AIHA
AIHA
I. DEFINISI
Autoimmune hemolytic anemia (AIHA) adalah suatu kondisi
dimana imunoglobulin atau komponen dari sistem komplemen terikat pada
antigen permukaan sel darah merah dan menyebabkan pengrusakan sel
darah merah melalui Sistem Retikulo Endotelial (SRE). Antibodi yang
khas pada AIHA antara lain IgG, IgM atau IgA dan bekerja pada suhu
yang berbeda-beda
Anatomi Fisiologi
Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat penyusun darah
diproduksi, termasuk sumsusm tulang dan nodus limfa. Darah dan organ
khusus yang berbeda dengan organ lain karena berbentuk cairan.
Darah dalanm suspensi dari partikel dalam larutan koloid cair yang
mengandung elektrolit. Peraanannya sebagai medium pertukaran antara
sel-sel yang terfiksasi dalam tubuh dan lingkungan luar serta memiliki
sifat-sifat protektif terhadap organisme sebagai suatu keseluruhan dan
khususnya terhadap darahnya sendiri.
Unsur seluler darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit), beberapa jenis
sel darah putih (leukosit), dan pecahan sel yang disebut trombosit.
1. Sumsum tulang
Sumsum tulang menempati bagian dalam tulang spons dan bagian
tengah rongga tulang panjang. Sumsum merupakan 4 % sampai 5 %
berat badan total,sehingga merupakan yang paling besar dalam tubuh.
Sumsum bisa berwarna merah atau kuning. Sumsum merah
merupakan tempat diproduksi sel darah merah aktif dan merupakan
organ hematopoetik (penghasil darah) utama. Sedang sumsum kuning,
tersusun terutama oleh lemak dan tidak aktif dalam produksi elemen
darah
2. Eritrosit
Sel darah merah atau eritrosit dalah merupakan cakram bikonkaf yang
tidak berinti yang kira-kira berdiameter 8 m, tebal bagian tepi 2m pada
bagian tengah tebalnya hanya 1m atau kurang. Karena sel itu lunak
dan lentur maka dalam perjalanannya melalui mikrosirkulasi
konfigurasinya berubah. Stroma bagian luar yang mengandung protein
terdiri dari antigen kelompok A dan B serta faktor Rh yang
menentukan golongan darah seseorang. Komponen utama sel darah
merah adalah protein hemoglobin (Hb) yang mengangkut O2 dan CO2
dan mempertahankan pH normal melalui serangkaian dapar
intraseluler. Molekul-molekul Hb terdiri dari 2 pasang rantai
polipeptida (globin) dan 4 gugus hem, masing-masing mengandung
sebuah atom besi. Konfigurasi ini memungkinkan pertukaran gas yang
sangat sempurna.
Pembentukan hemoglobin terjadi pada sumsum tulang melalui semua
stadium pematangan. Sel darah merah memasuki sirkulasi sebagai
retikulosit dari sumsum tulang. Retikulosit adalah stadium terakhir
dari perkembangan sel darah merah yang belum matang dan
mengandung jala yang terdiri dari serat-serat retikular. Sejumlah kecil
hemoglobin masih dihasilkan selama 24 sampai 48 jam pematangan,
retikulum kemudian larut dan menjadi sel darah merah yang matang.
3. Leukost (sel darah putih ).
Leukosit merupakan unit yang mobil/aktif dari sistem pertahanan
tubuh. Leukosit ini sebagian di bentuk di sumsum tulang (granulosit
dan monosit serta sedikit limfosit) dan sebagian lagi di jaringan limfe
(limfosit dan sel-sel plasma). Setelah dibentuk, sel-sel ini diangkut
dalam darah menuju bagian tubuh untuk di gunakan. Manfaat
sesungguhnya dari sel darah putih ialah bahwa kebanyakan di transpor
secara khusus ke daerah yang terinfeksi dan mengalami peradangan
serius, jadi menyediakan pertahanan yang cepat dan kuat terhadap
bahan infeksius yang mungkin ada.
Ada 6 macam sel darah putih yang secara normal di temukan dalam
darah. Keenam sel tersebut ialah netrofil polimorfonuklir, eosinofil
polimorfonuklir, basofil polimorfonuklir, monosit, limfosit, dan
kadang-kadang sel plasma. Selain itu terdapat juga sejumlah besar
trombosit, yang merupakan pecahan dari tipe ketujuh sel darah putih
yang dijumpai dalam sumsum tulang, yakni megakariosit. Ketiga tipe
dari sel, yaitu sel polimorfonuklir, seluruhnya mempunyai gambaran
granular, karena alasan itu mereka disrbut granulosit atau dalam
terminologi klinis disebut “poli” karena intinya multipel.
Granulosit dan monosit melindungi tubuh terhadap organisme
penyerang terutama dengan cara mencernakannya yaitu melalui
fagositosis. Fungsi utama limfosit dan sel-sel plasma berhubungan
dengan sistem imun.
4. Trombosit
Trombosit merupakan partikel kecil, berdiameter 2 sampai 4 µm, yang
terdapat pada sirkulasi plasma darah. Karena dapat mengalami
disintegrasi cepat dan mudah, jumlahnya selalu berubah antara
150.000 dan 450.000 per mm³ darah, tergantung jumlah yang
dihasilkan, bagaimana digunakan, dan kecepatan kerusakan. Dibentuk
oleh fragmentasi sel raksasa sumsum tulang, yang disebut
megakariosit. Produksi trombosit diatur oleh trombopotein.
Trombosit berperan penting dalam mengotrol pendarahan. Apabila
terjadi pendarahan cedera vascular, trombosit mengumpul pada pada
tempat edera tersebut. Subtansi yang dilepaskan dari granula
trombosit dan sel darah lainnya menyebabkan trombosit menempel
satu sama lain dan membentuk tambalan atau sumbatan, yang
sementara menghentikan pendarahan. Subtansi lain dilepaskan dari
trombosit untuk mengaktifasi factor pembekuan dalam plasma darah.
5. Plasma darah
Apabila elemen seluler diambil dari darah, bagian cairan yang tersisa
dinamakan plasma darah. Plasma darah mengandung ion, protein, dan
zat lain. Apabila plasma dibiarkan membeku, sisa cairan yang
tertinggal dinamakan serum. Serum mempunyai kandungan yang
sama dengan plasma, keuali kandungan fibrinogen dan beberapa
factor pembekuan.
Protein plasma tersusun terutama oleh albumin dan globulin. Globulin
tersusun atas fraksi alfa, beta dan gama yang dapat dilhat dari
laboratorium yang dinamakan elektroforesis protein. Masing-masing
kelompok disusun oleh protein tertentu.
Gama globulin, yang tersusun terutama oleh anti bodi, dinamakan
immunoglobulin. Protein ini dihasilkan oleh limfosit dan sel plasma.
Protein plasma penting dalam fraksi alfa dan beta adalah globulin
transpor dan nfaktor pembekuan yang dibentuk di hati. Globulin
transpor membawa berbagai zat dalam bentuk terikat sepanjang
sirkulasi. Misalnya tiroid terikat globulin, membawa tiroksin, dan
transferin membawa besi. Faktor pembekuan, termasuk fibrinogen,
tetap dalam keadaan tidak aktif dalam plasma darah sampai diaktifasi
pada reaksi pada tahap-tahap pembekuan.
Albumin terutama penting untuk pemeliharaan volume cairan dalam
system vaskuler. Dinding kapiler tidak permeabel terhadap albumin,
sehingga keberadaannya dalam plasma menciptakan gaya onkotik
yang menjaga cairan dalam rongga vaskuler. Albumin, yang
dihasilkan oleh hati, memiliki kapasitas mengikat berbagai zat yang
ada dalam plasma. Dalam hal ini, albumin berfungsi sebagai protein
transpor untuk logam, asam lemak, bilirubin, dan obat-obatan,
diantara zat lainnya.
II. ETIOLOGI
Anemia hemolitik dapat disebabkan oleh 2 faktor yang berbeda yaitu
faktor intrinsik & faktor ekstrinsik.
a. Faktor Intrinsik :
Yaitu kelainan yang terjadi pada metabolisme dalam eritrosit itu
sendiri sel eritrosit. Kelainan karena faktor ini dibagi menjadi tiga
macam yaitu:
Keadaan ini dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:
1) Gangguan struktur dinding eritrosit
a) Sferositosis
Penyebab hemolisis pada penyakit ini diduga disebabkan
oleh kelainan membran eritrosit. Kadang-kadang penyakit
ini berlangsung ringan sehingga sukar dikenal. Pada anak
gejala anemianya lebih menyolok daripada dengan
ikterusnya, sedangkan pada orang dewasa sebaliknya. Suatu
infeksi yang ringan saja sudah dapat menimbulkan krisis
aplastik. Kelainan radiologis tulang dapat ditemukan pada
anak yang telah lama menderita kelainan ini. Pada 40-80%
penderita sferositosis ditemukan kolelitiasis.
b) Ovalositosis (eliptositosis)
Pada penyakit ini 50-90% dari eritrositnya berbentuk oval
(lonjong). Dalam keadaan normal bentuk eritrosit ini
ditemukan kira-kira 15-20% saja. Penyakit ini diturunkan
secara dominan menurut hukum mendel. Hemolisis
biasanya tidak seberat sferositosis. Kadang-kadang
ditemukan kelainan radiologis tulang. Splenektomi biasanya
dapat mengurangi proses hemolisis dari penyakit ini.
c) A-beta lipropoteinemia
Pada penyakit ini terdapat kelainan bentuk eritrosit yang
menyebabkan umur eritrosit tersebut menjadi pendek.
Diduga kelainan bentuk eritrosit tersebut disebabkan oleh
kelainan komposisi lemak pada dinding sel.
2) Gangguan pembentukan nukleotida
Kelainan ini dapat menyebabkan dinding eritrosit mudah pecah,
misalnya pada panmielopatia tipe fanconi.
Anemia hemolitik oleh karena kekurangan enzim sbb:
a) Definisi glucose-6- phosphate-Dehydrogenase (G-6PD)
b) Defisiensi Glutation reduktas
c) Defisiensi Glutation
d) Defisiensi Piruvatkinase
e) Defisiensi Triose Phosphate-Isomerase (TPI)
f) Defisiensi difosfogliserat mutase
g) Defisiensi Heksokinase
h) Defisiensi gliseraldehid-3-fosfat dehidrogenase
3) Hemoglobinopatia
Pada bayi baru lahir HbF merupakan bagian terbesar dari
hemoglobinnya (95%), kemudian pada perkembangan
selanjutnya konsentrasi HbF akan menurun, sehingga pada umur
satu tahun telah mencapai keadaan yang normal
Sebenarnya terdapat 2 golongan besar gangguan pembentukan
hemoglobin ini, yaitu:
a. Gangguan struktural pembentukan hemoglobin
(hemoglobin abnormal). Misal HbS, HbE dan lain-lain
b. Gangguan jumblah (salah satu atau beberapa) rantai globin.
Misal talasemia
b. Faktor Ekstrinsik :
Yaitu kelainan yang terjadi karena hal-hal diluar eritrosit.
1) Akibat reaksi non imumitas : karena bahan kimia / obat
2) Akibat reaksi imunitas : karena eritrosit yang dibunuh oleh
antibodi yang dibentuk oleh tubuh sendiri.
3) Infeksi, plasmodium, boriella
V. PENATALAKSANAAN MEDIS
Lebih dari 200 jenis anemia hemolitik ada, dan tiap jenis memerlukan
perawatan khusus. Penderita dengan anemia hemolitik autoimun IgG atau
IgM ringan kadang tidak memerlukan pengobatan spesifik, tetapi kondisi
lain di mana terdapat ancaman jiwa akibat hemolitik yang berat
memerlukan pengobatan yang intensif.
Tujuan pengobatan adalah mengembalikan nilai-nilai hematologis normal,
mengurangi proses hemolitik dan menghilangkan gejala dengan efek
samping minimal.
a. Terapi transfusi
1) Hindari transfusi kecuali jika benar-benar diperlukan, tetapi
mereka mungkin penting bagi pasien dengan angina atau
cardiopulmonary terancam status.
2) Administer dikemas sel darah merah perlahan-lahan untuk
menghindari stres jantung.
3) Iron overload dari transfusi berulang-ulang untuk anemia kronis
(misalnya, talasemia atau kelainan sel sabit) dapat diobati dengan
terapi khelasi. Tinjauan sistematis baru-baru ini dibandingkan
besi lisan chelator deferasirox dengan lisan dan chelator
deferiprone parenteral tradisional agen, deferoxamine.
b. Menghentikan obat
1) Discontinue penisilin dan agen-agen lain yang dapat
menyebabkan hemolisis kekebalan tubuh dan obat oksidan
seperti obat sulfa
2) Obat yang dapat menyebabkan hemolisis kekebalan adalah
sebagai berikut (lihat Referensi untuk daftar lebih lengkap) :
a) Penisilin
b) Sefalotin
c) Ampicillin
d) Methicillin
e) Kina
f) Quinidine
3) Kortikosteroid
Penderita dengan anemia hemolitik autoimun karena IgG
mempunyai respon yang baik terhadap pemberian steroid
dengan dosis 2-10mg/kgBB/hari. Bila proses hemolitik
menurun dengan disertai peningkatan kadar Hb (monitor kadar
Hb dan retikulosit), maka dosis kortikosteroid diturunkan
secara bertahap.
Pemberian kortikosteroid jangak panjang perlu mendapat
pengawasan terhadap efek samping, dengan monitor kadar
elektrolit, peningkatan nafsu makan, kenaikan berat badan,
gangguan tumbuh kembang, serta risiko terhadap infeksi.
1. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
2. Biodata :
Nama :-
Umur : wanita usia 12-35 th)
Jenis kelamin : (sering terjadi pada perempuan)
Alamat :_
Pendidikan : (pengetahuan tentang nutrisi)
Nomo reg :
3. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan klien pernah terpajan zat-zat kimia atau
mendapatkan pengobatan seperti anti kanker,analgetik dll
Kemungkinan klien pernah kontak atau terpajan radiasi dengan
kadar ionisasi yang besar
Kemungkinan klien kurang mengkonsumsi makanan yang
mengandung as. Folat,Fe dan Vit12.
Kemungkinan klien pernah menderita penyakit-penyakit
infeksi
Kemungkinan klien pernah mengalami perdarahan hebat
Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit anemia dapat disebabkan olen
kelainan/kegagalan genetik yang berasal dari orang tua
yang sama-sama trait sel sabit
Riwayat kesehatan sekarang
Klien terlihat keletihan dan lemah
Muka klien pucat dan klien mengalami palpitasi
Mengeluh nyeri mulut dan lidah
4. Kebutuhan dasar
Pola aktivitas sehari-hari
Keletihan,malaise,kelemahan
Kehilangan produktibitas : penurunan semangat untuk bekerja
Sirkulasi
Palpitasi,takikardia,mur mur sistolik,kulit dan membran mukosa
( konjungtiva,mulut,farink dan bibir) pucat
Sklera : biru atau putih seperti mutiara
Pengisian kapiler melambat atau penurunan aliran darah keperifer dan
vasokonstriksi (kompensasi)
Kuku : mudah patah,berbentuk seperti sendok
Rambut kering,mudah putus,menipis dan tumbuh uban secara prematur
Eliminasi
Diare dan penurunan haluaran urin
Integritas ego
Depresi,ansietas,takut dan mudah tersinggung
Makanan dan cairan
Penurunan nafsu makan
Mual dan muntah
Penurunan BB
Distensi abdomen dan penurunan bising usus
Nyeri mulut atau lidah dan kesulitan menelan
Higiene
Kurang bertenaga dan penampilan tidak rapi
Neurosensori
Sakit kepala,pusing,vertigo dan ketidak mampuan berkonsentrasi
Penurunan penglihatan
Gelisah dan kelemahan
Nyeri atau kenyamanan
Nyeri abdomen samar dan sakit kepala
Pernafasan
Nafas pendek pada istirahat dan aktivitas (takipnea,ortopnea, dan
dispnea)
Keamanan
Gangguan penglihatan,jatuh,demam dan infeksi
Seksualitas
Perubahan aliaran menstruasi ( menoragia/amenore)
Hilang libido
Impoten
a. Diagnosa keperawatan
1) Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen
2) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d nafsu makan
menurun, mual
3) Konstipasi b.d penurunan masukan diet; perubahan proses
pencernaan; efek samping terapi obat.
4) Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai oksigen
(pengiriman) dan kebutuhan, kelemahan fisik.
5) Kurang pengetahuan, b/d kurang mengingat, salah interpretasi
informasi, tidak mengenal sumber informasi.
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Perubahan perfusi Setelah di lakukan asuhan a. Awasi tanda vital kaji a. Memberikan informasi tentang
jaringan b/d penurunan keperawatan selama 3 X pengisian kapiler, warna derajat/keadekuatan perfusi
komponen seluler yang 24 dapat memenuhi kulit/membrane mukosa, jaringan dan membantu
diperlukan untuk kebutuhan oksigen dengan dasar kuku. menetukan kebutuhan intervensi.
b. Tinggikan kepala tempat b. Meningkatkan ekspansi paru dan
pengiriman oksigen. Kriteria hasil:
tidur sesuai toleransi. memaksimalkan oksigenasi untuk
DS : pusing, lemas,
kebutuhan seluler. Catatan :
menggigil, nyeri punggung
c. Kolaborasi pengawasan kontraindikasi bila ada hipotensi.
dan lambung, serta sesak
c. Mengidentifikasi defisiensi dan
hasil pemeriksaan
nafas dan mudah lelah saat
kebutuhan pengobatan /respons
laboraturium.
beraktivitas.
d. Berikan oksigen terhadap terapi.
DO : - d. Memaksimalkan transport
tambahan sesuai
Keadaan umum oksigen ke jaringan.
indikasi.
TD : 120/80 mmHg e. Berikan transufi darah
e. Meningkatkan jumlah sel darah
Suhu 36,50 C – 370 C sesuai indikasi
merah
Jumlah Eritrosit 5000 -
9000 sel/mm3
2. Gangguan nutrisi kurang Setelah di lakukan asuhan a. Kaji riwayat nutrisi, a. Mengidentifikasi defisiensi,
dari kebutuhan tubuh b/d keperawatan selama 3 X 24 termasuk makan yang memudahkan intervensi
b. Mengawasi masukkan kalori atau
nafsu makan menurun, jam dapat memenuhi disukai kualitas kekurangan konsumsi
b. Observasi dan catat
mual. kebutuhan nutrisi sesuai makanan
masukkan makanan pasien c. Mengawasi penurunan berat
dengan kebutuhan tubuh
c. Timbang berat badan
badan atau efektivitas intervensi
dengan Kriteria hasil:
setiap hari
nutrisi
d. Menurunkan kelemahan,
DS : mengatakan tidak ada
d. Berikan makan sedikit meningkatkan pemasukkan dan
nafsu makan, mual, dan
dengan frekuensi sering mencegah distensi gaster
muntah
dan atau makan diantara
e. Gejala GI dapat menunjukkan
DO : -
waktu makan
efek anemia (hipoksia) pada
Keadaan umum membaik e. Observasi dan catat
organ.
dapat menghabiskan porsi kejadian mual/muntah,
makan yang diberikan flatus dan dan gejala lain f. Membantu dalam rencana diet
Mengalami peningkatan yang berhubungan untuk memenuhi kebutuhan
f. Kolaborasi pada ahli gizi
BB individual
untuk rencana diet.
3. Konstipasi b.d Setelah di lakukan tindakan a. Observasi warna feses, a. Membantu mengidentifikasi
penurunan masukan diet; asuhan kep selama 3 X 24 konsistensi, frekuensi dan penyebab /factor pemberat dan
perubahan proses jam, membuat/kembali pola jumlah intervensi yang tepat.
b. Awasi intake dan output b. Dapat mengidentifikasi dehidrasi,
pencernaan; efek normal dari fungsi usus
samping terapi obat. dengan Kriteria hasil : (makanan dan cairan). kehilangan berlebihan atau alat
dalam mengidentifikasi defisiensi
DS : lambung nya nyeri diet
c. Dorong masukkan cairan c. Membantu dalam memperbaiki
DO : Urine pekat dan feses
2500-3000 ml/hari dalam konsistensi feses bila konstipasi.
hitam,Auskultasi terdengar
toleransi jantung Akan membantu memperthankan
bunyi usus menurun.
status hidrasi pada diare
mengatakan lambungnya
d. Serat menahan enzim pencernaan
d. Kolaborasi ahli gizi untuk
tidak nyeri lagi
dan mengabsorpsi air dalam
diet seimbang dengan
Warna urine normal, dan
alirannya sepanjang traktus
tinggi serat dan bulk.
warna feses normal serta
intestinal dan dengan demikian
konsistensi yang normal
menghasilkan bulk, yang bekerja
Bunyi usus normal.
sebagai perangsang untuk
defekasi.
e. Mempermudah defekasi bila
e. Berikan pelembek feses,
konstipasi terjadi.
laksatif sesuai indikasi.
Pantau keefektifan.
(kolaborasi).
4. Intoleransi aktifitas b.d Setelah di lakukan tindakan a. Kaji kemampuan ADL a. Mempengaruhi pilihan
ketidakseimbangan asuhan kep selama 3 X 24 pasien. intervensi/bantuan
antara suplai oksigen jam, diharapkan pasien tidak b. Observasi tanda-tanda b. Manifestasi kardiopulmonal dari
(pengiriman) dan lagi mengalami kelemahan vital sebelum dan sesudah upaya jantung dan paru untuk
kebutuhan, kelemahan dengan Kriteria hasil : aktivitas. membawa jumlah oksigen
fisik. DS : mengeluhkan pusing, adekuat ke jaringan
c. Meningkatkan aktivitas secara
lemas, serta sesak nafas dan c. Rencanakan kemajuan
bertahap sampai normal dan
mudah lelah saat aktivitas dengan pasien,
memperbaiki tonus otot/stamina
beraktivitas. termasuk aktivitas yang
tanpa kelemahan. Meingkatkan
DO : -: pasien pandang perlu.
harga diri dan rasa terkontrol.
dapat beraktivitas dengan Tingkatkan tingkat
normal. aktivitas sesuai toleransi. d. Mendorong pasien melakukan
d. Gunakan teknik
TD : 120/80 mmHg banyak aktivitas dengan
menghemat energi,
membatasi penyimpangan energi
dan mencegah kelemahan.
5. Kurang pengetahuan b/d Setelah di lakukan tindakan a. Berikan informasi tentang a. Memberikan dasar pengetahuan
kurang mengingat, salah asuhan kep selama 3 X 24 anemia spesifik. sehingga pasien dapat membuat
interpretasi jam, diharapkan pasien tidak Diskusikan kenyataan pilihan yang tepat. Menurunkan
informasi, tidak lagi mengalami kelemahan bahwa terapi tergantung ansietas dan dapat meningkatkan
mengenal sumber dengan Kriteria hasil : pada tipe dan beratnya kerjasama dalam program terapi
informasi. DS : mengatakan bahwa anemia.
awalnya dia mengira kalau b. Tinjau tujuan dan b. Ansietas / ketakutan tentang
dia hanya kelelahan bekerja persiapan untuk ketidaktahuan meningkatkan
dan jadwal makan tidak pemeriksaan diagnostic stress, selanjutnya meningkatkan
teratur, tapi lama kelamaan beban jantung. Pengetahuan
penyakitnya bertamabah menurunkan ansietas.
c. Megetahui seberapa jauh
parah. c. Kaji tingkat pengetahuan
pengalaman dan pengetahuan
DO : - klien dan keluarga tentang
klien dan keluarga tentang
Pasien menyatakan penyakitn
penyakitnya
pemahamannya proses
d. Berikan penjelasan pada d. Dengan mengetahui penyakit dan
penyakit dan
klien tentang penyakitnya kondisinya sekarang, klien akan
penatalaksanaan penyakit.
dan kondisinya sekarang. tenang dan mengurangi rasa
Mengidentifikasi factor
cemas
e. Minta klien dan keluarga
penyebab. e. Mengetahui seberapa jauh
mengulangi kembali
Melakukan tiindakan pemahaman klien dan keluarga
tentang materi yang telah
yang perlu/perubahan pola serta menilai keberhasilan dari
diberikan
hidup. tindakan yang dilakukan
DAFTAR PUSTAKA