungsi untuk
menurunkan energi neutron cepat (+ 2 MeV) menjadi komponen reaktor normal
(+ 0,02 - 0,04 eV) agar dapat bereaksi dengan bahan bakar nuklir. Selain itu,
moderator juga berfungsi sebagai pendingin primer. Persyaratan yang
diperlukan untuk bahan moderator yang baik adalah dapat menghilangkan
sebagian besar energi neutron cepat tersebut dalam setiap tumbukan dan
memiliki kemampuan yang kecil untuk menyerap neutron, serta memiliki
kemampuan yang besar untuk menghamburkan neutron. Bahan-bahan yang
digunakan sebagai moderator, antara lain: air ringan (H2O), grafit, air berat
(D2O),dan berilium.
d) Batang kendali, yaitu komponen reaktor yang berfungsi sebagai pengatur jumlah
neutron yang bereaksi dengan bahan bakar adalah. Dalam reaktor dikenal faktor
pengali (k), yaitu perbandingan jumlah neutron yang dihasilkan setiap siklus
dengan jumlah neutron pada awal siklus untuk:
Reaksi berantai berkelanjutan mandiri terjadi jika K=1 . dalam kondisi
tersebut, reaktor tersebut dikatan kritis. Ketika K < 1 , reaktornya dikatakan
subkritis dan rekasinya akan sirna. Ketika K > 1 , reaktornya dikatakan
superkritis dan akan terjadi reaksi berantai yang tak terkendali.K memiliki nilai
rata rata 2,5 dalam fisi uranium yang tak terkendali. Jika K melebihi nilai
tersebut, maka energi dalam yang dihasilkan dalam reaksi tersebut dapat
melelehkan reaktornya.
(Serway dalam Fisika Untuk Sains dan Teknik, 2010:561)

11
Bahan yang dipergunakan untuk batang kendali reaktor haruslah memiliki
kemampuan tinggi menyerap neutron. Bahan-bahan tersebut antara lain
kadmium (Cd), boron (B), atau haefnium (Hf ).
e) Perisai (shielding), berfungsi sebagai penahan radiasi hasil fisi bahan agar tidak
menyebar pada lingkungan.
f) Pemindah panas, berfungsi untuk memindahkan panas dari pendingin primer ke
pendingin sekunder dengan pompa pemindah panas.
g) Pendingin sekunder, dapat juga berfungsi sebagai generator uap (pembangkit
uap) yang selanjutnya dapat digunakan untuk menggerakkan generator listrik.

2.3.2. Reaktor Fusi Nuklir

Persyaratan yang harus dipenuhi oleh reaktor fusi yang sukses, pertama ialah
temperatur tinggi – 100 juta K atau lebih - sehingga inti bergerak cukup cepat untuk
datang berdekatan walaupun ada gaya tolak dari muatan listrik positif. Kedua ialah
kerapatan inti yang cukup tinggi untuk menjamin tumbukan agar sering terjadi.
Pendekatan yang paling awal dan yang sekarang masih dipakai dalam pengendalian
pelepasan energi fusi ialah dengan mengungkung plasma yang reaktif dalam medan
magnetik yang kuat.
( Beiser dalam Konsep Fisika Modern, 1992:508)

Berikut ini merupakan gambar reaktor fusi yang menggunakan prinsip


pengungkungan magnetik.

Gambar 2.3. Tokamak yang terletak di Universitas Princeton. (Sumber: Beiser dalam
Konsep Fisika Modern, 1992:510)

12
Torus besar Princeton merupakan suatu piranti yang dipakai dalam penelitian
energi termonuklir, berlandaskan perancangan Rusia yang disebut tokamak. Dalam
torus ini gas terionisasi yang sangat panas dalam kamar berbentuk donat
berdiameter 12 ft yang dijaga supaya jangan dekat dinding kamar oleh medan
magnetik kuat, karena jika menyentuh dinding, plasma akan mendingin dan
tercemar. Gas terionisasi dalam reaktor tokamak harus dipanaskan secara listrik
sampai 100 juta K supaya cukup banyak reaksi fusi yang terjadi untuk
menghasilkan energi keluaran yang cukup berharga.
( Beiser dalam Konsep Fisika Modern, 1992:510)

Prosedur yang sama sekali berbeda yang disebut dengan pengungkungan


innersial, memakai berkas berenergi tinggi yang dapat memanaskan dam
memampatkan palet deuterium-tritium yang kecil. Hasilnya ialah ledakan bom
hydrogen miniatur dan runtunan ledakan seperti ini dapat menimbulkan berkas arus
energi tunak. Jika sepuluh palet 0,1mg terbakar tiap detik, maka keluaran termal
rata-rata adalah sekitar 1GW dan dapat menghasilkan sekitar 200 MW daya listrik,
cukup untuk memenuhi keperluan kota berpenduduk 175.000 orang.
( Beiser dalam Konsep Fisika Modern, 1992:511-512)

13
BAB III
PENUTUP

2.4. Kesimpulan
Pada awal abad ke-20, sejumlah ilmuwan telah berhasil menemukan
radionuklida baru dengan melakukan percobaan melalui proses yang disebut fisi.
Kemudian, Hans Bethe dan Weinzeker mengusulkan bahwa terjadi reaksi fusi pada
bintang.
Reaksi fisi adalah reaksi pembelahan nuklida radioaktif menjadi nuklida-
nuklida dengan nomor atom mendekati stabil. Reaksi fisi dilakukan didalam suatu
reaktor atom dengan cara menembaki sasaran, yaitu atom atau unsur yang akan
dibuat menjadi radioaktif dengan memakai neutron. Secara umum reaksi fisi dapat
dituliskan sebagai berikut:
X + n  𝑋1 + 𝑋2 … + (2-3) n + E
Berdasarkan jumlah neutron yang dihasilkan pada reaksi fisi, dikenal 2 jenis
reaksi fisi. Kedua jenis reaksi fisi tersebut adalah:
1. Reaksi fisi terkendali, yaitu reaksi fisi yang jumlah neutron hasil reaksi fisi
terkendalikan sehingga tetap 1.
2. Reaksi fisi tak terkendali, yaitu reaksi yang jumlah neutron setelah
pembelahan tidak dikendalikan, sehingga neutron hasil pembelahan ada
kemungkinan akan menembak sasaran lain sehingga akan dihasilkan lebih
banyak lagi radionuklida baru,
Sedangkan reaksi fusi adalah penggabungan secara paksa inti-inti kecil sehingga
menjadi inti yang lebih besar. Reaksi fusi akan menghasilkan energi (panas) yang
amat sangat tinggi, jauh lebih tinggi dari energi yang dihasilkan dari reaksi fisi.
Reaksi fusi saat ini masih dalam taraf pengembangan lebih lanjut untuk
mendapatkan kepastian keselamatan dalam penggunaannya.
Pada tahun 1939 Hans Bethe (dan secara sendiri-sendiri, Carl Von Weizsacker)
mengusulkan bahwa pada bintang normal (urutan utama) terjadi reaksi berikut:
1
1H + 11H → 21H + 01𝑒 + + v
2
1H + 11H → 32He + ᵞ

14
3
2He + 32He → 42He + 2 11H
Reaksi-rekasi fusi biasanya terjadi pada suhu sekitar 100 juta derajat. Reaksi
fusi yang terjadi pada suhu tinggi ini disebut reaksi termonuklir. Reaksi fusi yang
berlangsung dengan sendirinya hanya dapat terjadi dalam kondisi temperatur dan
kerapatan yang ekstrim (tinggi).
Reaktor atom atau sering juga disebut dengan reaktor nuklir adalah tempat
terjadinya reaksi inti yang menghasilkan radiasi buatan berupa zat radioaktif.
Contoh reaktor fisi nuklir ialah reaktor air-tekan dan contoh reaktor fusi nuklir ialah
tokamak yang berada di Universitas Princenton.
Pada reaktor nuklir, jumlah fisi per unit waktu dikontrol oleh penyerapan
kelebihan neutron, sehingga secara rata-rata satu neutron dari setiap fisi
menghasilkan fisi baru. Keberhasilan membuat bahan fisil baru membawa manusia
kepada pemikiran untuk menciptakan suatu reaktor yang dapat membuat bahan fisil
atau bahan bakar baru. Reaktor jenis ini disebut dengan reaktor pembiak atau
Breeder Reactor.
Salah satu tipe senjata nuklir adalah bom fisi (tidak sama dengan bom fusi),
biasanya juga dikenal dengan nama lain bom atom. Reaksi fisi yang digunakan
dalam pembuatan bom atom berfungsi sebagai tenaga pemusnah massal yang
dimanfaatkan sebagai alat untuk menyerang dan pertahanan suatu negara.
Menurut kegunaannya, reaktor nuklir dapat dibedakan menjadi tiga:
1. Reaktor Produksi Isotop
2. Reaktor Daya/Power
3. Reaktor Penelitian

3.2 Saran
Sehubungan dengan materi nuklir, maka diharapkan kepada para pembaca agar
dapat memanfaatkan nuklir sebagai sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan
manusia, dan hendaknya selalu meningkatkan iman dan taqwa agar tidak
menyalahgunakan nuklir untuk kepentingan sendiri dan merugikan banyak pihak.

15

Anda mungkin juga menyukai