Anda di halaman 1dari 17

3.

Pemrosesan Transaksi, Gambaran Sistem Aplikasi, Arsitektur

Ruang Lingkup Modul Pembayaran

Modul Pembayaran memiliki ruang lingkup sebagai berikut:

a. Pencatatan SPP (Surat Perintah Pembayaran)

Pencatatan SPP dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut:

1) Operator menerima tagihan berupa:

Perhitungan kebutuhan besaran UP/TUP/UPKP yang telah disetujui oleh


KPPN;

Daftar Rincian Permintaan Pembayaran (DRPP) dari bendahara pengeluaran;

BAKP/BAPP/BAST/dokumen lainnya yang dipersamakan dari PPK;

Daftar gaji/honor/lembur/ dari PPABP;

Dokumen pendukung lain sesuai ketentuan.

2) Operator merekam tagihan sesuai dengan dokumen tagihan;

3) Operator mencetak SPP;

4) Operator menyampaikan SPP berikut dokumen tagihan kepada Validator;


5) Validator memeriksa dan meneliti kesesuaian antara data rekaman dengan hardcopy
SPP dan dokumen pendukung;

6) Validator melakukan validasi SPP secara sistem dan menandatangani SPP jika data
rekaman sesuai dengan hardcopy SPP;

7) Validator mengembalikan SPP berikut dokumen tagihan kepada Operator untuk


diperbaiki / dihapus dalam hal :

Data rekaman tidak sesuai dengan hardcopy SPP; atau

Data rekaman tidak berhasil di validasi.

8) Validator memerintahkan Operator untuk menatausahakan dokumen tagihan setelah


data rekaman dilakukan validasi dan menyampaikan SPP berikut dokumen tagihan
kepada Approver.

b. Penerbitan SPM (Surat Perintah Membayar)

Penerbitan SPM dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut:

1) Berdasarkan SPP yang dilampiri dokumen pendukung yang disampaikan oleh


Validator, maka Operator:

Mencetak SPM;

Mengunggah dokumen pendukung apabila diperlukan;

Menyampaikan SPM berikut dokumen pendukung kepada Approver.

2) Approver menerima dan memeriksa SPM berikut dokumen pendukung sesuai dengan
ketentuan;

3) Approver meneliti kesesuaian antara data rekaman dengan hardcopy SPM;

4) Approver melakukan persetujuan, menandatangani SPM, dan membuat ADK SPM


jika data rekaman sesuai dengan hardcopy SPM;

5) ADK SPM akan terkirim ke KPPN secara otomatis;


6) Dalam hal data rekaman tidak sesuai dengan hardcopy SPM, Approver
mengembalikan SPM berikut dokumen pendukung kepada Validator untuk
diperbaiki/dihapus;

7) Approver memerintahkan Operator untuk menatausahakan dokumen pendukun;

8) SPM beserta data pendukungnya dapat disampaikan ke KPPN secara elektronik;

9) Penyampaian SPM beserta data pendukungnya dapat disampaikan ke KPPN secara


elektronik.

c. Pencatatan SP2D (Surat Perintah Pencairan Dana)

Dalam hal SPM telah diterbitkan SP2D oleh KPPN, satker melakukan pencatatan
SP2D. Pencatatan SP2D dilakukan melalui unggah data nomor

SP2D secara otomatis dari Database SPAN (Sistem Perbendaharaan dan Anggaran
Negara).

d. Pembuatan SPBy (Surat Perintah Bayar)

SPBy atau Surat Perintah Bayar adalah bukti perintah dari PPK kepada Bendahara
Pengeluaran/BPP untuk mengeluarkan uang persediaan yang dikelola oleh
Bendahara Pengeluaran/BPP sebagai pembayaran kepada pihak yang dituju. SPBy
ini merupakan dokumen dasar untuk pengeluaran kuitansi oleh Bendahara. SPBy
dibuat melalui modul pembayaran oleh Operator, kemudian divalidasi oleh PPK.

e. Pencatatan RPD (Rencana Penarikan Dana) Harian

1) Pencatatan RPD dilakukan terhadap SPM yang masuk dalam klasifikasi transaksi
besar mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 197/PMK.05/2017 tentang
Rencana Penarikan Dana, Rencana Penerimaan Dana dan Perencanaan Kas wajib
memiliki Rencana Penarikan Dana (RPD) Harian.

2) Pencatatan RPD Harian dilakukan dengan ketentuan:

Operator merekam RPD Harian tingkat satker;

Validator melakukan verifikasi perekaman RPD Harian;

Validator menyetujui RPD Harian jika hasil verifikasi telah sesuai.


f. Monitoring SPP (Surat Perintah Pembayaran)

Monitoring SPP berfungsi untuk memonitoring data SPP beserta statusnya.

g. Monitoring Pengiriman ADK (Arsip Data Komputer) SPM (Surat Perintah


Membayar)

Monitoring Pengiriman ADK SPM berfungsi untuk memonitoring proses pengiriman


ADK SPM beserta statusnya.
h. Koreksi Belanja dan Penyesuaian Pagu DIPA (Daftar Pelaksanaan Isian
Anggaran).

Koreksi data transaksi pengeluaran dilakukan terhadap:

1) Bagan Akun Standar (BAS);

2) Pembebanan Rekening Khusus; dan

3) Deskripsi/Uraian pengeluaran.

Koreksi data transaksi pengeluaran dilakukan berdasarkan Surat Permintaan


Koreksi oleh Satker kepada KPPN. Sementara untuk penerbitan SPM Koreksi data
transaksi pengeluaran dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut:

1) Operator menerima dokumen pendukung dalam rangka koreksi data transaksi


pengeluaran sesuai ketentuan;

2) Operator memilih transaksi yang akan dilakukan koreksi dan mengubah data sesuai
dokumen pendukung;

3) Operator mencetak SPP Koreksi sesuai format SPP yang dikoreksi;

4) Operator menyampaikan SPP koreksi berikut dokumen pendukung kepada Approver;

5) Validator memeriksa SPP Koreksi dan dokumen pendukung kepada sesuai dengan
ketentuan yang berlaku;

6) Validator meneliti kesesuaian data rekaman dengan hardcopy SPP Koreksi;

7) Validator melakukan validasi secara sistem jika dokumen pendukung sesuai dengan
ketentuan yang berlaku dan data sesuai dengan hardcopy SPP Koreksi;

8) Validator mengembalikan SPP Koreksi berikut dokumen pendukung kepada


Operator untuk diperbaiki/dihapus, dalam hal:

Dokumen pendukung tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku; dan/atau

Data rekaman tidak sesuai dengan hardcopy SPP Koreksi; atau

Data rekaman tidak berhasil divalidasi.


9) Validator menandatangani SPP Koreksi dan menyampaikan SPP Koreksi berikut
dokumen pendukung kepada Operator;

10) Operator mencetak SPM Koreksi sesuai format SPM yang dikoreksi;

11) Operator menyampaikan SPM Koreksi berikut dokumen pendukung kepada


Approver;

12) Approver melakukan validasi secara sistem dan menandatangani SPM Koreksi;

13) Approver membuat ADK Koreksi dan menandatangani SPM Koreksi, serta
memerintahkan Operator untuk menatausahakan dokumen pendukung;

14) SPM Koreksi disampaikan ke KPPN sesuai ketentuan.

Untuk penyesuaian sisa pagu DIPA pada SAKTI dilakukan dengan penerbitan
SPM Pengembalian Belanja dengan mekanisme sebagai berikut:

1) Operator merekam Surat Perintah Pengesahan Pengembalian Belanja (SPP PB)


sesuai dengan dokumen pendukung berupa Surat Pemberitahuan atas Pelaksanaan
Penyesuaian Sisa Pagu DIPA dari KPPN;

2) Operator mencetak SPP PB

3) Operator menyampaikan SPP PB berikut dokumen pendukung kepada Validator;

4) Validator meneliti kesesuaian data rekaman dengan hardcopy SPP PB;

5) Validator melakukan validasi secara sistem jika data rekaman sesuai dengan

hardcopy SPP PB;

6) Validator mengembalikan SPP PB berikut dokumen pendukung kepada

Operator untuk diperbaiki/dihapus, dalam hal:

Data rekaman tidak sesuai dengan hardcopy SPP PB; atau

Data rekaman tidak berhasil divalidasi.

7) Validator menandatangani SPP PB dan memerintahkan Operator untuk

menatausahakan dokumen pendukung.


Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan APBN

1. Mekanisme Pembayaran dengan LS

Penerima hak mengajukan tagihan kepada negara atas komitmen berdasarkan


bukti-bukti yang sah untuk memperoleh pembayaran. Pelaksanaan pembayaran tagihan
sebagaimana dimaksud di atas dilakukan dengan pembayaran langsung (LS) kepada
penyedia barang/jasa atau Bendahara Pengeluaran/pihak lainnya. Dalam hal
pembayaran LS tidak dapat dilakukan, pembayaran tagihan kepada penerima hak
dilakukan dengan uang persediaan (UP). Pembayaran LS sebagaimana dimaksud
ditujukan kepada: a) Penyedia barang/jasa atas dasar perjanjian/kontrak; b) Bendahara
Pengeluaran/pihak lainnya untuk keperluan belanja pegawai non gaji induk,
pembayaran honorarium, dan perjalanan dinas atas dasar surat keputusan. Pembayaran
tagihan sebagaimana yang dimaksud diatas dilaksanakan berdasarkan bukti-bukti yang
sah. Dalam hal telah memenuhi persyaratan, PPK mengesahkan dokumen tagihan dan
menerbitkan SPP. Penerbitan SPP-LS untuk pembayaran belanja pegawai dilakukan
terhadap:

 Pembayaran gaji induk;

 Pembayaran gaji susulan;

 Pembayaran kekurangan gaji;

 Pembayaran uang duka wafat/tewas;

 Pembayaran terusan penghasilan gaji;

 Pembayaran uang muka gaji;

 Pembayaran uang lembur;

 Pembayaran uang makan;

 Pembayaran honorarium tetap/vakasi.

2. Mekanisme Pembayaran dengan Uang Persediaan/Tambahan Uang


Persediaan UP digunakan untuk keperluan membiayai kegiatan operasional sehari-hari
Satker dan membiayai pengeluaran yang tidak dapat dilakukan melalui mekanisme
Pembayaran LS. UP merupakan uang muka kerja dari Kuasa BUN kepada Bendahara
Pengeluaran yang dapat dimintakan penggantiannya (revolving). Pembayaran dengan
UP yang dapat dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran/BPP kepada 1 (satu) penerima/
penyedia barang/ jasa paling banyak sebesar Rp50.000.000 (lima puluh juta rupiah)
kecuali untuk pembayaran honorarium dan perjalanan dinas dan/atau setelah mendapat
persetujuan Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan. UP dapat
diberikan untuk pengeluaran-pengeluaran belanja barang, belanja modal, dan belanja
lainlain. UP yang diajukan dapat berupa:

 UP tunai, yaitu UP yang diberikan dalam bentuk uang tunai diberikan kepada
Bendahara Pengeluaran/BPP melalui rekening BPP yang sumber dananya berasal dari
rupiah murni. Besaran UP tunai sebesar 60% (enam puluh persen) dari besaran UP.

 UP kartu kredit pemerintah, yaitu uang muka kerja yang diberikan dalam
bentuk batasan belanja (limit) kredit kepada BPP yang penggunaannya dilakukan
dengan kartu kredit pemerintah untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari
Satker atau membiayai pengeluaran yang menurut sifat dan tujuannya tidak mungkin
dilakukan melalui mekanisme pembayaran LS dengan UP Tunai. Besaran UP kartu
kredit pemerintah sebesar 40% (empat puluh persen) dari besaran UP. KPA mengajukan
UP kepada KPPN sebesar kebutuhan operasional Satker dalam 1 (satu) bulan yang
direncanakan melalui UP. Pemberian UP diberikan paling banyak:  Rp 100.000.000
(seratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang bisa dibayarkan melalui UP sampai
dengan Rp 2.400.000.000 (dua miliar empat ratus juta rupiah);  Rp 200.000.000 (dua
ratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang bisa dibayarkan melalui UP di atas
Rp2.400.000.000 (dua miliar empat ratus juta rupiah) sampa1 dengan Rp 6.000.000.000
(enam miliar rupiah); atau  Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah) untuk pagu jenis
belanja yang bisa dibayarkan melalui UP di atas Rp6.000. 000.000 (enam miliar
rupiah). KPA dapat mengajukan TUP kepada Kelapa KPPN dalam hal sisa UP pada
BPP tidak cukup tersedia untuk mebiayai kegiatan yang sifatnya mendesak/tidak dapat
ditunda. Syarat penggunaan TUP:  Digunakan dan dipertanggungjawabkan paling
lama 1 (satu) bulan sejak tanggal SP2D diterbitkan; dan  Tidak digunakan untuk
kegiatan yang harus dilaksanakan dengan pembayaran LS.
TUP harus dipertanggungjawabkan dalam waktu 1 (satu) bulan dan dapat
dilakukan secara bertahap. Dalam hal selama 1 (satu) bulan sejak SP2D TUP diterbitkan
belum dilakukan pengesahan dan pertanggungjawaban TUP, Kepala KPPN
menyampaikan surat teguran kepada KPA. dan apabila TUP memiliki sisa yang tidak
habis digunakan, maka harus disetorkan ke Kas Negara paling lambat 2 (dua) hari kerja
setelah batas waktu berakhir.

Berikut penjelasan Proses Bisnis Pembayaran pada saat implementasi SPAN

secara penuh:

1) Satker mendaftarkan penerima pembayaran ke KPPN. Khusus untuk belanja


yang mempergunakan kontrak, data kontrak tersebut wajib daftarkan ke KPPN.

2) Atas pendaftaran penerima pembayaran, KPPN memberikan Nomor Register


Suplier (NRS). Untuk kontrak, KPPN memberikan Nomor Register Kontrak (NRK).

3) Data NRS dan NRK yang diperoleh satker tersebut kemudian dipergunakan
oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) sebagi salah satu input (masukan) dalam
pembuatan Resume Tagihan (RT). Resume Tagihan adalah data SPP yang dikirimkan
ke KPPN untuk dicatatkan dalam SPAN. Proses ini digunakan dalam SPAN sebagai
penerapan akuntansi akrual, dimana tagihan yang dikirimkan dicatatkan atau diakui
sebagai hutang (liability). RT yang telah dilengkapi dengan data NRS dan atau NRK
(khusus untuk kontrak), kemudian disampaikan ke KPPN. Dalam RT tersebut, Satker
juga wajib mencantumkan waktu jatuh tempo tagihan (payment term).

4) Berdasarkan Resume Tagihan dari Satker, KPPN melakukan pengujian


kebenaran keabsahan tagihan dan memberikan Nomor Tagihan (NT). NT tersebut
selanjutnya dipergunakan sebagai input (masukan) dalam pembuatan Surat Perintah
Membayar (SPM) oleh PP-SPM.

5) Satker menyampaikan menyampaikan SPM ke KPPN. Penyampaian SPM


Tersebut wajib dilakukan sebelum waktu jatuh tempo tagihan. Jatuh tempo tagihan
ditetapkan oleh Satker. Jatuh tempo tagihan merupakan norma waktu yang bersifat
spesifik dan terukur yang menyertakan informasi kapan suatu tagihan harus dibayar ke
KPPN. Jatuh tempo tagihan tersebut merupakan informasi yang dipergunakan oleh
BUN dalam penyusunan perencanaan kas jangka pendek sekaligus berfungsi sebagai
norma waktu kapan suatu permintaan pembayaran (SPM) harus disampaikan ke KPPN.
Jatuh tempo tagihan juga dilengkapi dengan mekanisme pembatalan otomatis oleh
sistem. Jika penyampaian permintaan pembayaran oleh Satker ke KPPN melampaui
norma waktu yang ditetapkan maka sistem secara otomatis akan membatalkan tagihan
tersebut.

6) KPPN menerima dan melakukan pengujian secara sistem, data SPM dengan
datanResume Tagihan dengan mempergunakan NT yang tertera pada SPM.

7) Atas SPM yang lolos pengujian, KPPN menerbitkan Surat Persetujuan


Pembayaran

Tagihan (SPPT) pada hari yang sama atau satu hari setelah penyampaian SPM
ke KPPN. Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) oleh KPPN dilakukan pada
saat tagihan jatuh tempo.

Untuk mendukung penerapan SPAN, modul manajemen pembayaran dilengkapi dengan


fitur auto respon. Fitur auto respon tersebut berupa notifikasi dan dokumen elektronik
dikirimkan kepada Satker melalui e-mail. Notifikasi dan dokumen elektorinik hanya
dapat dikirimkan jika data tagihan yang dikirimkan ke KPPN dilengkapi dengan alamat
email. Notifikasi akan dikirimkan secara otomatis oleh server SPAN kepada email
Satker saat:

1) Pembatalan tagihan yang gagal melalui proses pengujian/validasi

2) Pembatalan tagihan otomatis oleh sistem karena melewati jatuh tempo;

Sedangkan dokumen elektronik yang dikirimkan kepada e-mail satker adalah:

1) Daftar resume tagihan yang telah berhasil/gagal melaui proses pengujian;

2) Daftar resume tagihan dibatalkan secara otomatis karena melewati jatuh


tempo;

3) Daftar SPM yang telah berhasil melalui proses pengujian;

4) Daftar resume tagihan/SPM yang disetujui;

5) Daftar SP2D.
D. Jenis Dokumen Pembayaran

Adapun jenis-jenis dokumen pembayaran pada modul pembayaran, yaitu:

• 111 Non Gaji Kontraktual

Pembayaran TERMIN kontrak (selain Uang Muka Kontrak dan Release Retensi)

• 115 Uang Muka Kontrak

Pembayaran uang muka pelaksanaan kegiatan perikatan / kontraktual

• 116 Release retensi

Pembayaran permintaan kembali atas retensi/jaminan pelaksanaan kegiatan


terkait k

kontrak pengadaan barang/jasa

• 121 APD PL (Aplikasi Penarikan Dana Pembayaran Langsung)

Aplikasi penarikan dana yang diterbitkan oleh KPPN kepada Pemberi PHLN
untuk membayar langsung kepada rekanan/pihak yang dituju.

• 122 APD PP (Pembiayaan Pendahuluan)

Aplikasi penarikan dana yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal


bendaharaan/KPPN

untuk mengganti pengeluaran atas kegiatan yang pembiayaannya terlebih dahulu

membebani Rekening BUN/Rekening KUN atau rekening yang ditunjuk.

• 211 GAJI INDUK

Pembayaran gaji rutin bulanan kepada aparatur negara

• 221 GAJI LAINNYA

Pembayaran uang makan, lembur dan yg sejenis

• 222 KEKURANGAN GAJI

Pembayaran hak gaji pegawai yang belum dibayar di gaji induk atau gaji susulan
• 223 GAJI SUSULAN

Pembayaran gaji pegawai sebagai susulan atas gaji induk yang sudah terlanjur

diterbitkan dan belum mencantumkan penerima tertentu

• 231 NON GAJI

Pembayaran yang dilakukan langsung kepada Penerima Hak/Bendahara


Pengeluaran

• 232 SPM IJP (Imbalan Jasa Perbendaharaan)

Pembayaran Imbalan Jasa Perbendaharaan kepada PT POS Indonesia / Bank


Presepsi

atas jasa pelayanan Penerimaan Negara untuk setiap Kode Billing yang berhasil

ditransaksikan yang dibuktikan dengan terbitnya NTB/NTP dan NTPN.

• 233 SPM-IB-PAJAK (Imbalan Bunga)

Pemberian Imbalan Bunga kepada Wajib Pajak

• 235 SPM-IB-BC (Imbalan Bunga)

Pemberian Imbalan Bunga di bidang Kepabeanan dan/atau Cukai

• 236 SPM-IB-BPHTB (Imbalan Bunga)

Pemberian Imbalan Bunga Bea Perolehan atas Tanah dan Bangunan kepada
Wajib Pajak

• 237 LS Banyak Penerima (Pembayaran langsung)

Pembayaran langsung kepada penerima, yang jumlah penerimanya lebih dari


1(satu) penerima hak.

• 234 SPM-IB-PBB (Imbalan Bunga)

Pemberian Imbalan Bunga PBB Kepada Wajib Pajak

• 311 UP (Uang Persediaan)

Uang muka kerja dalam jumlah tertentu yang diberikan kepada Bendahara
Pengeluaran untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari Satker ,atau

membiayai pengeluaran yang menurut sifat dan tujuannya tidak mungkin


dilakukan melalui mekanisme pembayaran langsung

• 312 UP KP (Kelebihan Pembayaran)

Uang muka kerja dalam jumlah tertentu yang diberikan kepada Bendahara

Pengeluaran untuk membiayai Pembayaran Pengembalian Pajak Pertambahan


Nilai Barang Bawaan kepada orang pribadi pemegang paspor luar negeri

• 313 GUP

Pertanggungjawaban atas UP

• 314 GUP NIHIL

Pertanggungjawaban atas UP, yang diperhitungkan langsung sebagai


pengembalian atas Uang Persediaan

• 315 GUP KP

Pertanggungjawaban atas TUP

• 321 TUP (Tambahan Uang Persediaan)

Uang muka yang diberikan kepada Bendahara Pengeluaran untuk kebutuhan


yang sangat mendesak dalam 1 bulan melebihi pagu UP yang ditetapkan

• 322 GANTI TUP NIHIL

Pertanggungjawaban atas TUP

• 411 SPM-KP-PAJAK

Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak

• 412 SPM-KP-PBB

Pembayaran kembali Kelebihan Pembayaran PBB

• 413 SPM-KP-BPHTB
Pembayaran Kembali Kelebihan Pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah
Dan Bangunan

• 414 SPM-P-BMDAB

Pengembalian bea masuk, denda administrasi, dan/atau bunga.

• 415 SPM-P-BMC

Pengembalian bea masuk dan/atau cukai yang telah dibayar atas impor barang
dan bahan untuk diolah, dirakit, atau dipasang pada barang lain dengan tujuan untuk

diekspor.

• 431 SPMKC

Pengembalian cukai (Kembali Cukai) dan/atau sanksi administrasi berupa


denda.

• 432 SPMKPE

Pembayaran Kembali Pungutan Ekspor

• 511 PENGESAHAN BLU

Pengesahan pendapatan dan belanja satuan kerja BLU

• 512 PENGESAHAN HIBAH (SP2HL)

Pengesahan Hibah Langsung Bentuk Uang

• 513 PENGESAHAN PENGEMBALIAN HIBAH (SP4HL)

Pengesahan Pengembalian Pendapatan Hibah Langsung

• 514 MPHL BJS

Memo pencatatan Hibah Langsung Bentuk Barang/Jasa/Surat Berharga

• 541 BM DTP

Pelaksanaan Pengesahan Bea Masuk Ditanggung Pemerintah

• 542 P DTP
Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Atas Pajak Ditanggung Pemerintah

• 611 PENGEMBALIAN BELANJA

Pengembalian belanja akibat adanya koreksi akibat kesalahan transaksi

INPUT, PROSES, DAN OUTPUT

a. Aplikasi
Setiap akan melakukan pembayaran penghasilan PPNPN bulanan, Operator
harus membuat DPP PPNPN dalam aplikasi SAS. Atas proses tersebut akan
terbentuk ADK PPNPN untuk diserahkan ke KPPN bersamaan dengan cetak
SPM, serta ADK Lampiran SPP SAKTI untuk pembuatan SPP.
Aplikasi SAKTI digunakan untuk membuat SPP, SPM sampai terbit SP2D.
Karena jumlah PPNPN dalam satu instansi jumlahnya banyak, maka SPM
yang diajukan adalah SPM LS-Banyak Penerima.

b. Arsitektur

SAKTI merupakan pengembangan sistem keuangan secara Single Database


sehingga hanya ada satu Database yang pengelolaannya dilakukan oleh Pusintek. Setiap
perangkat yang ingin mengakses SAKTI harus terhubung ke dalam jaringan
Kementerian Keuangan. SAKTI ini diibaratkan sebagai jembatan antara pengguna
dengan SPAN. Dalam implementasi pembayaran penghasilan PPNPN, ADK SPM yang
telah divalidasi akan secara otomatis terkirim dari Databasa SAKTI ke Database SPAN.
Adapun saat sudah terbit SP2D, pencatatan SP2D dapat dilakukan secara otomatis
karena adanya interkoneksi antara Database SAKTI dengan Database SPAN, sehingga
Operator tidak perlu memasukan SP2D secara manual. SPAN SMS adalah Sistem
layanan informasi SPAN berbasis Short Message Service sebagai pendukung dan
pelengkap portal SPAN dalam menjembatani Satuan Kerja dengan SPAN. Kaitannya
dengan Modul Pembayaran, SPAN SMS ini berguna untuk memberikan laporan status
SPM yang sedang kita ajukan.

Anda mungkin juga menyukai