Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GAGAL JANTUNG

DENGAN LINGKUP KEBUTUHAN OKSIGENASI

Kelompok I
1. Abdul Rokhim (G2A003001)
2. Dwi Budi A (G2A003020)
3. Ludfiyah (G2A003039)
4. Puji Hastuti (G2A003058)
5. Sri Widatin (G2A003077)

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2007
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Oksigen adalah kebutuhan dasar manusia dan diperlukan untuk hidup. O 2
diangkut dari paru ke jaringan-jaringan melalui dua jalan. Secara fisik larut
dalam plasma, secara kimia berikatan dengan Hb sebagai oksi Hb, penggerak
kekuatan difusi. Mekanisme pengaturan ini berfungsi meningkatkan hantaran
oksigen ke jaringan, jaringan dapat meningkatkan suplay oksigen dengan
mengektraksi lebih banyak oksigen dari darah arteri. Bila terdapat kekurangan
oksigen pada jaringan, terjadi perbedaan peningkatan perbedaan konsentrasi
oksigen antara darah arteri dan jaringan. Hal ini menyebabkan banyak oksigen
yang berdifusi dari intravaskuler ke ruangan ekstravaskuler, sehingga
meningkatkan hantaran oksigen ke sel-sel. Sebaliknya, jantung sangat efisien
dalam mengekstrasi oksigen dari darah arteri pada saat keadaan istirahat.
Peningkatan kebutuhan oksigen hanya dapat diatasi dengan meningkatkan aliran
darah arteri. Mekanisme pengaturan intrinsik sangat penting untuk
mempertahankan kecukupan hantaran oksigen ke jantung (Price & Wilson,
2006).
Jantung terdiri dari tiga tipe utama yaitu otot atrium, otot ventrikel dan
serat otot. Tipe otot atrium dan ventrikel berkontraksi dengan cara yang sama
seperti otot rangka dengan kontraksi otot yang lebih lama, sedangkan serat
khusus penghantar dan pencetus rangsangan berkonsentrasi dengan lemah sebab
saat ini hanya mengandung sedikit serat kontraktif juga menghambat saat ini
irama dan kecepatan konduksi sehingga serat ini bekerja sebagai suatu sistem
pencetus rangsangan bagi jantung (Syaifuddin, 2002).
Gagal jantung sangat sering ditemukan. Penyakit ini salah satu dari
urutan tertinggi dalam daftar penyebab kematian kebanyakan di negara barat,
tetapi di negara tropik penyakit ini merupakan penyebab yang sangat penting dari
invaliditas (cacat) bahkan kematian (Sibura, 2005). Gejala utama pada umumnya
adalah sesak nafas, gagal jantung yang berat akan menyebabkan dispnea, kadang
pernafasan dapat didengar berbunyi seperti asma bronkial. Keadaan ini
menimbulkan kekurangan oksigen yang berat dan sianosis dan kemudian akan
menimbulkan mati lemas. Penderita akan mengalami pernafasan yang semakin
dalam dan menimbulkan sesak nafas berat (Sibura, 2005).

2. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menyusun asuhan keperawatan klien dengan masalah
kebutuhan dasar oksigenasi.
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat mendeskripsikan tentang konsep penyakit gagal jantung
dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi yang meliputi : pengertian,
etiologi, tanda dan gejala, pathway dan patofisiologi gagal jantung,
pathway dan patofisiologi oksigenasi klien gagal jantung.
2. Mahasiswa dapat mendeskripsikan asuhan keperawatan klien dengan
gagal jantung yang meliputi: pengkajian, diagnosa, rencana keperawatan
dan evaluasi.

3. Metode dan Teknik Penulisan


Dalam penulisan makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Klien
dengan Gagal Jantung” menggunakan metode dokumenter yaitu studi literatur
atau melalui studi pustaka.

4. Ruang Lingkup Penulisan


Batasan dalam penulisan makalah ini adalah membahas kebutuhan dasar
oksigenasi pada kasus masalah klien dengan gagal jantung.
5. Sistematika Penulisan
BAB I : Latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, ruang lingkup,
sistematika
BAB II : Pengertian, etiologi, tanda dan gejala, pathway dan patofisiologi
gagal jantung, pathway dan patofisiologi oksigenasi, pemeriksaan
fisik, penatalaksanaan
BAB III : Fokus pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana tindakan
keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Gagal Jantung


Gagal jantung adalah keadaan dimana jantung tidak mampu lagi
memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi badan
untuk keperluan metabolisme jaringan tubuh pada keadaan tertentu, sedangkan
tekanan pengisian ke dalam jantung masih cukup tinggi (Suparman, 1987).
Gagal jantung didefinisikan sebagai keadaan patologis yaitu adanya
kelainan fungsi jantung yang bertanggung jawab atas kegagalan. Jantung
memompa darah pada kecepatan yang sepadan dengan kebutuhan jaringan yang
melakukan metabolisme atau kemampuan jantung untuk memenuhi kebutuhan
ini memerlukan peningkatan abnormal tekanan pengisian (Isselbacker, dkk,
2000).
Gagal jantung adalah suatu kondisi dimana kardiak output tidak
mencukupi kebutuhan metabolik tubuh karena adanya gangguan dari jantung,
pembuluh darah atau kapasitas oksigen yang terbawa dalam darah yang
mengakibatkan jantung tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen pada berbagai
sistem organ (Yasmin A, 1993).
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan jaringan.

2. Etiologi Gagal Jantung


Dalam menilai pasien gagal jantung, penting untuk mengenali tidak saja
penyebab yang mendasari penyakit jantung tetapi juga penyebab yang memacu
timbulnya gagal jantung. Penyebab yang mendasari penyakit jantung yaitu
kelainan jantung akibat lesi bawaan atau didapat seperti stenosis katup aorta
dapat menetap selama bertahun-tahun dan tidak menimbulkan gangguan klinis,
namun demikian seringkali penampakan klinis gagal jantung muncul pertama
kali selama kejadian beberapa gangguan akut yang memberikan beban tambahan
pada miokard yang sudah mendapat beban berlebih dalam waktu lama
(Isselbacker, dkk, 2000).

Penyebab pemicu
a. Emboli paru
b. Infeksi
c. Anemia
d. Tirotoksikosis dan kehamilan
e. Aritmia
f. Reumatik dan batuk miokarditis lainnya
g. Endokarditis infektif
h. Beban fisis, makanan cairan, lingkungan dan emosional yang berlebihan
i. Hipertensi sistemik
j. Infark miokard
(Isselbacker, dkk, 2000)

3. Tanda dan Gejala Gagal Jantung


Tanda gagal jantung
a. Gelisah, perubahan status mental, misal letargi
b. Tanda vital berubah pada aktivitas
c. Tanda aktivitas sistem saraf simpatis meningkat
d. Pasien dengan gagal jantung berat biasanya nyaman dengan tidur

Gejala gagal jantung


a. Nyeri dada dengan aktivitas
b. Dispnea pada istirahat atau pada pengerahan tenaga
c. Ortopnea
d. Poroxymal noctural dyspnea
e. Nyeri di kuadran atas
f. Tidak memiliki nafsu makan
4. Patofisiolofi Gagal Jantung
Gagal jantung terjadi ketika jantung tidak mampu memompa darah pada
jumlah yang dibutuhkan untuk metabolisme yang normal. Kelainan biokimia dan
struktur yang melatarbelakangi belum jelas dimengerti. Kegagalan suatu
ventrikel akan diikuti dengan kegagalan ventrikel yang lainnya. Pada tahap awal
gejala klinisnya berada pada satu sisi, akibat langsung dari gagal jantung kiri
adalah kongesti dan edema pulmo. Sebaliknya gagal jantung kanan berakibat
kongestif sistem vena, naiknya tekanan vena jugularis dan pembesaran hati.
Dispnea merupakan gejala yang subyektif dari pendeknya nafas/sulit nafas,
biasanya gejala awal dari gagal jantung. Pada jantung kiri ditemukan naiknya
kandungan darah dan kandungan air dalam paru-paru, dan tentunya akan
mendesak volume udara. Dispnea yang hebat mengikuti gagal jantung kiri.
Setelah itu jantung kiri akan berkompensasi dengan jantung kanan bila tidak
dikoreksi maka akan terjadi kegagalan jantung kanan. Kegagalan jantung kiri dan
kanan untuk memompa darah itu disebut gagal jantung (Underwood J, 2002).
Pathway
Infeksi Anemia Hipertensi sistemik

Me kebutuhan Jaringan kurang O2 Me tekanan


jaringan akan O2
dan nutrisi
Jantung berkompensasi Jantung memompa
dengan me kontraksi lebih kuat
Me beban kerja
jantung (jantung
memompa lebih kuat Me beban
kerja jantung

Jika tidak dikoreksi

Gagal jantung

Gagal jantung kiri Pe SV

Kongesti paru Pe cardiac out put

pe tekanan di Pe tekanan Jaringan kekurangan


jantung kiri disirkulasi paru O2 dan nutrisi

Tekanan di jantung kiri Terdorong ke MK: Gangguan


(aliran lebih tekanan di jaringan paru perfusi jaringan
jantung kanan)
Dispnue
Jantung kanan
berkompensasi
dengan me MK: Gangguan pola
kontraksi nafas tidak efektif

Jika tidak dikoreksi

Gagal jantung kanan

Jantung kanan tidak


mengosongkan darah
di ventrikel kanan
dengan adekuat

Penumpukan cairan
di visera dan perifer

Edema

MK : Gangguan
cairan lebih dari
kebutuhan
5. Patofisiologi Oksigenasi
Gagal jantung didahului oleh gagal jantung kiri dahulu. Ventrikel kiri
akan berkompensasi dengan jantung kanan. Jika tidak dikoreksi maka ventrikel
kanan tidak dapat mengosongkan darah dengan adekuat, maka terjadi
penumpukan cairan di visera dan perifer sehingga terjadi edema pulmo.
Peningkatan sirkulasi di paru mendorong cairan masuk ke jaringan paru,
sehingga terjadi dispnea. Pada dispnea malam hari yang tiba-tiba ditemukan
sesak nafas mungkin karena kongesti paru vena pulmonalis yang progresif.

Pathway gagal jantung dengan oksigenasi


Gagal jantung Pe SV

Gagal jantung kiri Pe cardiac out put

Kongesti paru Jaringan kekurangan


O2 dan nutrisi
pe tekanan di Pe tekanan
jantung kiri disirkulasi paru MK: Gangguan
perfusi jaringan
Tekanan di jantung kiri Cairan terdorong
lebih dari pada di ke jaringan paru
jantung kanan
Dispnue
Jantung kanan
berkompensasi
dengan me MK: Gangguan pola
kontraksi nafas tidak efektif

Jika tidak dikoreksi

Gagal jantung kanan

Jantung kanan tidak


mengosongkan darah
di ventrikel kanan
dengan adekuat

Penumpukan cairan
di visera dan perifer

Edema

MK : Gangguan
cairan lebih dari
kebutuhan
6. Penatalaksanaan Klien Gagal Jantung
1. Terapi farmakologis
- Digitalis meningkatkan kekuatan kontraksi jantung dan memperlambat
frekuensi jantung.
- Diuretik diberikan untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui ginjal.
- Vasodilator diberikan untuk mengurangi impedansi (tekanan) terhadap
penyemburan darah oleh ventrikel.
- ACE inhibitor.
- Kombinasi diuretik, digitalis, ACE inhibitor seumur hidup.
2. Atasi faktor pencetus
- Aritmia
- Infeksi
- Anemia
3. Terapi non farmakologi
- Diet rendah garam
- Batasi cairan
- Mengurangi BB
- Menghindari alcohol
- Manajemen stress
- Aktivitas fisik
Obat-obat lain :
- Aspirin
- Antikoagulan
- Antagonis beta adrenoreseptor
- Agonis reseptor dopamine
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

I. Pengkajian
Fokus pengkajian pada pasien gagal jantung yang perlu dikaji:
1. Aktivitas
Keletihan/kelelahan terus menerus, insomnia, nyeri dada saat aktivitas,
sesak nafas saat istirahat, gelisah, perubahan status mental, perubahan TTV
saat aktivitas.
2. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, riwayat penyakit katub jantung, serangan CHF
sebelumnya, tekanan darah rendah (gagal pompa), tekanan nadi turun
menunjukkan adanya SV, nadi tachikardi (gagal jantung kiri) bunyi
jantung : S3 (gallop), bunyi nafas : crackles, edema : daerah tergantung,
seluruh tubuh.
3. Integritas / ego
Cemas, takut, stress, kecemasan, marah, ketakutan, iritabel.
4. Eliminasi
Penurunan BAB/BAK, urine gelap, nokturia, diare/konstipasi.
5. Makanan / cairan
Nafsu makan menurun, mual dan muntah, BB meningkat, ekstremitas
bawah membesar, diet tinggi garam, lemak, gula, kafein, penggunaan
diuretik, asietas, edema.
6. Hygiene
Kelemahan/keletihan, kelelahan selama aktivitas perawatan diri.
7. Neurosensori
Kelemahan, pusing, letargis, kusut pikir, disorientasi, perubahan tingkah
laku.
8. Respirasi
Sesak nafas saat aktivitas, tidur dengan duduk / bantal tinggi, batuk sputum
pink, riwayat penyakit paru kronis, tachipnea, penggunaan alat bantu
pernafasan, bunyi nafas menurun, crackles, wheezing.
9. Nyeri / kenyamanan
Nyeri dada, angina akut kronis, nyeri perut kanan atas, nervous tidak dapat
istirahat, perilaku melindungi diri yang sakit.
10. Keamanan
Perubahan dalam fungsi mental, kehilangan kekuatan otot, eksoriasi.
11. Interaksi sosial
Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas yang biasa dilakukan

II. Pemeriksaan Fisik


Dari mulai kepala ke leher
Mata  konjunktiva, sclera
Leher  JVP, bising arteri karotis
Paru  bentuk dada
Pergerakan dada
Asimetris dada
Pernafasan :
- Frekuensi, irama, jenis
- Suara nafas
- Suara tambahan  ronkhi, wheezing, krepitasi
Jantung  tekanan darah
Nadi : frekuensi, irama, isi
Suara jantung
Afeks jantung
Suara tambahan  S3, S4, gallop
Bising jantung  thrill
Abdomen  acites, bising usus
Ekstremitas  temperatur, kelembaban, edema, cianosis
III. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
- Hematologi : Hb, Ht, leukosit
- Elektrolit : K, Na, Cl, Mg
- Gangguan fungsi ginjal dan hati
- Ureum, creatinin, BUN, urine lengkap
- SGOT, SGPT
- Gula darah
- Kolesterol, trigliserida
2. Elektrokardiogram (EKG)
- Penyakit jantung koroner : iskhemik, infark
- Pembesaran jantung : LVH
- Aritmia
- Perikarditis
3. Foto rontgen toraks
- Edema alveolar
- Edema interstials
- Efusi pleura
- Pembesaran jantung
4. Ekokardiogram
- Menggambarkan ruang dan katup jantung
5. Radionuklir
- Mengevaluasi fungsi ventrikel kiri
- Mengidentifikasi kelainan perfusi miokard
6. Kateterisasi
- Untuk mengetahui tekanan dalam sirkulasi jantung dan paru
- Untuk mengetahui saturasi O2 di ruang jantung
- Mengidentifikasi penyempitan arteri koroner
IV. Diagnosa Keperawatan
1. a. Masalah keperawatan : gangguan pola nafas tidak efektif berhubungan
dengan ketidakadekuatan ventilasi.
b. Kriteria hasil: mempertahankan pola nafas normal/efektif bebas
sianosis dan tanda/gejala lain dari hipoksia dengan bunyi nafas sama
bilateral
c. Tindakan / intervensi
Intervensi Rasional
Mandiri
- Evaluasi frekuensi pernafasan - Respon bervariasi, penekanan
dan kedalamannya, catat upaya pernafasan (penurunan
pernafasan, co: adanya dispnea kecepatan) dapat terjadi dari
- Auskultasi bunyi nafas, catat area penggunaan
menurunnya tak ada bunyi nafas - Bunyi nafas sering menurun,
dan adanya bunyi tambahan kehilangan bunyi nafas aktif,
- Tinggikan kepala tempat tidur, pada area ventilasi sebelumnya
letakkan pada posisi duduk tinggi menunjukkan kolaps
atau semi fowler, bantu ambulasi - Merangsang fungsi pernafasan /
dini/peningkatan waktu tidur ekspansi paru
- Dorong pemasukan cairan - Hidrasi adekuat membantu
maksimal dalam perbaikan pengenceran secret,
jantung memudahkan ekspektoran
- Beri obat analgesik sebelum - Memungkinkan kemudahan
pengobatan pernafasan sesuai gerakan dada dan menurunkan
indikasi ketidaknyamanan.
Kolaborasi
- Kaji ulang laporan foto dan - Pantau ketidakefektifan terapi
pemeriksaan laboratorium sesuai pernafasan
indikasi - Meningkatkan pengiriman O2
- Berikan tambahan oksigen untuk kebutuhan sirkulasi
dengan masker
2. a. DK : kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya curah
jantung ditandai adanya edema, distress pernafasan, bunyi jantung
abnormal
b. Hasil yang diharapkan : volume cairan stabil dengan keseimbangan
masukan dan pengeluaran, bunyi nafas bersih/jelas, tidak ada edema
d. Tindakan keperawatan

Intervensi Rasional
Mandiri
- Pantau / hitung keseimbangan - Terapi diuretik dapat disebabkan
pemasukan dan pengeluaran oleh kehilangan cairan tiba-tiba /
selama 24 jam berlebihan
- Pertahankan duduk/tirah baring - Posisi telentang meningkatkan
dengan posisi semi fowler filtrasi ginjal dan menurunkan
selama fase akut produksi ADH sehingga
- Kaji distensi leher dan meningkatkan diuresis
pembuluh perifer, lihat area - Retensi cairan berlebihan dapat
tubuh dependen untuk edema/ dimanifestasikan oleh
catat adanya edema tubuh pembendungan vena dan
umum (anoreksia) pembentukan edem. Peningkatan
- Ubah posisi dengan sering, kongesti vaskuler (sehubungan
tinggikan kaki bila duduk dengan gagal jantung kanan)
- Auskultasi bunyi nafas, catat mengakibatkan edema jaringan
penurunan dan atau bunyi sistemik
tambahan - Pembentukan edema, sirkulasi
melambat, gangguan pemasukan
nutrisi dan imobilisasi lama
merupakan kumpulan stressor
yang mempengaruhi integritas
kulit dan memerlukan intervensi
pengawasan ketat
Intervensi Rasional
- Kelebihan volume cairan
menimbulkan kongesti paru.
Edema paru menunjukkan gagal
jantung kiri akut. Pernafasan
lambat dan sulit membaik
Kolaborasi
- Pemberian obat sesuai indikasi - Meningkatkan laju aliran urine
diuretik, co furosemid (la six), - Meningkatkan diuresis
tiazid, tambahan kalium - Menggantikan kehilangan
- Pantau foto torak kalium sebagai efek samping
terapi diuretik, yang dapat
mempengaruhi fungsi jantung
- Menunjukkan perubahan
indikasi
- Peningkatan / perbaikan
kongesti paru

3. a. Diagnosa perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah


ditandai dengan vasokontriksi, hipovolemi, dan pembentukan
tromboemboli
b. Hasil yang diharapkan : mendemonstrasikan perfusi adekuat secara
individual, contoh kulit hangat dan kering

Intervensi Rasional
Mandiri
- Selidiki perubahan tiba-tiba atau - Perfusi serebral secara langsung
gangguan mental kontinu sehubungan dengan curah
contoh cemas, bingung, letargi, jantung dan juga dipengaruhi
pinsang oleh elektrolit/variasi asam basa,
- Lihat pucat, sianosis, belang, hipoksia/emboli sistemik
kulit dingin/lembab, catat - Vasokontriksi sistemik
kekuatan nadi perifer diakibatkan oleh penurunan
- Kaji tanda Homan (nyeri pada curah jantung dibuktikan oleh
betis dengan posisi dorsofleksi), penurunan perfusi kulit dan
eritema, edema penurunan nadi
- Dorong latihan kaki aktif/pasif, - Indikator trombosis vena dalam
hindari latihan isometric - Menurunkan statis vena,
- Pantau pernafasan, catat kerja meningkatkan aliran balik vena
pernafasan dan menurunkan resiko
tromboflebitis
- Pompa jantung gagal dapat
mencetuskan distres pernafasan
Kolaborasi
- Pantau data laboratorium, - Indikator perfusi / fungsi organ
contoh GDA, BUN, kreatinin, - Dosis rendah heparin mungkin
elektrolit diberikan secara profilaksis pada
- Beri obat sesuai indikasi contoh pasien resiko tinggi
heparin
PLANNING OF ACTION KEGIATAN PBL PKKDM

19 – 27 April 2007
NO KEGIATAN
Jum’at Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at
1 Study Literatur
2 Membuat Kontrak Belajar
3 Menyusun Makalah
4 Menyusun Analisa Sintesa
5 Konsultasi Mentor
6 Mengumpulkan Makalah
7 Presentasi Makalah
8 Prosedur

Semarang, April 2007

Kelompok I
1. Abdul Rokhim (G2A003001) Mentor
2. Dwi Budi A (G2A003020)
3. Ludfiyah (G2A003039) Tri Hartiti, SKM, M.Kes
4. Puji Hastuti (G2A003058)
5. Sri Widatin (G2A003077)
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Aziz, 2006. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika

Kusyati, E, dkk, 2003. Ketrampilan dan Prosedur Perawatan Dasar. Semarang:


Kilat Press

Masud, Ibnu, 1989. Dasar Fisiologi Kardiovaskuler. Jakarta: EGC

Sibuea H, dkk, 2005. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: PT Rineka Cipta

Suddarth, Brunner, 2003. Keperawatan Medikal Bedah. EGC

Sylvia A, dkk, 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta:


EGC

Underwood, 2000. Patologi Umum dan Sistemik.EGC

Rokhaeni H, 2001. Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler. Bidang Pendidikan dan


Pelatihan Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah Nasional “Harapan
Kita”
ANALISA SINTESA

Analisa sintesa prosedur : Pemasangan O2 Mask


Pada klien : Gagal Jantung

A. Latar Belakang
Gagal jantung adalah keadaan dimana jantung sebagai pompa, tidak
mampu meningkatkan CO2 yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sirkulasi
jaringan atau metabolisme tubuh. Sedangkan gagal jantung kongesif terjadi bila
gangguan jantung kiri dan jantung kanan pada satu waktu bersamaan, yang
ditandai adanya bendungan paru dan bendungan sistemik. Tanda dominan gagal
jantung adalah meningkatnya volume intravaskuler. Kongesitas jaringan terjadi
akibat tekanan arteri dan vena yang meningkat akibat turunnya curah jantung
pada kegagalan jantung. Berbagai penyebab gagal jantung mengakibatkan:
penurunan kontraksi ventrikel kiri, cardiac output dan meningkatkan volume
residu ventrikel (EOV) sehingga terjadi peningkatan akhir distolik ventrikel kiri
(LVEDP) yang akan meningkatkan pula tekanan atrium kiri (LAP). Peningkatan
tekanan atrium menyebabkan terjadinya tekanan kapiler dan vena paru, bila
tekanan meningkat maka akan terjadi edema intestinal dan edema paru. Tekanan
paru yang meningkat menyebabkan terjadinya hipertensi pulmonal. Hipertensi
pulmonal akan menurunkan ejeksi ventrikel kanan yang menyebabkan terjadinya
kongesti sistemik dan edema.
Pemberian oksigen merupakan tindakan keperawatan dengan cara
memberikan oksigen melalui saluran pernafasan dengan menggunakan alat bantu
oksigen yaitu masker yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan
mencegah terjadinya hipoksia. Disertai pemakaian obat inotropik untuk
memperbaiki daya kontraktibilitas miocardium pada gagal jantung akibat infark
myocardium. Penggunaan diuretika bertujuan mengurangi retensi air dan
natrium. Obat vasodilator akan membantu mengurangi hambatan “after load”,
mengurangi tahanan vaskuler sistemik dan memperbaiki tekanan ventrikel.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang ditegakkan pada klien gagal jantung : gangguan pola
nafas tidak efektif berhubungan dengan dispnea /sesak nafas

C. Rencana Tindakan
Tujuan : 1. Menurunnya insufisiensi jantung
2. Suara pernafasan dalam keadaan normal
Kriteria Hasil : Tujuan terpenuhi
Rencana tindakan:
Intervensi Rasional
1. Monitor denyut jantung dan irama 1. Mengetahui kelainan jantung
2. Monitor TTV, bunyi jantung, CVP, 2. Pola dasar untuk mengetahui
edema, tingkat kesadaran perkembangan pasien
3. Kolaborasi dengan dokter dalam 3. Mengetahui keadaan umum pasien
pemeriksaan AGO, elektrolit, darah 4. Mengurangi kecemasan dan lebih
lengkap kooperatif
4. Jelaskan prosedur yang dilakukan 5. Meningkatkan perfusi
5. Berikan oksigen sesuai kebutuhan 6. Mengetahui kelebihan/kekurangan
6. Ukur intake dan outtake cairan 7. Menahan suplay oksigen
7. Hindari terjadinya valsava manuver 8. Mengurangi stress dan energi bicara
seperti mengedan, menahan nafas, 9. Meningkatkan pengetahuan dan
batuk mencegah terjadinya kambuh dan
8. Batasi pengunjung komplikasi
9. Berikan pendidikan kesehatan

D. Pengertian
O2 mask adalah pemberian tambahan oksigen melalui masker.

E. Indikasi
Dalam kondisi gawat darurat masker wajah dapat diberikan karena pasien
membutuhkan oksigen tinggi.
F. Kontra Indikasi
Jika pasien membutuhkan oksigen kadar rendah maka masker wajah tidak cocok.

G. Alat dan Bahan


- Tabung oksigen dengan flow meter
- Humidifer dengan cairan
- Masker wajah dengan ukuran yang sesuai
- Plastik band (karet pengikat)

H. Prosedur Pelaksana
1. Kaji kebutuhan terapi oksigen dan verifikasi (periksa kembali) perintah
pengobatan
2. Atur posisi semi fowler
3. Jelaskan bahwa oksigen tidak bahaya bila petunjuk keamanan diperhatikan
4. Atur peralatan oksigen dan humidifer
5. Putar oksigen terapi dan pastikan alat dapat berfungsi
- Cek oksigen dapat mengalir secara bebas lewat selang, seharusnya tidak
ada suara pada selang dan sambungan tidak bocor. Seharusnya ada
gelembung udara pada humidifer saat O2 mengalir pada air.
- Perawat merasakan O2 keluar dari masker
- Atur O2 dengan flow meter sesuai perintah misal 2-6l/m
6. Kaji klien secara teratur
7. Inspeksi peralatan secara teratur
- Cek liter flow meter dan tinggi air pada humidifer dalam 30 menit
- Pertahankan tinggi air humidifer
- Pastikan petunjuk keamanan diikuti
8. Catat data yang relevan ada dokumentasi keperawatan
I. Buku Sumber
1. Kusyati, E dkk (2003). Ketrampilan dan Prosedur Perawatan Dasar.
Semarang: Kilat Press
2. Wartonah, Tarwoto. (2003). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta
3. Suddart, Brunner, (2001). Keperawatan Medikal Bedah. EGC
4. Aimul, Aziz, (2006). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika
5. Masud, Ibnu, (1989). Dasar Fisiologi Kardiovaskuler. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai