Anda di halaman 1dari 10

STRATEGI PERSAINGAN USAHA BERBASIS WARALABA

(FRANCHISE) MINUMAN TEH DI KAWASAN KOTA MALANG

ARTIKEL ILMIAH

Ditulis Untuk Memenuhi Tugas


Matakuliah Bahasa Indonesia
Yang Dibina Oleh Ibu Frida Siswiyanti, M.Pd.

Oleh:
Ita Mega Wijayanti
21701082114

UNIVERSITAS ISLAM MALANG


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PRODI AKUNTANSI
JULI 2018
STRATEGI PERSAINGAN USAHA BERBASIS WARALABA
(FRANCHISE) MINUMAN TEH DI KAWASAN KOTA MALANG

Oleh:
Ita Mega Wijayanti
Mahasiswa Jurusan Akuntansi Universitas Islam Malang
Jalan Mayjen Haryono No. 193, Malang

ABSTRAK

Usaha franchise merupakan sistem usaha yang unik dan terbilang sebagai
model usaha kompetitor. Usaha franchise minuman teh adalah salah satu usaha yang
paling menjanjikan dan selalu memiliki daya tarik tersendiri bagi banyak orang.
Berkembangnya usaha franchise ini merupakan salah satu strategi alternatif bagi
franchisee untuk mengembangkan usaha yang lebih murah dan cepat. Melihat hal
tersebut, tidak sedikit orang mulai menjajal usaha waralaba minuman teh. Begitu
banyak booth-booth penjaja minuman teh dengan berbagai inovasinya tersebar di
kawasan Kota Malang diantaranya minuman Teh Racek, Teh Gopek dan Thai Tea.
Dalam memperebutkan konsumen, pelaku usaha memiliki bentuk persaingan usaha
dan strategi persaingan usaha. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif
deskriptif. Kesimpulan dari penelitian ini ialah masih belum tercapainya strategi
persaingan usaha yang membuat usaha semakin diminati karena masih banyak
strategi-strategi persaingan yang belum ada dalam persaingan minuman teh yang
terjadi di kawasan Kota Malang khususnya di Food Court Mall Dinoyo City
(MDC).
Kata Kunci: Strategi Persaingan, Usaha, Minuman Teh, Waralaba (franchise)

Kondisi perekonomian di Indonesia yang semakin membaik menjadi salah


satu pendorong tumbuhnya berbagai macam produk baru yang dipasarkan dengan
sistem waralaba (franchise). Kondisi ini juga yang membuat segala bentuk
informasi franchise mulai dicari pemasarannya, karena pada dasarnya masyarakat
mulai tertarik untuk memasarkan produk-produknya dengan sistem franchise.
Dapat diketahui franchise belakangan ini merupakan metode dalam menjalankan
bisnis yang menjadi tren perkembangan bisnis. Investasi yang memberi
kemudahan bagi terwaralaba (franchisee) menjadikan waralaba sebagai bisnis
yang dipilih untuk memulai usaha.
Berdasarkan Peraturan Pemerintahan No. 42 Tahun 2007 tentang Bisnis
Waralaba, Waralaba adalah perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak untuk
memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau
penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan
berdasarkan persyaratan yang ditetapkan pihak lain tersebut, dalam rangka
penyediaan dan atau penjual barang dan atau jasa.
Franchise adalah suatu kerjasama manufaktur atau penjualan antara
pemilik franchise dan pembeli franchise atas dasar kontrak dan pembayaran
royalty. Kerjasama ini meliputi pemberian lisensi atau hak pakai oleh pemegang
franchise yang memiliki nama atau merek, gagasan, proses, formula, atau alat
khusus ciptaannya kepada pihak pembeli franchise disertai dukungan teknis dalam
bentuk manajemen, pelatihan, promosi, dan sebagainya. Untuk itu, pembeli
franchise membayar hak pakai tersebut disertai royalty, yang pada umumnya
merupakan presentase dari jumlah penjualan (Syahmin, 2006: 207-208).
Usaha franchise merupakan sistem usaha yang unik dan terbilang sebagai
model usaha yang kompetitor. Tanpa kita sadari di sekeliling kita ternyata sudah
banyak wirausahawan yang berhasil menjalankan bisnis ini. Baik yang levelnya
berskala internasional karena mengadopsi dari jenis usaha asing seperti KFC,
Pizza Hut dan McDonalds ataupun yang berskala nasional seperti depot es teller
77, depot ayam bakar yang sudah melegenda, serta jenis waralaba baru seperti
indomaret dan alfamart (Sarosa, 2004:04). Bila ditinjau dari segi hukum positif,
semua jenis waralaba diatas tentu tidak akan bermasalah bila mana berbisnis
mempergunakan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan secara baku didalam
peraturan—peraturan tentang waralaba serta ketentuan-ketentuan lain yang
mendukung kepastian hukum dalam format berbasis franchise.
Berkembangnya usaha franchise ini merupakan salah satu strategi
alternatif bagi franchisee untuk mengembangkan usaha yang lebih murah dan
cepat. Maraknya persaingan usaha berbasis franchise memacu para pemegang
lisensi suatu brand untuk memberikan produk inovasi yang berbeda. Cukup
dengan modal yang terjangkau dan tentunya memberikan keuntungan yang besar
menjadi daya tarik tersendiri.
Usaha franchise minuman teh adalah salah satu usaha yang paling
menjanjikan dan selalu memiliki daya tarik tersendiri bagi banyak orang. Berbagai
macam merek teh tentu bukan pemandangan baru lagi bagi sebagian besar
masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Saat ini tidak sedikit jumlah
franchisor yang tertarik mengangkat minuman teh menjadi sebuah penawaran
franchise yang cukup menjanjikan. Besarnya minat pasar dan murahnya modal
yang dibutuhkan membuat peluang usaha franchise teh menjadi alternatif tepat
bagi para pencari usaha yang memiliki modal terbatas.
Berdasarkan uraian tersebut penulis dapat menentukan rumusan masalah
sebagai berikut: (1) Bagaimana bentuk persaingan usaha berbasis waralaba
(franchise) minuman teh di kawasan Kota Malang? (2) Bagaimana strategi
persaingan usaha berbasis waralaba (franchise) minuman teh di kawasan Kota
Malang?
Manfaat teoritis dari penelitian ini, diharapkan menjadi sebuah bahan
perbandingan bagi penulisan selanjutnya dan menjadi ilmu pengetahuan,
khususnya yang menyangkut strategi dalam menghadapi persaingan usaha
berbasis franchise. Sedangkan manfaat praktis dari penelitian ini, diharapkan
mampu memberikan sumbangan berupa masukan informasi bagi para pembaca
khususnya kepada para franchistor dan mahasiswa.

METODE PENELITIAN
Pendekatan Penelitian
Penelitian yang berjudul “Strategi Persaingan Usaha Berbasis Waralaba
(Franchise) Minuman Teh Di Kawasan Kota Malang” ini menggunakan
pendekatan kualitatif deskriptif. Bogdan dan Tailor (dalam Moeleong, 2002:112)
menjelaskan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan. Pendekatan kualitatif memiliki
karakteristik bersikap deskriptif. Data yang dikumpukan diperoleh langsung dari
sumbernya (peneliti menjadi bagian dari instrumen). Penelitian ini menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan yang diperoleh melalui
kegiatan wawancara terkait permasalahan mengenai bentuk persaingan usaha, dan
strategi persaingan usaha berbasis waralaba (franchise) minuman teh di kawasan
Kota Malang.

Fokus Penelitian
Fokus dalam penelitian ini meliputi, (1) bentuk persaingan usaha berbasis
waralaba (franchise) minuman teh di kawasan Kota Malang, (2) strategi
persaingan usaha berbasis waralaba (franchise) minuman teh di kawasan Kota
Malang

Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat peneliti memperoleh data penelitian.
Penelitian ini berlokasi di Food Court Mall Dinoyo City. Alasan pemilihan lokasi
ini dikarenakan lebih dekat dengan tempat tinggal, mudah dijangkau dan
ekonomis.

Teknik Pengumpulan Data


Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui teknik wawancara.
Soegiono (1993:18) wawancara merupakan proses tanya-jawab lisan antara dua
orang atau lebih bertatap muka secara fisik untuk mengetahui tanggapan,
pendapat, dan motivasi seseorang terhadap objek. Wawancara dapat dilakukan
secara terstruktur maupun tidak terstruktur. Dalam penelitian ini, peneliti akan
melakukan wawancara secara terstruktur dengan cara memberikan pertanyaan
kepada narasumber guna mendapatkan informasi yang diinginkan. Penelitian akan
menggunakan instrumen berupa panduan wawancara sebagai berikut:
No. Pertanyaan Jawaban
Bagaimana upaya memberikan
1 pelayanan terbaik kepada setiap
pelanggan?
Bagaimana upaya memajukan
bisnis minuman teh (merek teh)
2
dengan banyaknya para penjual teh
lainnya?
Apa yang menjadi ciri khas dari teh
3
(merek teh) dengan teh lainnya?
Apa usaha Anda untuk
menumbuhkembangkan usaha teh
4
(merek teh) ini ditengah-tengah
banyaknya teh lainnya?
Apakah dari teh yang Anda jual
5 memberikan manfaat kesehatan
bagi pelanggan atau hanya sekadar
teh biasa yang diberikan varian rasa
untuk menarik para pelanggan?
Bagaimana metode promosi yang
6 dilakukan agar para pelanggan
tertarik untuk membeli?
Apa alasan Anda memilih lokasi
7 penjualan di food court Mall
Dinoyo City ini?
Selama Anda berjualan di food
court MDC, bentuk persaingan apa
yang telah terjadi? Apakah ada iri
8
diantara satu sama lain hingga
menggunakan cara yang tidak
sehat? Apa bersaing dengan sportif?
Apa yang telah Anda lakukan
9 selama ini ketika Anda harus
bersaing dengan penjual lainnya?

PEMBAHASAN
Bentuk Persaingan Usaha Berbasis Waralaba (Franchise) Minuman Teh Di
Kawasan Kota Malang
Waralaba adalah terjemahan dari kata franchise dimana menurut Peraturan
Pemerintah RI No. 16 Tahun 1997, pengertian waralaba adalah suatu bentuk kerja
sama dimana pemberi waralaba memberikan izin kepada penerima waralaba untuk
hak intelektualnya, seperti nama, merek dagang produk dan jasa, dan sistem
operasi usahanya. Berkembangnya bisnis waralaba menjadi minat seseorang untuk
memulai usaha dengan modal usaha yang relatif rendah. Di Kota Malang, bisnis
waralaba mulai berkembang seperti bisnis waralaba minuman teh. Minuman teh
menjadi minuman yang kerap dikonsumsi oleh berbagai kalangan. Rasanya yang
nikmat pun dapat diterima oleh lidah semua orang. Apalagi teh dipercaya
memiliki kandungan yang baik bagi tubuh manusia. Tidak heran, usaha minuman
teh kini mulai menjamur.
Melihat hal tersebut, tidak sedikit orang mulai menjajal bisnis waralaba
minuman teh. Begitu banyak booth-booth penjaja minuman teh dengan berbagai
inovasinya tersebar di kawasan Kota Malang. Ada pun merek-merek minuman teh
di Kota Malang yang saat ini sedang berkembang yaitu Teh Racek, Teh Gopek,
dan Teh khas Thailand atau yang lebih dikenal dengan sebutan Thai Tea.
Berdasarkan tingkatan persaingan pasar, bentuk persaingan dapat digolongkan
menjadi empat tingkatan, yaitu:
1. Persaingan bentuk produk (product form competition)
Persaingan bentuk produk merupakan pandangan yang paling sempit,
mengejar segmen pasar yang sama, dan fitur-fitur mereka juga memiliki
kesamaan (Sari, 2017:136). Implikasinya adalah perusahaan harus
meyakinkan pelanggan bahwa merek perusahaan lebih baik daripada merek
yang lain dengan bentuk produk.
2. Persaingan kategori produk (product category competition)
Persaingan kategori produk merupakan tingkatan kedua dari persaingan.
Persaingan ini didasarkan pada produk atau dengan fitur-fitur yang sama.
Kategori produk disebut juga industri (Sari, 2017:136). Implikasinya adalah
perusahaan harus meyakinkan pelanggan bahwa bentuk produknya
merupakan yang terbaik dalam kategorinya.
3. Persaingan generik (generic competition)
Persaingan generik merupakan tingkatan ketiga dari persaingan. Persaingan
ini berfokus pada produk substitusi. Pasar didefinisikan sebagai produk atau
jasa yang memenuhi kebutuhan pelanggan yang sama (Sari, 2017:136).
Implikasinya adalah perusahaan harus meyakini pelanggan bahwa kategori
produknya adalah yang terbaik dan memuaskan kebutuhan.
4. Persaingan anggaran (Budget competition)
Persaingan anggaran merupakan tingkatan persaingan yang paling luas.
Persaingan ini melibatkan semua produk dan jasa yang bersaing untuk
memperebutkan uang dari pelanggan yang sama (Sari, 2017:136).
Implikasinya adalah perusahaan harus meyakinkan pelanggan bahwa manfaat
dari produk generik ini merupakan cara yang paling sesuai untuk
menggunakan anggaran yang ada.

Strategi Persaingan Usaha Berbasis Waralaba (Franchise) Minuman Teh Di


Kawasan Kota Malang
Chandler (dalam Rangkuti, 2006:3), Strategi merupakan alat untuk
mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang,
program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya. Dalam hal ini strategi
adalah pilihan untuk melakukan aktivitas yang berbeda atau untuk melaksanakan
aktivitas dengan cara berbeda dari pesaingnya.
Tingginya tingkat persaingan usaha waralaba (franchise) minuman,
khususnya minuman teh dalam kemasan yang semakin beragam akan
mempengaruhi tingkat keputusan pembelian konsumen. Macam-macam rasa dan
merek minuman dalam kemasan bermunculan dan terus bersaing sesuai dengan
pasarnya masing-masing dan konsumen akan dihadapkan dengan berbagai variasi
yang berbeda. Strategi persaingan yang dilakukan penjual waralaba (franchise)
minuman Teh Gopek, Teh Racek, dan Thai Tea lebih mengarah pada varian rasa
masing—masing teh dan model kemasannya.
Bisnis minuman teh ini termasuk bisnis yang memerlukan pendekatan
langsung terhadap konsumen, baik itu untuk menjelaskan manfaat dari minuman
teh yang dikonsumsi maupun mengajak konsumen untuk bergabung ke bisnis
waralaba (franchise) yang ditawarkan. Dengan berbagai macam rasa dan kemasan
yang berbeda serta keunggulan masing-masing produk yang ditawarkan kepada
konsumen dalam rangka memenangkan persaingan. Tidak terkecuali pada
minuman Teh Racek sebagai pelopor minuman teh dalam kemasan berusaha
untuk melakukan inovasi produk agar konsumen tidak lari kepada merek yang
lain. Variasi produk yang dilakukan minuman Teh Racek diantaranya dengan
menambah rasa yang baru dan berbeda yaitu rasa buah-buahan, coklat, dan
capucino dengan tujuan menarik konsumen agar tetap setia terhadap Teh Racek
yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan keputusan pembelian.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Kotler
(2000:183) bahwa dalam keputusan pembelian konsumen ada beberapa hal yang
mempengaruhinya diantaranya faktor yang ditimbulkan dari rangsangan
pemasaran. Rangsangan pemasaran terdiri dari 4 P, yaitu: product, price, place,
promotion. Variasi produk berada pada rangsangan pemasaran yang bersumber
dari produk.
Hal itu diperkuat oleh pendapat menurut Kotler dan Amstrong (2006:234)
bahwa unsur produk yang dimiliki oleh suatu produk akan mempengaruhi
keputusan pembelian konsumen terhadap suatu produk. Unsur produk tersebut
adalah:
1. Keanekaragaman (Product variety)
2. Kualitas produk (Quality)
3. Rancangan produk (Design)
4. Ciri-ciri produk (Features)
5. Merek produk (Brand name)
6. Kemasan produk (Packaging)
7. Tingkat pelayanan (Service)
8. Ukuran produk (Size)

PENUTUP
Simpulan
Dari pembahasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa bisnis waralaba
(franchise) minuman teh di kawasan Kota Malang menjadi minat seseorang untuk
memulai usaha dengan modal usaha yang relatif rendah. Dalam memperebutkan
konsumen, pelaku usaha memiliki bentuk persaingan usaha dan strategi
persaingan usaha. Bentuk persaingan usaha memiliki empat tingkatan, yaitu
persaingan bentuk produk, persaingan kategori produk, persaingan generik, dan
persaingan anggaran. Sedangkan strategi persaingan yang dilakukan diantaranya
dengan memberikan berbagai macam rasa yang berbeda yaitu rasa buah-buahan,
coklat, dan capucino serta kemasan yang terdiri dari bentuk, warna, gambar, label
yang berpengaruh positif dengan tujuan menarik konsumen.

Saran
Berdasarkan hasil penelitian, terkait dengan penelitian yang dilakukan
serta arah penelitian yang akan datang, maka peneliti memberikan saran sebagai
berikut:
1. Bagi pelaku usaha
a. Untuk strategi harga sebaiknya lebih disesuaikan dengan pelaku usaha
lainnya agar konsumen juga tertarik untuk membeli produk yang dinilai
memiliki harga sesuai budget yang dimilikinya.
b. Untuk strategi promosi sebaiknya pelaku usaha lebih banyak
menyebarkan brosur produk minuman teh secara langsung ke konsumen
sehingga konsumen mengetahui akan produk minuman teh yang dijual.
2. Bagi peneliti lain
Bagi penelitian jika ingin mengkaji, sebaiknya dilakukan lebih mendalam lagi
tentang strategi persaingan usaha berbasis waralaba (franchise), dan
melakukan wawancara lebih mendalam dan lebih lama waktunya sehingga
bisa memberikan kotribusi lebih terhadap segala aspek tentang strategi
persaingan usaha berbasis waralaba (franchise).

DAFTAR RUJUKAN
Kotler, Philip. 2000. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Indeks Kelompok
Gramedia.

Peraturan Pemerintah. 1997. Undang-Undang Republik Indonesia No. 16 Tahun


1997 tentang Waralaba, (Online),
(http://www.hukumonline.com/pusatdata/download/fl28781/node/19567),
diakses 15 Juli 2018.

Peraturan Pemerintah. 2007. Undang-Undang Republik Indonesia No. 42 Tahun


2007 tentang Waralaba, (Online),
(http://www.hukumonline.com/pusatdata/download/fl28781/node/19567),
diakses 15 Juli 2018.

Rangkuti, Freddy. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.

Sari, Christina Ariadne Sekar. 2017. Teknik Mengelola Produk dan Merek.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sarosa, Pietra. 2004. Mewaralabakan Usaha Anda. Jakarta: Elex Media


Komputindo.

Suyanto, M. 2007. Marketing Strategy Top Brand Indonesia. Yogyakarta: Andi.

Syahmin, AK. 2006. Hukum Kontrak Internasional. Jakarta: Raja Grafindo


Persada.

Anda mungkin juga menyukai