PEMODELAN GEOTEKNIK
Disusun Oleh :
KEDALAMAN N-SPT
0 0
2 1
4 3
6 4
8 1
10 5
12 4
14 6
16 3
18 8
20 5
22 8
24 12
26 18
28 20
30 19
32 31
34 26
36 18
38 31
40 28
- Korelasi Data N-SPT
Korelasi data N-SPT dilakukan untuk mendapatkan data parameter yang
dibutuhkan dalam proses perencanaan menggunakan sumber tabel dan
rumus empiris yang ada.
1. Korelasi Jenis Tanah
Korelasi jenis tanah bersasarkan tabel Terzaghi & Peck (1967), seperti
dibawah ini :
Contoh :
Pada kedalam 4 m memiliki nilai N-SPT sebesar 3 , sehingga
pada kedalaman tersebut tergolong jenis tanah lempung
dengan konsistensi very soft atau sangat halus
2. N-SPT Rata – Rata
Setelah mengetahui konsistensi tanah setiap kedalaman, maka langkah
berikutnya adalah mengelompokan berdasarkan konsistensinya.
Dengan catatan pengelompokan dilakukan apabila berdekatan. Misal
pada kedalaman 0 – 4 memiliki konsistensi yang sama maka nilai N-
SPT setiap kedalam dijumlah kemudian dibagi jumlah layer dalam satu
kelompok
Contoh :
Jumlah N-SPT kedalaman 0 – 4 = 4
N-SPT rata -rata sebesar = 2 (N-SPT permukaan tidak
diperhitungan)
3. Berat Volume Jenuh ( γsat )
Korelasi nilai berat volume jenuh berdasrkan tabel Terzaghi & Peck
(1967), seperti dibawah ini :
Contoh perhitungan :
Nilai N-SPT kedalaman 20 m =5
Nilai berat volume jenuh (γsat) = 17 ( interpolasi )
4. Angka pori (e) , Berat Jenis (Gs), & Kadar Air (wc)
- Angka pori ( e )
Nilai angka pori diperoleh dari tabel dibawah ini :
Contoh perhitungan :
Nilai N-SPT kedalaman 20 m =5
Nilai bearing capacity (qu) = 35 kN/m2 ( interpolasi )
- Kekuatan geser Undrained (Cu)
Rumus Umum :
Cu = ½ qu
Contoh perhitungan kedalaman 20 m :
qu = 35 kN / m2
Cu = ½ x 35 = 17,5 kN /m2
7. Angka Poisson ( v )
Nilai angka poisson diperoleh dari korelasi jenis tanah menggunakan
tabel Bowles (1997), seperti dibawah ini :
8. Modulus Young ( E )
Rumus Umum :
Dari pemodelan diatas dapat diketahui besar H kritis untuk mencapai nilai
keamanan (FS) minimum 1,5 dengan regresi linier seperti dibawah ini :
SF Htimbunan
X Y
2,535 1
1,818 1,5
1,497 2
1,29 2,5
Persamaan :
Y = 3,3425 X -1,306
Dengan : Y = H critis timbunan
X = FS = 1,5
Sehingga : Y = 3,3425 x (1,5) -1,306
Y = Hcr = 1,968 m
2. Grafik Hubungan Excess pore pressure dengan Tahap Penimbunan
Dari hasil perhitung diketahui bahwa H critis pada segmen jalan 4 sebesar 1,968
m dengan SF 1,5. Sehingga H pelakasanaan atau H timbunan yang digunakan
adalah H = 1,5 m dengan nilai keamanan 1,818 pemodelan lereng timbunan
Adapun langkah-langkah dalam memperoleh grafik hubungan excess pore
pressure dengan tahap penimbunan adalah sebagai berikut :
1. Pastikan proses perhitungan selesai dilakukan
2. Klik Output untuk mengetahui total displacement, tegangan , dll .(optional)
3. Klik deformation – total displacement – shading
4. Klik toolbar curve di pojok kiri atas
5. Pilih diagram baru
6. Buka file pemodelan yang akan ditunjukan grafik ( LT UAS 1,5m)
7. Pilih step pada sumbu x , pilih tekanan air pori pada sumbu y
8. Pilih “Exsess PP” pada type, dan pilih “B(0 00/450)” pada point
9. Terapkan
Hasil Grafik seperti dibawah ini
3. Grafik Hubungan SF dengan Tahap Penimbunan
Adapu langkah-langkah dalam memperoleh grafik hubungan SF dengan tahap
penimbunan adalah sebagai berikut :
1. Klik toolbar curve di pojok kiri atas
2. Pilih diagram baru
3. Buka file pemodelan yang akan ditunjukan grafik ( LT UAS 1,5m)
4. Pilih displacement pada sumbu x , pilih multiplier pada sumbu y
5. Pilih “SumMsf” pada type
6. Terapkan
Hasil Grafik seperti dibawah ini
Berdasarkan hasil yang telah dibahas pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan
bahwa :
1. Hasil perhitungan Hcritis empirs pada segmen no 4 proyek sebesar 0,6 m .
Sedangan hasil trial pemodelan menggunakan program Plaxis dan dilanjutkan
menggunakan persamaan regresi linier Hcritis yang diperoleh sebesar 1,968
dengan factor keamanam 1,5. Sehingga H pelaksanaan yang digunakan pada saat
kontruksi yaitu sebesar 1,5 m dengan factor keamanan 1,818.
2. Berdasarkan graik peningkatan tekanan air pori berlebih pada timbunan dapat
diketahui bahwa selama tahap kontruksi timbunan tekanan air pori berlebih
meningkat dalam waktu singkat, sedangkan selama proses konsolidasi tekanan
air pori berlebih akan berkurang sejalan dengan waktu.
3. Berdasarkan grafik evaluasi keamanan untuk tahap kontruksi dapat diketahui
bahwa nilai factor keamanan (SF) yang diperoleh dari masing-masing layer
timbunan (setiap 0,5m) telah mencapai nilai yang kurang-lebih konstan
4. Hasil pemodelan timbunan setinggi 2m dengan lama pengerjaan 3 hari setiap
layer timbunan dengan waktu tunggu (interval waktu konsolidasi) 100 hari nilai
total penurunan sebesar 0,789 m dan peningkatan penurunan sebesar 0,459 m
DAFTAR PUSTAKA