Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK-ANAK

Disusun Oleh :
1. Listi Karomah 10. Nurlaila Agustina
2. M. Afif S. 11. Panca Wulandari
3. M. Sultan AB 12. Prihanto S.W.
4. M. Ayu Khempal Yuliana 13. Pujiwati
5. Maryatun 14. Rohdiana Dwi
6. Meta Murdiany 15. Rosita K.D
7. M. Tuafan 16. Rudiansyah
8. Muryanti 17. Setyono Luki W.
9. Nur Mahmudah 18. Siti Enifah

PROGRAM DILPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SEMARANG
2006
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diare sering kita ketahui dengan hilangnya banyak cairan dan elektrolit
yang dapat melalui tinja. Dimana diare sering terjadi pada anak-anak, yang
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu meliputi faktor infeksi, faktormalabsorbsi,
faktor makanan, maupun faktor psikologis.
Diare menyerang saluran cerna yang biasanya ditandai dengan buang air
lebih dari tiga kali sehari. Keadaan kekurangan cairan apabila tidak segera
ditangani akan menyebabkan anak menjadi hipoveleiri, terlebih kasus dehidrasi
pada anak, dimana 20% bagian dari tubuh anak terdiri dari cairan.

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui tentang reputasi diare pada anak
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada anak yang mengalami diare
3. Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak.

C. Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini kami menggunakan metode deskriptif agar
jelas pemahamannya dan studi kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data
dengan mempelajari berbagai sumber buku dan literatur yang berkaitan dengan
masalah diare. Studi kepustakaan ini sangat berguna bagi kami sebagai acuan
dalam pembuatan makalah.

D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang kami gunakan dalam penyusunan makalah ini
adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Metode Penulisan
D. Sistematika Penulisan
BAB II : KONSEP DASAR
A. Pengertian
B. Klasifikasi
C. Etiologi
D. Patofisiologi
E. Patways
F. Manifestasi Klinik
G. Penatalaksanaan
H. Komplikasi
I. Pengkajian Fokus
J. Diagnosa Keperawatan
K. Intervensi
BAB III : PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
KONSEP DASAR

A. Pengertian
Diare adalah gejala kelainan pencernaan, absorbsi dan fungsi sekresi
(Wong, 2001 : 883).
Diare adalah pasase feses dan konsistensi lunak atau cair, sering dengan
atau tanppa ketidaknyamanan yang disebabkan oleh efek-efek kemoterapi pada
apitelium (Tusker, 1998 : 816).
Diare adalah kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui tinja
(Behiman, 1999 : 1273).
Diare adalah keadanan frekuensi air besar lebih dari empat kali pada bayi
dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau
adapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 1997 : 143).
Diare mengacu pada kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan
yang terjadi dengan bagian feces tidak terbentuk (Nettina, 2001 : 123).

B. Klasifikasi
Diare dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Diare akut
Diare akut dikarakteristikkan oleh perubahan tiba-tiba dengan frekuensi dan
kualitas defekasi.
2. Diare kronis
Diare kronis yaitu diare yang lebih dari 2 minggu.

C. Etiologi
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor :
1. Faktor infeksi
a. Faktor internal : infeksi saluran pencernaan makananan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi internal sebagai
berikut:
- Infeksi bakteri : vibrio, e.coli, salmonella, campylobacler, tersinia,
aeromonas, dsb.
- Ifeksi virus : enterovirus (virus ECHO, cakseaclere, poliomyelitis),
adenovirus, rotavirus, astrovirus dan lain-lain
- Infeksi parasit : cacing (asoanis, trichuris, Oxyuris, Strong Ylokles,
protzoa (Entamoeba histolytica, Giarella lemblia, tracomonas
homonis), jamur (candida albicans).
b. Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan, seperti :
otitis media akut (OMA), tonsilitist tonsilofasingitis, bronkopneumonia,
ensefalitis dsb. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur
di bawah 2 tahun.
2. Faktor malabsorbsi
- Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan
sukrosa), mosiosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galatosa).
Pada bayi dan anak yang terpenting dan terseirng intoleransi laktasi.
- Malabsorbsi lemak
- Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih
besar).

D. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah :
1. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga
timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat gangguan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya
diare tidak karena peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiper akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan, sehingga timbul diare, sebaliknya jika peristaltik usus menurun
akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat
menimbulkan diare pula.

Patogenesis diare akibat :


- Masuknya jada renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah berhasil
melewati rintangan asam lambung.
- Jasad renik tersebut berkembangbiak (multiplikasi) di dalam usus halus.
- Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin diaregenik)
- Akibat toksin hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.

Patogenesis diare kronis :


Lebih koplek dan faktor-faktor yang menimbulkan wabah infeksi, bakteri,
parasit, malabsorbsi, malnutrisi, dll.
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi :
- Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengatakan terjadinya
gangguan keseimbangan asam basa (osidosis, metabolik, hipokalamia).
- Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang,
pengeluaran bertambah).
- Hipoklikemia
- Gangguan sirkulasi darah (FK UI, 1995).
E. Pathway

Infeksi Metabolisme Makanan Faktor fisiologis


(bakteri, virus, makanan beracun
parasit) di usus

Ransangan rusak
parasimpatis
Rx. Inflamasi Tekanan osmotik  meningkat

Sekresi cairan Pergeseran cairan


dan elektrolit dan elektrolit ke Motilitas usus
meningkat rongga usus

Hiperperisplastik Hipoperistaltik
Isi rongga usus
meningkat

Merangsang usus untuk Sekresi air dan elektrolit Bakteri tumbuh


mengeluarkan isinya kembang

DIARE

Dehidrasi Kerusakan Defekasi sering Output Kurang


mukosa usus berlebihan informasi
absorbsi tentang
berkurang kondisi anak
Tubuh kehilangan banyak Kemerahan
cairan dan elektrolit Demam dan eksurasi
(turgor kurang) kulit sekitar
anus 6. Cemas
3. Hiperthermi 5. Gangguan
1. Defisit tidur
volume cairan
dan elektrolit Kehilangan 2. Gangguan
4.Resiko gangguan
Na, k, HcO3 nurisi kurang
integritas kulit
sekitar anus dari kebutuhan
tubuh
Asidosis
metabolik
F. Manifestasi Klinis
Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nasfu
makan berkurang atau tidak ada.
- Kemudian disertai diare, tinja cair, mungkin disertai lendir atau lendir darah.
- Warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan karena bercampur empedu
- Anus dan daerah sektiar timbul lecet karena sering defekasi dan tinja makin
lama makin asam sehingga akibat makin lama makin asam sehingga akibat
makin banyak asam laktat yang berasal dari latosa yang tidak di absorbsi oleh
usus selama diare.
Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat
disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan
asam basa dan elektrolit. Bila pasien banyak kehilangan cairan dan elektrolit,
mata dan ubun-ubun cekugn (pada bayi) selaput lendir bibir dan mulut serta kulit
tampak kering (Ngastiyah, 1997).

G. Penatalaksanaan
Medik :
Dasar pengobatan diare adalah :
1. Pemberian cairan : jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah
pemberianya.
2. Dietetik (cara pemberian makanan)
3. Obat-obatan.

1. Pemberian cairan
Pemberian cairan pada pasien diare dan memperhatiakn derajat dehidrasinya
dan keadaan umum.
a. Pemberian cairan
Pasien dengan dehidrasi rignan dan sedang cairan diberikan per oral
berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na HCO3, KCl dan glukosa untuk
diare akut dan karena pada anak di atas umur 6 bulan kadar natrium 90
ml g/L. pada anak dibawah 6 bulan dehidrasi ringan / sedang kadar
natrium 50-60 mfa/L, formula lengkap sering disebut : oralit.
b. Cairan parontenal
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang diperlukan sesuai engan
kebutuhan pasien, tetapi kesemuanya itu tergantugn tersedianya cairan
stempat. Pada umumnya cairan Ringer laktat (RL) diberikan tergantung
berat / rignan dehidrasi, yang diperhitugnkan dengan kehilangan cairan
sesuai dengan umur dan BB-nya.
- Belum ada dehidrasi
Per oral sebanyak anak mau minum / 1 gelas tiap defekasi.
- Dehidrasi ringan
1 jam pertama : 25 – 50 ml / kg BB per oral
selanjutnya : 125 ml / kg BB / hari
- Dehidrasi sedang
1 jam pertama : 50 – 100 ml / kg BB per oral (sonde)
selanjutnya 125 ml / kg BB / hari
- Dehidrasi berat
Tergantung pada umur dan BB pasien.

2. Pengobatan
Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan BB kurang
dari 7 kg jenis makanan :
- Susu (ASI adalah susu laktosa yang mengandung laktosa rendah dan
asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, al miron).
- Makanan setengah padar (bubur) atau makanan padat (nasitim), bila anak
tidak mau minum susu karena di rumah tidak biasa.
- Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan susu
dengan tidak mengandung laktosa / asam lemak yang berantai sedang /
tidak sejuh.
3. Obat-obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui tinja
dengan / tanpa muntah dengan cairan yang mengandung elektrolit dan
glukosa / karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras sbb).
- Obat anti sekresi
Asetosal, dosis 25 mg/ch dengan dosis minimum 30 mg.
Klorrpomozin, dosis 0,5 – 1 mg / kg BB / hari
- Obat spasmolitik, dll umumnya obat spasmolitik seperti papaverin,
ekstrak beladora, opium loperamia tidak digunakan untuk mengatasi
diare akut lagi, obat pengeras tinja seperti kaolin, pektin, charcoal,
tabonal, tidak ada manfaatnya untuk mengatasi diare sehingg tidak
diberikan lagi.
- Antibiotik
Umumnya antibiotik tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas
bila penyebabnya kolera, diberiakn tetrasiklin 25-50 mg / kg BB / hari.
Antibiotik juga diberikan bile terdapat penyakit seperti : OMA, faringitis,
bronkitis / bronkopneumonia.

H. Komplikasi
Akibat diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi
berbagai komplikasi sebagai berikut :
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik)
2. Rinjatan hipovolemik
3. Hipokalemia (dengan gejala miteorismus, hipotoni otot, lemak, bradikardia,
perubahan elektrokardiagram).
4. Hipoglikemia
5. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim
laktasi.
6. Kejang-kejang pada dehidrasi hipertonik
7. Malntrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik).
(Ngastiyah, 1997 : 145)
I. Pengkajian Fokus
1. Demografi
Tinggal di daerah sanitasi buruk.

2. Riwayat kesehatan
Riwayat gastroenteritis, glardiasis, penyakit seliakus, sindrom iritabilitas
kolon, otitis media akut, tondilitas, ensefalitis dan lainnya.

3. Pola kesehatan fungsional


a. Pemeliharaan kesehatan
Personal hygiene anak kurang : kebiasaan ibu memelihara kuku anak,
cuci tangan sebelum makan, makanan yang dihidangkan tidak tertutup,
makanan basi.
b. Nutrisi dan metabolik
Hipertermi, penuturan berat badan total sampai 50%, dnoteksia, muntah.
c. Eliminasi BAB
Feces encer, frekuensi bervariasi dari 2 sampai 20 per hari.
d. Aktifitas
Kelemahan tidak toleran terhadap aktifitas.
e. Sensori
Nyeri ditandai dengan menangis dan kaki diangkat ke abdomen.

4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Tampak lemah dan kesakitan.
b. Tanda vital
Nadi meningkat (nadi perifer melemah)
Suhu meningkat bila terjadi reaksi inflmasi
Pernafasan cepat dan dalam (kusmaul), RR meningkat karena
hipermetabolisme.
Tekanan darah menurun karena dehidrasi.
c. Abdomen
Auskultasi bising usus meningkat.
d. Integumen dan genital
Kulit kering mukosa kering, turgor jelak jika sudah terjadi diare hebat,
pucat, anus kemerahan dan bisa timbul lesi.
e. Ekstremitas
Ekstremitas dingin karena diare yang berlebihan kekuatan otot menurun.

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan tinja : berbau busuk, warna kehijauan atau hijau
kekungingan dan dapat mengandung mukus, pus atau darah.
b. Serum elektrolit, nitrogen usea darah, kreatinin untuk mengevaluasi
keseimbangan cairan dan elektrolit serta fungsi ginjal.
c. Serum CO2, Ph arterial dan CO2 arteri mungkin abnormal karena
ketidakseimbangan asam basa.
d. Jumlah darah komplet dapat menentukan volume plasma dengan
hematokrit, jumlah sel darah putih dan diferensial dapat mendeteksi
infeksi.
e. Laju sedimentasi ditingkatkan pada infeksi dan inflamasi
f. Kultur darah dapat mengatasi septikemia
g. Studi serologi dapat mendeteksi virus
h. Kultur usap feses dan sektal, feses untuk telur dan parasit dapat
mendeteksi patogen khusus.
i. pH feses, penurunan substansi – penutupan pH dapat mengindikasikan
berbagai penyebab non infeksi, feses asam yang mengandung gula adalah
karakteristik dari infoleransi disokarida.
j. Tes hidrogen pernafasan dapat menentukan malabsorpsi karbohidrat dan
pertumbuhan bakterial berlebihan.
Diagnosa keperawatan :
1. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan seringnya buang air besar
dan encer.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
menurunnya intake dan menurunnya absorbsi makanan dan cairan.
3. Resiko gangguan integritas kulit ditandai dengan kulit kusam.
4. Kurangnya pengetahuan orang tua berhubungan dengan kurangnya informasi.
5. Cemas dan takut pda anak atau orang tua berhubungan dengan hospitalisasi
dan kondisi anak.
6. Gangguan tidur berhubungan dengan rasa nyaman ditandai dengan sering
defekasi.
7. Hipertermi berhubungan dengan infeksi ditandi dengan kerusakan pada
mukosa usus.

J. Fokus Intervensi
1. Diagnosa : Kurangnya volume cairan berhubungan dengan seringnya
buang air besar dan encer.
Tujuan : Keseimbangan cairan dapat dipertahankan dalam batas normal.
Hasil yang diharapkan :
a. Pengisien kembali kapiler < dari 2 detik
b. Turgor elastik
c. Membran mukosa lembab
d. Berat badan tidak menunjukkan penurunan.
Intervensi :
- Kaji intake dan output, otot dan observasi frekuensi defekasi,
karakteristik, jumlah dan faktor pencetus
Rasional : menentukan kehilangan dan kebutuhan cairan.
- Kaji TTV
Rasional : membantu mengkaji kesadaran pasien.
- Kaji status hidrasi, ubun-ubun, mata, turgor kulit, dan membran mukosa.
Rasional : menentukan kehilangan dan kebutuan cairan.
- Ukur BB setiap hari
Rasional : mengevaluasi keefektifan atau kebutuhan mengubah
pemberian nutrisi.
- Anak diistirahatkan
Rasional : meningkatkan sirkulasi.
- Kolaborasi dengan pemberian cairan parenteral
Rasional : meningkatkan konsumsi yang lebih.
- Pemberian obat antidiare, antibiotik, anti emeti dan anti piretik sesuai
program.
Rasional : menurunkan pergerakan usus dan muntah.

2. Diagnosa : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan menurunnya intake dan menurunnya absorbsi makanan
dan cairan
Tujuan : Anak-anak toleran diet yang sesuai.
Hasil yang diharapkan :
Pengisien kembali kapiler < dari 2 detik
- Tidak terjadi kekambuhan diare.
Intervensi :
- Timbagn BB tiap hari
Rasional : mengevaluasi keefektifan dalam pemberian nutrisi./
- Pembatasan aktifitas selama fase sakit akut
Rasional : mengurangi reyurtasi.
- Jaga kebersihan mulut pasien
Rasional : mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan.
- Monitor intake dan output
Rasional : observasi kebutuhan nutrisi.
3. Diagnosa : Resiko gangguan integritas kulit ditandai dengan kulit kusam
Tujuan : integritas kulit normal.
Hasil yang diharapkan :
- Kulit tidak kusam / keriput dan utuh.
Intervensi :
- Kaji kerusakan kulit / iritasi setiap buang air besar
Rasional : menentukan intervensi lebih lanjut.
- Gunakana kapas lembab dan sabun bayi (pH normal) untuk
membersihkan anus setiap buang air besar.
Rasional : menghindari resiko infeksi kulit.
- Hindari dari pakaian dan pengalas tempat tidur yang lembab
Rasional : mengurangi infeksi secara dini.

4. Diagnosa : Kurangnya pengetahuan orang tua berhubungan dengan sering


defekasi
Tujuan : Tidak terjadi penularan diare pada orang lain.
Intervensi :
- Ajarkan cara cuci tangan yang benar pada orang tua dan pengunjung
Rasional : mengurangi penyebaran / penularan mikroorganisme.
- Segera bersihkan dan angkat bekas buang air besar dan tempatkan pada
tempat yang khusus.
Rasional : mengurangi / menghindari inkontinasia.
- Gunakan standar pencegahan universal (seperti menggunakan sarung
tangan).

5. Diagnosa : Kurangnya pengetahuan orang tua berhubungan dengan


kurangnya informasi
Tujuan : Agar keluarga mengetahui informasi tentang diare.
Hasil yang diharapkan :
- Keluarga mengerti tentang diare
- Keluarga mengetahui cara pencegahan dan pengobatan yang dapat
dilakukan apabila terjadi lagi diare.
Intervensi :
- Kaji tingkat pemahaman orang tua
- Ajarkan pada orang tua tentang pentingnya cuci tangan untuk
menghindari kontaminasi
- Jelaskan pentingnya kebersihan
- Ajarkan tentang positif diet dan kontrol diare
Rasional : meningkatkan pengetahuan dan cara mencegah diare.
- Membiasakan anak buang air besar di jamban dan jamban harus selalu
bersih agar tidak ada lalat.
Rasional : mencegah penyebaran kuman diare.

6. Diagnosa : Cemas dan takut pada anak atau orang tua berhubungan dengan
hospitalisasi dan kondisi anak.
Tujuan : Anak dan orang tua menunjukkan rasa cemas atau takut
berkurang.
Hasil yang diharapkan :
- Orang tua aktif marawat anak dan bertanya dengan perawat atau dokter
tentang kondisi atau klasifikasi dan anak tidak menangis.
Intervensi :
- Anjurkan pada orang tua mengekspresikan perasaan rasa takut dan
cemas, dengarkan keluhan orang tua dan bersikap empati dengan
sentuhan terapeutik.
Rasional : mengurangi rasa cemas dan takut yang dialami oleh orang tua.
- Gunakan komunikasi terapeutik, kontak mata, sikap tubuh dan sentuhan.
Rasional : orang tua anak merasa diperhatiakn akan rasa cemas yang
dihadapinya.
- Jelaskan setiap prosedur yang akan dlakukan pada anak kepada orang tua.
Rasional : mengurangi rasa cemas orang tua.
- Libatkan orang tua dalam perawatan anak.
Rasional : anak tidak merasa kehilangan perhatian akan orang tua.
- Jelaskan kondisi anak, alasan pengobatan dan perawatan
Rasional : meningkatkan pengetahuan orang tua dan agar orang tua
mengetahui kondisi anak.
7. Diagnosa : Gangguan tidur berhubungan dengan rasa nyaman ditandai
dengan sering defekasi.
Tujuan : Agar pola tidur pasien dapat terpenuhi.
Hasil yang diharapkan :
- Pasien dapat tidur 6-8 jam setiap malam
- Secara verbal mengaatakan dapat lebih rileks dan lebih segar.
Intervensi :
- Berikan susu hangat sebelum tidur
Rasional : meningkatkan tidur
- Anjurkan makanan yang cukup satu jam sebelum tidur.
Rasional : meningkatkan tidur.
- Keadaan tempat tidur yang nyaman, bersih dan bantal yang nyaman.
Rasional : mengatur pola tidur.

8. Diagnosa : Hiperermi berhubungan dengan infeksi ditandai dengan


kerusakan pada mukosa usus.
Tujuan : mengembalikan suhu tubuh menjadi normal.
Hasil yang diharapkan :
- Suhu tubuh kembali normal 36-37oC
Intervensi :
- Hindarkan dan cegah penggunaan sumber dari luar
Rasional : mengurangi resiko vasodilatasi perifer dan kolaps paskuler.
- Pantau suhu tubuh pasien dan melaporkan peningkatan dari nilai dasar
suhu normal pasien.
Rasional : mendeteksi peningkatan suhu tubuh dan mulainya hipertermi.
- Anjurkan pada anak agar tidak memakai pakaian / selimut tebal.
Rasional : mengurangi peningkatan suhu tubuh.
- Kolaborasi pemberian obat anti infeksi  anti gronik.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Untuk memprioritaskan masalah keperawatan pada anak kasus penyakit akan
mengalami pergeseran seiring dengan proses jalannya penyakit dan perkembangan
keadaan pasien. Untuk menentukan prioritas suatu masalah kasus tetap melihat
perkembangan atau perubahan yang paling aktual pada pasien tanpa melupakan teori
yang ada.
Diare adalah proses feses dengan konsistensi lunak dan cair seiring dengan atau
tanpa ketidaknyamanan yang disebabkan oelh efek-efek kemoterapi apda epitelium
atau diare yang merupakan cadang dari lambung dan usus yang menimbulkan gejala
dehidrasi disertai muntah atau tanpa muntah.
Adapun penyebab diare dapat dibagi menjadi beberapa faktor diatnara : faktor
infeksi, faktor malabsorbsi, faktor makanan dan faktor psikologis.
Apabila gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tidak ditangai maka
berakibat terjadinya cairan dan elektrolit / dehidrasi yang mengakibatkan syock
hipovolemik.
Pasien memerlukan balance cairan tubuh secara ketat untuk mengendalikan
pengukuran intake dan output selama 24 jam. Namun juga harus dilakuakn
penentuan nilai laboratorium (hemotokrit, periksaan feses rutin), mempertahankan
dan meningkatkan kenyamanan pasien, membantu dalam kebutuhan pasien dan
personel hygiene, membantu melakuakn mobilisasi, mencegah terjadinya infeksi
yang bisa membuat pasien, dan juga keikutsertaan keluarga dalam memberikan
asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, E. Marilyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC.

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.

Wong, Donna L. dkk. 2001. Wong’s Assembials of Pediatur Nursing. (Ed. 6).
Missovri : Mosby.

Nethina, Sandra, M. 2001. Pedoman Praktek Keperawatan. Alih Bahasa oleh


Setiawan, dkk. Jakarta : EGC.

Tucker, Susan Martin, dkk. 1998. Standar Perawatan pasien : Proses Keperawatan
Diagnosis, dan Evaluasi. (ed. 5). Alih Bahasa Yasmin Asih,dkk. Jakarta : EGC.

Tarwono, Wartonah. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.


Jakarta : Penerbit Selamba Medika.

Behrman,. Richard, E, dkk. 1999. Ilmu Kesehatan dan Anak Nelson, Volume 2. Edisi
15. Alih Bahasa A. Samik Wahab. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai