Argumen :
Terdapat banyak isu pendidikan yang ada di Indonesia. Salah satunya adalah
rendahnya anggaran pendidikan. Hal ini membuat banyak kasus dan salah satunya adalah
contoh berita diatas. Menurut saya, kalau memang demi kebaikan siswa adalah meger
sekolah ke SD lain, saya rasa hal tersebut dapat dibenarkan supaya SDN Tambak Langon
Nomor 128 juga dapat sekalian direnovasi agar tidak banyak urukan tanah yang mengganggu.
Jika alasan tidak menerima keputusan merger sekolah karena jarak yang jauh, bisa diatasi
dengan antar jemput pribadi ataupun menggunakan mobil antar jemput bersama. Jadi dua
masalah dapat diselesaikan secara bersamaan. Baru setelah SDN Tambak Langon Nomor 128
sudah layak untuk digunakan, siswanya bisa pindah ke SDN Tambak Langon Nomor 128
seperti semula.Mengenai dana untuk solusi tersebut, yang jelas pemerintah kota diharapkan
dapat banyak membantu mengganggarkan demi anak bangsa untuk mendapat sekolah yang
layak. Sehingga tidak hanya mengandalkan urunan para wali murid jika hal tersebut memang
dilakukan.
Berita 2
Argumen :
Berita diatas adanya contoh kasus rendahnya anggaran pendidikan di Indonesia.
Sedikit ada kemiripan dengan berita yang terjadi di SDN Tambak Langon Nomor 128,
Surabaya. Karena kasus tersebut, siswa SDN 2 Karanghojo tidak mendapatkan suasana
belajar yang layak dan kondusif. Minimnya anggaran mungkin adalah sebuah alasan yang
menjadi penyebab kucuran dana baru didapat akhir-akhir ini. Sebaiknya, kucuran dana segera
diberikan kepada sekolah-sekolah yang membutuhkan supaya perbaikan sekolah bisa segera
dilakukan dan siswa bisa belajar dengan nyaman dan penuh konsentrasi.
Berita 3
Argumen :
Berita diatas adanya contoh kasus rendahnya anggaran pendidikan di Indonesia.
Menurut saya sangat menyedihkan, karena guru sebagai pengajar yang akan memberikan
ilmu mereka ke anak-anak bangasa tidak mendapat hak yang layak. Khususnya guru honorer
yang ada di daerah jauh dari perkotaan. Gaji mereka jauh dari kata layak bahkan jauh dari
UMR. Padahal merekalah yang mencerdaskan anak bangsa dan mereka juga yang menjadi
pahlawan tanpa tanda jasa yang nyata. Hal ini sangat mengecewakan sehingga pemerintah
dimohon untuk segera memberikan keputusan yang bijak. Jika memang ada pencairan
intensif yang mungki menurut mereka nilainya tidak seberapa, tapi mungkin bagi beberapa
guru honorer nilai tersebut adalah cukup banyak sehingga sayang jika kabarnya hanya
simpang siur tanpa adanya kejelasan. Jika kendalanya memang ada pada peraturan bupati,
yang pasti dimohon dengan sangat untuk segera diselesaikan.