Anda di halaman 1dari 3

Verifikasi oleh PPK-SKPD

Azas tertib dalam pengelolaan keuangan daerah mengamanatkan bahwa keuangan daerah
dikelola secara tepat waktu dan tepat guna yang didukung dengan bukti-bukti administrasi
yang dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu, azas taat pada peraturan perundang-undangan
mewajibkan pengelolaan keuangan daerah harus berpedoman pada peraturan perundangundangan. Dua azas penting pengelolaan keuangan daerah tersebut hendaknya menjadi
landasan bekerja bagi para verifikator keuangan daerah. Verifikasi bukti pengajuan
permintaan pembayaran dan bukti pertanggungjawaban keuangan merupakan salah satu
tahapan penting dalam pengelolaan keuangan daerah yang setidaknya belanja dan/atau beban
benar-benar direalisasikan/diakui senilai bukti-bukti yang mendukungnya. Oleh karenanya,
penyajian belanja dan beban pada laporan keuangan sangat ditentukan salah satunya oleh
kinerja para verifikator keuangan daerah. Sesuai Permendagri No 13 tahun 2006 jo 57/2007
jo 21/2011 kegiatan verifikasi dilakukan baik oleh bendahara, Pejabat Penatausahaan
Keuangan (PPK) SKPD, dan PPKD selaku bendahara umum daerah. Kali ini, fokus bahasan
kita dalah kegiatan verifikasi atas pengeluaran belanja yang dilakukan oleh PPK-SKPD.
Landasan hukum kegiatan verifikasi oleh PPK-SKPD dapat kita baca pada pasal 13 dan pasal
221 Permendagri 13/2006.
Verifikasi dapat diartikan sebagai kegiatan pengujian terhadap dokumen administratif dengan
mengacu pada pedoman dan kriteria yang berlaku. Artinya, verifikasi harus dapat menjamin
kebenaran secara formal dan substantif bahwa dokumen telah lengkap dan benar sesuai
dengan peraturan per-uu-an. Seorang verifikator tidak dituntut untuk menguji kebenaran
material atas suatu bukti transaksi sebagaimana tugas seorang auditor, meskipun seorang
verifikator diharapkan mampu mencegah terjadinya penyimpangan (fraud) yang merugikan
keuangan daerah. Jika demikian, apa saja ruang lingkup pekerjaan verifikasi yang harus
dilakukan oleh seorang verifikator keuangan (PPK-SKPD)?
Ada 5 aspek yang harus dilakukan oleh seorang verifikator di SKPD, yaitu
1. Aspek Ketersediaan Dana, Seorang verifikator harus memastikan bahwa dana untuk
membiayai pengeluaran untuk keperluan seperti tercantum dalam bukti pengeluaran
telah tersedia dan masih cukup tersedia dalam DPA. Artinya dokumen DPA untuk
kegiatan tersebut harus ada, akun belanja yang diminta pembayarannya atau
dipertanggungjawabkan tercantum dalam DPA kegiatan tersebut ada dan memiliki pagu
yang cukup, serta nilai rupiah bukti yang diminta pembayarannya atau
dipertanggungjawabkan masih bisa di-cover dengan dokumen Surat Penyediaan Dana
(SPD). Verifikator harus memberikan catatannya jika: 1) Kegiatan tidak ada DPA-nya.
2) Belanja tidak ada dalam DPA kegiatan dimaksud, 3) Pagu anggaran belanja tidak
mencukupi, 4) dan belanja tidak ada dokumen SPD.
2. Aspek Ketepatan Tujuan Pengeluaran, Seorang verifikator harus memastikan bahwa
jumlah pengeluaran yang tercantum dalam bukti pengeluaran penggunaannya telah
sesuai dengan tujuan yang ditetapkan dalam DPA. Sebagai misal, jika verifikator
menemukan bukti pengeluaran perjalanan dinas dalam/luar daerah yang tujuannya
berbeda dengan tujuan kegiatan dalam DPA, maka verifikator harus menolak dengan
memberikan catatan bahwa terdapat ketidaksesuaian tujuan pengeluaran antara bukti
pengeluaran perjalanan dinas dengan tujuan kegiatan dalam DPA.
3. Aspek Kebenaran Pembebanan anggaran, Seorang verifikator harus memastikan
bahwa pengeluaran yang tercantum dalam bukti pengeluaran benar-benar telah

dibebankan pada kode akun serta tahun anggaran bersangkutan sesuai DPA. Misalnya,
jika terdapat bukti pengeluaran belanja ATK dimana akun belanja tersebut tidak
dianggarkan pada DPA, verifikator harus menolak dan memberikan catatannya.
4. Aspek Kebenaran Tagihan, Seorang verifikator harus memastikan bahwa bukti
pengeluaran telah benar dibuat sesuai dengan ketentuan yang berlaku, meliputi:
a. Kebenaran mengenai persyaratan pembuatan bukti pengeluaran dan
dokumen yang mendasarinya. Sebagai contoh untuk bukti kuitansi, sekurangkurangnya harus memenuhi ketentuan pengendalian intern yang baik, sebagai
berikut: memuat atas nama wajib bayar (bukti pengeluaran dari SKPD yang
melakukan pembayaran atas tagihan kepada negara dibuat atas nama PA/KPA);
nama yang berhak menerima pembayaran (nama yang berhak menerima dalam
bukti pengeluaran harus sama dengan nama orang yang tertera dalam
kontrak/SPK/dokumen lainnya (ejaan tulisan); uraian pembayaran harus sama
dengan kegiatan/pekerjaan yang tercantum dalam kontrak/SPK/dokumen lainnya
baik volume, kualitas, dan tahapan pembayaran; jumlah uang yang tertulis dalam
angka dan huruf harus sama; bea meterai sesuai ketentuan peraturan per-uu-an
yang berlaku; NPWP; tanda tangan yang berhak menerima pembayaran atau
kuasanya berdasarkan surat kuasa sesuai ketentuan yang berlaku; tandatangan
setuju dibayar melalui LS oleh PA/KPA; tandatangan setuju dan lunas dibayar oleh
bendahara pengeluaran dan diketahui oleh PA/KPA; dan penulisan kuitansi tidak
boleh cacat (ada coretan/hapusan/tindihan).
b. Kebenaran mengenai prosedur PBJ. Seorang verifikator harus mampu
memastikan bahwa prosedur pengadaan barang dan jasa telah sesuai dengan
ketentuan dalam Perpres 54/2010 jo Perpres 70/2012. Jika verifikator menemukan
penyimpangan atas prosedur, maka hendaknya memberikan catatan atas hal
tersebut.
c. Kebenaran perhitungan. Seorang verifikator harus memastikan bahwa
perhitungan dalam bukti dan daftar-daftar (perkalian, penjumlahan, dan
pengurangan) telah benar.
d. Kebenaran tarif. Seorang verifikator harus memastikan bahwa tarif dalam bukti
pengeluaran (tarif uang saku, transport, dan penginapan, tariff pajak, tariff honor,
perhitungan persentase penyelesaian pekerjaan, dsb) telah sesuai dengan tarif yang
telah diatur dalam peraturan kepala daerah dan dokumen lainnya.
e. Adanya otorisasi pejabat berwenang. Seorang verifikator harus memastikan
bahwa dalam bukti kuitansi dan dokumen pendukung bukti pengeluaran (Berita
Acara, dsb) telah ditandatangani oleh pejabat yang berwenang.
5. Aspek Kelengkapan Bukti Pengeluaran, Seorang verifikator harus memastikan bahwa
bukti pengeluaran dan dokumen pendukung bukti pengeluaran telah lengkap sesuai
dengan peraturan yang berlaku. Sebagai contoh, untuk bukti pengeluaran belanja
perjalanan dinas, kelengkapan bukti yang harus dilampirkan adalah: Surat Tugas, Dasar
Surat/Telaahan staf, SPPD, Kuitansi, Kuitansi Hotel, Tiket Pesawat, Boarding Pass,
Tiket Angkutan Umum/ Daftar Pengeluaran Riil, Tiket Angkutan Dalam Kota Tujuan/
Daftar Pengeluaran Riil, dan Laporan Hasil Perjalanan Dinas.
Untuk mendukung kinerja para verifikator keuangan, harus ditetapkan Perkada tentang
Pedoman Pertanggung jawaban Keuangan Bersumber Dana APBD, sehingga para verifikator
dapat menjadikannya sebagai kriteria verifikasi untuk aspek ini. Dalam perkada tersebut
diatur mengenai dasar hukum, tujuan, ruang lingkup ketentuan, tugas dan wewenang para
pejabat pengelola keuangan daerah, mekanisme pembayaran pengeluaran belanja,
kelengkapan bukti-bukti pertanggungjawaban, format bukti pengeluaran dan dokumen

pendukung bukti pengeluaran, prosedur verifikasi di SKPD dan PPKD, dan ketentuan lainnya
terkait pertanggungjawaban belanja. Dalam rangka penguatan fungsi verifikasi pada PPKSKPD, maka Kepala Daerah harus menempatkan sejumlah staf verifikasi di bawah PPKSKPD. Untuk pemerintah daerah yang meletakkan fungsi PPK-SKPD pada Sekretaris SKPD
(eselon III), maka pelaksanaan verifikasi tidak hanya dilakukan oleh Kasubag Keuangan,
namun harus didukung oleh sejumlah staf verifikasi yang memadai baik jumlah maupun
kemampuannya sesuai beban kerja masing-masing SKPD. Tentu saja jumlah staf verifikasi
yang memadai antara Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan akan
berbeda dengan SKPD kecamatan.
Hal penting lainnya, melalui Perkada tentang Pedoman Pertanggungjawaban Keuangan
Bersumber Dana APBD tersebut, perlu dibangun sebuah prosedur verifikasi. Prosedur
verifikasi di SKPD setidaknya meliputi tahapan-tahapan pekerjaan sebagai berikut:
1. PPK SKPD menerima SPP/SPJ dari bendahara pengeluaran.
2. PPK SKPD mendisposi penerimaan SPP/SPJ bendahara pengeluaran kepada staf
verifikasi cq Kasubag Keuangan.
3. Staf verifikasi melakukan penelitian berdasarkan 5 aspek verifikasi. Staf verifikasi
menuangkan hasil penelitian dokumen SPJ ke dalam formulir ceklist kelengkapan
SPP/SPJ yang telah ditetapkan dalam peraturan kepala daerah.
4. Staf verifikasi menandatangani formulir ceklist kelengkapan SPP/SPJ (di bawah
kolom diverifikasi oleh).
5. Kasubag Keuangan mereview pekerjaan staf verifikasi dan kemudian
menandatanganinya formulir ceklist kelengkapan SPP/SPJ (dibawah kolom direview
oleh).
6. PPK SKPD menyetujui hasil verifikasi dan menandatangani formulir ceklist
kelengkapan SPJ (di bawah kolom disetujui oleh).
7. Jika tidak ada catatan hasil verifikasi yang harus dikoreksi atau dilengkapi terlebih
dahulu, maka PPK SKPD menyiapkan draft SPM.
8. PA/KPA menandatangani SPM dalam hal tidak ada catatan hasil verifikasi yang harus
dikoreksi atau dilengkapi terlebih dahulu, dan menandatangani Surat PenolakanSPM
dalam hal terdapat catatan hasil verifikasi yang harus dikoreksi atau dilengkapi
terlebih dahulu.
Prosedur verifikasi tersebut dilengkapi dengan formulir-formulir seperti ceklist kelengkapan
SPP/SPJ yang memuat kelengkapan bukti pengeluaran dan dokumen pendukung bukti
pengeluaran dan tandatangan staf verifikator, kasubag keuangan, dan PPK-SKPD, lembar
simpulan hasil verifikasi yang memuat hasil verifikasi atas 5 aspek dan catatan masingmasing dari staf verifikator, kasubag keuangan, PPK-SKPD, dan pengguna anggaran, dan
lembar penolakan yang memuat hal apa saja yang menjadi kekurangan atau koreksi. Dengan
pendokumentasian setiap hasil verifikasi ke dalam formulir-formulir tersebut maka dapat
diketahui dan ditelusuri siapa yang melakukan verifikasi dan permasalahan yang ada ketika
dilakukan verifikasi.

Anda mungkin juga menyukai