Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. LAPORAN PENDAHULUAN

1. Pengertian
Menurut Suster Nada (2007) Hernia adalah sebuah tonjolan atau benjolan yang terjadi
di salah satu bagian tubuh yang seharusnya tidak ada. Hernia adalah protusi (penonjolan) ruas
organ, isi organ ataupun jaringan melalui bagian lemah dari dinding rongga yang
bersangkutan atau lubang abnormal. Menurut Ester (2001) hernia adalah protrusi abnormal
organ, jaringan, atau bagian organ melalui struktur yang secara normal berisi. Menurut
Jennifer (2007) hernia adalah protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan.
Hernia inguinalis adalah hernia yang terjadi penonjolan dibawah inguinalis,di daerah
lipatan paha Hernia ini dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Hernia Inguinalis Interalis (indirek)
Hernia inguinalis lateralis karena keluar dari rongga peritoneum melalui anulus
inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, lalu hernia masuk
ke kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol dan keluar dari anulus inguinalis
eksternum. Lebih banyak terjadi pada laki-laki usia muda.
b. Hernia Inguinalis Medialis (direk)
Hernia yang melalui dinding inguinalis posteromedial dari vasa epigastrika inferior
didaerah yang dibatasi segitiga Hasseibach.lebih banyak terjadi pada orang tua.
2. Etiologi
Etiologi hernia Inguinalis menurut Hidayat (2006) adalah:
a. Batuk
b. Adanya presesus vaginalis yang terbuka
c. Tekanan intra abdomen yang meningkatkan secara kronis seperti batuk kronik, hipertrofi
prostat, konstipasi dan asites.
d. Kelemahan otot dinding perut dan degenerasi jaringan ikat karena usia lanjut.
e. Kehamilan multi para dan obesitas.
3. Manifestasi Klinik
Adapun manifestasi klinis dari hernia inguinalis lateralis :
a. Benjolan pada regio iunginale, di atas ligamentum inguinal, yang mengecil bila pasien
berbaring.
b. Bila pasien mengejan atau batuk, mengangkat berat, maka benjolan hernia akan bertambah
besar.
c. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit di tempat itu disertai perasaan mual.
d. Bila terjadi hernia inguinalis strangulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta sakit
diatasnya menjadi merah dan panas.
e. Pada laki-laki isi henia dapat mengisi skrotum ( Sjamsuhidayat, 2004; Arif Mansjoer, 2000).
4. Patofisiologi
Secara patofisiologi peningkatan tekanan intra abdomen akan mendorong anulus
inguinalis internus terdesak. Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau
karena yang didapat faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis
yang terbuka, dan kelemahan otot dinding perut karena usia. Lebih banyak pada laki- laki
dari pada perempuan. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk
hernia pada Anulus Internus yang cukup besar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi
hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu.
Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka,
peninggian tekanan di dalam rongga perut dan kelemahan otot dinding perut karena usia. Bila
otot dinding perut berkontraksi, kanalis dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis
inguinalis, kelemahan dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan inguinalis. Tanda dan
gejala klinis dapat ditentukan oleh keadaan isi hernia, pada hernia reponibel keluhan satu-
satunya adalah benjolan dilipat paha yang muncul pada saat bediri, batuk, bersin atau
mengejan dan menghilang setelah berbaring.
Keluhan nyeri biasanya dirasakan di epigastium atau para umbilical berupa nyeri visceral
karena regangan pada mesrentium sewaktu, satu segmen usus halus masuk kedalam kantung
hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarsesari karena
ileus atau strangulasi karena nekrosis ( R. Sjamsuhidayat,2004). Bila isi kantong hernia dapat
di pindahkan ke rongga abdomen dengan manipulasi hernia disebut redusibel. Hernia
irredusibel dan hernia inkarserta adalah hernia yang tidak dapat dipindahkan atau dikurangi
dengan manipulasi. Nyeri akan terasa jika cincin hernia terjepit, jepitan cincin hernia akan
menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan
terisi transudat berupa cairan serosangoinus, ini adalah kedaruratan bedah karena usus
terlepas, usus ini cepat menjadi gangrene. Pada hernia redusibel dilakukan tindakan bedah
elektif karena ditakutkan terjadi komplikasi ( Sjamsuhidayat, 2004)
5. Nursing pathway
6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang foto roentgen biasanya tidak diperlukan untuk mendiagnosis
hernia. Rontgen hanya diperlukan untuk hernia interna, misalnya hernia diafragmatica.
Sedangkan USG bisa digunakan untuk menyingkirkan diagnosis massa yang berada di dalam
dinding abdomen atau untuk menyingkirkan diagnosis bengkaknya testis. Jika dicurigai
adanya hernia strangulata, maka bisa dilakukan pemeriksaan radiologik berupa: Foto rontgen
dada untuk menyingkirkan adanya gambaran udara bebas (sangat jarang terjadi). Foto
abdomen PA dan posisi supine untuk mendiagnosis obstruksi VU untuk mengidentifikasi
daerah diluar rongga abdomen. CT Scan atau USG bisa juga digunakan untuk penegakan
dignosis.
7. Diagnosis
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d adanya insisi dari pembedahan dan trauma jaringan.
b. Potensial terjadi infeksi b/d adanya luka insisi pada operasi.
c. Gangguan mobilitas fisik b/d nyeri
8. Komplikasi
a. Hernia berulang,
b. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
c. Pendarahan yang berlebihan / infeksi lluka bedah,
d. Luka pada usus (jika tidak hati-hati),
e. Setelah herniografi dapat terjadi hematoma,
f. Fostes urin dan feses,
g. Residip,
h. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
9. Penatalaksanaan
a. Pada hernia inguinalis lateralis reponibilis maka dilakukan tindakan bedah efektif karena
ditakutkan terjadi komplikasi.
b. Pada yang ireponibilis, maka diusahakan agar isi hernia dapat dimasukkan kembali. Pasien
istirahat baring dan dipuasakan atau mendapat diit halus. Dilakukan tekanan yang kontinyu
pada benjolan misalnya dengan bantal pasir. Baik juga dilakukan kompres es untuk
mengurangi pembengkakan. Lakukan usaha ini berulang-ulang sehingga isi hernia masuk
untuk kemudian dilakukan bedah efektif di kemudian hari atau menjadi inkarserasi.
c. Pada inkerserasi dan strangulasi maka perlu dilakukan bedah darurat.
a. Tindakan bedah pada hernia ini disebut herniotomi (memotong hernia dan herniorafi
(menjahit kantong hernia). Pada bedah efektif manalis dibuka, isi hernia dimasukkan,kantong
diikat dan dilakukan “bassin plasty” untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
b. Pada bedah darurat, maka prinsipnya seperti bedah efektif. Cincin hernia langsung dicari dan
dipotong. Usus dilihat apakah vital/tidak. Bila tidak dikembalikan ke rongga perut dan bila
tidak dilakukan reseksi usus dan anastomois “end to end”.

B. ASKEP TEORI

1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1) Identitas klien
Meliputi nama, unsure, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekrjaan, no register, diagnosa
medis, dan tanggal MRS.
2) Keluhan utama
Adanya benjolan di inguinalis masuk bila klien tidur dan klien mengejar, menangis, berdiri,
mual – mual, muntah. Bila adanya komplikasi ini menciptakan gejala klinis yang khas pada
penderita HIL
3) Riwayat kesehatan lalu
Biasanya px dengan HIL akan mengalami penyakit kronis sebelumnya. Missal : adanya batuk
kronis, gangguan proses kencing (BPH). Kontipasi kronis, ascites yang semuanya itu
merupakan factor predis posisi meningkatnya tekanan intra abdominal.
4) Riwayat kesehatan sekarang
Pada umunya penderita mengeluh merasa adanya benjolan di selangkangan / di daerah lipatan
pada benjolan itu timbul bila penderita berdiri lama, menangis, mengejar waktu defekasi atau
miksi mengangkat benda berat dsb, sehingga ditemukan rasa nyeri pada benjolan
tersebut. Selain itu juga di dapatkan adanya gejala lain seperti mual dan muntah akibat dari
peningkatan tekanan intra abdominal.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit HIL atau penyakit menular lainnya.
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Kesadaran, GCS, Vital sign, bb dan Tb
b. Pemeriksaan laboratorium
Analisa darah, untuk mengetahui jumlah darah seluruhnya Hb faal hemostasis, dan jumlah
leukosit. Analisis urin untuk mengetahui adanya infeksi saluran kencing.
c. Pemeriksaan penunjang
Foto thorax, untuk mengetahui keadaan dari jantung dan paru. Pemeriksaan ECG, dilakukan
pada pasien yang berusia 45 th.
3. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d adanya insisi dari pembedahan dan trauma jaringan.
b. Potensial terjadi infeksi b/d adanya luka insisi pada operasi.
c. Gangguan mobilitas fisik b/d nyeri
4. Rencana perawatan
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) s/d adanya insisi dari pembedahan dan trauma jaringan.
Tujuan : rasa nyeri berkurang dan rasa nyaman terpenuhi dalam waktu 3x24 jam.
Kriteria : - kx mengungkapkan myeri berkurang
- kx bebas dari rasa nyeri
- Ekspresi wajah tenang dan santai
- kx dapat tidur dan istirahat dengan nyaman
Rencana :
Melakukan pendekatan pada klien dan keluarga dengan komunikasi yang baik.
R/ : Dengan komunikasi yang baik akan memudahkan kita dalam melaksanakan asuhan
keperawatan sehingga px & kiq lebih kooperatif
Catat lokasi, intensitas, durasi dan penyebaran rasa nyeri
R/ : Mengetahui perkembangan nyeri dan tanda – tanda nyeri hebat sehingga dapat
menentukan tindakan selanjutnya.
Beri penjelasan pada kx sebab – sebab terjadinya nyeri
R/ : kx tidak merasa cemas dan mengerti sebab – sebab nyeri.
Anjurkan teknik distraksi dan relaksasi
R/ : Menurunkan ketegangan otot, sendi dan melancarkan peredaran darah sehingga dapat
mengurangi nyeri.
Beri dorongan pada klien untuk melakukan mobilisasi secara bertahap.
R/ : Menghindari kekakuan sendi otot dan penekanan pada daerah tertentu
Laksanakan instruksi dokter untuk pemberian obat analgesik
R/ : Analgesik berfungsi sebagai depresan system syaraf pusat sehingga dapat mengurangi
atau menghilangkan nyeri.
b. Potensial terjadi infeksi adanya luka pada okerasi.
Tujuan : Luka operasi tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil : tidak ada tanda – tanda infeksi / radang (color, dolor, rubar, tumor, functio
laesa).
Rencana:
Beri penjelasan pada klien perlunya menjaga kebersihan daerah luka operasi
R/ : Dengan penjelasan diharapkan kx mengerti tentang pentingnya menjaga kebersihan
daerah luka operasi.
Observasi tanda – tanda infeksi pada daerah operasi
R/ : Respon jaringan terhadap infeksi di manifestasikan dengan oedem, kemerahan, dan
berkurangnya epitelisasi atau granulasi kulit.
Periksa kulit untuk memeriksa adanya infeksi yang terjadi.
R/ : Gangguan pada integritas kulit atau dekat dengan lokasi operasi adalah sumber
kontaminasi luka.
Rawat luka operasi dengan tekhnik aseptik
R/ : Tindakan aseptik akan menghangat pertumbuhan kulitan dan menjaga luka operasi dari
infeksi.
Observasi gejala kardinal
R/ : Mengetahui perkembangan kesehatan kx dan peningkatan suhu merupakan salah satu
tanda infeksi.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik.
R/ : Anergiotik berfungsi untuk membunuh kuman dan mencegah infeksi
c. Gangguan mobilitas fisik b/d nyeri
Tujuan : pasien mampu mobilisasi
Kriteria Hasil : -pasien mampu melakukan pergerakan secara bertahap
-pasien bisa beraktifitas mandiri
Rencana :
Beri motivasi & latihan pada pasien untuk beraktifitas
R/ : meningkatkan perasaan untuk beraktivitas
Ajarkan teknik mobilisasi di tmpat tidur
R/ : melatih menggerakan anggota tubuh
Anjurkan keluarga untuk memotivasi dan membantu melatih mobilisasi pasien
R/ : keluarga punya peran penting membantu pasien
Tingkatkan aktifitas secara bertahap
R/ : meningkatkan mobilitas pasien
BAB III
KASUS DAN ASKEP DI RUMAH SAKIT
Tgl. Masuk : 31 januari 2016

IDENTITAS
Identittas pasien
Nama : Tn. S
Umur : 71 tahun
Agama : islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : buruh
Alamat : sidorejo, gunungkidul
Status perkawinan : kawin
Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. Z
Umur : 35 tahun
Agama : islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : swasta
Alamat : sidorejo, gunung kidul
Status perkawinan : kawin
PENGKAJIAN
Tgl. Pengkajian : 2 februari 2016
Jam : 12.30
A. RIWAYAT SAKIT DAN KESEHATAN
1. Riwayat Kesehatan Saat Ini
a. Keluhan utama (saat MRS) : pasien mengeluh nyeri pada abdomen regio inguinalis lateralis
karena luka insisi
b. Riwayat keseahatan sekarang (alasan MRS dan perjalanan penyakit saat ini) : pasien
mengeluh nyeri pada abdomen regio inguinalis lateralis dextra karena luka insisi.
P : Terdapat luka insisi sepanjang 10 cm.
Q : rasa seperti di tusuk-tusuk
R : nyeri di rasakan pada daerah perut kanan bawah
S : Skala nyeri 6
T : hilang timbul
2. Riwayat kesehatan dahulu :
Pasien mengatakan memiliki penyakit hipertensi dan hernia pada perut bagian kiri.
3. Riwayat penyakit yang pernah dialami :
Pasien miliki riwayat hipertensi, hernia inguinalis sinistra semenjak 2 tahun yang lalu.
4. Riwayat pernah dirawat :
Pasien mengatakan pernah dirawayat denagn diagnosa hernia inguinalis sinistra 2 tahun yang
lalu.
5. Riwayat pernah alergi :
Pasien mengatakan tidak memiliki alergi.
6. Riwayat kebiasaan :
Pasien mengatakan memiliki kebiasaan mengangkat beban berat saat bekerja sehari-hari.
7. Riwayat kesehatan keluarga :
Pasien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat hernia inguinalis.
8. Genogram :
Keterangan :
= Meninggal (laki – laki)
= Meninggal (perempuan)
= Laki - laki
= Perempuan
= Garis hubungan / keturunan
= Tinggal satu rumah
= Pasien
B. POLA FUNGSI KESEHATAN
1. Pola Persepsi
a. sebelum sakit : psien mengatakan sebelum sakit sering menahan BAB, sering bekerja
mengangkat beban berat.
b. saat ini : 2 minggu terakhir pasien mengeluh nyeri saat BAB, pasien mengeluh nyeri pada
abdomen, di abdomen terdapat benjolan di regio inguinalis lateralis. Kemudian pasien dirujuk
ke RS dan dokter mengadvicekan untuk herniodektomy.
2. Pola Nutrisi
a. sebelum sakit :
Makan : baik, teratur sehari 3x, dengan porsi habis
Minum : pasien mengatakan suka minum teh di pagi hari ( 250 ml), kemudian di lanjut
dengan air putih (1500 ml)
b. saat ini :
makan : baik, teratur, sehari 3x dengan porsi seperempat habis
minum : air putih dengan jumlah 600 ml.
3. Aktifitas dan Latihan
a. Sebelum sakit
ADL 0 1 2 3 4 KETERANGAN
Makan/minum  0 : mandiri
Toileting  1 : di bantu alat
Berpakaian  2 : di bantu orang
Mobilisasi dari tempat tidur  3 : dibantu orang dan
alat
Berpindah  4 : tergantung total

b. Saat ini :
DS : Pasien mengatakan bahwa saat ini sulit untuk bergerak dan beraktiftas dikarenakan nyeri
dan adanya luka operasi pada perut kanan bagian bawah.
ADL 0 1 2 3 4 KETERANGAN
Makan/minum  0 : mandiri
Toileting  1 : di bantu alat
Berpakaian  2 : di bantu orang
Mobilisasi dari tempat tidur  3 : dibantu orang dan
alat
Berpindah  4 : tergantung total

4. Istirahat
a. Sebelum sakit : pasien mengatakan sebelum sakit poal tidur teratur(6-7 jam) dan tidak
memiliki gangguan tidur
b. Saat ini : pasien lebih banyak istirahat (9-10 jam )
5. Pola eliminasi
a. Sebelum sakit :
BAK : lancar, tidak terdapat gangguan.
BAB : lancar, teratur( 1x sehari). Hanya saja 2 minggu terakhir pasien mengeluh nyeri saat
BAB.
b. Saat ini :
BAK : Lancar, terpasang kateter, jumlah 500 cc, frekuensi 5-6 x/hari
BAB : lancar, frekuensi 2 hari sekali, tidak terdapat gangguan.
6. Persepsi diri
Tidak terkaji
7. Pola dan hubungan sosial
Sebelum sakit : pasien mengatakan bahwa sebelum sakit pasien dapat menjalankan perannya
sebagai seorang kepala keluarga dalam bekerja.
Setelah sakit : pasien mengatakan bahwa setelah sakit perannya sebagai kepala keluarga
dalam bekerja memenuhi kebutuhan keluarga tertunda karena sakit.
8. Seksual dan reproduksi
Tidak terkaji
9. Nilai dan kepercayaan
Sebelum sakit : pasien mengatakan pasien selalu menjaga sholat 5 waktunya dan kegiatan
ibadah lainnya.
Setelah sakit : pasien mengatakan pasien tetap menjaga sholat 5 waktu dan ibadah lainnya.
10. manajemen koping :
pasien mengatakan dalam mengatasi stress biasanyya menggunakan atau mengisi waktunya
dengan bercakap – cakap dengan keluarga.
11. Pola kognitif perseptual
Tidak terkaji
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : sedang
Kesadaran : CM
GCS : eye : 4, motorik : 6, verbal : 5
BB : 60 Kg TB : 165 cm
TTV : TD : 130/80 mmHg RR : 22 x/menit N : 80x/menit
S: 370c
Nyeri :
P : Terdapat luka insisi sepanjang 10 cm.
Q : rasa seperti di tusuk-tusuk
R : nyeri di rasakan pada daerah perut kanan bawah
S : Skala nyeri 6
T : hilang timbul
2. Kepala
Inspeksi : normocephalus, rambut putih, tidak ada ketombe
Palpasi : tidak ada rasa nyeri
3. Mata
Inspeksi : normal, sklera kekuningan, konungtiva berwarna merah muda.
Palpasi : simetris, tidak ada benjola dan nyeri tekan
4. Hidung
Inspeksi : simetris, tidak terpasang NGT atau kanul nasa
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat benjolan
5. Telinga
Inspeksi : normal, tidak terdapat serumen, tidak ada lesi.
Palapasi : tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat benjolan
6. Mulut
Inspeksi : mukosa mulut normal, bibir tidak pecah-pecah
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat benjolan
7. Leher
Inspeksi : tidak ada lesi, kulit bersih, warna kulit sawo matang, tidak terlihat pembengkakan
kelenjar tiroid.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat benjolan.
8. thorax
a. Paru-paru
Inspeksi : kembang kempis dada terlihat simetris, terlihat retraksi dada
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat benjolan
Perkusi : terdengar sonor pada paru-paru
Auskultasi : suara nafas normal, tidak terdengar ronchi dan wheezing
b. Jantung
Inspeksi : dada klien simetris, tidak terdapat iktus kordis
Perkusi : suara perkak bagian jantung
Auskultasi : ventrikuler
9. Abdomen
Inspeksi : terdapat luka insisi pada abdomen regio inguinalis laterais dextra sepanjang 10 cm
Auskultasi : bising usus 16x/menit
Palpasi : terdapat nyeri tekan pada area luka insisi. Rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk dengan
skala nyeri 6.
Perkusi : suara timapani pada lambung

10. Genitourinaria
Urine : frekuensi : 5-6 x/hari, jumlah : 500 cc, warna : kuning pekat, bau : khas amoniak
Kateter : pasien terpasang kateter

11. integumen : tidak terkaji


12. muskuloskeletal : tidak terkaji
13. neurologis : tidak terkaji

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Nama Pemeriksaaan Hasil Satuan Nilai rujukan
Elektrolit
Natrium 140,12 Mmol/l 135,37 – 145,0
Kalium 4,24 Mmol/l 3,48 – 5,5
Clorida 101,80 Mmol/l 96,0 – 106,0
Hematologi
Darah lengkap
Hemoglobin 13,0 g/dl 12,0 – 16,8
Leukosit 10,800 /mm3 4,600 – 10,000
Hematokrit 38,4 % 40 – 54
Eritrosit 4,17 Jt/mm3 3,9 – 5,9
Trombosit 304,000 /mm3 150,000 – 400,000
MCV 92,3 Fl 82,0 – 95,0
MCH 29,7 Pg 27,0 – 31,0
MCHC 32,2 g/dl 32,0 – 36,0
LED 57 Mm/jam <100
Hbs. Ag kualitatif Non reaktif Non reaktif
Kimia darah
Protein 8,59 Gr/dl 6,6 – 8,8
Albumin 4,0 Gr/dl 3,5 – 5,2
Globulin 4,53 Gr/dl 1,5 – 5,2
E. DATA FOKUS
No Data subjektif Data objektif
1. Pasien mengatakan nyeri di area TTV
perut kanan bawah TD : 130/90 mmHg, RR : 22x/menit,
N : 82x/menit, S : 380C
2. Pasien mengatakan nyeri seperti di Ada nyeri tekan di abdomen regio
tusuk-tusuk inguinalis lateralis dextra
3. Pasien mengatakan skala nyeri 6 Ada luka insisi sepanjang 10 cm
Luka tampak lembab
Pasien tampak meringis menahan
nyeri
4 pasien mengatakan kesulitan dalam Pasien tampak kesulitan untuk
melakukan aktivitasnya seperti ke bergerak atau mobilisasi
toilet Pasien tampak bedrest posisi supine
position
F. ANALISA DATA
NO SIGN/SYMPTOMS ETIOLOGI PROBLEM
1. DS : Pasien mengatakan nyeri di Agen cidera fisik Nyeri akut
area abdomen kanan bawah, nyeri di tandai dengan
seperti ditusuk-tusuk, pasien adanya luka insisi
tampak meringis menahan nyeri,
skala nyeri 6.
DO : ada nyeri tekan di area
abdomen inguinalis ateralis
dextra, terdapat luka insisi
sepanjang 10 cm
2. DS : Pasien mengatakan sulit Nyeri Gangguan
untuk bergerak atau mobilisasi mobilitas fisik
DO : Pasien tampak bedrest
dengan posisi supine position
3. DS : - Prosedur invansif Resiko infeksi
DO : peningkatan leukosit dari
angka normal (normal : 4600-
10.000). leukosit pasien : 10.800,
suhu 380C

G. PRIORITAS DIAGNOSA
NO Tgl/jam Diagnosa Keperawatan Prioritas Dx
1. 2 februari Nyeri akut berhubungan agen cidera fisik
2016/ 13.00 di tandai adanya luka insisi ditandai
pasien mengatakan nyeri pada perut
bagian bawah sebelah kanan.
DO :
P : Terdapat luka insisi sepanjang 10 cm.
I
Q : rasa seperti di tusuk-tusuk
R : nyeri di rasakan pada daerah perut
kanan bawah
S : Skala nyeri 6
T : hilang timbul
2. 2 februari Gangguan mobilitas fisik berhubungan
2016/ 13.00 dengan nyeri ditandai dengan pasien
II
mengatakan sulit untuk bergerak atau
mobilisasi.
3. 2 februari Resiko infeksi ditandai dengan
2016/ 13.00 peningkatan leukosit dari angka normal
III
(normal : 4600-10.000). leukosit pasien :
10.800, suhu 380C
BAB IV

JURNAL
A. ANALISIS JURNAL 1
JUDUL : “HUBUNGAN MOBILISASI DINI TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA
POST OP SECTIO CAESAREA DI RSUD. SALEWANGANG MAROS.”
1. PATIENT AND PROBLEM
a. Patient : Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 15 sampel pasien Post. Op section
caesarea.
b. Problem : masih banyaknya asumsi pasien yang takut untuk mobilisasi pasca operasi.
2. INTERVENTION
Dalam penelitian ini intervensi yang di berikan untuk mobilisasi antara lain :
a. Dalam 6 jam pertama : pasien dilatih menggerakan lengan, menggerakkan tangan,
menggerakkan ujung kaki, memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit, menegangkan otot
betis, menggeser kaki.
b. Dalam 10 jam pertama : pasien di latih gerakan miring ke kiri dan ke kanan.
c. Dalam 12 jam pertama : pasien belajar duduk.
d. Dalam 24 jam pertama : pasien belajar untuk berjalan.
3. COMPARISON : Dari penelitian tersebut adalah pasien yang di berikan terapi untuk
mobilisasi dini post operasi section caesarea terbukti lebih efektif penyembuhannya daripada
pasien yang tidak diberikan tindakan.
4. OUTCOME : Hasil penelitian tersebut adalah mobilisasi dini terbuktif efektif untuk
penyembuhan luka post op section caesarea. Hal ini dilihat dari nilai p = 0.009. Nilai p<0.05
artinya jurnal tersebut memiliki hubungan antara mobilisasi dini dengan penyembuhan luka
post operasi section caesarea.
B. ANALISIS JURNAL 2
JUDUL : PENGARUH TEKNIK DISTRAKSI RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN
INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI DI PKU
MUHAMMADIYAH GOMBONG.
1. PATIENT AND PROBLEM
a. Patient : dalam jurnal tersebut peneliti mengambil responden sebanyak menggunakan 43
respondendalam 2 bulan.
b. Problem : nyeri pada pasien post operasi laparatomi
2. INTERVENTION
Dalam penelitian tersebut eksperimen yang diberian kepada pasien adalah teknik distraksi
visual yang mengajarkan pasien untuk memfokuskan pada sesuatu selain nyeri, serta
teknikrelaksasi nafas dalam untuk mengurangi intensitas nyeri.
3. COMPARISON
Penelitian ini membandingkan antara pengukuran intensitas nyeri pre test dan post test
eksperimen. Untuk eksperimen pre test pasien diukur intensitas nyerinya sebelum diberikan
teknik ditraksi dan relaksasi. Kemudian hasil pre test di bandingkan dengan hasil post test
yang diukur intensitas nyerinya setelah diberikan teknikdistraksi dn relaksasi.
4. OUTCOME
Hasil dari penelitian tersebut adalah Pengukuran intensitas nyeri sebelum dilakukan
teknikdistraksi relaksasi (pre test)dengan mean 6.84 dan SD0.949, sedangkan
setelahdiberikan teknik distraksirelaksasi (post test) meansebesar 6.19 dan SD 1.052.Sedang
beda mean pre test dan post test adalah 0.651 dengan tvalue 4.004 dan p value=0,000. Oleh
karena (0.000<0,05) maka H0 ditolak, , artinya ada perbedaan antara pre dan post perlakuan
teknik distraksi relaksasi terhadap penurunan intensitas nyeri post operasi laparatomi.
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan

Hernia adalah protusi (penonjolan) ruas organ , isi organ ataupun jaringan melalui
bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan atau lubang abnormal. Hernia inguinalis
adalah hernia yang terjadi penonjolan dibawah inguinalis,di daerah lipatan paha Hernia ini
dibagi menjadi 2 yaitu: Hernia Inguinalis Interalis (indirek) dan Hernia Inguinalis Medialis
(direk). Ada beberapa hal yang menyebabkan hernia muncul, antara lain : batuk, peningkatan
ekana intraabdomen, adanya presesus vaginalis yang terbuka, kelemahan otot dinding perut
dan degenerasi jaringan ikat karena usia lanjut,dll. Sedangkan tanda dan gejala dari penyakit
hernia antara lain : Benjolan pada regio iunginale, di atas ligamentum inguinal, yang
mengecil bila pasien berbaring, bila pasien mengejan atau batuk, mengangkat berat, maka
benjolan hernia akan bertambah besar, bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit
di tempat itu disertai perasaan mual, bila terjadi hernia inguinalis strangulata perasaan sakit
akan bertambah hebat serta sakit diatasnya menjadi merah dan panas, pada laki-laki isi henia
dapat mengisi skrotum. Namun, bila hernia tidak ditangani dengan serius maka akan timbul
komplikasi, diantaranya : hernia berulang, perdarahan yang berlebhan/infeksi luka bedah,
bahkan bisa sampai ke atrofi testis karena lesi.

2. Kritik dan saran

1. Kritik
Dalam penyusunan laporan ini penulis menuai beberapa kritikan, diantaranya :
a. Dalam penyusunan laporan sebaiknya diselaraskan antara praktikan di rumah sakit satu
dengan yang lainnya.
b. Dalam penilaian laporan praktek sebaiknya dilakukan untuk tiap individu, karena bila
dilakukan perkelompok masih ada anggota yang mengandalkan teman satu kelompoknya.
c. Proses presentasi model panelis.
2. Saran
Disamping menyampaikan kritikan penulis juga memberikan saran untuk kemajuan
penulis dan pembaca yang budiman :
a. Untuk kampus STIKes SURYA GLOBAL tercinta, mohon saat praktek klinik dosen
pembimbing dari kampus mengunjungi anak-anak bimbingan minimal seminggu sekali.
Karena ini akan memudahkan untuk mengevaluasi jalan praktek klinik di rumah sakit
tersebut.
b. Untuk kelompok penulis, dikarenakan sering terjadinya diskomunkasi informasi mohon
untuk ditingkatkan kembali komunikasi terhadap sesama anggota kelompok agar hal-hal
demikian tidak terjadi.

Anda mungkin juga menyukai