Anda di halaman 1dari 16

POLITEKNIK KESEHATAN RS. Dr.

SOEPRAOEN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

LAPORAN PENDAHULUAN TENTANG TUMOR MAMAE


DI RUANG BOEGENVIL

Oleh :
OCTAVIAN BETTA FISHURI
13.1.039

POLTEKKES RS dr.SOEPRAON MALANG


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2013-2014
LAPORAN PENDAHULUAN
TUMOR MAMAE

A. Pengertian
Tumor mammae adalah pertumbuhan sel – sel yang abnormal yang menggangu pertumbuhan
jaringan tubuh terutama pada sel epitel di mammae ( Sylvia,1995 )
Tumor mammae adalah adanya ketidakseimbangan yang dapat terjadi pada suatu sel / jaringan
di dalam mammae dimanba ia tumbuh secara liar dan tidak bias dikontol ( Dr.Iskandar,2007 )
Macam tumor mammae
1.Tumor jinak
Hanya tumbuh membesar , tidak terlalu berbahaya dan tidak menyebar keluar jaringan
2.Tumor ganas
Kangker adalah sel yang telah kehilangn kendali danb mekanisme normalnya sehingga
mengalami pertumbuhan tidak wajar , lair , dan kerap kali menyebar jauh ke sel jaringan lain
serta merusak

B. Etiologi
Penyebab keganasan pada payudara masih belum jelas, tetapi ada beberapa faktor yang
berkaitan erat dengan munculnya keganasan payudara yaitu ; virus, faktor lingkungan, faktor
hormonal, dan familial ;
1. Usia , resiko tinggi pada usia diatas 30 tahun
2. Riwayat keluarga ,
3. Riwayat menstrual,
4. Riwayat kesehatan,
5. Menikah tapi tidak melahirkan anak,
6. Riwayat reproduksi ; melahirkan anak pertama diatas 35 tahun,
7. Tidak menyusui,
8. Menggunakan obat kontrasepsi oral yang lama, penggunaan terapi estrogen,
9. Terapi radiasi ; terpapar dari lingkungan yang terpapar karsinogen,
10. Obesitas, life style,
11. Pemicu dari psikis; stress hebat

C. Patofisiologi
Tumor/neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan cirri-ciri: proliferasi sel yang
berlebihan dan tidak berguna yang tidak mengikuti pengaruh struktur jaringan sekitarnya.
Neoplasma yang maligna terdiri dari sel-sel kanker yang menunjukkan proliferasi yang tidak
terkendali yang mengganggu fungsi jaringan normal dengan menginfiltrasi dan memasukinya
dengan cara menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang jauh.
Di dalam sel tersebut terjadi perubahan secara biokimia terutama dalam intinya. Hampir semua
tumor ganas tumbuh dari suatu sel di mana telah terjadi transformasi maligna dan berubah
menjadi sekelompok sel-sel ganas di antar sel-sel normal.
Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase:
1. Fase induksi: 15-30 tahun
Sampai saat ini belum dipastikan sebab terjadinya kanker, tapi bourgeois lingkungan
mungkin memegang peranan besar dalam terjadinya kanker pada manusia.
Kontak dengan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun samapi bisa merubah
jaringan displasi menjadi tumor ganas. Hal ini tergantung dari sifat, jumlah, dan konsentrasi
zat karsinogen tersebut, tempat yang dikenai karsinogen, lamanya terkena, adanya zat-zat
karsinogen atau ko-karsinogen lain, kerentanan jaringan dan individu.
2. fase in situ: 1-5 tahun
pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi pre-cancerous yang bisa
ditemukan di serviks uteri, rongga mulut, paru-paru, saluran cerna, kandung kemih, kulit
dan akhirnya ditemukan di payudara.
3. fase invasi
Sel-sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi meleui membrane sel ke jaringan
sekitarnya ke pembuluh darah serta limfe.
Waktu antara fase ke 3 dan ke 4 berlangsung antara beberpa minggu sampai beberapa
tahun.
4. fase diseminasi: 1-5 tahun
Bila tumor makin membesar maka kemungkinan penyebaran ke tempat-tempat lain
bertambah.
D. Tanda Dan Gejala

1. benjolan yang dapat dipalpasi


2. biasanya sedikit nyeri
3. kebanyakan sering ditemukan pada kuadran atas luar
4. rabas pada putting susu
5. retraksi putting
6. kulit berlesung
7. edema
8. perubahan pada kontur payudara
9. adenopati aksila
10. nyeri tulang
11. efusi pleura

E. Komplikasi
Komplikasi potensial dari Ca payudara adalah limfederma. Hal ini terjadi jika saluran limfe untuk
menjamin aliran balik limfe ke sirkulasi umum tidak berfungsi dengan adekuat. Jika nodus
eksilaris dan sistem limfe diangkat, maka sistem kolateral dan aksilaris harus mengambil alih
fungsi mereka.
Metastasis di parenkhim paru pada rontgenologis memperlihatkan gambaran coin lesionyang
multiple dengan ukuran yang bermacam-macam. Metastatis ini seperti pula mengenai pleura
yang dapat mengakibatkan pleural effusion.
Metastatis ketulang vertebra akan terlihat pada gambaran rontgenologis sebagai gambaran
obteolitik/destruk, yang dapat pula menimbulkan fraktur patologis berupa fraktur kompresi.
1. Metastatis melalui istem vena :
Metastatis tumor ganas payudara melalui sistem vena, akan menyebabkan terjadinya
metastatis ke paru-paru dan organ-organ lain. Akan tetapi dapat pula terjadi metastasis ke
vertebra secara langsung, melalui vena-vena kecil yang bermura ke v. interkostalis, dimana
v. interkostalis ini akan bermuara ke dalam vertebralis. V. Mammaria interna merupakan
jalan utama metastatis tumor ganas payudara ke paru-paru melalui sistem vena.
2. Metastatis tumor ganas payudara melalui sistem limfe :
Metastatis melalui sistem limfe ini pertama kali akan mengenai kelenjar getah bening
regional.
a) Metastatis utama karsinoma mamma melalui limfe adalah ke kelenjar getah bening
aksila. Pada stadium tertentu, biasanya kelenjar aksila inilah yang terkena.
b) Metastatis ke kelenjar getah bening sentral (Central nodes) kelenjar getah bening sentral
ini merupakan kelenjar getah bening yang tersering terkena metastatis. Menurut
beberapa penyelidikan, hampir 90% metastatis kekelenjar aksila adalah kekelenjar getah
bening sentral.
c) Metastasis kekelenjar getah bening interpektoral (Rotter’s nodes)
d) Metastasis ke kelenjar getah bening sub klavikula
e) Metastatsis kekelenjar getah bening mammaria eksterna. Metastasis ke kelenjar getah
bening ini adalah paling jarang terjadi dibanding dengan kelenjar-kelenjar getah bening
aksila lainnya.
f) Metastatsis kekelenjar getah bening aksila kontralateral. Jalan metastatsis ke kelenjar
getah bening kontralateral sampai saat ini belum jelas. Bila metastatasis tersebut melalui
saluran limfe kulit, sebelum sampai ke aksila akan mengenai payudara kontralateral lebih
dulu.
Padahal pernah ditemukan kasus dengan Metastasis ke kelenjar aksila kontra lateral
tanpa Metastasis ke payudara kontralateral. Diduga jalan metastasis tersebut
melalui deep lymphatic fascial plexus dibawah payudara kontralateral, melalui kolateral
limfatik.
g) Metastatsis kekelenjar getah bening supraklavikula
Bila Metastasis karsinoma mamma telah sampai kekelenjar getah bening subklavikula, ini
berarti bahwa metastasis tinggal 3-4 cm dari grand central limfatik terminus yang
terletak dekat pertemuan v. subklavikula dan v. jugularis interna. Bila sentinel nodes
yang terletak disekitar grand central limftik terminus telah terkena metastasis, dapat
terjadi statis aliran limfe, sehingga bisa terjadi aliran membalik, menuju kekelenjar getah
bening supraklavikula, dan terjadi metastasis kekelenjar tersebut. Penyebaran ini disebut
sebagai penyebaran tidak langsung. Dapat pula terjadi penyebaran ke kelenjar
subklavikula secara langsung ke kelenjar subklavikula tanpa melalui sentinel nodes.
h) Metastasis ke kelenjar getah bening mammaria interna
Metastasis ke kelenjar getah bening mammaria interna ternyata lebih sering dari yang di
duga. Biasanya terjadi pada karsinoma mamma di sentral dan kwadran medial. Dan
biasanya terjadi setelah Metastasis ke aksila.
i) Metastasis ke hepar
Selain melalui sistem vena, ternyata dapat terjadi karsinoma mamma ke hepar melalui
sistem limfe. Keadaan ini terjadi bila tumor terletak ditepi bagian bawah payudara.
Metastasis melalui sistem limfe yang jalan bersama-sama vasa epigastrika superior. Bila
terjadi Metastasis ke kelenjar preperikardial, akan terjadi stasis aliran limfe, dan terjadi
aliran balik limfe ke hepar, dan terjadi metastasis ke hepar.

F. Klasifikasi TNM Ca Mamae


1. Tumor primer (T)
a. Tx : Tumor primer tidak dapat ditentukan

b. To : Tidak terbukti adanya tumor primer

c. Tis : - Kanker in situpaget dis pada papila tanpa teraba tumor


- kanker intraduktal atau lobuler insitu
- penyakit raget pada papila tanpa teraba tumor
d. T1 : Tumor < 2 cm
- T1a : Tumor < 0,5 cm
- T1b : Tumor 0,5 – 1 cm
- T1c : Tumor 1 – 2 cm
e. T2 : Tumor 2 – 5 cm
f. T3 : Tumor diatas 5 cm
g. T4 : Tumor tanpa memandang ukuran, penyebaran langsung ke dinding thorax atau
kulit.
Dinding dada termasuk kosta, otot interkosta, otot seratus anterior, tidak termasuk otot
pektoralis
- T4a : Melekat pada dinding dada
- T4b : Edema kulit, ulkus, peau d’orange, nodul satelit pada daerah payudara
yang sama
- T4c : T4a dan T4b
- T4d : karsinoma inflamatoris mastitis karsinomatosis
2. Nodus limfe regional (N)
a. Nx : Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan
b. N0 : Tidak teraba kelenjar aksila
c. N1 : Teraba pembesaran kelenjar aksila homolateral yang tidak melekat.
d. N2 : Teraba pembesaran kelenjar aksila homolateral yang melekat satu sama lain atau
melekat pada jaringan sekitarnya.
e. N3 : Terdapat pembesaran kelenjar mamaria interna homolateral

3. Metastas jauh (M)


a. Mx : Metastase jauh tidak dapat ditentukan
b. M0 : Tidak ada metastase jauh
c. M1 : Terdapat metastase jauh, termasuk kelenjar subklavikula

G. Penentuan Stadium Ca Mamae


a. Stadium 0 : kanker insitu dimana sel-sel kanker berada pada tempatnya didalam
payudara yang normal.
b. Stadium I : tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm dan belum menyebar
keluar payudara.
c. Stadium IIa : tumor dengan garis tengah 2-5 cm dan belum menyebar ke kelenjar
getah bening ketiak.
d. Stadium IIb : tumor dengan garis tengah lebih besar dari 5 cm dan belum menyebar
ke kelenjar getah bening ketiak.
e. Stadium IIIa : tumor dengan garis tengah kurang dari 5 cm dan menyebar ke kelenjar
getah bening ketiak disertai perlekatan satu sama lain.
f. Stadium IIIb : tumor telah menyusup keluar payudara, yaitu ke dalam kulit payudara
atau dinding dada.
g. Stadium IV : tumor telah menyebar keluar daerah payudara dan dinding dada.
H. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium :
a. Morfologi sel darah
b. Laju endap darah
c. Tes faal hati
d. Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum atau plasma
e. Pemeriksaan sitologik
Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada penilaian cairan yang keluar spontan
dari putting payudara, cairan kista atau cairan yang keluar dari ekskoriasi
2. Mammagrafi
Pengujian mammae dengan menggunakan sinar untuk mendeteksi secara dini. Memperlihatkan
struktur internal mammae untuk mendeteksi kanker yang tidak teraba atau tumor yang terjadi
pada tahap awal. Mammografi pada masa menopause kurang bermanfaat karean gambaran
kanker diantara jaringan kelenjar kurang tampak.
3. Ultrasonografi
Biasanya digunakan untuk mndeteksi luka-luka pada daerah padat pada mammae
ultrasonography berguna untuk membedakan tumor sulit dengan kista. kadang-kadang tampak
kista sebesar sampai 2 cm.
4. Thermography
Mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal; dari mammae atau mengidentifikasi
pertumbuhan cepat tumor sebagai titik panas karena peningkatan suplay darah dan
penyesuaian suhu kulit yang lebih tinggi.
5. Xerodiography
Memberikan dan memasukkan kontras yang lebih tajam antara pembuluh-pembuluh darah dan
jaringan yang padat. Menyatakan peningkatan sirkulasi sekitar sisi tumor.
6. Biopsi
Untuk menentukan secara menyakinkan apakah tumor jinak atau ganas, dengan cara
pengambilan massa. Memberikan diagnosa definitif terhadap massa dan berguna klasifikasi
histogi, pentahapan dan seleksi terapi.
7. CT. Scan
Dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara pada organ lain
8. Pemeriksaan hematologi
Yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada peredaran darah dengan
sendimental dan sentrifugis darah.

I. Penatalaksanaan
1. Pembedahan
a. Mastektomi parsial (eksisi tumor lokal dan penyinaran)
Mulai dari lumpektomi sampai pengangkatan segmental (pengangkatan jaringan yang luas
dengan kulit yang terkena) sampai kuadranektomi (pengangkatan seperempat payudara),
pengangkatan atau pengambilan contoh jaringan dari kelenjar limfe aksila untuk penentuan
stadium; radiasi dosis tinggi mutlak perlu (5000-6000 rad).
b.Mastektomi total
Dengan diseksi aksial rendah seluruh payudara, semua kelenjar limfe dilateral otocpectoralis
minor.
c. Mastektomi radikal yang dimodifikasi
Seluruh payudara, semua atau sebagian besar jaringan aksila
d.Mastektomi radikal
Seluruh payudara, otot pektoralis mayor dan minor dibawahnya, seluruh isi aksila.
e.Mastektomi radikal yang diperluas
Sama seperti mastektomi radikal ditambah dengan kelenjar limfe mamaria interna.
2. Non pembedahan
a. Penyinaran
Pada payudara dan kelenjar limfe regional yang tidak dapat direseksi pada kanker lanjut;
pada metastase tulang, metastase kelenjar limfe ,aksila, kekambuhan tumor local atau
regional setelah mastektomi.
b.Kemoterapi
Adjuvan sistematik setelah mastektomi; paliatif pada penyakit yang lanjut.
c. Terapi hormon dan endokrin
Kanker yang telah menyebar, memakai estrogen, androgen, antiestrogen, coferektomi
adrenalektomi hipofisektomi.
(Smeltzer, dkk, 2002, hal : 1596 – 1600)
KONSEP DASAR ASKEP

A. PENGKAJIAN
Pengkajian pada klien dengan kanker payudara menurut Doenges, Marilynn E (2000) diperoleh
data sebagai berikut:
1. Aktifitas/istirahat:
Gejala: kerja, aktifitas yang melibatkan banyak gerakan tangan/pengulangan, pola tidur
(contoh, tidur tengkurap).
2. Sirkulasi
Tanda: kongestif unilateral pada lengan yang terkena (sistem limfe).
3. Makanan/cairan
Gejala: kehilangan nafsu makan, adanya penurunan berat badan.
4. Integritas Ego
Gejala: stresor konstan dalam pekerjaan/pola di rumah. Stres/takut tentang diagnosa,
prognosis, harapan yang akan datang.
5. Nyeri/kenyamanan
Gejala: nyeri pada penyakit yang luas/metastatik (nyeri lokal jarang terjadi pada keganasan
dini). Beberapa pengalaman ketidaknyamanan atau perasaan lucu pada jaringan payudara.
Payudara berat, nyeri sebelum menstruasi biasanya mengindikasikan penyakit fibrokistik.
6. Keamanan
Tanda: massa nodul aksila. Edema, eritema pada kulit sekitar.
7. Seksualitas
Gejala: adanya benjolan payudara, perubahan pada ukuran dan kesimetrisan payudara.
Perubahan pada warna kulit payudara atau suhu, rabas puting yang tak biasanya, gatal, rasa
terbakar atau puting meregang. Riwayat menarke dini (lebih muda dari usia 12 tahun),
menopause lambat (setelah 50 tahun), kehamilan pertama lambat (setelah usia 35 tahun).
Masalah tentang seksualitas/keintiman.
Tanda: perubahan pada kontur/massa payudara, asimetris. Kulit cekung, berkerut,
perubahan pada warna/tekstur kulit, pembengkakan, kemerahan atau panas pada
payudara. Puting retraksi, rabas dari puting (serosa, serosangiosa, sangiosa, rabas berair
meningkatkan kemungkinan kanker, khususnya bila disertai benjolan).
8. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: riwayat kanker dalam keluarga (ibu, saudara wanita, bibi dari ibu atau nenek). Kanker
unilateral sebelumnya kanker endometrial atau ovarium.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan penekanan saraf perifer, trauma jaringan, pembentukan edema
2. Gangguan konsep diri berhubungan dengan biofisika, prosedur bedah yang mengubah
gambaran tubuh.
3. Aktivitas intolerance berhubungan dengan kelemahan fisik.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. NDx : Nyeri berhubungan dengan penekanan saraf perifer, trauma jaringan, pembentukan edema
Tujuan :
Klien akan melaporkan nyeri berkurang/teratasi dengan criteria hasil :
a) Klien mengatakan nyeri hilang
b) Ekspresi wajah ceria
c) Vital sign dalam keadsaan normal
INTERVENSI:
1. Kaji keluhan klien, perhatikan lokasi, lamanya dan intensitas (0 – 10). Dan perhatikan
reaksi verbal dan non verbal yang tunjukkan.
2. Monitor tanda-tanda vital.
3. Atur posisi yang menyenangkan.
4. Pemberian obat analgetik.
RASIONAL:
1. Membantu dalam mengidentifikasi derajat ketidaknyamanan dan keefektifan analgetik,
karena pengangkatan jaringan, otot dan system limfe dapat mempengaruhi nyeri yang
alami.
2. Perubaha tanda-tanda vital dapat diakibatkan oleh rasa nyeri dan merupakan indicator
untuk menilai keadaan perkembangan penyakit.
3. Perubahan posisi dapat mengurangi stimulasi nyeri akibat penekanan.
4. Analgetik berfungsi menghambat rangsangan nyeri dari saraf perifer sehingga nyeri tidak
dipresepsikan.

2. NDx : Gangguan konsep diri berhubungan dengan biofisika, prosedur bedah yang mengubah
gambaran tubuh.
Tujuan :
Klien akan menunjukkan konsep diri yang adekuat dengan criteria hasil :
a) Penerimaan diri dalam situasi kritis
b) Pengenalan dan tidak mengaktifkan harga diri
c) Menyusun tujuan yang realistis dan secara aktif berpartisipasi dalam program terapi
INTERVENSI
1. Dorong untuk mengungkapkan pertanyaan tentang situasi saat ini dan harapan yang akan
datang. Berikan dukungan emosional .
2. Dorong klien untuk mengekspresi-kan perasaan, misalnya marah, bermusuhan dan duka.
3. Kaji ulang kemungkinan untuk dibedah rekonstruksi atau pemakaian prostektif.
4. Berikan prostesis bila diindikasikan
RASIONAL:
1. Kehilangan payudara menyebabkan reaksi, termasuk perasaan perubahan gambaran diri,
takut reaksi pasangan hidup terhadap perubahan tubuhnya.
2. Kehilangan bagian tubuh membu-tuhkan penerimaan, sehingga klien dapat membuat
rencana masa depan.
3. Rekonstruktif memberikan sedikit penampilan tidak lengkap atau mendekati normal
4. Prostesis milon dan dakron dapat dipakai pada pra sampai insisi sembuh, bila bedah
rekonstruksi tidak dilakukan pada waktu mastektomi sehingga meningkatkan penerimaan
diri.

3. NDx : Aktivitas intolerance berhubungan dengan kelemahan fisik.


Tujuan :
Klien akan menunjukkan aktivitas intolerance yang adekuat, dengan kriteria :
a) Klien mampu beraktivitas sendiri
b) Klien tidak mengeluh sakit pada saat beraktivitas
INTERVENSI:
1. Kaji derajat imobilitas klien
2. Bantu klien dalam pergerakan pasif. kehangat distal pada fraktur.
3. Rubah posisi klien setiap 4 jam
4. Membantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari..
RASIONAL:
1. Derajat imobilisasi merupakan pedoman untuk menentukan intervensi.
2. Membantu dalam pergerakan yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kekakuan otot.
3. Mengubahan posisi dapat memper-lancar sirkulasi darah keseluiruh tubuh sehingga tidak
terjadi kekakuan otot dan kerusakan kulit..
4. Kebutuhan klien dapat terpenuhi sehingga klien merasa diperhatikan.

4. NDx : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat.
Tujuan :
Klien akan menunjukkan tidak adanya tanda-tanda ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan dengan kriteria :
a) Nafsu makan baik
b) Porsi makan dihabiskan
c) Berat badan normal, sesuai dengan tinggi badan.
INTERVENSI:
1. Kaji nafsu makan.klien.
2. Kaji hal-hal yang menyebabkan klien malas makan
3. Anjurkan klien untuk makan porsi sedikit tapi sering.
4. Anjurkan dan ajarkan melakukan kebersihan mulut sebelum makan.
5. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian TKTP.
RASIONAL:
1. Mengetahui sejahmana terjadinya perubahan pola makan dan sebagai bahan untuk
melaksanakan intervensi.
2. Mendeteksi secara diri dan tepat agar mencari intervensi yang cepat dan tepat untuk
penanggulangannya.
3. Porsi yang sedikit tapi sering membantu menjaga pemasukan dan rangsangan
mual/muntah.
4. Menimbulkan rasa segar, mengurangi rasa tidak nyaman, sehingga berefek meningkatkan
nafsu makan.
5. Makanan Tinggi Kalori Tinggi Protein dapat mengganti kalori, protein, dan cairan yang
hilang dalam tubuh dan mengganti sel-sel, jaringan yang rusak serta dapat meningkatkan
nafsu makan .
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah vol 2. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius
Carpenito Lynda Juall.2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. jakarta : EGC
Marilyan, Doenges E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatyan px) Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai