Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol. IV No.

2 September 2016

TINGKAT STRES PADA REMAJA WANITA


YANG MENIKAH DINI DI KECAMATAN
BABAKANCIKAO KABUPATEN
PURWAKARTA

Destia Khairunnisa1, Nur Oktavia Hidayati 2, Setiawan2


1
Alumni Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran Tahun 2016,
khairunnisadestia212@gmail.com
2
Staf Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

ABSTRAK
Angka pernikahan dini di Indonesia masih tinggi. Berbagai stresor dalam pernikahan dini
menyebabkan timbulnya stres. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat stres
pada remaja wanita yang menikah dini di Kecamatan Babakancikao Kabupaten
Purwakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif.
Populasi dari penelitian ini adalah remaja wanita yang menikah dini dibawah 20 tahun
berjumlah 82 orang dengan metode total sampling. Penelitian ini menggunakan kuesioner
skala stres DASS 42 yang telah dimodifikasi dan telah dilakukan content validity dengan
nilai validitas 0,8 dan nilai reabilitas 0,9. Hasil penelitian telah dianalisis dengan
distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan hampir setengahnya dari responden
(41,46%) berada pada tingkat stres normal. Berdasarkan hasil penelitian tersebut
disarankan kepada keluarga untuk lebih mendukung pada seorang wanita yang
menjalankan peran sebagai istri, karena dukungan yang baik dapat mengurangi atau
bahkan mengatasi stres, dan kepada perawat komunitas diharapkan untuk dapat memberi
pendidikan kesehatan mental dan konseling mengenai menejemen stres.
Kata Kunci : pernikahan dini, remaja, stres

ABSTRACT
The number of early marriages in Indonesia was still high. The various causes of stress in
early marriage caused the onset of stress. This research aimed to know the level of stress
in teenagers women who marry early in Purwakarta Regency Babakancikao. The
methods used in this research was descriptive quantitative. The population of this
research was that women marry early teens under 20 years amounts to 82 people with
total sampling method. This research used questionnaire scale stress DASS 42 had been
modified and had done a content validity validity value of 0.8 and value reabilitas 0.9.
The research results had been analyzed with the frequency distribution. The results
showed almost half of the respondents (41,46%) is at a normal level of stress. Based on
the results of such research were suggested to the family for more support on a woman
who runs a role as a wife, because a good support can reduce or even to cope with stress,
and to the nursing community was expected to able to provide mental health education
and counseling managed stress.
Keywords: child marriage, teenager, stress

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 67


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol. IV No. 2 September 2016

PENDAHULUAN layak untuk melangsungkan pernikahan


Remaja adalah mereka yang yang menjadi salah satu sebab
berusia 10 tahun sampai 19 tahun (WHO, diperlukannya kesiapan mental seseorang
2009). Pada masa ini remaja mengalami dalam menghadapi berbagai permasalahan
proses pematangan fisik yang lebih cepat yang mungkin timbul ketika mengarungi
daripada pematangan psikososialnya. Oleh bahtera rumahtangga (Salirawati, 2011).
karena itu remaja sangat sensitif dan Masalah yang terjadi pada
rawan terhadap stres (Hurlock, 2009). pernikahan dini dapat dikarenakan belum
Pada remaja khusus nya remaja wanita cukupnya kesiapan dari berbagai aspek
lebih sering merasa cemas dan stres ketika diantaranya aspek kesehatan, mental
menghadapi suatu masalah, sedangkan emosional, pendidikan, sosial ekonomi,
remaja laki-laki cenderung lebih dan reproduksi (Depkes, 2015). Hasil
berperilaku agresif karena wanita lebih penelitian Ermawan (2014) mengatakan
emosional dan penuh perasaan sedangkan bahwa remaja yang menikah dini memiliki
laki-laki lebih rasional dan sering gangguan kesehatan mental. Mereka tidak
menggunakan logika (Santrock, 2012). dapat mengendalikan emosi dan tidak
Salah satu permasalahan sosial yang dapat mengelola stres. Ketika remaja yang
terjadi pada remaja Indonesia adalah melakukan pernikahan tidak dapat
pernikahan usia dini (Noorkasiani, 2009). beradaptasi dengan baik dengan
Berdasarkan Badan Pusat Statistik lingkungan dan situasi barunya maka
Indonesia tahun 2012, pernikahan dini di beresiko mengakibatkan timbulnya stres
Indonesia masih masuk ke dalam rangking (Kembaren, 2009).
37 di dunia dan yang tertinggi kedua di Salah satu dampak dari
ASEAN setelah Kamboja. Jawa Barat pernikahan usia remaja adalah stres. Hasil
merupakan provinsi yang memiliki angka penelitian Rohmah (2014) empat informan
pernikahan dini tertinggi di Indonesia dari enam informan menyebutkan bahwa
setelah Kalimantan Tengah dengan mereka merasa stres. Ketidaksiapan dalam
presentase 50,2%. memasuki kehidupan perkawinan diangap
Menurut WHO (2006) yang menjadi indikator kerentanan munculnya
disebut dengan pernikahan dini yaitu stres. Hasil penelitian Khusnah pada tahun
pernikahan yang dilakukan oleh pasangan 2010 menyebutkan remaja wanita yang
atau salah satu pasangannya masih menikah dini mengalami stres sedang.
dikatagorikan anak-anak atau remaja yang Usia yang masih relatif muda menjadikan
berusia dibawah 20 tahun. Pernikahan dini pemikiran yang belum matang seutuhnya
beresiko menimbulkan berbagai masalah. namun dituntut untuk melakukan
Secara psikologis, menikah pada usia dini pernikahan. Mereka merasa stres ketika
merupakan satu beban psikis, karena harus memiliki keluarga dan menjadi
berumahtangga dan menjaga orang tua di usia yang masih relatif muda.
keharmonisannya bukan suatu pekerjaan Ibu muda cenderung mudah stres
yang mudah, memerlukan kedewasaan (Ramadhan, 2014).
dalam berpikir dan bertindak. Oleh karena Pemicu stres atau yang sering
itulah mengapa ada batasan usia yang disebut dengan stressor dalam pernikahan

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 68


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol. IV No. 2 September 2016

dintaranya problem orang tua, masalah cenderung meningkat (Noorkasiani,


sosial ekonomi, serta anak yang diasuhnya 2009). Peneliti melakukan wawancara
(Hawari, 2006). Dari hasil penelitian tentang stres pernikahan dini pada 10
Rostianah (2014) mengenai pengalaman remaja wanita yang menikah dini, diantara
hidup wanita yang menikah dini dari mereka ngungkapkan mudah marah,
menyebutkan bahwa wanita yang menikah mudah tersinggung, dan mudah kesal oleh
dini memiliki aspek-aspek negatif yang hal-hal sepele. Sesuai teori Lazarus (1984)
dapat memicu stres. Dari hasil penelitian mengenai respons psikologi stres.
Malehah (2010) mengenai dampak Berdasarkan fenomena di atas,
psikologis pernikahan dini yaitu stres. maka peneliti tertarik untuk melakukan
Lazarus & Folkman (1984) penelitian dengan judul tingkat stres pada
mengartikan stres sebagai sebuah remaja wanita yang menikah dini di
hubungan antara individu dengan Kecamatan Babakancikao Kabupaten
lingkungan yang dinilai oleh individu Purwakarta.
tersebut sebagai hal yang membebani atau
sangat melampaui kemampuan seseorang METODE PENELITIAN
dan membahayakan kesejahteraannya. Penelitian ini menggunakan jenis
Stressor dalam pernikahan dini salah penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi
satunya adalah perubahan peran dalam dari penelitian ini adalah remaja wanita
keluarga (Lazarus & Folkman, 1984). yang menikah dini di Kecamatan
Remaja yang menikah dini akan Babakancikao Kabupaten Purwakarta
mengalami perubahan peran dari sebagai dengan jumlah 82 orang teknik
anak menjadi sebagai seorang istri dan ibu pengambilan sampel adalah total
yang memiliki lebih banyak tugas dan sampling. Instrumen penelitian ini
tanggung jawab daripada saat ia menjadi menggunakan kuesioner DASS 42 yang
seorang anak. telah dimodifikasi dan telah dilakukan
Hasil dari studi pendahuluan, content validity dengan nilai validitas
menurut Kantor Kementerian Agama 0,499-0,813 dan nilai reliabilitas 0,90.
Kabupaten Purwakarta, Kecamatan Hasil penelitian menggunakan analisis
Babakancikao memiliki jumlah data distribusi frekuensi dan prsentase
pernikahan dini paling tinggi di (%).
Kabupaten Purwakarta. Data dari KUA
PEMBAHASAN
Kecamatan Babakancikao selama tahun Hasil penelitian tingkat stres pada
2015 tercatat 82 remaja yang menikah dini remaja wanita yang menikah dini di
dengan presentase sebesar 18,43%. Kecamatan Babakancikao Kabupaten
Tingginya angka pernikahan dini Purwakarta dapat diketahui sebagai
menunjukan terjadinya permasalahan berikut :
sosial dan psikososial pada remaja akan

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 69


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol. IV No. 2 September 2016

Tabel 1 Tabel Distribusi Frekuensi Karakteristik Demografi Responden Remaja Wanita


Yang Menikah Dini Di Kecamatan Babakancikao Kabupaten Purwakarta (n=82)

Karakteristik F %
(frekuensi) (presentase)
Usia
Remaja Awal (10-12 tahun) 0 0
Remaja Tengah (13-15 tahun) 4 4,88
Remaja Akhir (16-19 tahun) 78 95,12

Pendidikan
SD 28 34,15
SMP 42 51,22
SMA 12 14,63
Pendidikan Orangtua
Tidak Sekolah 23 28,05
SD 47 57,32
SMP 9 10,98
SMA 3 3,65
Pekerjaan
Bekerja 26 31,71
Tidak Bekerja 56 68,29
Penghasilan
<UMR Kabupaten Purwakarta 63 76,83
>UMR Kabupaten Purwakarta 19 23,17

Tabel 2 Distribusi Frekuensi dan Presentase Tingkat Stres Pada Remaja Wanita Yang
Menikah Dini Di Kecamatan Babakancikao Kabupaten Purwakarta (n=82)

Tingkat Stres f %
(frekuensi) (presentase)
Stres Normal 34 41,46
Stres Ringan 14 17,07
Stres Sedang 22 26,83
Stres Berat 9 10,98
Stres Sangat Berat 3 3,66

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 70


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Hasil dari penelitian depresi berat kedepannya (Psychology
menunjukan hampir setengahnya dari Foundation of Australia, 2010).
jumlah sampel (41,46%) dinyatakan Dari hasil terbanyak, hampir
stres normal. Stres normal merupakan setengahnya dari responden dalam
bagian alamiah dari kehidupan yang keadaan stres normal (41,46%). Stres
hampir seluruh manusia mengalaminya yang normal, menunjukan bahwa hampir
yang memerlukan penyesuaian untuk setengah dari responden mempunyai
menghadapi stresor (Crawford & Julie, sistem adaptasi atau penyesuaian baik
2003). Stres ringan sebanyak (17,07%). yang berhubungan dengan dukungan,
Pada stres ringan stresor yang dihadapi baik dalam diri sendiri, keluarga,
bisa berlangsung beberapa menit atau maupun lingkungan sosial. Pengaruh
jam. Stres ringan sering terjadi pada lingkungan dan sosial dapat membantu
kehidupan sehari-hari dan kondisi ini seseorang dalam menghadapi stres.
dapat membantu seseorang menjadi Sesuai dengan teori bahwa stres
waspada dan bagaimana mencegah merupakan bagian kehidupan suatu
berbagai kemungkinan yang akan individu, sehingga menuntut individu
terjadi. Stres ini tidak merusak aspek untuk beradaptasi. Menurut Selye (1976)
fisiologis seseorang. Namun pada respos dalam Potter & Perry (2010), adaptasi
psikologi, seseorang didapatkan merasa melibatkan mekanisme untuk
mampu menyelesaikan pekerjaan lebih perlindungan, mekanisme koping, dan
dari biasanya, namun secara tidak dapat mengarahkan pada penyesuaian
disadari cadangan energi semakin dan penguasaan situasi. Hasil penelitian
menipis (Maramis, 2009). Stres sedang Khoiyriyyatul (2014) yang menyebutkan
menduduki presentasi terbanyak kedua bahwa terdapat hubungan antara strategi
setelah stres normal yaitu (26,83%). koping stres dengan penyesuaian
Stres sedang berlangsung beberapa jam pernikahan remaja.
sampai beberapa hari. Stressor ini dapat Faktor lain yang mempengaruhi
menimbulkan gejala yaitu mudah tingkat stres individu adalah mekanisme
merasa letih, mudah marah, sulit untuk koping yang terbentuk dari individu
beristirahat, mudah tersinggung, gelisah tersebut sehingga dapat menentukan
(Psychology Foundation of Australia, apakah yang dialaminya bisa membuat
2010). Stres berat (10,98%). Stres berat individu tersebut stres atau tidak.
merupakan situasi kronis yang dapat Berdasarkan hasil pengamatan dan
terjadi dalam beberapa minggu, persepsi wawancara, beberapa mekanisme
individu sangat menurun dan cenderung koping yang digunakan adalah dengan
membutuhkan banyak pengarahan lebih mengingat kepada Tuhan untuk
(Maramis, 2009). Responden yang lebih bersyukur dan selalu mencoba
memiliki tingkat stres sangat berat yaitu bersabar dalam menghadapi masalah
(3,66%). Stres sangat berat merupakan dan adanya dukungan serta bantuan dari
situasi kronis yang dapat terjadi dalam orang tua, mertua dan keluarga lainnya
beberapa bulan dan dalam kurun waktu dalam menjalani peran sebagai istri, ibu
yang tidak dapat ditentukan, biasanya walau masih dalam usia terbilang masih
seseorang dalam tingkat stres sangat belia.
berat cenderung pasrah dan tidak Setiap individu akan
memiliki motivasi untuk hidup. mendapatkan stressor yang bisa
Seseorang dalam tingkatan stres ini menimbulkan masalah dan memerlukan
biasanya teridentifikasi mengalami cara untuk menyelesaikan masalah
Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol. IV No. 2 September 2016

tersebut. Setiap individu mempunyai menyesuaikan diri dinamakan eustress


cara yang berbeda dalam mengatasi (Yosep, 2009).
masalahnya dan setiap individu Pada penelitian ini terdapat
mempunyai tingkat stres yang berbeda- beberapa karakteristik subjek penelitian
beda dan berbeda pula bentuk reaksi untuk memperjelas hasil penelitian. Data
terhadap stres yang dihadapi (Sriati, karakteristik demografi responden
2008). diantaranya adalah usia, pendidikan,
Sesuai dengan teori tersebut, pendidikan orang tua, pekerjaan, dan
dalam suatu keadaan sama akan penghasilan.
mendapatkan sebuah respon yang Usia berkaitan dengan toleransi
berbeda dan tingkat stres yang berbeda seseorang terhadap stres. Pada usia
pula. Setiap individu mempunyai remaja seringkali rawan terhadap stres
pandangan tersendiri terhadap dan emosinya sangat kuat namun dari
pernikahan dini yang mereka jalani. tahap remaja awal ke remaja akhir
Pandangan individu yang ditemukan terjadi perbaikan pada perilaku
dilapangan misalnya hal yang terjadi emosionalnya dan lebih mampu
adalah masalah rumah tangga yang biasa mengontrol stres. Dari data karakteristik
saja dan apapun yang terjadi merupakan responden berdasarkan usia, hampir
resiko atas keputusannya atau pilihannya setengahnya (47,56%) berusia 19 tahun.
untuk menikah di usia remaja, karena Usia 18 dan 17 tahun memiliki
apa yang terjadi merupakan kehendak presentasi yang sama yaitu (20,73%),
Tuhan yang harus tetap disyukuri, tetapi usia 16 tahun yaitu (6,09%), usia 15
terdapat pula yang memandangnya tahun yaitu (2,43%), dan usia 14 dan 13
sebagai hal yang cukup berat, tahun memiliki presentasi yang sama
membebani, dan tidak diinginkan. yaitu (1,21%). Responden terbanyak
Sehingga skor jawaban yang tertulis berusia 19 tahun yang termasuk dalam
pada kuesionerpun berbeda meskipun kategori remaja akhir. Hal ini sesuai
mereka sama-sama responden remaja dengan teori tugas perkembangan
wanita yang menikah dini. Sehingga Hurlock (2009) dimana tugas
dalam penelitian ini menghasilkan perkembangan dari remaja akhir yaitu
tingkatan stres yang beragam yaitu stres mampu menerima dan memahami peran
dalam batas normal (41,46%), stres seks usia dewasa, mencapai kemandirian
ringan (17,07%), stres sedang (26,83%), emosional dan ekonomi,
stres berat (10,98%), dan sampai ada mengembangkan tanggung jawab sosial
yang mengalami tingkatan stres sangat yang diperlukan untuk memasuki dunia
berat (3,66%). dewasa. Sehingga dapat dinyatakan
Stres adalah suatu respon tubuh bahwa semakin bertambahnya usia,
yang nonspesifik dan merupakan respon semakin dirinya mampu beradaptasi
awal dalam proses penyesuaian diri dengan situasi dan memiliki toleransi
untuk menjadi lebih waspada. Hal baik terhadap stresor.
tersebut dapat mendorong individu Pendidikan sering dilihat
memotivasi diri serta menyesuaikan diri sebagai kunci untuk mencegah
untuk mencari cara dalam mengatasi pernikahan dini (UNICEF, 2005)
stres. Stres yang mendorong individu Presentase pernikahan usia dini akan
menjadi lebih kuat dan mampu menurun apabila tingkat pendidikan

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 72


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
yang diraih seorang perempuan semakin orang tua dari responden berpendidikan
tinggi. Sejalan dengan hasil penelitian terakhir SMP (10,98%) dan
Rafidah, dkk (2009) yang menyebutkan berpendidikan terakhir SMA (3,65%).
pendidikan yang rendah beresiko 2,9 Hasil terbanyak karakteristik pendidikan
kali lebih besar untuk menikah pada usia orang tua responden yaitu berpendidikan
kurang dari 20 tahun dibandingkan terakhir SD, ini termasuk dalam kategori
dengan yang berpendidikan tinggi. pendidikan sangat rendah. Saat
Dari data karakteristik diwawancarai, kebanyakan orang tua
berdasarkan pendidikan lebih dari responden setuju bahkan ada yang
setengahnya responden berpendidikan sengaja menikahkan putrinya menikah
terakhir SMP (51,22%), hampir di usia yang sangat muda untuk
setengah dari responden berpendidikan mengurangi beban ekonomi,
SD (34,15%), dan sebagian kecil dari memandirikan anak, dan menghindarkan
responden berpendidikan SMA dari zinah. Sejalan dengan hasil
(14,63%). Berdasarkan hasil penelitian penelitian Desiyanti (2015) yang
Siboro (2009) menyebutkan bahwa menyebutkan bahwa orang tua yang
tingkat pendidikan tidak berpengaruh memiliki pendidikan rendah memiliki
pada tingkat stres karena tingkat peluang lebih besar untuk melaksanakan
pendidikan berhubungan dengan peran pernikahan dini pada anaknya
penting dalam perkembangan individu dibandingkan dengan orang tua yang
bukan dengan stres. Saat diwawancarai, berpendidikan tinggi. Hal ini
kebanyakan dari responden lebih menunjukan adanya dukungan dari
memilih untuk menikah dan tidak orang tua terhadap pernikahan dini.
melanjutkan pendidikan ke tingkat yang Adanya dukungan dari keluarga dan
lebih tinggi. Mereka merasa sudah siap lingkungan sekitar membuat stresor
dan percaya bahwa dirinya mampu seseorang dapat ditolerir. Dukungan
untuk menjalankan peran sebagai masyarakat seperti dukungan emosional
seorang istri dan seorang ibu. Sesuai dan adanya perhatian orang lain
dengan penelitian yang telah dilakukan membuat seseorang sanggup bertahan
Rahayu, dkk (2012) yang menyebutkan dalam menghadapi stres (Atkinson &
bahwa semakin tinggi kesiapan untuk Hilgard, 2000).
menikah, maka semakin rendah tingkat Banyaknya tuntutan pekerjaan
stres yang dihadapi. Perasaan mampu dan tanggung jawab sebagai ibu rumah
dari seseorang yang memiliki tangga dengan pekerjaan yang monoton
kepercayaan dirinya untuk dapat menimbulkan stres
menanggulangi stres merupakan faktor (Mumtahinnah, 2008). Dari data
utama dalam menentukan kerasnya stres karakteristik pekerjaan didapatkan hasil
(Atkinson & Hilgard, 2000). yaitu sebagian besar dari responden
Dari data karakteristik (68,29%) tidak bekerja atau dengan kata
pendidikan orang tua lebih dari setengah lain sebagian besar dari responden
orang tua responden berpendidikan adalah ibu rumah tangga dan sebanyak
terakhir hanya sampai SD (57,32%), (31,71%) responden bekerja. Hasil
bahkan terbanyak kedua setelah SD terbanyak menunjukan responden hanya
yaitu orang tua dari responden yang sebagai ibu rumah tangga. Penelitian
tidak pernah merasakan duduk di Putri & Sudhana (2012) menyebutkan
bangku sekolah atau tidak bersekolah bahwa pekerjaan rumah tangga cukup
sebanyak (28,05%), sebagian kecil menyita banyak waktu dan tenaga
Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol. IV No. 2 September 2016

sehingga jika tidak ada yang membantu negatif rumah tangga yang dapat
dalam menyelesaikan pekerjaan rumah memicu stres. Saat diwawancarai walau
tersebut akan berpotensi menyebabkan mendapat penghasilan dibawah UMR
timbulnya stres. Pada penelitian ini sebagian besar dari responden merasa
responden yang berperan sebagai ibu sudah cukup walau ibaratnya hanya
rumah tangga dalam melaksanakan makan dengan garam, merekapun
tugas pekerjaan rumah dan mengasuh menyebutkan tetap hidup bahagia dalam
anak, mendapat bantuan dari orang tua, kesederhanaan. Sebagian juga dari
mertua dan anggota keluarga lainnya. responden yang menyebutkan masih
Sehingga mereka tidak terlalu repot dan mendapat bantuan finansial untuk
tidak merasa begitu stres dalam kelangsungan rumah tangga mereka dari
menjalankan peran sebagai ibu rumah orang tuanya maupun dari mertuanya.
tangga. Sejalan dengan penelitian Huber Peran perawat komunitas adalah
& Spitze (dalam Sandimin, 2009) yang mempertahankan keadaan tingkat stres
menyebutkan bahwa ibu rumah tangga responden yang normal sehingga tidak
yang tidak mendapat bantuan dalam jatuh pada kategori stres ringan, sedang,
menyelesaikan pekerjaan rumah dan berat, ataupun sangat berat. Untuk
mengurus anak memiliki tingkat stres responden yang memiliki tingkat stres
yang lebih tinggi dibandingkan dengan ringan, sedang, khususnya untuk
ibu rumah tangga yang mendapat responden yang memiliki tingkat stres
bantuan dari pembantu rumah tangga berat dan sangat berat sebaiknya perawat
ataupun dari anggota keluarga lainnya. mampu memberikan manajemen stres,
Stres lebih dirasakan pada responden strategi pemecahan masalah dan
yang bekerja, saat diwawancarai mereka memberi dukungan bahwa seorang
mengeluh capek karena pulang bekerja wanita walaupun masih termasuk dalam
harus langsung meyelesaikan pekerjaan usia remaja namun jika sudah menikah,
rumah dan mengasuh anak. Sesuai otomatis dia harus mampu menjalani
dengan pernyataan Barnett (2004) dalam peran yang baik sebagai seorang istri
bukunya yang menyebutkan bahwa dan seorang ibu, serta hendaknya
tingkat stres perempuan dengan peran menerima resiko yang telah dipilihnya
ganda lebih tinggi dibandingkan dengan untuk menikah di usia muda serta
perempuan yang memiliki peran lebih menyadari akan tugas dan kewajibannya
sedikit. sehingga akan tercipta keluarga yang
Faktor pemicu stres dalam utuh dan bahagia.
rumah tangga salah satunya adalah
faktor ekonomi (Hawari, 2006). Dari Penutup
data karakteristik penghasilan, hampir Hasil penelitian menunjukkan
dari seluruh responden (76,83%) bahwa hampir setengahnya dari
berpenghasilan perbulan hanya dibawah responden (41,46%) menunjukan dalam
UMR (Upah Minimun Rata-rata) keadaan stres normal, (17,07%)
Kabupaten Purwakarta yaitu responden menunjukan keadaan stres
Rp.2.927.990. Menurut hasil penelitian ringan, (26,83%) responden menunjukan
yang telah dilakukan oleh Rostianah dalam keadaan stres sedang, (10,98%)
(2014) menyebutkan bahwa kurangnya responden menunjukan dalam keadaan
finansial merupakan salah satu aspek stres berat, dan (3,66%) responden

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 74


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
menunjukan dalam keadaan stres sangat Kecamatan Mapanget Kota
berat. Manado.
Berdasarkan hasil penelitian www.ejournal.unsrat.ac.id
yang menunjukan hampir setengahnya (diakses tanggal 17 Maret
dari responden dalam keadaan stres 2016).
normal, artinya hampir setengahnya dari
responden memiliki kesiapan menikah Ermawan, H. 2014. Status Kesehatan
yang tinggi sehingga memiliki tingkat Mental Remaja Nikah Muda di
stres yang rendah. Selain itu hasil Desa Tambak Agung Puri
tingkat stres yang normal menunjukan Mojokerto.
adanya koping yang baik dalam www.repository.poltekkesmajap
menghadapi stres. Perkawinan yang ahit.ac.id (diakses tanggal 15
harmonis didalamnya terdapat adanya Januari 2016).
dukungan yang baik dari suami, orang
tua, mertua, maupun dari keluarga besar. Hawari, D. 2006. Stres, Cemas, dan
Stres yang normal pun Depresi. Jakarta: Gaya Baru
menunjukan bahwa hampir setengahnya
Hurlock, E.B. 2009. Psikologi
dari responden memiliki adaptasi atau
Perkembangan Suatu
penyesuaian yang baik yang
Pendekatan Rentang
berhubungan dengan dukungan, baik
Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
dalam diri sendiri, keluarga maupun
lingkungan sosial. Pengaruh lingkungan
Kembaren, L. 2009. Aspek
dan sosial dapat membantu seseorang
Psikologis Pernikahan Dini.
dalam menghadapi stres.
Khoiyriyyatul, Azizy. 2014. Studi
REFERENSI Korelasi Antara Strategi
Coping Stres Dengan
Atkinson, R L dkk. 2000. Pengantar Penyesuaian Pernikahan
Psikologi Edisi Kesebelas Pada
Jilid 1. Interaksara. Ibu Berusia Remaja (15-19
tahun)
Crawford, R and Julie, DH. 2003.
The Depression Anxiety Stress Lazarus, R S. & Folkman, S. 1984.
Scale. The Britsh Stres Apprasial and Coping.
Psychological Society. Newyork: Springer
Publishing Company. Inc.
Depkes, 2015. Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI. Malehah, S. 2010. Dampak Psikologis
Situasi Kesehatan Reproduksi Pernikahan Dini.
Remaja. www.depkes.go.id www.library.walisongo.ac.id
(diakses tanggal 15 Januari (diakses tanggal 20 Maret 2016)
2016).
Mumtahinnah, N. 2008. Hubungan
Desiyanti, W. 2015. Artikel Penelitian: Antara Stres Dengan Agresi
Faktor-faktor Yang Pada Ibu Rumah Tangga
Berhubungan Terhadap
Yang Tidak Bekerja.
www.gunadarma.ac.id
Pernikahan Dini Pada
Pasangan Usia Subur di
Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol. IV No. 2 September 2016

(diakses tanggal 20 Maret Salirawati, Das. 2011. Pernikahan


2016) Dini dan Permasalahannya.
Noorkasiani dkk. 2009. Sosiologi Santrock, John W. 2012. Life-span
Keperawatan. Jakarta. EGC
Development. Edition
Potter, P., & Perry, A. G. 2010. University of Texas, Dallas : Mc
Fundamental Keperawatan. Graw-Hill
(Edisi 7 buku 2). Jakarta:
Salemba Medika. Siboro T S. 2009. Hubungan Kondisi
Kerja Dan Karakteristik
Psychology Foundation of Australia. Individual Dengan Stres.
2010. Depression Anxiety Stress Medan : Universitas
Scale. Sumatera Utara.
http://www.psy.unsw.edu.au
Yosep, I. 2009. Keperawatan Jiwa.
(diakses tanggal 22 Mei 2016).
Bandung : Replika Aditama
Putri, A K & Sudhana, H. 2013.
Perbedaan Tingkat Stres
Pada Ibu Rumah Tangga
Yang Menggunakan Dan
Tidak Menggunakan
Pembantu Rumah Tangga.
www.ojs.unud.ac.id (diakses
20 Maret 2016).

Ramadhan, H. 2014. Pernikahan


Dini Yang Jadi Pilihan
Mereka.
www.jurnalperempuan.org
(diakses tanggal 20 Maret
2016).
Rohmah, Miftahur. 2014. Reproduksi
Wanita Pernikahan Usia Dini.
www.digilib.stikeskusumahuda.a
c.id (diakses tanggal 17 Maret
2016)

Rostianah, A. 2014. Pengalaman Hidup


pada Wanita yang Menikah Dini
di Desa Cikeusal, Cimahi
Kuningan.
www.pustaka.unpad.ac.id
(diakses tanggal 15 Januari
2016)

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 76


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk

Anda mungkin juga menyukai