Anda di halaman 1dari 28

PENGELOLAAN KEUANGAN BLUD PUSKESMAS

PEJABAT PELAKSANA TEKNIS KEGIATAN (PPTK)


 Mengendalikan pelaksanaan kegiatan
 Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan
 Menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran
pelaksanaan kegiatan
 Melakukan bimbingan dan arahan kepada tim teknis, staf
administrasi atas kegiatan yang dilaksanakan
 Melakukan pencatatan dan pembuatan dokumen
administrasi yang berhubungan dengan pelaksanaan
kegiatan
 Melaksanakan rekonsiliasi atas belanja yang dikelolanya
Bendahara Pengeluaran
 Bendahara pengeluaran menjalankan tugas dan fungsinya
wajib berdasarkan dokumen atau tanda bukti yang dibuat
oleh pihak lain
 Sehubungan dengan ketentuan diatas, maka dokumen
atau tanda bukti dalam rangka pelaksanaan kegiatan
dilarang dibuat oleh bendahara
 Bendahara tidak mengerjakan proses akuntansi anggaran
serta tidak membuat dokumen dan tanda bukti yang
berhubungan dengan pengeluaran kas yang menjadi
kewenangannya
 Setiap akhir bulan wajib mempertanggungjawabkan atas
UP/GU/TU dengan menyampaikan laporan berupa SPJ Kas
yang dikirim paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya
Penatausahaan Bendahara Pengeluaran
 Pengajuan Uang Persediaan BLUD mengacu pada
Pedoman Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah
 Anggaran belanja dipisahkan antara perkiraan LS dan
perkiraan GU dalam satu tahun
 Pengajuan UP diperhitungkan sebesar 1/12 dari
perkiraan GU satu tahun
 GU bisa diajukan lebih dari satu kali dalam satu bulan
 Belanja jasa pelayanan agar dimintakan melalui LS
 Belanja barang/jasa dan belanja modal yang lebih dari
10 juta agar dimintakan LS
 Bendahara pengeluaran mengajukan Surat
Permintaan Pembayaran (SPP) dalam rangka
melaksanakan belanja
 Dalam hal ini bendahara pengeluaran menyusun
dokumen SPP Uang Persediaan, Ganti Uang,
Tambah Uang dan Langsung (LS)
 Disamping membuat SPP bendahara pengeluaran
juga membuat register untuk SPP, SPM dan SP2D
yang sudah diterima oleh bendahara
 Surat Perintah Membayar (SPM) dibuat oleh
Pejabat Pengelola Keuangan BLUD sebagai sarana
pembayaran dana kepada Bendahara Pengeluaran
yang ditandatangani oleh Kuasa Pengguna
Anggaran
 Bendahara BLUD menyiapkan permohonan
pemindahbukuan dan slip penarikan kas di bank
yang ditujukan kepada Bendahara Pengeluaran
selaku pemohon
Pembukuan Belanja
 Pembukuan oleh bendahara pengeluaran menggunakan:
1. Buku Kas Umum (BKU)
2. Buku pembantu BKU sesuai dengan kebutuhan, a.l:
a. Buku pembantu kas tunai;
b. Buku pembantu simpanan/Bank;
c. Buku pembantu pajak
 Dokumen yang digunakan sebagai dasar dalam melakukan
pembukuan adalah:
1. SP2D UP/GU/TU/LS
2. Bukti transaksi yang sah dan lengkap
3. Dokumen pendukung lainnya sebagaimana yang diatur
dalam peraturan yang berlaku
Pembukuan Penerimaan SP2D UP/GU/TU
 Pembukuan dilakukan ketika bendahara pengeluaran
menerima SP2D UP/GU/TU, pencatatan dilakukan sebagai
“penerimaan SP2D” di:
1. BKU pada kolom penerimaan
2. Buku pembantu Simpanan/Bank pada kolom penerimaan
 Bendahara pengeluaran dapat mencairkan UP/GU/TU yang
terdapat di bank ke kas tunai
 Pencatatan dilakukan sebagai “pergeseran kas” di:
1. BKU pada kolom pengeluaran
2. Buku pembantu simpanan/bank pada kolom pengeluaran
3. BKU pada kolom penerimaan
4. Buku pembantu kas tunai pada kolom penerimaan
Pembukuan Belanja Menggunakan Uang Persediaan
 Berdasarkan bukti-bukti belanja yang disiapkan oleh
PPTK, bendahara pengeluaran melakukan
pembayaran dengan pembukuan sebesar nilai bruto
sebagai “belanja” di:
1. BKU pada kolom pengeluaran
2. Buku pembantu kas tunai pada kolom pengeluaran
 Jika pembayaran dilakukan dengan transfer dari
rekening Bank, pembukuan sebesar nilai bruto sebagai
“belanja” di:
1. BKU pada kolom pengeluaran
2. Buku pembantu simpanan/Bank pada kolom
pengeluaran
 Apabila bendahara pengeluaran melakukan
pungutan pajak atas transaksi belanja, pembukuan
dilakukan sebesar jumlah pajak yang dipotong
sebagai “pemotongan PPh/PPN” di:
1. BKU pada kolom penerimaan
2. Buku pembantu pajak pada kolom penerimaan
 Ketika bendahara pengeluaran melakukan
penyetoran atas pungutan pajak, pembukuan
dilakukan sebagai “setoran PPh/PPN” di:
1. BKU pada kolom pengeluaran
2. Buku pembantu pajak pada kolom pengeluaran
Pembukuan SP2D LS
 Ketika bendahara pengeluaran menerima SP2D LS
barang dan jasa, maka pembukuan dilakukan sebesar
bruto sebagai “belanja pengadaan barang dan jasa” di:
1. BKU pada kolom penerimaan dan pengeluaran pada
tanggal yang sama
 Untuk potongan pajak, pembukuan dilakukan sebagai
“pemotongan PPh/PPN” di:
1. BKU pada kolom penerimaan dan kolom pengeluaran
pada tanggal yang sama
2. Buku pembantu pajak pada kolom penerimaan dan
kolom pengeluaran pada tanggal yang sama
Pertanggungjawaban
 Bendahara pengeluaran wajib menyampaikan
pertanggungjawaban atas pengelolaana uang yang
terdapat dalam kewenangannya, terdiri atas:
1. Pertanggungjawaban penggunaan UP
2. Pertanggungjawaban penggunaan TU
3. Pertanggungjawaban fungsional
 Bendahara pengeluaran melakukan
pertanggungjawaban penggunaan uang
persediaan setiap akan mengajukan GU, yang
dijadikan lampiran pengajuan SPP GU
 Bendahara pengeluaran melakukan
pertanggungjawaban penggunaan TU apabila TU
yang dikelolanya telah habis/selesai digunakan
untuk membiayai suatu kegiatan atau telah
sampai pada waktu yang ditentukan sejak TU
diterima
 Dalam melakukan pertanggungjawaban tersebut
dokumen yang disampaikan adalah Laporan
Pertanggungjawaban Tambahan Uang Persediaan
 Dokumen ini dilampiri dengan bukti-bukti
belanja yang sah dan lengkap
 Pertanggungjawaban Fungsional dibuat oleh
bendahara pengeluaran dan disampaikan paling
lambat tanggal 10 bulan berikutnya
 Pertanggungjawaban fungsional pada bulan
terakhir tahun anggaran disampaikan paling
lambat hari kerja terakhir bulan tersebut, dengan
dilampiri bukti setoran sisa uang persediaan
Yang perlu diperhatikan
 Sesuai Permendagri No. 79 Tahun 2018, tidak
tercantum lagi Laporan Biaya, tetapi harus membuat
Laporan Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan sebagai
lampiran Surat Pernyataan Tanggung Jawab (SPTJ)
 Ada perubahan dalam Surat Pernyataan Tanggung
Jawab
 Bila ada koreksi SPJ, agar dilakukan pada bulan
berikutnya karena sudah dibuat SP3B yang
disampaikan ke BPPKAD, yang kemudian
ditindaklanjuti dengan penerbitan SP2B
 Berita Acara Rekonsiliasi Kas:
1. BA Rekon Bendahara Pengeluaran dengan PPK
2. BA Rekon Bendahara Pengeluaran dengan PPTK
3. BA Rekon Bendahara Pengeluaran dengan Bank
 Bila PPTK beda maka BA Rekon dibuat terpisah, bila
PPTK sama maka BA Rekon bisa dijadikan satu
 Nomor Peraturan Daerah yang tercantum di BA
Rekonsiliasi adalah Peraturan Daerah Nomor 11
Tahun 2018 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
 BA Rekon format JKN tidak perlu dicantumkan
Surat Pertanggungjawaban (SPJ)
 PPTK harus merencanakan dengan cermat dan selalu
memantau kegiatannya
 Begitu kegiatan selesai dilaksanakan SPJ harus segera
dibuat beserta bukti dukung dan kelengkapan lainnya
untuk diverifikasi oleh PPK
 Dalam peng SPJ an harus berdasarkan pedoman APBD
untuk bukti dukung dan kelengkapannya
 Bendahara pengeluaran dalam melakukan
pembayaran dan pembukuan harus berdasarkan bukti
transaksi yang sah dan lengkap
 Bila SPJ belum lengkap tidak boleh dibayarkan dulu
Dokumen Kelengkapan Surat Pertanggungjawaban (SPJ)
 Belanja uang saku/transport, dilengkapi dengan :
 Kuitansi dinas
 Tanda terima honorarium
 Undangan
 Daftar hadir peserta
 Tanda bukti setor PPH pasal 21
 Belanja honorarium PTT, dilengkapi dengan :
 Kuitansi dinas
 Surat Keputusan PTT
 Daftar tanda terima
 Tanda bukti setor PPh pasal 21
 Belanja pengiriman peserta kursus/pelatihan/bintek PNS,
dilengkapi dengan :
 Kuitansi dinas
 Surat tugas
 Tanda terima pembayaran kursus/diklat dari pihak
penyelenggara
 Laporan pelaksanaan kursus/pelatihan/bintek
 Belanja bahan pakai habis kantor, dilengkapi dengan :
 Kuitansi dinas
 Nota toko/penjual dilengkapi stempel toko dan/atau
tandatangan, nama dan alamat lengkap
 Bukti setor pajak
 Berita acara serah terima barang dari penyedia kepada
PPTK
 Belanja cetak dan penggandaan, dilengkapi dengan :
 Kuitansi dinas
 Nota toko dilengkapi dengan stempel toko serta tanda tangan
dan nama penerima barang
 Bukti setor PPN atas belanja diatas Rp. 1.000.000,-
 Bukti setor PPh pasal 22 atas belanja diatas Rp. 2.000.000,-
 Belanja sewa sarana mobilitas/alat berat/perlengkapan dan
peralatan kantor, dilengkapi dengan :
 Kuitansi dinas
 Nota penyedia jasa dilengkapi stempel dan/atau tanda tangan,
nama terang dan alamat beserta fotocopy KTP penyedia jasa
 Bukti setor PPN untuk sewa sarana mobilitas/alat
berat/perlengkapan dan peralatan kantor diatas Rp. 1.000.000,-
 Bukti setor PPh pasal 23 atas sewa sarana mobilitas/alat
berat/perlengkapan dan peralatan kantor
 Belanja makanan dan minuman rapat/tamu, dilengkapi
dengan :
 Kuitansi dinas
 Nota penyedia jasa dilengkapi stempel dan/atau tanda
tangan, nama terang dan alamat penyedia jasa
 Bukti setor pajak bagi penyedia jasa catering
SSP (PPh 21,22 atau 22), STS pajak daerah 10%, SPTPD
 Daftar hadir
 Undangan
 Notulen rapat
 Biaya jasa pihak ketiga, dilengkapi dengan :
 Kuitansi dinas
 Daftar hadir personil jika melibatkan unsur tenaga ahli
 Tanda terima uang dari pihak ketiga
 Tanda bukti setor pajak
Belanja perjalanan dinas, dilengkapi dengan :
 Kuitansi dinas
 Surat perintah/surat tugas dan Surat perintah
perjalanan dinas yang ditandatangani serendah-
rendahnya atasan langsung yang bersangkutan
 Dalam hal perjalanan dinas yang dilaksanakan
lebih dari 1 orang, untuk surat perintah/surat
tugas dibuat secara kolektif, sedangkan untuk
SPPD dibuat secara perorangan
 Laporan hasil perjalanan
 Tanda terima uang perjalanan dinas
 Nota/print out BBM
 Nota (bill) hotel Tiket bus/kereta/pesawat/bukti
sewa kendaraan
 Undangan, jika perjalanan dinas dalam rangka
memenuhi undangan
 Pihak yang berhak mengesahkan tanggal
berangkat/tiba, dapat berupa
instansi/lembaga/kelompok
masyarakat/perorangan
 Nama kegiatan, kode rekening dan uraian kode
rekening harus sesuai DPA
 Belanja barang yang dikenai pajak, perhitungan
pajak berdasarkan DPP dan yang ditulis di
kwitansi dinas adalah brutonya
 Pembayaran pajak yang digabung agar dibuat
rinciannya dan dilampirkan di masing-masing SPJ
 Bukti pajak dilampirkan di masing-masing SPJ
 Kwitansi dinas diberi nomer dan tanggal,
ditandatangani PPTK dan bendahara pengeluaran
 Penyusunan/pengarsipan dokumen SPJ
berdasarkan bulan pembayaran SPJ
SPJ Anggaran dinyatakan tidak sah antara lain karena :

 Melebihi pagu anggaran yang tercantum dalam DPA


 Melebihi standardisasi harga untuk belanja pegawai
(honor)
 Kekeliruan dalam mengelompokkan kode rekening
anggaran
 Dipertanggungjawabkan lebih dari 2 bulan setelah
pelaksanaan kegiatan kecuali untuk belanja
honorarium
 Terdapat dobel anggaran
 Tidak sesuai dengan juklak APBD
 Tanda bukti pengeluaran yang tidak lengkap/tidak
dapat dipertanggungjawabkan
 Penyampaian SPJ Kas oleh bendahara pengeluaran
kepada PPKD dilaksanakan setelah disahkannya
surat SPJ Kas oleh Kuasa Pengguna anggaran
 Saldo kas tunai yang menjadi tanggungjawab
Bendahara pengeluaran pada akhir bulan
maksimal sebesar Rp. 10.000.000,-
 Belanja makan dan minum atas kegiatan yang
dilaksanakan pada jam kerja di bulan Ramadhan,
tidak dapat dipertanggungjawabkan
Laporan Semester dan Tahunan
 Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
 Neraca
 Laporan Operasional (LO)
 Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
 Laporan Arus Kas (LAK)
 Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
(LPSAL)
 Catatan Atasan Laporan Keuangan (CALK)
 Disertai Worksheet/Kertas Kerja
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai