Anda di halaman 1dari 8

Sulfonilurea

Gliburida/Glibenklamida

Glipizida

Glikazida

Glimepirida

Glikuidon

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas, sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel β pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Golongan Sulfonilurea

Merupakan obat hipoglikemik oral yang paling dahulu ditemukan. Sampai beberapa

tahun yang lalu, dapat dikatakan hampir semua obat hipoglikemik oral merupakan

golongan sulfonilurea. Obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea merupakan obat

pilihan (drug of choice) untuk penderita diabetes dewasa baru dengan berat badan

normal dan kurang serta tidakpernah mengalami ketoasidosis sebelumnya. Senyawa-

senyawa sulfonylurea sebaiknya tidak diberikan pada penderita gangguan hati, ginjal

dan tiroid. Obat-obat kelompok ini bekerja merangsang sekresi insulin di kelenjar

pancreas, oleh sebab itu hanya efektif apabila sel-sel β Langerhans pancreas masih

dapat berproduksi. Penurunan kadar glukosa darah yang terjadi setelah pemberian

senyawa-senyawa sulfonilurea disebabkan oleh perangsangan sekresi insulin oleh

kelenjar pancreas. Sifat perangsangan ini berbeda dengan perangsangan oleh glukosa,

karena ternyata pada saat glukosa (atau kondisi hiperglikemia) gagal merangsang
sekresi insulin, senyawa-senyawa obat ini masih mampu meningkatkan sekresi insulin.

Oleh sebab itu, obat-obat

golongan sulfonilurea sangat bermanfaat untuk penderita diabetes yang kelenjar

pankreasnya masih mampu memproduksi insulin, tetapi karena sesuatu hal terhambat

sekresinya. Pada penderita dengan kerusakan sel-sel β Langerhans kelenjar pancreas,

pemberian obat-obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea tidak bermanfaat. Pada

dosis tinggi, sulfonylurea menghambat degradasi insulin oleh hati.

Absorpsi senyawa-senyawa sulfonilurea melalui usus cukup baik, sehingga dapat

diberikan per oral. Setelah diabsorpsi, obat ini tersebar ke seluruh cairan ekstrasel.

Dalam plasma sebagian terikat pada protein plasma terutama albumin (70-90%).

Efek Samping (Handoko dan Suharto, 1995; IONI, 2000)

Efek samping obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea umumnya ringan dan

frekuensinya rendah, antara lain gangguan saluran cerna dan gangguan susunan

syaraf pusat. Gangguan saluran cerna berupa mual, diare, sakit perut, hipersekresi

asam lambung dan sakit kepala. Gangguan susunan syaraf pusat berupa vertigo,

bingung, ataksia dan lain sebagainya. Gejala hematologik termasuk leukopenia,

trombositopenia, agranulosistosis dan anemia aplastik dapat terjadi walau jarang sekali.

Klorpropamida dapat meningkatkan ADH (Antidiuretik Hormon). Hipoglikemia dapat

terjadi apabila dosis tidak tepat atau diet terlalu ketat, juga pada gangguan fungsi hati

atau ginjal atau pada lansia. Hipogikemia sering diakibatkan oleh obat-obat

hipoglikemik oral dengan masa kerja panjang. Interaksi Obat (Handoko dan Suharto,

1995; IONI, 2000)


Banyak obat yang dapat berinteraksi dengan obat-obat sulfonilurea, sehingga risiko

terjadinya hipoglikemia harus diwaspadai. Obat atau senyawasenyawa yang dapat

meningkatkan risiko hipoglikemia sewaktu pemberian obat-obat hipoglikemik

sulfonilurea antara lain: alkohol, insulin, fenformin, sulfonamida, salisilat dosis besar,

fenilbutazon, oksifenbutazon, probenezida,

dikumarol, kloramfenikol, penghambat MAO (Mono Amin Oksigenase), guanetidin,

steroida anabolik, fenfluramin, dan klofibrat.

Peringatan dan Kontraindikasi (IONI, 2000 dan )

• Penggunaan obat-obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea harus hatihati pada

pasien usia lanjut, wanita hamil, pasien dengan gangguan fungsi hati, dan atau

gangguan fungsi ginjal. Klorpropamida dan glibenklamida tidak disarankan untuk pasien

usia lanjut dan pasien insufisiensi ginjal. Untuk pasien dengan gangguan fungsi ginjal

masih dapat digunakan glikuidon, gliklazida, atau tolbutamida yang kerjanya singkat.

• Wanita hamil dan menyusui, porfiria, dan ketoasidosis merupakan kontra indikasi bagi

sulfonilurea.

• Tidak boleh diberikan sebagai obat tunggal pada penderita diabetes yuvenil, penderita

yang kebutuhan insulinnya tidak stabil, dan diabetes melitus berat.

• Obat-obat golongan sulfonilurea cenderung meningkatkan berat badan. Ada beberapa

senyawa obat hipoglikemik oral golongan sulfonylurea yang saat ini beredar. Obat

hipoglikemik oral golongan sulfonylurea generasi pertama yang dipasarkan sebelum

1984 dan sekarang sudah hampir tidak dipergunakan lagi antara lain asetoheksamida,

klorpropamida, tolazamida dan tolbutamida. Yang saat ini beredar adalah obat

hipoglikemik oral golongan sulfonilurea generasi kedua yang dipasarkan setelah 1984,
antara lain gliburida (glibenklamida), glipizida, glikazida, glimepirida, dan glikuidon.

Senyawa-senyawa ini umumnya tidak terlalu berbeda efektivitasnya, namun berbeda

dalam farmakokinetikanya, yang harus dipertimbangkan dengan cermat dalam

pemilihan obat yang cocok untuk masing-masing pasien dikaitkan dengan kondisi

kesehatan dan terapi lain yang tengah dijalani pasien.

TERAPI KOMBINASI

Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi dari beberapa OHO atau OHO

dengan insulin. Kombinasi yang umum adalah antara golongan sulfonilurea dengan

biguanida. Sulfonilurea akan mengawali dengan merangsang sekresi pankreas yang

memberikan kesempatan untuk senyawa biguanida bekerja efektif. Kedua golongan

obat hipoglikemik oral ini memiliki efek terhadap sensitivitas reseptor insulin, sehingga

kombinasi keduanya mempunyai efek saling menunjang. Pengalaman menunjukkan

bahwa kombinasi kedua golongan ini dapat efektif pada banyak penderita diabetes

yang sebelumnya tidak bermanfaat bila dipakai sendiri-sendiri.

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PENGGUNAAN OBAT

HIPOGLIKEMIK ORAL

1. Dosis selalu harus dimulai dengan dosis rendah yang kemudian dinaikkan secara

bertahap.

2. Harus diketahui betul bagaimana cara kerja, lama kerja dan efek samping obat-obat

tersebut.

3. Bila diberikan bersama obat lain, pikirkan kemungkinan adanya interaksi obat.
4. Pada kegagalan sekunder terhadap obat hipoglikemik oral, usahakanlah

menggunakan obat oral golongan lain, bila gagal lagi, baru pertimbangkan untuk beralih

pada insulin.

5. Hipoglikemia harus dihindari terutama pada penderita lanjut usia, oleh sebab itu

sebaiknya obat hipoglikemik oral yang bekerja jangka panjang tidak diberikan pada

penderita lanjut usia.

6. Usahakan agar harga obat terjangkau oleh penderita.

Terapi farmakologi untuk diabetes bisa dibagi menjadi dua yaitu insulin dan obat

hipoglikemi oral. Untuk terapi ada berbagai jenis sediaan insulin yang tersedia, yang terutama

berbeda dalam hal mula kerja (onset) dan masa kerjanya (duration). Insulin untuk terapi dapat

digolongkan menjadi 4 kelompok, yaitu : (1) insulin masa kerja singkat (short acting/insulin),

disebut juga insulin regular (2) insulin masa kerja sedang (intermediet-acting) (3) insulin masa

kerja sedang dengan mula kerja cepat (4) insulin masa kerja panjang (long acring insulin)

(Anonim,2005).

Respon individu terhadp terapi insulin cukup beragam, oleh sebab itu jenis sediaan

insulin mana yang diberikan kepada seorang penderita dan frekuensi penyuntikannya ditentukan

secara individual, bahkan seringkali memerlukan penyesuaian dosis terlebih dahulu. Umumnya

pada tahap awal diberikan sediaan insulin dengan kerja sedang, kemudian ditambahkan insulin

dengan kerja singkat untuk mengatasi hiperglikemia setelah makan. Insulin kerja singkat

diberikan sebelum makan, sedangkan insulin kerja sedang umumya diberikan satu atau dua kali

sehari dalam bentuk suntikan subkutan. Namun karena tidak mudah bagi penderita untuk

mencampurnya sendiri maka tersedia sediaan campuran tetap dari kedua jenis insulin regular ®

dan insulin kerja sedang (NPH) (Anonim,2005).


Obat hipoglikemik oral dibagi menjadi beberapa golongan yaitu : (1) obat yang

meningkatkan sekresi insulin, meliputi obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea dan glinida

(meglitinida dan turunan fenilalanin) (2) sensitizer insulin (obat-obat yang meningkatkan

sensitifitas sel terhadap insulin), meliputi obat-obat hipoglikemik golongan biguanida dan

tiazolidindion yang dapat membantu tubuh untuk memanfaatkan insulin secara lebih efektif (3)

inhibitor katabolisme karbohidrat, antara lain inhibitor alfa glukosidase yang bekerja

menghambat absorbsi glukosa dan umum digunakan untuk mengendalikan hiperglikemia post

prandial (Anonim,2005)
GOLONGAN SULFONILUREA

Obat yang termasuk kelompok sulfonilurea ini adalah glibenclamid, gliburid, glipizid,

glikazid, glimipirid, glikuidon. Paling sedikit dikenal tiga mekanisme kerja dari sulfonilurea (1)

pelepasan insulin dari sel beta (2) pengurangan kadar glukagon dalam serum dan (3) efek

ekstrapankreas untuk memperkuat kerja insulin pada jaringan target.

Pelepasan insulin dari sel beta pankreas: sulfonilurea terikat pada reseptor spesifik yang

berhubungan dengan saluran kalium pada membran sel Beta. Pengikatan sulfonilurea

menghambat keluarnya ion kalium melalui saluran dan menghasilkan depolarisasi. Depolarisasi

akan membuka saluran kalsium yang bermuatan listrik dan mengakibatkan masuknya kalsium

dan penglepasan prabentuk insulin. Penghambat saluran kalsium dapat mencegah kerja

sulfonilurea in vitro, tetapi ini memerlukan konsentrasi penghambat kalsium 100-1000 kali kadar

teraupetik untuk mencapai hambatan itu, mungkin karena saluran kalsium berhubungan dengan

sel Beta yang tidak identik dengan saluran kalsium tipe L sistem kardiovaskuler. Lebih lanjut

diazoxid suatu tiazid mirip pembuka saluran kalium, menghalangi efek insulinotropik
sulfonilurea (sama seperti glukosa). Penyelidikan ini juga memberikan suatu penjelasan

mengenai efek hiperglikemia diuretik tiazid (Katzung,1997).

Sintesis insulin tidak diransang dan bahkan tidak dikurangi oleh sulfonilurea. Pelepasan

insulin dalam respon dalam glukosa ditingkatkan. Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa

setelah terapi sulfonilurea jangka panjang, kadar insulin serum tidak meningkat oleh obat ini dan

bahkan menurun. Observasi ini dirumitkan oleh kenyataan bahwa kebanyakan data tersebut

didapat dari tes toleransi glukosa oral bahkan suatu pengukuran dari respon sel pankreas. Setelah

makan makanan campuran yang mengandung protein seperti karbohidrat, manfaat efek

pengobatan kronis sulfonilurea umumnya dihubungkan dengan peningkatan kadar insulin serum

(Katzung,1997).

Penurunan konsentrasi glukagon serum. Pemberian sulfonilurea menahun pada penderita

diabetes yang tidak tergantung insulin akan menurunkan kadar glukagon serum. Hal ini dapat

menyokong efek hipoglikemik obat ini. Mekanisme efek penekanan sulfonilurea ini terhadap

kadar glukagon belum jelas, tetapi mungkin melibatkan penghambatan langsung yang

disebabkan karena peningkatan pelepasan insulin dan somatostatin, yang menghambat sekresi sel

A (Katzung,1997).

Potekanan darah kerja insulin pada jaringan target. Terdapat bukti bahwa peningkatan

pengikatan insulin ke jaringan reseptor terjadi selama pemberian sulfonilurea pada penderita

diabetes tipe II. Peningkatan dalam jumlah reseptor dapat meningkatkan efek, dicapai dengan

konsentrasi agonis tertentu, suatu kerja sulfonilurea seperti itu akan menambah potekanan darah

efek insulin penderita dalam kadar rendah Maupun insulin eksogen. Walaupun demikian, efek in

vivo ini tidak terjadi bila insulin in vitro ditambahkan pada insulin jaringan target. Lebih lanjut,

pada penderita diabetes yang bergantung pada insulin tanpa sekresi insulin endogen, maka terpai
sulfoil urea belum terbukti memperbaiki kontrol glukosa darah, meningkatkan sensitivitas

terhadap pemberian insulin, atau meningkatkan pengikatan insulin oleh reseptor (Katzung,1997).

Efek samping obat hipoglikemik oral golong sulfonilurea umunya ringan dan
frekuensinya rendah, antara lain gangguan saluran cerna dan gangguan syaraf pusat. Gangguan
saluran cerna berupa mual, diare, sakit perut, hipersekresi asam lambung dan sakit kepala.
Gangguan susunan saraf pusat berupa vertigo, bingung, ataksia dan lain sebagainya. Gejala
hematologik termasuk leukopenia, trombositopenia, agranulositosis dan anemia aplastik dapat
terjadi walau jarang sekali. Klorpropramida dapat meningkatkan ADH (antidiuretik hormon).
Hipoglikemia dapat terjadi jika dosis tidak tepat atau diet terlalu ketat, juga pada gangguan
fungsi hati atau ginjal atau pada lansia. Hipoglikemia sering diakibatkan oleh obat-obat
hipoglikemik oral dengan masa kerja panjang (Anonim,2005).

Anda mungkin juga menyukai