Kimia 1 B
Dan salah satu hal yang menyebabkan hati saya bahagia juga pada saat itu adalah
diperkenankannya saya untuk mendampingi salah seorang yang membuat saya termotivasi untuk
semangat sekolah, tidak lain tidak bukan dialah tambatan hati. Menjelang keberangkatan saya menuju
kota istimewa Jogjakarta pada awal bulan April 2017, mayoritas teman-teman saya sudah melunasi biaya
untuk segala keperluan disana dengan wajah tenang gembira.
Hal ini membuat saya semakin gelisah tidak karuan, lantas seminggu sebelum rencana
keberangkatan, saya berinisiatif untuk mendirikan shalat Tahajud malam harinya. Sebelumnya saya tidur
agak awal malam sekitar pukul 9 malam dan sudah memasang alarm tepat pukul 3 pagi agar tidak telat
bangun menghadap Allah ﷻTuhan Semesta Alam. Ternyata Allah ﷻdengan kehendak-Nya mengizinkan
saya bangun di 1/3 malam, seraya mengutarakan segala isi hati kepada sang pemilik hati sesungguhnya.
Saya terbangun, kemudian melihat jam tepat pukul 3 pagi (tak kurang tak lebih) bahkan alarm di
telephone genggam saya belum berbunyi, alangkah indahnya kasih sayang Allah ﷻterhadap hambanya.
Lalu saya segera mengambil air wudhu dengan perasaan campur aduk, setelah itu saya menghamparkan
sajadah yang mana bermakna sudah tidak ada lagi pundak untuk bersandar, telinga untuk mendengar dan
raga untuk berlindung selain kepada-Nya. Memang seperti yang disabdakan oleh Nabi Muhammad ﷺ
bahwasanya shalat terbaik setelah shalat fardhu adalah shalat Tahajud dengan kedahsyatan didalamnya
tidak bisa dirangkai dengan kata-kata.
Setelah mengangkat kedua tangan seraya bertakbir, Demi Allah ﷻsaya belum pernah merasa
sedekat itu dengan Rabbul ‘Alamin. Kemudian saya shalat 2 rakaat sebagaimana tatacaranya seperti yang
dicontohkan Nabi ﷺlakukan, ditengah perjalanan saya merasakan seolah-olah dunia menghilang di
sekitar saya. Suara hening, suasana senyap, hampir tidak ada yang terdengar kecuali suara detikan jarum
jam dinding. Sepanjang shalat saya hanya membayangkan betapa lemahnya keadaan manusia didepan
Tuhannya yang Maha Perkasa, lantunan ayat demi ayat terlukis di garis waktu saat itu, namun saya lupa
membaca surah apa kala itu, namun sepertinya surah itu adalah salah satu surah favorit saya yang sering
saya bacakan.
Tibalah saya dipenghujung rakaat kedua, tidak lain dan tidak bukan, ini adalah keadaan terdekat
seorang hamba kepada Allah ﷻseperti yang disabdakan Nabi-Nya ﷺ, yaitu sujud. Memang saya tidak
bisa atau masih kurang ilmu bahkan jauh dari kata orang-orang sholih yang imannya luar biasa yang
takwanya tidak diragukan lagi, namun saya berusaha menumpahkan segala keluh kesah yang berada
dalam hati saya kepada para penduduk langit. Setelahnya, tak terasa air mata saya menetes membasahi
sajadah dan ini adalah moment paling saya syukuri, saya beranggapan bahwa Allah ﷻseakan-akan
memeluk raga saya, membisikkan ke telinga saya, dan menyentuh hati saya dengan kekuasaan-Nya.
Sungguh tiada nikmat yang paling besar yang saya rasakan pada saat itu selain moment tersebut.