Anda di halaman 1dari 17

Menyusun Bukti Belanja Yang Lengkap dan Sah

tahapan-tahapan dalam menyusun dokumen serta hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam

melakukan verifikasi bukti belanja guna menjadi kelengkapan dokumen yang dapat digunakan dalam

pertanggungjawaban pengelolaan keuangan SKPD serta menghadapi proses pemeriksaan keuangan

yang dilakukan oleh BPK RI pada awal tahun nanti.

1.    Verifikasi Bukti Belanja

Terhitung mulai tanggal 01 Januari 2021, Laporan Pertanggungjawaban Bendahara dan


Permintaan Pembayaran yang disampaikan kepada Kepala Badan Pengelola Keuangan dan
Aset Daerah (BPKAD) untuk diverifikasi sebelum permintaan Ganti Uang Persediaan (GU) dan
Pembayaran Langsung (LS), harus melampirkan bukti asli (bukan fotokopi atau scan) yang telah
diperiksa oleh Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK-SKPD) yang ditandai dengan
pembubuhan stempel.  
Bukti yang harus distempel, diantaranya :
 Faktur pembayaran atau kuitansi biasa
 Kuitansi proyek
 Surat Perintah Tugas (SPT),
 Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD)
 Daftar pembayaran perjalanan dinas
 Daftar Pembayaran Honorarium yang disertai dengan Surat Keputusan tentang penetapan
Pembentukan Panitia pelaksana atau pengangkatan tenaga honorer
 Surat Perintah Kerja (SPK) atau Kontrak
 Berita Acara
 Dan bukti-bukti lain yang menjadi lampiran dalam persyaratan permintaan anggaran.

2.    Kelengkapan Surat Pertanggungjawaban Belanja (SPJ), Surat Permintaan Pembayaran

(SPP) dan Surat Perintah Membayar (SPM)

Kelengkapan Surat Pertanggungjawaban Belanja (SPJ)

a) Besaran Uang Persediaan yang akan dipertanggungjawabkan


Uang Persediaan akan dipertanggungjawabkan apabila telah digunakan sekurang-kurangnya
75 % (Tujuh Puluh Lima Persen) dari Uang Persediaan yang diterima
b) Verifikasi Laporan Pertanggungjawaban (SPJ) Bendahara secara manual, antara lain :
1) Perincian Laporan Pertanggungjawaban SIMDA
2) Fotokopi SP2D sebelumnya
3) Bukti  Belanja (Tiket, Faktur, Kuitansi, Daftar Pembayaran, SK, dll)
Bukti pembayaran pada penulisan jumlah uang yang dibayarkan tidak dibenarkan adanya
coretan / hapusan / tindisan / Tip-Ex
4) SSP Pajak
5) Buku Pajak
6) Buku Pembantu Kas Tunai
7) Buku Pembantu Bank dan Bukti Fotokopi cek penarikan
(SPJ tidak boleh dijilid)
c) Kelengkapan Laporan Pertanggungjawaban Belanja (LPJ), adalah :
1) Ganti Uang Persediaan (GU)
 Rincian Pertanggungjawaban Ganti Uang Persediaan
 Laporan Pertanggungjawaban Ganti Uang Persediaan
 Pengesahan Pertanggungjawaban Ganti Uang Persediaan
 Kartu kendali Penyediaan Dana Anggaran per rincian obyek atas belanja yang
dipertanggungjawabkan
 Buku Kas Umum / Buku Kas Pengeluaran
 Buku Pembantu Bank
 Buku Pembantu Kas Tunai
 Buku Pajak
 Surat Pengantar Penelitian Laporan Keuangan SKPD (Lampiran 1)
 Bukti-bukti belanja yang lengkap dan sah
 Bukti atas penyetoran PPN / PPh ke kas negara
2) Tambahan Uang Persediaan (TU) Nihil
 Rincian Pertanggungjawaban Tambahan Uang Persediaan
 Laporan Pertanggungjawaban Tambahan Uang Persediaan
 Pengesahan Pertanggungjawaban Tambahan Uang Persediaan
 Kartu kendali Penyediaan Dana Anggaran per rincian obyek atas belanja yang
dipertanggungjawabkan
 Buku Kas Umum / Buku Kas Pengeluaran
 Buku Pembantu Bank
 Buku Pembantu Kas Tunai
 Buku Pajak
 Surat Pengantar Penelitian Laporan Keuangan SKPD (Lampiran 1)
 Bukti-bukti belanja yang lengkap dan sah
 Bukti atas penyetoran PPN / PPh ke kas negara
 STS Kegiatan apabila terdapat sisa kegiatan
 
Kelengkapan Surat Permintaan Pembayaran (SPP), adalah :
Ganti Uang Persediaan (GU)
 Surat pengantar SPP-GU
 Ringkasan SPP-GU
 Rincian SPP-GU
 Surat pengesahan laporan pertanggungjawaban bendahara pengeluaran atas
penggunaan dana SPP-UP/GU sebelumnya
 Salinan SPD
Tambahan Uang Persediaan (TU)
 Surat pengantar SPP-TU
 Ringkasan SPP-TU
 Rincian SPP-TU
 Salinan SPD
 Surat keterangan yang memuat penjelasan keperluan pengisian tambahan uang
persediaan atau Surat
 Keterangan Pengajuan SPP – TU
 Rekening Koran terakhir
Tambahan Uang Persediaan (TU) Nihil
 Surat pengantar SPP-TU Nihil
 Ringkasan SPP- TU Nihil
 Rincian SPP- TU Nihil
 Surat pengesahan laporan pertanggungjawaban bendahara pengeluaran atas
penggunaan dana SPP-TU sebelumnya
Langsung (LS) Gaji dan Tunjangan
 Surat pengantar SPP-LS
 Ringkasan SPP-LS
 Rincian SPP-LS
 Lampiran SPP-LS Gaji dan Tunjangan, mencakup :
1. Pembayaran gaji induk
2. Gaji susulan
3. Kekurangan gaji
4. Gaji terusan
5. Uang duka wafat/tewas yang dilengkapi dengan Daftar Gaji Induk/Gaji
Usulan/Kekurangan Gaji/Uang Duka Wafat/Tewas
6. SK CPNS
7. SK PNS
8. SK kenaikan pangkat
9. SK jabatan
10. Kenaikan gaji berkala
11. Surat pernyataan pelantikan
12. Surat pernyataan masih menduduki jabatan
13. Surat pernyataan melaksanakan tugas
14. Daftar keluarga (KP4)
15. Fotokopi surat nikah
16. Fotokopi akte kelahiran
17. Surat keterangan pemberhentian pembayaran (SKPP) gaji
18. Daftar potongan sewa rumah dinas
19. Surat keterangan masih sekolah/kuliah
20. Surat pindah
21. Surat kematian
22. SSP PPh Pasal 21, dan
23. Peraturan perundang-undangan mengenai penghasilan pimpinan dan anggota
DPRD serta gaji dan tunjangan kepala daerah/wakil kepala daerah.
Langsung (LS) Pengadaan Barang dan Jasa
 Surat pengantar SPP-LS
 Ringkasan SPP-LS
 Rincian SPP-LS
 Lampiran SPP-LS Pengadaan Barang dan Jasa, mencakup :
1. Salinan SPD
2. Salinan surat rekomendasi dari SKPD teknis terkait
3. SSP disertai faktur pajak (PPN dan PPh) yang telah ditandatangani wajib pajak dan
wajib pungut
4. Surat perjanjian kerjasama/kontrak antara pengguna anggaran/kuasa pengguna
anggaran dengan pihak ketiga serta mencantumkan nomor rekening bank pihak ketiga
5. Berita acara penyelesaian pekerjaan
6. Berita acara serah terima barang dan jasa
7. Berita acara pembayaran
8. Kwitansi bermeterai, nota/faktur yang ditandatangani pihak ketiga dan PPTK sertai
disetujui oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran
9. Surat jaminan bank atau yang dipersamakan yang dikeluarkan oleh bank atau lembaga
keuangan non bank
10.Berita acara pemeriksaan yang ditandatangani oleh pihak ketiga/rekanan serta unsur
panitia pemeriksaan barang berikut lampiran daftar barang yang diperiksa
11.Surat angkutan atau konosemen apabila pengadaan barang dilaksanakan di luar
wilayah kerja
12.Surat pemberitahuan potongan denda keterlambatan pekerjaan dari PPTK apabila
pekerjaan mengalami keterlambatan
13.Foto/buku/dokumentasi tingkat kemajuan/ penyelesaian pekerjaan,
dengan dokumentasi berwarna bukan fotokopi
14.Khusus untuk pekerjaan konsultan yang perhitungan harganya menggunakan biaya
personil (billing rate), berita acara prestasi kemajuan pekerjaan dilampiri dengan bukti
kehadiran dari tenaga konsultan sesuai pentahapan waktu pekerjaan dan bukti
penyewaan/pembelian alat penunjang serta bukti pengeluaran lainnya berdasarkan
rincian dalam surat penawaran.

Kelengkapan Surat Perintah Membayar (SPM), adalah :


Uang Persediaan (UP)
 Surat pernyataan tanggung jawab pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran.
Ganti Uang Persediaan (GU)
 Pengesahan Pertanggungjawaban Ganti Uang Persediaan
 Surat pernyataan untuk ditandatangani oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna
anggaran yang menyatakan bahwa uang yang diminta tidak dipergunakan untuk
keperluan selain Ganti Uang Persediaan saat pengajuan SP2D kepada BUD
Tambahan Uang (TU)
 Surat pernyataan untuk ditandatangani oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna
anggaran yang menyatakan bahwa uang yang diminta tidak dipergunakan untuk
keperluan selain Tambahan Uang Persediaan saat pengajuan SP2D kepada BUD
Tambahan Uang (TU) Nihil
 Pengesahan Pertanggungjawaban Tambahan Uang Persediaan
 Laporan Pertanggungjawaban Tambahan Uang Persediaan (TUP)
Langsung (LS)
 Ringkasan Pengeluaran Per Rincian Obyek Belanja atas belanja yang diajukan
 Rekening Koran Pihak Ketiga
 Surat Pengantar Penelitian Laporan Keuangan SKPD (Lampiran 1)
 Kartu Pengawasan Kontrak / SPK
3. Penulisan Kuitansi Pembayaran

Penulisan kuitansi proyek terdiri atas :


a) Nomor Kuitansi
Penulisan nomor kuitansi dilakukan secara berurutan sesuai bukti belanja pada laporan
pertanggungjawaban dan tanggal bukti
b) Kode Mata Anggaran
Kode mata anggaran sekurang-kurangnya mencantumkan kode program, kode kegiatan,
hingga kode rincian obyek belanja
c) Uraian Pembayaran
Penulisan uraian harus menyebutkan :
 Rincian obyek belanja
 Kegiatan yang menjadi beban belanja
 Untuk belanja perjalanan dinas wajib menyebutkan peruntukan perjalanan dinas “dalam
rangka”, Pegawai yang melaksanakan perjalanan, Nomor Surat Perintah Perjalanan
Dinas (SPPD), Tempat Tujuan dan Tanggal Perjalanan.
 Untuk pengadaan barang harus menyebutkan Nama Paket Pengadaan, Nomor Surat
Perintah Kerja (SPK) atau Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa (KPBJ)
d) Tanggal Pembayaran
Tanggal pembayaran atau tanggal kuitansi yang tertera pada bukti belanja diisi dengan
menyebutkan tanggal setelah keluarnya SP2D sebelumnya (Bagian Kanan Tengah Kuitansi)
e) Tanggal dibayarkan
Tanggal dibayarkan diisi dengan menyebutkan tanggal pada waktu pelaksanaan kegiatan
tanpa mempertimbangkan tanggal SP2D (Bagian Kiri Bawah Kuitansi).
4.    Penggunaan Meterai
Dokumen yang dikenakan Bea Meterai adalah dokumen yang berbentuk :
a) Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan
sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat
perdata
b) Surat yang memuat jumlah uang, yaitu :
 yang menyebutkan penerimaan uang
 yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam rekening di Bank
 yang berisi pemberitahuan saldo rekening di Bank atau
 yang berisi pengakuan bahwa hutang uang seluruhnya atau sebagiannya telah
dilunasi atau diperhitungkan
c) Dengan kriteria :
 Belanja dengan harga nominal dibawah nilai nominal Rp5.000.000,00 (Lima Juta
Rupiah), tidak dikenakan Bea Meterai
 Belanja dengan harga nominal lebih dari Rp5.000.000,00 (Lima Juta Rupiah),
dikenakan Bea Meterai sebesar Rp10.000,00 (Sepuluh Ribu Rupiah)
 Belanja dengan nominal dibawah nilai Rp5.000.000,00 (Lima Juta Rupiah) yang
sifatnya untuk penanganan bencana alam tidak dikenakan penggunaan meterai. 
5. Pengadaan Barang dan Jasa

Metode Pengadaan Langsung


a) Pengadaan Langsung dapat dilakukan terhadap Pengadaan Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai paling tinggi Rp100.000.000,00 (Seratus Juta
Rupiah) dengan ketentuan sebagai berikut:
 Merupakan kebutuhan operasional Dinas;
 Teknologi sederhana;
 Risiko kecil; dan/atau
 Dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa usaha orang-perseorangan dan/atau badan
usaha kecil serta koperasi kecil, kecuali untuk paket pekerjaan yang menuntut
kompetensi teknis yang tidak dapat dipenuhi oleh Usaha Mikro, Usaha Kecil dan
koperasi kecil.
b) Pengadaan Langsung dilaksanakan berdasarkan harga yang berlaku di pasar kepada
Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/ Jasa Lainnya.
c) Pengadaan Langsung dilaksanakan oleh 1 (satu) Pejabat Pengadaan.
d) Pengguna Anggaran / Kuasa Pengguna Anggaran dilarang menggunakan metode
Pengadaan Langsung sebagai alasan untuk memecah paket Pengadaan menjadi beberapa
paket dengan maksud untuk menghindari pelelangan.
Tahapan Pengadaan Langsung
Tata cara pemilihan penyedia barang / jasa pemborongan / jasa lainnya dengan metoda
Pemilihan Langsung meliputi :
a) Pengadaan Langsung dilaksanakan oleh 1 (satu) orang Pejabat Pengadaan
b) Pejabat Pengadaan mencari informasi terkait Pekerjaan Konstruksi dan harga melalui
media elektronik maupun non-elektronik;
c) Pejabat Pengadaan membandingkan harga dan kualitas paling sedikit dari 2 (dua) sumber
informasi yang berbeda;
d) Pejabat Pengadaan mengundang calon penyedia yang diyakini mampu untuk
menyampaikan penawaran administrasi, teknis dan harga;
e) Undangan dilampiri spesifikasi teknis dan/atau gambar serta dokumen-dokumen lain yang
menggambarkan jenis pekerjaan yang dibutuhkan;
f) Penyedia yang diundang menyampaikan penawaran administrasi, teknis dan harga secara
langsung sesuai jadwal yang telah ditentukan dalam undangan;
g) Pejabat Pengadaan membuka, mengevaluasi, melakukan klarifikasi teknis dan negosiasi
harga untuk mendapatkan harga yang wajar;
h) Negosiasi dilakukan berdasarkan HPS;
i) Dalam hal negosiasi harga tidak menghasilkan kesepakatan, maka Pengadaan Langsung
dinyatakan gagal dan dilakukan Pengadaan Langsung ulang;
j) Pejabat Pengadaan membuat Berita Acara Hasil Pengadaan Langsung yang terdiri dari:
 Nama peserta;
 Harga penawaran atau harga penawaran terkoreksi;
 Unsur-unsur yang dievaluasi;
 Keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu; dan
 Tanggal dibuatnya Berita Acara.
k) Pejabat Pengadaan menyampaikan berita acara kepada PPK;
l) PPK melakukan perjanjian dan mendapatkan bukti perjanjian dengan ketentuan:
 Untuk Pengadaan Langsung yang bernilai sampai dengan Rp5.000.000,00 (lima juta
rupiah) berupa bukti pembelian
 Untuk Pengadaan Langsung yang bernilai sampai dengan Rp10.000.000,00 (sepuluh
juta rupiah) berupa kuitansi; dan
 Untuk Pengadaan Langsung yang bernilai sampai dengan Rp100.000.000,00 (seratus
juta rupiah) berupa Surat Perintah Kerja (SPK).  
Tanda Bukti Perjanjian
a) Bukti pembelian, digunakan untuk Pengadaan Barang/Jasa yang nilainya sampai dengan
Rp5.000.000,00 (Lima Juta Rupiah).
b) Kuitansi, digunakan untuk Pengadaan Barang/Jasa yang nilainya sampai dengan
Rp10.000.000,00 (Sepuluh Juta Rupiah).
c) Surat Perintah Kerja (SPK), digunakan untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya dengan nilai sampai dengan Rp100.000.000,00 (Seratus Juta Rupiah) dan untuk Jasa
Konsultansi dengan nilai sampai dengan Rp50.000.000,00 (Lima Puluh Juta Rupiah).
d) Surat Perjanjian, digunakan untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
dengan nilai diatas Rp100.000.000,00 (Seratus Juta Rupiah) dan untuk Jasa Konsultansi dengan
nilai diatas Rp50.000.000,00 (Lima Puluh Juta Rupiah).

Penyusunan Surat Perintah Kerja :

a) Untuk Penunjukan Langsung atau Pengadaan Langsung yang bernilai sampai dengan Rp
100.000.000,00 (Seratus Juta Rupiah) bentuk kontraknya adalah SPK.
b) SPK paling sedikit berisi: :
 Judul SPK;
 Nomor dan tanggal SPK;
 Nomor dan tanggal Surat Permintaan Penawaran;
 Nomor dan tanggal Berita Acara Hasil Negosiasi;
 Sumber dana;
 Waktu pelaksanaan;
 Uraian pekerjaan yang dilaksanakan;
 Nilai pekerjaan;
 Tata cara pembayaran;
 Sanksi;
 Tanda tangan kedua belah pihak; dan
c) Standar ketentuan dan syarat umum SPK paling sedikit memuat:
Itikad Baik
a) Para pihak bertindak atas asas saling percaya yang saling disesuaikan dengan hak-hak
yang terdapat dalam SPK.
b) Para pihak setuju untuk melaksanakan SPK dengan jujur tanpa menonjolkan kepentingan
masing-masing pihak. Apabila salah satu pihak merasa dirugikan, maka diupayakan
tindakan yang terbaik untuk mengatasi keadaan tersebut.
Penyedia Mandiri
Penyedia bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan pekerjaan.
Penerimaan Barang
PPK berhak untuk memeriksa barang setelah serah terima barang dan untuk menolak
penerimaan barang yang tidak memenuhi spesifikasi dalam SPK ini. Pembayaran atas
barang bukan merupakan bukti penerimaan barang tersebut.
Hak Kekayaan Intelektual
Penyedia berkewajiban untuk memastikan bahwa barang yang dipasok tidak melanggar Hak
Kekayaan Intelektual (HKI) pihak manapun dan dalam bentuk apapun. Penyedia
berkewajiban untuk menanggung PPK dari atau atas semua tuntutan, tanggung jawab,
kewajiban, kehilangan, kerugian, denda, gugatan atau tuntutan hukum, proses pemeriksaan
hukum, dan biaya yang dikenakan terhadap PPK sehubungan dengan klaim atas
pelanggaran HKI, termasuk pelanggaran hak cipta, merek dagang, hak paten, dan bentuk
HKI lainnya yang dilakukan atau diduga dilakukan oleh Penyedia.
Jaminan Mutu dan Pengepakan
Penyedia Barang menjamin bahwa barang, termasuk pengepakannya, memenuhi spesifikasi
yang ditetapkan serta bebas dari cacat mutu. Penyedia Barang juga menjamin bahwa barang
dikepak sedemikian rupa sehingga barang terhindar dan terlindungi dari resiko kerusakan
atau kehilangan selama masa transportasi atau pada saat pengiriman dari tempat asal
sampai serah terima.
Pemutusan
Menyimpang dari Pasal 1266 dan 1267 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, PPK dapat
memutuskan SPK ini dengan pemberitahuan tertulis kepada Penyedia Barang.
Apabila SPK diputuskan sebelum waktu pelaksanaan pengadaan berakhir dan pemutusan
tersebut akibat Keadaan Kahar atau bukan karena kesalahan atau kelalaian penyedia maka
penyedia berhak atas pembayaran pekerjaan sesuai dengan prestasi pengadaan yang dapat
diterima oleh PPK.
Pemeliharaan Lingkungan
Penyedia berkewajiban untuk mengambil langkah-langkah yang memadai untuk melindungi
lingkungan selama pelaksanaan pengadaan barang serta membatasi gangguan lingkungan
terhadap pihak ketiga dan harta bendanya sehubungan dengan pelaksanaan SPK ini.
Perpajakan
Penyedia berkewajiban untuk membayar semua pajak, bea, retribusi, dan pungutan lain yang
dibebankan oleh peraturan perundang-undangan atas pelaksanaan SPK. Semua
pengeluaran perpajakan ini dianggap telah termasuk dalam nilai SPK.
Hukum Yang Berlaku
Keabsahan, interpretasi, dan pelaksanaan SPK ini didasarkan kepada hukum Republik
Indonesia.
Penyelesaian Perselisihan
PPK dan Penyedia berkewajiban untuk berupaya sungguh-sungguh menyelesaikan secara
damai semua perselisihan yang timbul dari atau berhubungan dengan SPK ini atau
interpretasinya selama atau setelah pelaksanaan pengadaan barang ini. Apabila perselisihan
tidak dapat diselesaikan secara musyawarah maka perselisihan akan diselesaikan melalui
arbitrase, mediasi, konsiliasi atau pengadilan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Perubahan SPK
SPK ini tidak dapat diubah kecuali dibuat secara tertulis serta berlaku apabila disetujui oleh
para pihak.
Pengalihan dan/atau Subkontrak
Penyedia dilarang untuk mengalihkan dan/atau mensubkontrakkan sebagian atau seluruh
pengadaan. Pengalihan seluruh pengadaan hanya diperbolehkan dalam hal pergantian nama
penyedia, baik sebagai akibat peleburan, konsolidasi, pemisahan atau akibat lainnya.

Larangan Pemberian Komisi


Penyedia menjamin tidak akan memberikan komisi dalam bentuk apapun (gratifikasi) kepada
semua pihak terkait.

Jaminan Pengadaan Barang dan Jasa


1) Jaminan penawaran
 Jaminan Penawaran diberikan oleh Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya pada
saat memasukkan penawaran, yang besarnya antara 1% (Satu Perseratus) hingga 3% (Tiga
Perseratus) dari total HPS.
 Jaminan Penawaran dikembalikan kepada Penyedia Barang/ Pekerjaan Konstruksi/ Jasa
Lainnya setelah Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) menerima Jaminan Pelaksanaan untuk
penandatanganan Kontrak.
 Jaminan Penawaran tidak diperlukan dalam hal Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya dilaksanakan dengan Penunjukan Langsung, Pengadaan Langsung atau
Kontes/Sayembara.
2) Jaminan pelaksanaan;
 Jaminan Pelaksanaan diberikan oleh Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi untuk Kontrak
bernilai diatas Rp100.000.000,00 (Seratus Juta Rupiah).
 Jaminan Pelaksanaan dapat diberikan oleh Penyedia Jasa Lainnya untuk Kontrak bernilai
diatas Rp100.000.000,00 (Seratus Juta Rupiah).
 Jaminan Pelaksanaan diberikan setelah diterbitkannya Surat Penunjukan Penyedia
Barang/Jasa (SPPBJ) dan sebelum penandatanganan Kontrak Pengadaan Barang/ Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya.
 Besaran nilai Jaminan Pelaksanaan adalah sebagai berikut:
a) Untuk nilai penawaran terkoreksi antara 80% (Delapan Puluh Perseratus) sampai dengan
100% (Seratus Perseratus) dari nilai total HPS, Jaminan Pelaksanaan adalah sebesar 5%
(Lima Perseratus) dari nilai Kontrak; atau
b) Untuk nilai penawaran terkoreksi dibawah 80% (delapan puluh perseratus) dari nilai total
HPS, besarnya Jaminan Pelaksanaan 5% (lima perseratus) dari nilai total HPS.
 Jaminan Pelaksanaan berlaku sejak tanggal Kontrak sampai serah terima Barang/Jasa Lainnya
atau serah terima pertama Pekerjaan Konstruksi.
 Jaminan Pelaksanaan dikembalikan setelah:
a) Penyerahan Barang/Jasa Lainnya dan Sertifikat Garansi; atau
b) Penyerahan Jaminan Pemeliharaan sebesar 5% (Lima Perseratus) dari nilai Kontrak khusus
bagi Penyedia Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya.
3) Jaminan pemeliharaan;
 Jaminan Pemeliharaan wajib diberikan oleh Penyedia Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
setelah pelaksanaan pekerjaan dinyatakan selesai 100% (Seratus Perseratus).
 Jaminan Pemeliharaan sebesar 5% (Lima Perseratus) dari nilai Kontrak harus diberikan
kepada PPK untuk menjamin pemeliharaan Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang telah
diserahkan.
 Jaminan Pemeliharaan dikembalikan setelah 14 (empat belas) hari kerja setelah masa
pemeliharaan selesai.
 Penyedia Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dapat memilih untuk memberikan Jaminan
Pemeliharaan atau memberikan retensi.
 Jaminan Pemeliharaan atau retensi sebagaimana dimaksud pada ayat (4), besarnya 5% (Lima
Perseratus) dari nilai Kontrak Pengadaan Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya.

Pembayaran Uang Muka


1) Uang muka dapat diberikan kepada penyedia barang/jasa untuk :
 Mobilisasi alat dan tenaga kerja;
 Pembayaran uang tanda jadi kepada pemasok barang/ material; dan/atau
 Persiapan teknis lain yang diperlukan bagi pelaksanaan pengadaan barang/jasa.
2) Uang muka dapat diberikan kepada penyedia barang/jasa dengan ketentuan sebagai berikut:
 Untuk usaha kecil paling tinggi 30% (Tiga Puluh Perseratus) dari nilai kontrak pengadaan
barang/jasa; atau
 Untuk usaha non kecil paling tinggi 20% (Dua Puluh Perseratus) dari nilai kontrak pengadaan
barang/jasa.
3) Besarnya uang muka untuk kontrak tahun jamak adalah nilai yang paling kecil diantara 2 (dua)
pilihan, yaitu:
 20% (Dua Puluh Perseratus) dari kontrak tahun pertama; atau
 15% (Lima Belas Perseratus) dari nilai kontrak.
4) Nilai jaminan uang muka secara bertahap dapat dikurangi secara proporsional sesuai dengan
pencapaian prestasi pekerjaan.
 
6. Pejabat Yang Melaksanankan Perjanjian Pengadaan Barang Dan Jasa
a) Surat Perintah Kerja atau Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa (KPBJ) adalah perjanjian
tertulis antara PPK dengan Penyedia Barang/Jasa atau pelaksana Swakelola.
b) PPK dilarang mengadakan ikatan perjanjian atau menandatangani Kontrak dengan Penyedia
Barang/Jasa apabila belum tersedia anggaran atau tidak cukup tersedia anggaran yang dapat
mengakibatkan dilampauinya batas anggaran yang tersedia untuk kegiatan yang dibiayai dari
APBN/APBD.
c) Pejabat Pembuat Komitmen mempunyai tugas pokok dan Kewenangan :
Menetapkan rencana pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa yang meliputi:
1) Spesifikasi teknis Barang/Jasa;
2) Harga Perkiraan Sendiri (HPS); dan
3) Rancangan Kontrak.
Menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa;
Menandatangani Kontrak;
Melaksanakan Kontrak dengan Penyedia Barang/Jasa;
Mengendalikan pelaksanaan Kontrak;
Melaporkan pelaksanaan/penyelesaian Pengadaan Barang/Jasa kepada Pengguna
Anggaran (PA) / Kuasa Pengguna Anggaran (KPA);
Menyerahkan hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa kepada PA/KPA dengan Berita
Acara Penyerahan;
Melaporkan kemajuan pekerjaan termasuk penyerapan anggaran dan hambatan
pelaksanaan pekerjaan kepada PA/KPA setiap triwulan; dan
Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa.

7. Besaran Belanja melalui mekanisme Ganti Uang Persediaan (GU)


Sesuai Lampiran I Penatausahaan SKPD dalam Peraturan Walikota Tual tentang Sistem dan
Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah, khususnya pembayaran melalui mekanisme Ganti Uang
Persediaan (GU), yaitu :
a) Pembayaran kepada satu rekanan tidak diperkenankan melebihi jumlah sebesar
Rp15.000.000,00 (Lima Belas Juta Rupiah), kecuali untuk pembayaran biaya langganan daya
dan jasa serta biaya pengadaan Bahan Bakar Minyak (BBM) melalui Pertamina
b) Pelaksanaan pekerjaan pengadaan barang/jasa termasuk pengadaan barang dan pekerjaan
yang dilaksanakan sendiri (swakelola) yang nilainya di atas Rp15.000.000,00 (Lima Belas Juta
Rupiah) harus dikeluarkan melalui mekanisme pembebanan Langsung (LS)

8. Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD)


a) Pegawai Negeri dilarang menerima biaya perjalanan dinas Jabatan rangkap (dua kali atau
lebih) untuk perjalanan dinas yang dilakukan dalam waktu yang sama.
b) Biaya perjalanan dinas dibayarkan, sebelum perjalanan dinas jabatan dilaksanakan.
c) Dalam hal perjalanan dinas jabatan harus segera dilaksanakan, sementara biaya perjalanan
dinas belum dapat dibayarkan, maka biaya perjalanan dinas dapat dibayarkan setelah
perjalanan dinas selesai.
d) Dalam hal jumlah hari perjalanan dinas ternyata kurang dari jumlah hari yang ditetapkan
dalam SPPD, maka Pegawai Negeri yang bersangkutan wajib menyetorkan kembali
kelebihan uang harian dan biaya penginapan yang telah diterimanya.
e) Pejabat yang Berwenang hanya dapat menerbitkan SPPD untuk perjalanan dinas yang
biayanya dibebankan pada anggaran yang tersedia pada Dinas / Badan / Kantor / Satuan
kerja berkenaan.
f) Dalam hal SPPD ditandatangani oleh atasan langsung pejabat yang berwenang, maka
pembiayaan perjalanan dinas dapat dibebankan pada Dinas / Badan / Kantor / Satuan kerja
Pejabat yang Berwenang tersebut
g) Pegawai Negeri yang melakukan perjalanan dinas wajib menyampaikan dokumen
pertanggungjawaban biaya dan laporan perjalanan dinas :
Eselon II kepada Walikota
Eselon III,  Eselon IV, PNS dan Pegawai Non PNS kepada kepala SKPD
h) Pejabat yang Berwenang dan Pejabat / Pegawai yang melakukan perjalanan dinas
bertanggung jawab sepenuhnya atas kerugian yang diderita oleh negara sebagai akibat dari
kesalahan, kelalaian atau kealpaan yang bersangkutan dalam hubungannya dengan
perjalanan dinas dimaksud
i) Perjalanan dinas dalam rangka bimbingan teknis atau pendidikan dan pelatihan harus
melampirkan bukti kontribusi dengan melampirkan rincian belanja atas biaya kontribusi,
seperti : biaya penggandaan materi, instruktur, biaya akomodasi, biaya makanan dan
minuman selama pelaksanaan kegiatan serta surat panggilan / undangan yang menjadi dasar
kegiatan, untuk menghindari biaya ganda dalam komponen biaya perjalanan dinas seperti
uang makan dan biaya penginapan
j) Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD) tidak boleh ada penghapusan-penghapusan atau
cacat pada tulisan ataupun Tip-Ex terutama pada angka 7 SPPD lembar pertama yang
memuat antara lain : (1) lamanya perjalanan dinas, (2) tanggal berangkat, (3) tanggal harus
kembali / tiba ditempat baru dan kolom tiba dan berangkat pada SPPD lembar kedua.
k) Tujuan perjalanan dinas harus ditulis secara jelas kegiatan yang diikuti dan tidak hanya
menulis dalam rangka konsultasi atau koordinasi
l) Surat Perintah Perjalanan Dinas tidak boleh ditandatangani oleh Pejabat Yang Mewakili
m) Surat Perintah Tugas dalam rangka perjalanan dinas, sekurang-kurangnya menjelaskan
tentang :
Dasar atas pelaksanaan perjalanan dinas, seperti : Surat Panggilan, dll
Pejabat yang memerintah perjalanan dinas
Nama Lengkap Pegawai
Pangkat / Golongan Ruang
Nomor Induk Pegawai (NIP)
Jabatan
Tujuan perjalanan dan tempat berlangsungnya kegiatan
Tidak menulis lamanya waktu perjalanan dinas
n) Pejabat yang menandatangani Surat Perintah Tugas (SPT) dalam rangka perjalanan dinas,
yaitu :
Eselon II     ditandatangani oleh Kepala Daerah / Wakil Kepala Daerah
Eselon III    kepala SKPD ditandatangani oleh Sekretaris Daerah        
Eselon III    ditandatangani oleh Kepala SKPD
Eselon IV    ditandatangani oleh Kepala SKPD
Pegawai non struktural dan pegawai non PNS oleh Kepala SKPD
Apabila Walikota, Wakil Walikota dan Sekretaris Daerah tidak berada di Kota Tual, maka
tidak diperkenankan melakukan perjalanan dinas kecuali perjalanan dinas yang sifatnya
penting dan harus mendapat persetujuan Walikota Tual.
o) Pejabat yang menandatangani SPPD, yaitu :
Eselon II     ditandatangan oleh Sekretaris Daerah
Eselon III    kepala SKPD ditandatangan oleh Sekretaris Daerah
Eselon III    ditandatangan oleh Kepala SKPD
Eselon IV    ditandatangan oleh Kepala SKPD
Pegawai non struktural dan pegawai non PNS oleh Kepala SKPD
p) SPPD lembaran pertama harus mengisi pembebanan anggaran atas “Instansi” dan “Kode
Mata Anggaran”
q) SPPD lembaran kedua harus asli (tanda tangan dan cap asli) untuk masing-masing pegawai
yang melaksanakan perjalanan dinas bila dilakukan dalam 1 (satu) tim
r) SPPD lembaran kedua untuk perjalanan dinas dalam daerah, selain ditandatangani oleh
Camat juga ditandatangi oleh Lurah, Kepala Desa /  Dusun tempat tujuan.
s) Perjalanan dinas yang terdiri dari beberapa pegawai atas jenis perjalanan dan tujuan yang
sama dapat digabungkan dalam lembaran pertama SPPD, namun pada lembaran kedua dan
perincian pembayaran harus dipisahkan untuk masing-masing pegawai
t) Perincian Pembayaran harus menggunakan meterai sesuai aturan yang berlaku
u) Pengisian lembaran kedua SPPD harus mengisi :
Tempat kedudukan berangkat dan kembali
Tanggal berangkat dan kembali 
Nama dan Jabatan Pejabat yang dikunjungi
v) Khusus untuk perjalanan atas pegawai tidak tetap / honorer dibebankan biaya perjalanan
sesuai dengan perjalanan Pegawai Negeri Sipil Golongan II
w) Format SPPD sebagaimana terlampir (Lampiran 2)

9. Kelengkapan Surat Pertanggungjawaban Fungsional Bendahara Pengeluaran, Bendahara


Penerimaan, Penyimpan dan Pengurus Barang
Kelengkapan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) Fungsional, yaitu :
a) Bendahara Pengeluaran dan Bendahara Pengeluaran Pembantu, antara lain :
 Surat Pertanggungjawaban Fungsional Bendahara Pengeluaran
 Register Penutupan Kas
 Buku Kas Umum / Buku Kas Pengeluaran (tanggal 1 s/d akhir bulan) SIMDA
 Buku Kas Umum / Buku Kas Pengeluaran (tanggal 1 s/d akhir bulan) MANUAL
 Buku Pembantu Bank (tanggal 1 s/d akhir bulan)
 Buku Pembantu Kas Tunai (tanggal 1 s/d akhir bulan)
 Buku Pajak
 Rekap Pengeluaran per rincian obyek yang dibelanjakan
 Rekening Koran bulanan
 Berita Acara Penutupan Kas
 Register SPP
 Register SPM
 Register Pengesahan SPJ
 Register SPJ – SP2D
 Register SPP – SP2D
b) Bendahara Penerimaan, antara lain :
 Surat Pertanggungjawaban Fungsional Bendahara
 Buku Kas Penerimaan SIMDA
 Buku Kas Penerimaan MANUAL
 Buku Pembantu Per Rincian Obyek Penerimaan
 Buku Rekapitulasi penerimaan
 Tanda bukti penerimaan
 Surat Tanda Setoran (STS)
 Nota Kredit yang telah divalidasi oleh Bank
 Register Tanda bukti penerimaan
 Register STS
 Fotocopy SKR-D / SKP-D atau Register Karcis dan Blanko
c) Pengurus dan Penyimpan Barang, antara lain :
 Buku Inventaris Barang
 Rekap Buku Inventaris Barang
 Laporan Mutasi Barang
 Daftar Mutasi Barang
 Rekapitulasi Daftar Mutasi Barang
 Buku Pengeluaran Barang
 Daftar Usulan Barang yang akan dihapus
 Daftar Barang Milik Daerah yang digunausahakan
 Buku Penerimaan Barang
 Buku Barang Pakai Habis
 Kartu Barang
 Bukti Pengambilan Barang Pakai Habis
 Surat Perintah Pengeluaran Barang (Lampiran 3)
Batas waktu penyampaian Laporan Pertanggungjawaban Pengurus dan Penyimpan
Barang selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya dan apabila tidak dimasukan, maka
akan diberikan sanksi keterlambatan penyampaian laporan pertanggungjawaban berupa tidak
dikeluarkan SP2D Ganti Uang Persediaan (GU) berikutnya hingga laporan
pertanggungjawaban disampaikan kepada Kepala BPKAD selaku Bendahara Umum Daerah
(BUD).
d) Bendahara Pengeluaran dan Bendahara Penerimaan pada SKPD wajib
mempertanggungjawabkan secara fungsional atas pengelolaan uang yang menjadi tanggung
jawabnya dengan menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban Pengeluaran
kepada Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD)  selaku Bendahara
Umum Daerah (BUD) paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya
e) Batas waktu penerbitan surat pengesahan laporan pertanggungjawaban pengeluaran
selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya dan apabila tidak dimasukan, maka akan
diberikan sanksi keterlambatan penyampaian laporan pertanggungjawaban berupa tidak
dikeluarkan SP2D Ganti Uang Persediaan (GU) berikutnya hingga laporan
pertanggungjawaban disampaikan kepada Kepala BPKAD selaku Bendahara Umum Daerah
(BUD)
 
10. Penetapan Surat Keputusan (SK)
a) Produk Hukum Daerah yang bersifat Penetapan yaitu Keputusan Kepala Daerah dan Instruksi
Kepala Daerah
b) Pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah menyusun Rancangan Keputusan Kepala Daerah,
sesuai dengan Tugas Pokok Fungsi dan kewenangan masing-masing.
c) Rancangan Keputusan Kepala Daerah diajukan kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris
Daerah setelah mendapat paraf koordinasi dari Kepala Bagian Hukum dan Organisasi
Sekretariat Daerah
d) Penomoran Keputusan Kepala Daerah dilakukan oleh Bagian Hukum dan Organisasi setelah
ditandatangani oleh Walikota
e) Surat Keputusan yang menyebabkan terjadinya pembebanan anggaran terhadap APBD harus
ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Daerah, kecuali penetapan kegiatan yang ruang
lingkup kegiatan hanya pada instansi yang bersangkutan, maka Surat Keputusannya
ditandatangani oleh Kepala SKPD atas nama Kepala Daerah.

11. Pelaksanaan Kerja Lembur


a) Pegawai Negeri Sipil dapat diperintahkan melakukan kerja lembur jika diperlukan untuk
menyelesaikan tugas-tugas kedinasan yang mendesak di luar jam kerja
b) Perintah Kerja Lembur dikeluarkan oleh Kepala Satuan Kerja dalam bentuk Surat Perintah
Kerja Lembur
c) Surat Perintah Kerja Lembur dapat dibuat untuk hari-hari tertentu saat PNS melakukan kerja
lembur
d) Surat Perintah Kerja Lembur sekurang-kurangnya memuat nama pegawai yang diperintahkan
kerja lembur, hari dan tanggal pelaksanaan kerja lembur, lamanya waktu kerja lembur dan
pekerjaan yang harus diselesaikan
e) Besarnya Uang Lembur untuk tiap-tiap jam penuh kerja lembur bagi PNS adalah sesuai
dengan yang ditetapkan dalam keputusan Kepala Daerah
f) Pemberian Uang Lembur pada hari libur kerja sebesar 200% dari besanya Uang Lembur pada
hari kerja
g) Pegawai yang melaksanakan Kerja Lembur paling kurang 2 (dua) jam berturut-turut diberikan
Uang Makan Lembur yang besarnya ditetapkan dalam keputusan Walikota
h) Waktu kerja lembur pada hari kerja paling banyak selama 3 (tiga) jam sehari atau 14 (empat
belas) jam dalam seminggu
i) Pembayaran uang lembur didasarkan pada daftar hadir lembur Pegawai
j) Uang lembur dan Uang Makan Lembur dibayarkan sebulan sekali paling cepat pada awal bulan
berikutnya
k) Khusus untuk lembur bulan desember dapat dibayarkan pada bulan berkenan
l) Permintaan pembayaran Uang Lembur dapat diajukan untuk beberapa bulan sekaligus
m) Pembayaran uang lembur dan uang makan lembur dikenakan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal
21 yang dihitung dari jumlah uang lembur dan uang makan lembur dengan ketentuan bagi PNS
Gol. II/d ke bawah tidak dikenakan pajak sedangkan untuk PNS Gol. III/a s/d Gol. III/d ke atas
dikenakan pajak sebesar 5% bila memiliki NPWP, apabila tidak memiliki NPWP maka
dikenakan tarif PPh 21 sebesar 20 %, sedangkan untuk PNS Gol. IV/a ke atas dikenakan pajak
sebesar 15% bila memiliki NPWP, apabila tidak memiliki NPWP maka dikenakan tarif PPh 21
sebesar 20 %.
n) Permintaan pembayaran uang lembur dan uang makan lembur, dilampirkan dengan :
 Daftar Pembayaran Perhitungan Uang Lembur
 Surat Perintah Kerja Lembur
 Daftar Hadir Kerja Lembur
 Surat Setoran Pajak Penghasilan (SSP PPh) Pasal 21
o) Format Daftar Perhitungan uang lembur dan uang makan lembur terlampir (Lampiran 3)

12. Persyaratan Barang dalam Kontrak atau SPK


Untuk memenuhi persyaratan barang bagi setiap jenis aset, sekurang-kurangnya meliputi :
a) Tanah
Jenis Tanah : Tanah Perkantoran, Tanah Perkebunan, Tanah Hutan, Tanah Taman, dll
Luas Tanah
Tahun Pengadaan Tanah
Alamat Lokasi
Status Tanah : Hak Pakai atau Hak Pengelolaan
Tanggal Sertifikat
Nomor Sertifikat
Penggunaan : Perkampungan, Taman, Perkebunan, dll
Asal Usul Tanah : Dibeli, Hibah
Harga Tanah
b) Peralatan dan Mesin
Jenis Barang : Kendaraan, Mesin Tik, Filling Kabinet
Type : Merk Toyota Kijang dengan type LGX, Komputer Merek IBM type pentium 4
Ukuran / CC : Mobil 2000 CC, Komputer spesifikasi besaran layar, kapasitas
Bahan : Besi (Filling Kabinet), Besi, Plastik (untuk Kursi)
Tahun Pembelian*)
Nomor Pabrik*)
Nomor Mesin*)
Nomor Polisi*)
BPKB
Asal Usul : Pembelian, Hibah
Harga
c) Gedung dan Bangunan
Jenis Barang
Kondisi Bangunan : Baik, Kurang Baik, Rusak Ringan
Konstruksi Bangunan : Bertingkat, Beton
Luas Lantai (M2)
Letak / Lokasi
Dokumen Gedung : Sertifikat, IMB
Luas Bangunan
Status Tanah Bangunan : Tanah Milik Pemda, Tanah Negara, Tanah Hak Ulayat
Asal Usul : Dibeli, Hibah
Harga
d) Jalan, Irigasi, Jaringan
Jenis Barang
Konstruksi : Aspal, Beton
Panjang
Lebar
Luas
Letak / Lokasi
Dokumen dari Jalan, Irigasi dan Jaringan
Status Tanah : Tanah Milik Pemerintah, Tanah Negara, Tanah Hak Ulayat
Asal Usul
Harga
Kondisi : Baik, Kurang Baik, Rusak Berat
e) Aset Tetap Lainnya
Jenis Barang : Buku, Barang Bercorak Kebudayaan, Hewan/Ternak, Tumbuh-Tumbuhan
Buku dan Perpustakaan : Judul, Pencipta
Barang Bercorak Kebudayaan/Kesenian : Asal Daerah, Pencipta, Bahan
Hewan / Ternak : Jenis, Ukuran
Jumlah
Tahun Cetak / Pembelian
Asal Usul Cara Perolehan
Harga
f) Konstruksi Dalam Pengerjaan
Jenis Barang
Bangunan : Permanen, Semi Permanen, Darurat
Konstruksi Bangunan : Bertingkat, Beton
Luas
Letak / Lokasi Alamat
Tanggal, Bulan, Tahun Mulai Pekerjaan
Status Tanah
Asal Usul Pembiayaan
Nilai Kontrak

13. Pengelolaan Kas Bendahara Pengeluaran


Pelaksanaan pengelolaan kas bendahara pengeluaran, perlu memperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
a) Pengecekan secara rutin transaksi yang tercatat pada Rekening Koran Bendahara
Pengeluaran.
b) Batas waktu 14 (empat belas) hari sejak pengambilan Rekening Koran, pihak bank tidak
menerima tanggapan dari Bendahara Pengeluaran maka dianggap telah menyetujui semua
transaksi yang terjadi.
c) Pencairan SP2D baik Gaji maupun Uang Persediaan memperhatikan nilai yang tertera pada
SP2D.
d) Penginputan Bukti belanja, Penerimaan dan Penyetoran Pajak menggunakan “ KAS TUNAI”
sehingga lebih teliti dalam melakukan transaksi Mutasi Bank – Tunai.
e) Pertanggungjawaban Uang Persediaan disesuaikan dengan jumlah transaksi Mutasi Bank –
Tunai.

Anda mungkin juga menyukai