13
14
Tn AS Ny.Y
An.F An.B
An.H
Keterangan:
: Perempuan
: Laki-laki
: KEP
: Tinggal serumah
15
Berat badan bayi H pada bulan ke 5 naik sedikit menjadi 3600 gr. Pada bulan
ke 6 BB bayi H menjadi 4560 gr dan sampai usia 7 bulan sekarang berat badan bayi
H tetap 4560 gr.
Sejak usia 4 bulan bayi H terlihat lebih lemah dibanding sebelumnya, hal
ini terlihat dari gerak tubuh nya yang terlihat lebih sering diam dan jika menangis
suara terdengar lemah dan pelan. Keluhan juga disertai sering batuk pilek, sering
mencret dan perut anaknya tampak membengkak terutama sejak usia 5 bulan.
Bayi H tidak pernah kontak dengan pasien batuk lama berdarah. Keluhan
juga tidak disertai kebiruan disekitar mulut atau ujung jari.
Pasien merupakan anak ke 3 dari ayah seorang pedagang baso roda dan ibu
seorang ibu rumah tangga. Ayah pasien bekerja sebagai pedagang baso roda dengan
penghasilan yang tidak menentu. Pasien tinggal bersama orangtua pasien dan kedua
kakanya. Pasien tinggal di rumah seluas 11,50 x 9,60 m2. Pasien tidur di kamar
tengah bersama kedua orangtuanya dan kedua kakanya tidur di kamar depan
terpisah yang hanya dibatasi dinding dari ruang utama. Rumah pasien terdiri dari
ruang tamu, ruang tengah yang digunakan untuk makan dan menonton televisi. Ibu
pasien memasak di dapur yang terletak dipinggir kamar pasien dan orangtuanya.
Rumah pasien beratapkan genting, dinding terbuat dari batu bata dengan 1 pintu
utama, 8 jendela dengan ventilasi. Lantai rumah berupa tembok sebagian
berkeramik sebagian tanpa keramik. Kegiatan mandi cuci kakus dilakukan di kamar
mandi pribadi. Pasien memiliki kebiasaan membakar sampah rumah tangga di
depan rumah pasien. Di dalam rumah pasien banyak lalat yang beterbangan.
Kebiasaan makan pasien tidak menentu dari jumlah kali makan dan komposisi
makanannya.
TB : 59 cm
BB/U : < -3 SD (severely underweight)
TB/U : < -3 SD (severely stunted)
BB/TB : < -3 SD (severely wasted)
Status Gizi : KEP III
Kepala : Simetris
Wajah : Kelopak mata cekung +/+, wajah lonjong
Mata : sclera ikterik -/-, konjungtiva anemis +/+
Mulut : Tidak ada kelainan
Leher : KGB : Tidak teraba
JVP : Tidak meningkat
Thorax : Inspeksi : Bentuk dan gerak simetris
Palpasi : VF normal kanan=kiri
Perkusi : Sonor kanan=kiri
Auskultasi : Jantung: Bunyi jantung 1, 2 murni reguler
Paru : VBS kanan=kiri; Ro -/-; Wh -/-
Abdomen : Inspeksi : Cembung, baggy pants (+)
Palpasi : Lembut, Hepar/lien tidak teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Extremitas : Akral hangat, edema tungkai -/-, jaringan lemak subkutis
tipis
4.2.3 Diagnosis
Kekurangan Energi Protein (KEP) III disertai Anemia
4.2.4 Penatalaksanaan
Pada tata laksana rawat inap penderita KEP berat/Gizi buruk di Rumah Sakit
terdapat 5 (lima) aspek penting, yang perlu diperhatikan:
A. Prinsip dasar pengobatan rutin KEP berat/Gizi buruk (10 langkah utama)
B. Pengobatan penyakit penyerta
18
C. Kegagalan pengobatan
D. Penderita pulang sebelum rehabilitasi tuntas
E. Tindakan pada kega
A. PRINSIP DASAR PENGOBATAN RUTIN KEP BERAT/GIZI BURUK
Pengobatan rutin yang dilakukan di rumah sakit berupa 10 langkah penting
yaitu:
1. Atasi/cegah hipoglikemia
2. Atasi/cegah hipotermia
3. Atasi/cegah dehidrasi
4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
5. Obati/cegah infeksi
6. Mulai pemberian makanan
7. Fasilitasi tumbuh-kejar (“catch up growth”)
8. Koreksi defisiensi nutrien mikro
9. Lakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental
10. Siapkan dan rencanakan tindak lanjut setelah sembuh.
Dalam proses pengobatan KEP berat/Gizi buruk terdapat 3 fase yaitu fase
stabilisasi, fase transisi, dan fase rehabilitasi. Petugas kesehatan harus trampil
memilih langkah mana yang cocok untuk setiap fase. Tata laksana ini digunakan
pada semua penderita KEP Berat/Gizi Buruk (Kwashiorkor, Marasmus maupun
Marasmik-Kwashiorkor).
19
1 Hipoglikemia
2 Hipotermia
3 Dehidrasi
4 Elektrolit
5 Infeksi
6 MulaiPemberian
Makanan
7 Tumbuh
kejar/peningkatan
pemberian makanan
9 Stimulasi
10 Tindak lanjut
• beri tetes mata kloramfenikol atau salep mata tetrasiklin, setiap 2-3 jam selama 7-
10 hari
• teteskan tetes mata atropin, 1 tetes, 3 kali sehari selama 3-5 hari
• tutup mata dengan kasa yang dibasahi larutan garam faali.
21
4.3 Pembahasan
4.3.1 Diagram Mandala of Health
Life Style
Ibu dengan kebiasaan makanan
kurang bergizi, tingkat
pendidikan yang kurang
Psychososio-
Personal behavior
Economic-
- malas menete
Environment
- pemberian ASI
kurang -Bentuk keluarga :
- pemberian Family Keluarga inti
makanan kurang - Pengambil
dan tidak bergizi keputusan : Ayah
(patrilineal)
- Sosioekonomi
menengah
kebawah
An.H,
7 bln, KEP Work
III + Anemia -
Physical Environment
Sick Care System Sinar
Puskesmas Human Biologic matahari
KIS Genetik ( - ) masuk
Imunokomp kedalam
rimise (+) rumah
DK : KEP III + Jendela
Anemia ada namun
sebagian
jarang
dibuka
Ventilasi
22
H diberi 1 bungkus bubur seduh Milna dan pada sore hari hanya diberi ½ bungkus
saja. Hanya itu makanan yang diberikan ibu pasien setiap harinya.
2. Pengetahuan dan Keadaan Ekonomi
Ibu pasien tidak pernah tahu pentingnya ASI eksklusif bagi anak. Selain itu, ibu
pasien juga tidak pernah tahu MPASI yang baik untuk anak. Pasien berasal dari
keluarga dengan keadaan ekonomi kurang baik. Ibu pasien baru memeriksakan
keluhan badan kurus anaknya, dan setelah adanya jaminan kesehatan dari
pemerintah yaitu KIS baru ibu pasien mau membawa anaknya berobat ke rumah
sakit rujukan. Saat ini pasien cukup memahami bahwa keadaan kesehatan anaknya
tidak terlalu baik. Hal ini ditunjukkan dengan kesadaran pasien memeriksakan
anaknya sesuai anjuran petugas medis di puskesmas, dan hendak melakukan
pemeriksaan kesehatan anaknya di rumah sakit.
Bila dilihat dari APGAR family score sulit dinilai karena pasien belum dapat
berbicara dan berinteraksi karenya masih berusia 7 bulan.
Tabel 4.3 APGAR family score
memenuhi syarat kesehatan diperoleh dari hasil bagi antara luas lantai dengan
jumlah penghuni ≥ 10 m²/orang. Pada rumah pasien didapatkan luas ruang per
orang ± 22,08 m2. Hal ini sesuai dengan standar yang seharusnya, sehingga tidak
mengakibatkan kurangnya oksigen yang terhirup yang akan berdampak pada
kesehatan. Ruangan yang sempit akan membuat napas sesak dan mudah tertular
penyakit oleh anggota keluarga yang lain.
b. Ventilasi dan Penerangan
Pada rumah pasien terdapat 7 ventilasi, yaitu 3 jendela yang dapat dibuka dan
selalu dibuka setiap pagi dan siang hari berukuran 1,5 m x 60 cm di ruang tamu
dan 2 jendela pada kamar tidur depan. Penilaian ventilasi rumah yaitu dengan cara
membandingkan antara luas ventilasi dan luas lantai rumah dengan menggunakan
roll meter, ventilasi yang memenuhi syarat kesehatan adalah 10% luas lantai rumah.
Pada rumah pasien harusnya memiliki ventilasi 11,04 m2, artinya memenuhi
persyaratan. Ventilasi berperan dalam proses sirkulasi udara dengan CO2 dan zat-
zat bersifat toksik serta kuman-kumanyang terkandung dalam udara, sehingga
ventilasi dapat berfungsi mengurangi kemungkinan terkena penyakit lain.
c. Perlindungan terhadap penyakit menular
Perlindungan terhadap penyakit menular, yaitu :
a) Sumber air yang memenuhi syarat
Sarana air bersih untuk minum berasal dari sumur bor. Air digunakan untuk
seluruh aktivitas sehari-hari seperti mandi, mencuci, masak dan keperluan
lain.Air tampak jernih dan tidak berbau. Perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan
kimiawi.
b) Tempat penyimpanan sampah dan WC yang baik
Kakus atau jamban di rumah pasien termasuk kakus leher angsa. Kakus
tersebut merupakan kakus yangdianjurkan dalam kesehatan lingkungan karena
dapat mencegah bau busuk dan menghindari masuknya binatang-binatang kecil.
Pasien memiliki kebiasaan membuang sampah pada tempat sampah tertutup
yang kemudian dibuang ke tempat penampungan sampah yang jaraknya jauh
dari rumah. Hal tersebut sudah cukup baik karena dapat mengurangi adanya
serangga yang hinggap disampah ataupun mencemari makanan di dalam rumah.
27