Anda di halaman 1dari 6

Akibat Hukum Tanggung Jawab Administratif Pejabat Pembuat

Surat Perintah Membayar (PPSPM) dalam Pencairan Belanja Negara


Ditulis oleh Heryanto Sijabat, S.H., M.H., Widyaiswara Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan

ABSTRAK

Dalam melakukan tindakan pengeluaran negara Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dapat mendelegasikan
tugasnya kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar
(PPSPM). PPK bertanggung jawab secara formil dan materiil sedangkan PPSPM bertanggung jawab secara
formil atau administrasif. PPSPM hanya menguji surat permintaan pembayaran (SPP) dan lampirannya yang
diajukan oleh PPK. Akibat hukum dari tanggungjawab administrasif tersebut PPSPM tidak ikut serta didalam
kelengkapan materiil barang jasa.

Kata Kunci : PPSPM, Tanggung Jawab, Administratif.

PENDAHULUAN

Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Bab 2 menyebutkan Pejabat
Perbendaharaan terdiri dari bahwa salah satu Pengguna Anggaran (PA), Bendaharaan Umum Negara/Daerah
(BUN/D) dan Bendahara Penerimaan serta Bendahara Pengeluaran. Para Pejabat Perbendaharaan ini memiliki
wewenang dan tugas yang berbeda satu dengan yang lain.

PA memiliki wewenang dua diantaranya adalah melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran
anggaran belanja dan menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian dan perintah pembayaran. PA
dapat mengangkat Kuasa Pengguna Anggaran untuk melaksanakan tugas PA.

KPA dalam melaksanakan tugasnya dapat mengangkat Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Pejabat
Penandatangan Surat Perintah Bayar (PPSPM) serta mengangkat Bendahara Pengeluaran dan Bendahara
Penerimaan. Para Pejabat Perbendaharaan yang diangkat oleh KPA tersebut memiliki tugas dan wewenang serta
tanggungjawab yang berbeda pengujian dan perintah pembayaran belanja negara.

Penunjukkan pejabat perbendaharaan oleh KPA tentunya mereka yang memiliki kecakapan dan
integritas sebagai seorang pejabat penentu atas semua tagihan pada Negara. Seorang pegawai jika mau diangkat
sebagai PPK yang bertugas menghasilkan barang dan jasa Pemerintah harus memiliki Sertifikat lulus ujian
pengadaan barang dan jasa pemerintah yang diterbitkan oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah (LKPP), sedangkan Sertifikat untuk Bendahara Penerimaan atau Bendahara Pengeluaran diterbitkan
oleh Kementerian Keuangan. Hanya saja untuk menjabat sebagai PPSPM belum ada peraturan yang
mengharuskan sertifikasi.

Jabatan PPSPM dan PPK tidak boleh saling rangkap karena akan meniadakan salah satu asas dalam Keuangan
Negara yaitu Check and Balance (saling uji). Namun, peraturan

membolehkan jika jumlah dan kriteria pegawai kurang mencukupi maka KPA dapat merangkap jabatan PPSPM
atau PPK.

TANGGUNG JAWAB ADMINISTRATIF

Pada masa Indische Comptabiliteitswet (ICW) Staatsblad Tahun 1925 Nomor 448 dikenal pengujian
tagihan belanja dengan tiga cara, antara lain pengujian Wetmatigheid, pengujian Rechtmatigheid, dan pengujian
Doelmatigheid. Pengujian wetmatigheid dilakukan untuk mencari tahu terhadap jawaban atas pertanyaan,
apakah tagihan atas beban anggaran belanja negara itu sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku atau tidak, dan apakah dana yang digunakan untuk membayar tagihan atas beban anggaran belanja
negara itu tersedia dalam DIPA atau tidak. Pengujian rechmatigheid dilakukan untuk mencari tahu terhadap
jawaban atas pertanyaan, apakah para pihak yang mengajukan tagihan atas beban anggaran belanja negara itu
secara formal adalah sah dan berhak menerima pembayaran. Untuk keperluan pengujian rechmatigheid ini,
maka kepada para pihak penagih diminta untuk menunjukkan adanya surat-surat bukti, sehingga tagihan dapat
dipertanggungjawabkan. Surat-surat bukti ini antara lain meliputi Surat Perintah Kerja, Surat
Perjanjian/Kontrak, Kuitansi, Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan, dan lain sebagainya. Pengujian
Doelmatigheid dilakukan untuk mencari tahu terhadap jawaban atas pertanyaan, apakah maksud/tujuan (output)
dari suatu pekerjaan sebagai pelaksanaan kegiatan/sub kegiatan itu sesuai dengan sasaran/keluaran kegiatan dan
indikator keluaran Sub Kegiatan yang tertuang dalam DIPA atau tidak. Sebagai contoh, apabila ada pekerjaan
pengadaan barang/jasa, maka hasil pengadaan berupa sejumlah (satuan) barang/jasa memang nyata-nyata ada
sesuai dengan spesifikasi yang diminta dalam SPK/Kontrak. Termasuk juga pengujian adanya pemborosan atau
tidak, sebagai contoh untuk perjalanan dinas yang tidak terlalu prioritas, dan atau pembelian/penggantian ban
kendaraan yang masih baru/layak digunakan.[1]

Istilah pengujian yang disebutkan di atas, sekarang ini masih digunakan dengan istilah pengujian materil
dan pengujian administratif (formal). Ini dapat dilihat dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 45 tahun 2013
tentang tata cara pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Peraturan Menteri
Keuangan (PMK) Nomor 190/PMK.05/2012 tentang tata cara pembayaran dalam rangka pelaksanaan APBN.
Pengujian materiil itu merupakan pengujian Doelmatigheid sedangkan pengujian administratif (formal)
adalah pengujian Rechtmatigheid dan pengujian Wetmatigheid. Pejabat perbendaharaan yang bertanggung
jawab untuk pengujian materil dan administratif (formal) ada pada PPK sedangkan PPSPM hanya
bertanggungjawab secara administratif (formal). Begitu juga Bendahara Pengeluaran bertanggungjawab secara
administratif (formal) untuk setiap pengujian dan pembayaran tagihan belanja negara yang menggunakan Uang
Persediaan.

Dari PP Nomor 45 tahun 2013 pasal 13 dapat dijelaskan PPK bertanggung jawab atas kebenaran materiil
dan akibat yang timbul dari penggunaan bukti mengenai hak tagih kepada negara. Artinya output kegiatan serta
kelengkapan dan kebenaran dokumen yang akan diajukan untuk pembayaran merupakan tanggung jawab PPK.

Setelah PPK melakukan verifikasi kelengkapan dan kebenaran dokumen, PPK menyerahkannya kepada
PPSPM untuk dimintakan pembayarannya kepada Kas Negara. PPSPM merupakan perpanjangan tangan KPA
dalam menerbitkan Surat Perintah Bayar (SPM) yang ditujukan kepada Kuasa Bendahara Umum Negara
(KBUN) yang mana tugas tersebut dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). Tugas
dan wewenang PPSPM melakukan menguji kebenaran SPP atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SPP
beserta dokumen pendukung yang diajukan oleh PPK. PPSPM dapat menolak dan mengembalikan SPP, apabila
tidak memenuhi persyaratan untuk dibayarkan.

Jika dalam pengujian kelengkapan berkas yang diajukan dianggap memenuhi syarat maka PPSPM
membebankan tagihan pada mata anggaran yang telah disediakan kemudian diterbitkan SPM atau dokumen lain
yang dipersamakan dengan SPM. SPM tersebut dikirim ke KPPN. PPSPM memiliki keharusan untuk
menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen hak tagih dikarenakan pengiriman SPM ke KPPN tidak
dilampiri dengan dokumen hak tagih. Melihat tugas dan wewenang yang demikian PPSPM bertanggung jawab
terhadap kebenaran administrasi, kelengkapan administrasi dan keabsahan administrasi. Hal ini sesuai dengan
amanat Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 45 tahun 2013 pasal 15 dan 16.

Tugas dan wewenang PPSPM selanjutnya diperinci dalam PMK Nomor 190/PMK.05/2012. Salah satu
tugas dan wewenang tersebut adalah melakukan pengujian terhadap SPP dan lampirannya. Untuk verifikasi
dokumen hak tagih yang diajukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) kepada PPSPM berupa Surat
Permintaan Pembayaran (SPP) dan lampirannya pengujian dilakukan meliputi kelengkapan dokumen
pendukung SPP, kesesuaian penanda tangan SPP dengan spesimen tanda tangan PPK, dan kebenaran pengisian
format SPP.
Dilihat juga kesesuaian kode BAS pada SPP dengan DIPA. Termasuk di dalamnya ketersediaan pagu
sesuai BAS pada SPP dengan DIPA. Diperhatikan kebenaran formal dokumen/surat keputusan yang menjadi
persyaratan/kelengkapan pembayaran belanja pegawai dan pengadaan barang/jasa.

Pengujian Kebenaran pihak yang berhak menerima pembayaran pada SPP sehubungan dengan
perjanjian/kontrak/surat keputusan dan kebenaran perhitungan tagihan serta kewajiban di bidang perpajakan
dari pihak yang mempunyai hak tagih. Akan tetapi, sebelumnya sudah ada kepastian telah terpenuhinya
kewajiban pembayaran kepada negara oleh pihak yang mempunyai hak tagih kepada negara.

Kesesuaian prestasi pekerjaan dengan ketentuan pembayaran dalam perjanjian/kontrak, PPSPM dapat
mengujinya dari adanya Berita Serah Terima Barang (BAST) yang dibuat oleh Panitia/Pejabat penerima hasil
pekerjaan dengan pihak penyedia. PPSPM tidak memiliki tugas dan wewenang untuk membuktikan suatu
pekerjaan sudah selesai atau tidak secara fisik, cukup hanya meneliti kecocokan antara BAST dan kontrak.

Dalam penerbitan SPM, PPSPM perlu memperhatikan pencatatan pagu, realisasi belanja, sisa pagu, dana
UP/TUP dan sisa dana UP/TUP pada kartu pengawasan DIPA. Termasuk menandatangani SPM dan
memasukkan Personal Identification Number (PIN) PPSPM sebagai tanda tangan elektronik pada ADK SPM
sebelum dikirimkan kepada KPPN. PIN tersebut hanya diketahui oleh PPSPM yang ditunjuk dan jika terjadi
penyalahgunaan PIN maka itu merupakan tanggung jawab PPSPM.

AKIBAT HUKUM TANGGUNG JAWAB ADMINISTRATIF PPSPM

Tanggung jawab administratif PPSPM dalam mencairkan belanja negara yang telah ditegaskan PP 45
Tahun 2013 dan PMK Nomor 190/PMK.05/2012, memiliki akibat hukum bahwa PPSPM dalam melakukan
pengujian belanja negara hanya terfokus kepada kelengkapan berkas yang diajukan PPK sebagai lampiran SPP.
Contohnya jika PPK mengajukan SPP-LS belanja pegawai untuk pembayaran gaji induk maka PPK diharuskan
melampirkan kelengkapan berkasnya berupa :

1. Daftar Gaji, Rekapitulasi Daftar Gaji, dan Halaman Luar Daftar Gaji yang ditandatangani oleh PPABP,
Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK;

2. Daftar Perubahan data pegawai yang ditandatangani PPABP;

3. Daftar Perubahan Potongan;

4. Daftar Penerimaan Gaji Bersih pegawai untuk pembayaran gaji yang dilaksanakan secara langsung pada
rekening masing-masing pegawai;
5. Copy dokumen pendukung perubahan data pegawai yang telah dilegalisasi oleh Kepala
Satker/pejabatyang berwenang meliputi Surat Keputusan (SK) terkait dengan pengangkatan Calon
Pegawai Negeri, SK Pegawai Negeri, SK Kenaikan Pangkat, Surat Pemberitahuan Kenaikan Gaji
Berkala, SK Mutasi Pegawai, SK Menduduki Jabatan, Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas, Surat atau
Akta terkait dengan anggota keluarga yang mendapat tunjangan, Surat Keterangan Penghentian
Pembayaran (SKPP), dan surat keputusan yang mengakibatkan penurunan gaji, serta SK Pemberian
Uang Tunggu sesuai peruntukannya;

6. ADK terkait dengan perubahan data pegawai;

7. ADK perhitungan pembayaran Belanja Pegawai sesuai perubahan data pegawai;

8. Surat Setoran Pajak Penghasilan (SSP PPh) Pasal 21.

Jika telah lengkap berkasnya maka PPSPM melanjutkan dengan menerbitkan SPM yang akan
dikirimkan ke KPPN. Apabila dalam penerbitan SPM terjadi kesalahan berupa kelebihan pembayaran kepada
para pihak atau kekurangan pemotongan pajak, maka yang akan dikenakan sanksi adalah PPSPM. Hanya saja
solusi untuk kelebihan bayar dapat dimintakan kepada para pihak yang telah menerima untuk menyetor kembali
ke kas negara dan jika kekurangan memungut pajak maka PPSPM memintakan para pihak untuk menyetor
kekurangan pajak. Selama kelebihan bayar atau kekurangan setoran belum dilunasi oleh para pihak maka hal
tersebut tetap merupakan tanggung jawab PPSPM.

Menyimpan keutuhan lampiran dari SPP yang dikirimkan PPK kepada PPSPM merupakan tanggung
jawab mutlak PPSPM. Apabila terjadi kehilangan bukti tagih selama belum diserahkan kebagian arsip, maka
jika ada pemeriksaan fungsional yang tidak mendapati dokumen pendukung terhadap pembayaran yang
dilakukan, kerugian negara ditanggungkan kepada PPSPM.

Kelemahan lain dalam tanggung jawab administratif yang diemban oleh PPSPM juga mengakibatkan
PPSPM dalam pencairan belanja bersifat pasif atau hanya bersifat

menunggu perintah PPK untuk melakukan pembayaran. Akibatnya PPSPM tidak ikut bertanggung jawab atas
penyerapan anggaran belanja negara dikarenakan dalam

penyusunan dan pembahasan Rencana Umum Pengandaan (RUP) PPSPM tidak diikutsertakan.

KESIMPULAN

Tanggung jawab administratif PPSPM dalam belanja negara memiliki akibat hukum hanya melakukan
pengujian terhadap kebenaran administrasi, kelengkapan administrasi,

dan keabsahan administrasi yang diajukan kepadanya oleh PPK.


DAFTAR PUSTAKA

Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004

Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012

Noor Cholis Madjid, Pengujian dan Pembayaran Tagihan, Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan, 2013

Anda mungkin juga menyukai