Gambar 8-18 A. Reaksi setting dari alginate B. Pengendalian setting time dengan membatasi
jumlah ion kalsium.
Gambar 8-19
Setting Time
Pada pencampuran bubuk dan air, suatu sol alginat terbentuk natrium fosfat, hadir dalam
bubuk, mudah larut dalam air sementara gypsum adalah hanya sedikit larut (kelarutan sekitar
0,2%). Rumus struktur natrium alginat adalah diberikan pada Gambar. 18.5a. Ini dapat diwakili
oleh struktur penyederhanaan diberikan pada Gambar. 18.5b untuk memperjelas reaksi setting
time. Natrium alginat mudah bereaksi dengan ion kalsium berasal dari gypsum dibubarkan untuk
membentuk kalsium alginat, seperti ditunjukkan pada Gambar. 18,6. Penggantian natrium
monovalen dengan divalent kalsium Hasil di silang dari rantai alginate dan konversi bahan dari
sol untuk bentuk gel. Sebagai hasil reaksi pengaturan, dan tingkat silang meningkat, gel
berkembang sifat elastis. Natrium fosfat memainkan peran penting dalam mengendalikan
karakteristik pengaturan alginate bahan. Bereaksi cepat dengan ion kalsium seperti yang
terbentuk memberikan kalsium yang tidak larut fosfat. (Mccabe, 2008. 159-160)
Reaksi ini menyangkal pasokan ion kalsium yang dibutuhkan untuk menyelesaikan silang
rantai alginat dan dengan demikian memperpanjang waktu kerja material. Ketika semua natrium
fosfat telah bereaksi, ion kalsium menjadi tersedia untuk reaksi dengan natrium alginat, reaksi
pengaturan dimulai dan viskositas meningkat materi dengan cepat. (Mccabe, 2008. 159-160)
Gambar 18. 5 rumus struktur natrium alginate (a) rumus yang sebenarnya. (b) rumus
sederhana.
Gambar 18.6 representasi skematis dari silang rantai alginat dengan penggantian ion
natrium dengan ion kalsium.
Elastic Recovery
ANSI/ADA memberikan spesifikasi terhadap elastic recorvery terhadap alginat lebih dari
95%. Pada grafik diatas dipaparkan bahwa elastic recorvery alginate bernilai 97.5% yang
mengindifikasikan kurang elastis dan oleh karena itu kurang akurat dibandingkan material cetak
agar, silikon, dan polieter. (Sakaguchi and Powers, 2012, : 284)
Saat dicetakkan kedalam rongga mulut pasien, material cetak harus memiliki sifat elastis
terutama untuk mencetak daerah undercut . Bentuk gigi yang tidak beraturan dan cenderung
membesar pada bagian atas membuat cetakan menjadi tidak dapat dikeluarkan apabila material
cetak yang digunakan tidak memiliki sifat elastis. Namun material cetak harus mampu kembali ke
bentuk semula agar sesuai dengan keadaan rongga mulut pasien. Itulah mengapa recovery from
deformation merupakan syarat penting yang harus dimiliki oleh material cetak.
Sebuah cetakan alginat khas tertekan sekitar 10% di daerah undercut selama pelepasan dari
rongga mulut. Sebenarnya besarnya tergantung pada sejauh mana lebar dari undercut dan ruang
antara sendok cetak dan gigi. Spesifikasi ANSI / ADA mensyaratkan bahwa elastic recovery lebih
dari 95 % ketika bahan ditekan 20 % selama 5 detik pada saat itulah biasanya waktu yang tepat
untuk pelepasan dari mulut. Deformasi permanen lebih rendah (elastic recovery tinggi) terjadi
ketika :
Secara klinis, faktor-faktor ini dijadikan persyaratan tentang jumlah alginat yang
diperlukan antara tray dan gigi, penyimpanan alginat yang sesuai di dalam tray dan kecepatan
pengeluaran cetakan dari mulut. Biasanya, prosedur diikuti untuk mensterilkan cetakan dan
menghasilkan model gipsum dengan waktu yang cukup untuk setiap recovery yang mungkin
terjadi. (Sakaguci & Powers, 2012 : 284).
DAFTAR PUSTAKA
McCabe John,Walls Angus.2008. Applied Dental Material 9th ed. New Castle: Blackwell
Publishing.pp.158-159
Sakaguci, RL & Powers, JM. 2012. Craig’s Restorative Dental Materials. Thirteen Edition.
Philadelphia : Mosby Elsevier. p.284
Anusavice, KJ 2013, Philip’s Science of Dental Materials, 11th ed, Florda: Elsevier Saunders,
p. 171-172.
PEMBAHASAN