Anda di halaman 1dari 24

UJIAN AKHIR SEMESTER

PEMODELAN GEOTEKNIK

PERENCANAAN LERENG TIMBUNAN JALAN TOL SEGMEN 4


DENGAN PROGRAM BANTU PLAXIS

Disusun Oleh :

NAMA : MUHAMMAD FAHMI IBRAHIM


NIM : 161910301035

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2019
BAB 1
ANALISA PERSOALAN
1.1 Persoalan
Suatu proyek jalan tol sebentang 3,5 Km dengan lebar jalan 20 meter akan
didirikan diatas tanah lunak. Dalam upaya meningkatkan daya dukung tanah
tersebut, anda sebagai konsultan perencana diminta oleh owner untuk melakukan
perbaikan tanah dengan cara preloading. Usaha awal dalam metode preloading
adalah dengan mencari ketinggian kritis timbunan (H Kritis, Ketinggian maksimum
timbunan tidak akan longsor) dari masing-masing segmen jalan. Jalan tol tersebut
dibagi menjadi 35 Segmen dengan data Borlog + SPT di setiap segmennya seperti
pada lampiran. Direncanakan ketinggian maksimum setiap layer timbunan adalah
50 cm (kemiringan timbunan 1 : 2). Penimbunan tanah setiap layernya dilaksanakan
selama 3 hari. Jeda waktu untuk ke timbunan selanjutnya adalah 27 hari. Dengan
menggunakan Finite Element Methode (FEM) dengan bantuan program Plaxis
V.8.2, tentukan:
1. H kritis disetiap segmen jalan ? (SF min = 1,5)
2. Tunjukkan grafik hubungan Excess pore pressure dengan tahap penimbunan
3. Tunjukkan grafik hubungan SF dengan tahap penimbunan
4. Apabila hanya direncanakan ketinggian timbunan sebesar 2 meter dengan
waktu tunggu 100 hari setiap layer tanahnya, berapakah total
penurunannya?
1.2 Analisa Permasalahan
 Kriteria Perencanaan :
1. Panjang Proyek Jalan Tol : 3,5 km
2. Lebar Jalan : 20 m
3. Jenis Perbaikan Tanah : Preloading
4. No Data Borlog + SPT :4
5. Ketinggian Maksimum per Layer Timbunan : 0,5 m
6. Kemiringan Timbunan :1:2
7. Lama Penimbunan Setiap Layer : 3 hari
8. Jeda Waktu ke Timbunan Selanjutnya : 27 hari
9. Finite Element Method (FEM) : Plaxis V.8.2
10. SF minimum : 1,5
11. Jenis tanah dasar : Lempung
12. Permeabilitas tanah lempung : 10-4 m/day
 Permasalahan :
1. H kritis disetiap segmen jalan ? (SF min = 1,5)
2. Tunjukkan grafik hubungan Excess pore pressure dengan tahap penimbunan
3. Tunjukkan grafik hubungan SF dengan tahap penimbunan
4. Apabila hanya direncanakan ketinggian timbunan sebesar 2 meter dengan waktu
tunggu 100 hari setiap layer tanahnya, berapakah total penurunannya?
1.3 Analisis Data
A. Parameter Tanah Timbunan
 Jenis tanah : Drained
 Kx = ky : 10-3 m/day
 γunsat : 16 kN/m3 ; γsat : 18 kN/m3
 c : 39 kN/m2 ;φ : 25°
 E : 14000 kN/m2 ;ν : 0,3
B. Parameter Tanah Dasar
-. Data Borlog & N-SPT Segmen No 4

KEDALAMAN N-SPT

0 0
2 1
4 3
6 4
8 1
10 5
12 4
14 6
16 3
18 8
20 5
22 8
24 12
26 18
28 20
30 19
32 31
34 26
36 18
38 31
40 28
- Korelasi Data N-SPT
Korelasi data N-SPT dilakukan untuk mendapatkan data parameter yang
dibutuhkan dalam proses perencanaan menggunakan sumber tabel dan
rumus empiris yang ada.
1. Korelasi Jenis Tanah
Korelasi jenis tanah bersasarkan tabel Terzaghi & Peck (1967), seperti
dibawah ini :

Contoh :
Pada kedalam 4 m memiliki nilai N-SPT sebesar 3 , sehingga
pada kedalaman tersebut tergolong jenis tanah lempung
dengan konsistensi very soft atau sangat halus
2. N-SPT Rata – Rata
Setelah mengetahui konsistensi tanah setiap kedalaman, maka langkah
berikutnya adalah mengelompokan berdasarkan konsistensinya.
Dengan catatan pengelompokan dilakukan apabila berdekatan. Misal
pada kedalaman 0 – 4 memiliki konsistensi yang sama maka nilai N-
SPT setiap kedalam dijumlah kemudian dibagi jumlah layer dalam satu
kelompok
Contoh :
Jumlah N-SPT kedalaman 0 – 4 = 4
N-SPT rata -rata sebesar = 2 (N-SPT permukaan tidak
diperhitungan)
3. Berat Volume Jenuh ( γsat )
Korelasi nilai berat volume jenuh berdasrkan tabel Terzaghi & Peck
(1967), seperti dibawah ini :
Contoh perhitungan :
Nilai N-SPT kedalaman 20 m =5
Nilai berat volume jenuh (γsat) = 17 ( interpolasi )
4. Angka pori (e) , Berat Jenis (Gs), & Kadar Air (wc)
- Angka pori ( e )
Nilai angka pori diperoleh dari tabel dibawah ini :

- Berat Jenis ( Gs)


Rumus Umum :
γsat+( e x γsat )−(e x10)
𝐺𝑠 =
10

Contoh Perhitungan kedalam 0-4 m :


Nilai berat volume jenuh (γsat) = 14 kN / m3
14+( 0,9 x 14 )−(0,9 x10)
𝐺𝑠 = = 1,76
10

- Kadar air (wc)


Kadar air (wc) diasumsikan setiap kedalaman tipikal sebesar 0,3
5. Berat Volume Tak Jenuh ( γunsat )
Rumus Umum :
Gs x (Wc+1)
γunsat = ( 𝑒+1)

Contoh perhitungan kedalaman 0-4 m :


1,76 x (0,3+1)
γunsat = = 12 𝑘𝑁/𝑚3
( 0,9+1)

6. Bearing Capacity (qu) & Kekuatan geser Undrained (Cu)


- Bearing Capacity (qu)
Nilai qu diperoleh dari korelasi nilai N-SPT menggunakan tabel
Terzaghi & Peck (1967), seperti dibawah ini :

Contoh perhitungan :
Nilai N-SPT kedalaman 20 m =5
Nilai bearing capacity (qu) = 35 kN/m2 ( interpolasi )
- Kekuatan geser Undrained (Cu)
Rumus Umum :
Cu = ½ qu
Contoh perhitungan kedalaman 20 m :
qu = 35 kN / m2
Cu = ½ x 35 = 17,5 kN /m2
7. Angka Poisson ( v )
Nilai angka poisson diperoleh dari korelasi jenis tanah menggunakan
tabel Bowles (1997), seperti dibawah ini :

8. Modulus Young ( E )
Rumus Umum :

Contoh perhitungan kedalama 0-4 m :


E = 300 x ( N-SPT + 6 )
= 300 x ( 2 + 6 )
= 2400 kN.m2
9. Permeabilitas Tanah Lempung (kx=ky)
Nilai permeabilitas (kx = ky) sebesar 0,0001 m/hari
10. Sudut Geser (φ)
Nilai sudut geser diperoleh dari korelasi jenis tanah menggunakan
tabel dibawah ini :

11. Dilatancy Anggle ( ψ )


Nilai dilatancy angle sebesar 0 o
Rekapitulasi Hasil Korelasi Data Borlog + N-SPT dengan Parameter Tanah
Korelasi Nilai N-SPT dengan Parameter Tanah
Data Boring Log No 4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Lapisan
KEDALAMAN N-SPT Jenis tanah N-SPT Rata2 ƴsat (kN/m3) e Gs Wc ƴunsat (kN/m3) qu (kN/m2) C (kN/m2) ν E (kN/m2) Kx=Ky (m/day) Sudut Geser ( ϕ ) Dilatancy Angle (ψ)
0 0 Very Soft
2 1 Very Soft 2 14 0,9 1,76 0,3 12,0 10,0 5 0,3 2400 0,0001 25 0 Lapisan 1
4 3 Very Soft
6 4 Soft 4 16 0,9 2,14 0,3 14,6 20,0 10 0,3 3000 0,0001 25 0 Lapisan 2
8 1 Very Soft 1 13 0,9 1,57 0,3 10,7 5,0 2,5 0,3 2100 0,0001 25 0 Lapisan 3
10 5 Soft
5 16,5 0,9 2,24 0,3 15,3 27,5 14 0,3 3150 0,0001 25 0 Lapisan 4
12 4 Soft
14 6 Medium 6 16 0,7 2,02 0,3 15,4 50,0 25 0,3 3600 0,0001 25 0 Lapisan 5
16 3 Very Soft 3 15 0,9 1,95 0,3 13,3 15,0 7,5 0,3 2700 0,0001 25 0 Lapisan 6
18 8 Medium 8 16,4 0,7 2,10 0,3 16,0 36,7 18,3 0,3 4200 0,0001 25 0 Lapisan 7
20 5 Soft 5 17 0,9 2,33 0,3 15,9 35,0 17,5 0,3 3300 0,0001 25 0 Lapisan 8
22 8 Medium
10 16,9 0,7 2,17 0,3 16,6 43,3 22 0,3 4800 0,0001 25 0 Lapisan 9
24 12 Medium
26 18 Stiff
28 20 Stiff 19 17,3 0,6 2,17 0,3 16,6 93,3 46,7 0,3 7500 0,0001 25 0 Lapisan 10
30 19 Stiff
32 31 Hard
29 21,6 0,6 2,85 0,3 20,6 262,2 131 0,3 10350 0,0001 25 0 Lapisan 11
34 26 Hard
36 18 Stiff 18 16,9 0,6 2,10 0,3 15,4 75,6 37,8 0,3 7200 0,0001 25 0 Lapisan 12
38 31 Hard
30 22,0 0,6 2,92 0,3 21,1 280,0 140 0,3 10650 0,0001 25 0 Lapisan 13
40 28 Hard
1.4 Pembahasan Persoalan
1. H kritis Segmen Jalan ? (SF min = 1,5)
Dalam penentuan Hkritis terdapat dua acara yaitu dengan perhitungan empiris
dan pemodelan menggunakan program bantu seperti Plaxis.
A. Perhitungan Empiris
Rumus Umum :
2 𝑥 𝐶𝑢
𝐻𝑐𝑟 = γtimbunan

Dengan, Cu = kohesi tanah dasar (kN/m2)


γtimbunan = berat volume tanah timbunan (kN/m3)
Hcr = tinggi timbunan kritis (m)
Maka,
2𝑥5
𝐻𝑐𝑟 = = 0,6 𝑚
18
B. Pemodelan Plaxis
Pemodelan dilakukan dengan cara mencari atau trial and error H timbunan
yang mendekati FS minimum sebesar 1,5 dan dalam laporan ini trial
dilakukan dengan asumsi mulai dari dari H sebesar 1 m dengan penambahan
setiap layer sebesar 0,5 m. Adapun langkah-langkah dalam pemodelan plaxis
adalah sebagai berikut :
1. Plaxis Input
Judul Proyek : LT UAS 1m (Lereng Timbunan UAS kedalaman 1m)
Model : Plane-Strain
Node : 15 Node
Dimensi geomteri : kanan = 50 m ; atas 50 ; spasi = 0,5 m
- Pembuatan Model Geometri menggunakn perintah batas geommetri
seusai ukuran perencanaan
- Penggambaran standard fixities pada batas geomteri tanah
- Penginputan data parameter tanah yang telah diperoleh dari hasil
korelasi nilai N-SPT. Seperti dibawah ini :
Korelasi Nilai N-SPT dengan Parameter Tanah
Data Boring Log No 4
3 5 6 7 8 9 10 11
Lapisan
KEDALAMAN ƴsat (kN/m3) ƴunsat (kN/m3) C (kN/m2) ν E (kN/m2) Kx=Ky (m/day) Sudut Geser ( ϕ ) Dilatancy Angle (ψ)
0
2 14 12,0 5 0,3 2400 0,0001 25 0 Lapisan 1
4
6 16 14,6 10 0,3 3000 0,0001 25 0 Lapisan 2
8 13 10,7 2,5 0,3 2100 0,0001 25 0 Lapisan 3
10
16,5 15,3 14 0,3 3150 0,0001 25 0 Lapisan 4
12
14 16 15,4 25 0,3 3600 0,0001 25 0 Lapisan 5
16 15 13,3 7,5 0,3 2700 0,0001 25 0 Lapisan 6
18 16,4 16,0 18,3 0,3 4200 0,0001 25 0 Lapisan 7
20 17 15,9 17,5 0,3 3300 0,0001 25 0 Lapisan 8
22
16,9 16,6 22 0,3 4800 0,0001 25 0 Lapisan 9
24
26
28 17,3 16,6 46,7 0,3 7500 0,0001 25 0 Lapisan 10
30
32
21,6 20,6 131 0,3 10350 0,0001 25 0 Lapisan 11
34
36 16,9 15,4 37,8 0,3 7200 0,0001 25 0 Lapisan 12
38
22,0 21,1 140 0,3 10650 0,0001 25 0 Lapisan 13
40

- Setelah penginputan selesai dilakukan maka tampilan model geometri


seperti dibawah ini :

- Penyusunan jaringan elemen : menu mesh -> Global Coarness ->


elemen distribution -> Medium (untuk tanah)->generate->update
- Kondisi Initial : Klik itial condition -> water weight sebesar 10 kN/m3
- Gambar garis freatik pada permukaan tanah dasar
- Gambar batas konsolidasi : klik garis vertical berwarna kuning pada
toolbar -> arahkan dari atas (permukaan tanah dasar) ke bawah (0 0 ),
ulangi langkah pada sisi kanan sampai ( 50 0 )
- Kemudian klik generate water preasure untuk menghitung tekanan air
dan kondisi batas konsolidasi
- Switch ke mode initial geometry configuration. Dan non aktikan tanah
yang akan menjadi tanah timbunan.
- Klik general initial stress dan pastikan Mweight sebesar 1
2. Plaxis Calculation
A. Analisis Stabilitas Lereng Timbunan
- Phase 1 (timbunan 1 diatas tanah dasar )
dilakukan setelah initial phase dengan calculation type yang dipilih
yaitu plastic analysis. Lanjutkan ke tab parameters. Pada tab
parameters, pastikan loading input pada posisi taged construction
dan interval waktu setiap layer 3 hari pekerjaan , klik maka akan
muncul gambar kerja. Klik pada lapisan tanah awal di atas tanah asli
untuk mengaktifkan tanah tersebut. Klik Update
- Phase 2: Timbunan lapis ke-2
Pastikan tahapan ini dilakukan setelah tahap timbunan lapis ke-1.
Untuk tab general dan parameters sesuaikan pemilihan menu yang
ada dengan tahapan awal di phase 1. Perbedaannya yaitu pada tab
parameters setelah menekan tombol , dimana tahapan selanjutnya
yaitu mengaktifkan lapisan tanah ke-2 di atas tanah asli. Klik Update
- Phase 3: SF setelah timbunan
Pastikan tahap ini dillakukan setelah tahap timbunan lapis ke-2.
Pada tab general, pilih calculation type pada menu phi/c reduction.
Di tab parameters loading input akan default di Incremental
multipliers. Pada tab Multipliers, pastikan Msf sebesar 0.1.
B. Analisis Konsolidasi
- Phase 1: Konsolidasi Timbunan lapis ke-1
Pastikan tahap ini dilakukan setelah initial phase. Pada tab general,
calculation type yang harus dipilih yaitu Consolidation analysis. Klik
parameters tab. Pada tab parameters, loading input yang harus dipilih
yaitu staged construction. Tentukan time interval, dalam kasus ini
akan dicoba tanah timbunan lapis pertama dikonsolidasi selama 27
hari. Lalu klik define. Setelah klik tombol define akan muncul
gambar kerja, selanjutnya aktifkan lapisan tanah timbunan (lapis
pertama diatas tanah asli)
- Phase 2: Konsolidasi Timbunan lapis ke-2
Tahap ini dilakukan setelah tahap konsolidasi timbunan lapis ke-1.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan sama dengan tahap
konsolidasi timbunan lapis ke-1. Pada tab parameters time interval
yang digunakan juga selama 27 hari, setelah itu klik dan aktifkan
lapisan tanah timbunan ke-2
- Konsolidasi 90%
Tahapan ini bertujuan untuk menunjukan bahwa penurunan tanah
yang terjadi pada tahapan sebelumnya telah mencapai 90 %. Setelah
dilakukan konsolidasi 90%, tanah pada lapisan ini dianggap tidak
akan terjadi lagi penurunan. Pastikan tahap ini dimulai setelah tahap
konsolidasi timbunan lapis ke-2.Pastikan pada tab general tipe
kalkulasi yang dipilih berupa consolidation analysis. Pada tab
parameters pilih minimum pore pressure pada menu loading input
- Phase 3: SF Hasil Konsolidasi
Pada tahap ini pastikan perhitungan dilakukan setelah tahap
Konsolidasi 90%. Pada general tab pilih tipe kalkulasi Phi/c
reductionSetelah tahapan selesai sebelum melakukan perhitungan
dilakukan pimilihan titik yang ditinjau pada jaringan elemen
(minimal dua titik) tepat pada kaki lereng dan badan lereng
- Proses perhitungan selesai apabila ada tanda centang warna hijau
seperti gambar dibawah ini :
3. Plaxis Output
Ulangi langkah diatas pada saat melakukan trial H timbunan (1 m, 1,5 ,
2 untuk mengetahui ouput pemodelan . Dalam penentuan Hkritis
timbunan FS yang digunakan yaitu FS setelah timbunan. Adapun hasil
output FS timbunan seperti dibawah ini :
- Nilai FS timbunan 1 m

- Nilai FS Timbunan 1,5 m


- Nilai FS Timbunan 2 m

Dari pemodelan diatas dapat diketahui besar H kritis untuk mencapai nilai
keamanan (FS) minimum 1,5 dengan regresi linier seperti dibawah ini :
SF Htimbunan
X Y
2,535 1
1,818 1,5
1,497 2
1,29 2,5

Persamaan :
Y = 3,3425 X -1,306
Dengan : Y = H critis timbunan
X = FS = 1,5
Sehingga : Y = 3,3425 x (1,5) -1,306
Y = Hcr = 1,968 m
2. Grafik Hubungan Excess pore pressure dengan Tahap Penimbunan
Dari hasil perhitung diketahui bahwa H critis pada segmen jalan 4 sebesar 1,968
m dengan SF 1,5. Sehingga H pelakasanaan atau H timbunan yang digunakan
adalah H = 1,5 m dengan nilai keamanan 1,818 pemodelan lereng timbunan
Adapun langkah-langkah dalam memperoleh grafik hubungan excess pore
pressure dengan tahap penimbunan adalah sebagai berikut :
1. Pastikan proses perhitungan selesai dilakukan
2. Klik Output untuk mengetahui total displacement, tegangan , dll .(optional)
3. Klik deformation – total displacement – shading
4. Klik toolbar curve di pojok kiri atas
5. Pilih diagram baru
6. Buka file pemodelan yang akan ditunjukan grafik ( LT UAS 1,5m)
7. Pilih step pada sumbu x , pilih tekanan air pori pada sumbu y
8. Pilih “Exsess PP” pada type, dan pilih “B(0 00/450)” pada point
9. Terapkan
Hasil Grafik seperti dibawah ini
3. Grafik Hubungan SF dengan Tahap Penimbunan
Adapu langkah-langkah dalam memperoleh grafik hubungan SF dengan tahap
penimbunan adalah sebagai berikut :
1. Klik toolbar curve di pojok kiri atas
2. Pilih diagram baru
3. Buka file pemodelan yang akan ditunjukan grafik ( LT UAS 1,5m)
4. Pilih displacement pada sumbu x , pilih multiplier pada sumbu y
5. Pilih “SumMsf” pada type
6. Terapkan
Hasil Grafik seperti dibawah ini

4. Direncanakan ketinggian timbunan sebesar 2 meter dengan waktu tunggu 100


hari setiap layer tanahnya, berapakah total penurunannya?
- Direncanakan ketinggian timbunan 2 meter dengan waktu pengerjaan 3 hari
setiap layernya (setiap 0,5 m), dan waktu tunggu (interval waktu) 100 hari
setiap layernya
1. Plaxis Input
Judul Proyek : LT UAS 4 2m
Model : Plane-Strain
Node : 15 Node
Dimensi geomteri : kanan = 50 m ; atas 50 ; spasi = 0,5 m
- Pembuatan Model Geometri menggunakan perintah batas geommetri line
sesuai ukuran perencanaan
- Penggambaran standard fixities pada batas geomteri tanah
- Penginputan data parameter tanah yang telah diperoleh dari hasil korelasi
nilai N-SPT. Seperti dibawah ini :
Korelasi Nilai N-SPT dengan Parameter Tanah
Data Boring Log No 4
3 5 6 7 8 9 10 11
Lapisan
KEDALAMAN ƴsat (kN/m3) ƴunsat (kN/m3) C (kN/m2) ν E (kN/m2) Kx=Ky (m/day) Sudut Geser ( ϕ ) Dilatancy Angle (ψ)
0
2 14 12,0 5 0,3 2400 0,0001 25 0 Lapisan 1
4
6 16 14,6 10 0,3 3000 0,0001 25 0 Lapisan 2
8 13 10,7 2,5 0,3 2100 0,0001 25 0 Lapisan 3
10
16,5 15,3 14 0,3 3150 0,0001 25 0 Lapisan 4
12
14 16 15,4 25 0,3 3600 0,0001 25 0 Lapisan 5
16 15 13,3 7,5 0,3 2700 0,0001 25 0 Lapisan 6
18 16,4 16,0 18,3 0,3 4200 0,0001 25 0 Lapisan 7
20 17 15,9 17,5 0,3 3300 0,0001 25 0 Lapisan 8
22
16,9 16,6 22 0,3 4800 0,0001 25 0 Lapisan 9
24
26
28 17,3 16,6 46,7 0,3 7500 0,0001 25 0 Lapisan 10
30
32
21,6 20,6 131 0,3 10350 0,0001 25 0 Lapisan 11
34
36 16,9 15,4 37,8 0,3 7200 0,0001 25 0 Lapisan 12
38
22,0 21,1 140 0,3 10650 0,0001 25 0 Lapisan 13
40

- Setelah penginputan selesai dilakukan maka tampilan model geometri


seperti dibawah ini :
- Penyusunan jaringan elemen : menu mesh -> Global Coarness -
> elemen distribution -> Medium (untuk tanah)->generate->update
- Kondisi Initial : Klik itial condition -> water weight sebesar
10 kN/m3
- Gambar garis freatik pada permukaan tanah dasar
- Gambar batas konsolidasi : klik garis vertical berwarna kuning
pada toolbar -> arahkan dari atas (permukaan tanah dasar) ke bawah
(0 0 ), ulangi langkah pada sisi kanan sampai ( 50 0 )
- Kemudian klik generate water preasure untuk menghitung
tekanan air dan kondisi batas konsolidasi
- Switch ke mode initial geometry configuration . Dan non aktikan
tanah yang akan menjadi tanah timbunan.
- Klik general initial stress dan pastikan Mweight sebesar 1
4. Plaxis Calculation
A. Analisis Stabilitas Lereng Timbunan
- Phase 1 (timbunan 1 diatas tanah dasar )
dilakukan setelah initial phase dengan calculation type yang dipilih
yaitu plastic analysis. Lanjutkan ke tab parameters. Pada tab
parameters, pastikan loading input pada posisi taged construction
dan interval waktu setiap layer 3 hari pekerjaan , klik maka akan
muncul gambar kerja. Klik pada lapisan tanah awal di atas tanah asli
untuk mengaktifkan tanah tersebut. Klik Update
- Phase 2: Timbunan lapis ke-2
Pastikan tahapan ini dilakukan setelah tahap timbunan lapis ke-1.
Untuk tab general dan parameters sesuaikan pemilihan menu yang
ada dengan tahapan awal di phase 1. Perbedaannya yaitu pada tab
parameters setelah menekan tombol , dimana tahapan selanjutnya
yaitu mengaktifkan lapisan tanah ke-2 di atas tanah asli. Klik Update
- Phase 3: Timbunan lapis ke-3
Pastikan tahapan ini dilakukan setelah tahap timbunan lapis ke-2.
Untuk tab general dan parameters sesuaikan pemilihan menu yang
ada dengan tahapan awal di phase 2. Perbedaannya yaitu pada tab
parameters setelah menekan tombol , dimana tahapan selanjutnya
yaitu mengaktifkan lapisan tanah ke-3 di atas tanah asli. Klik Update
- Phase 4: Timbunan lapis ke-4
Pastikan tahapan ini dilakukan setelah tahap timbunan lapis ke-3.
Untuk tab general dan parameters sesuaikan pemilihan menu yang
ada dengan tahapan awal di phase 3. Perbedaannya yaitu pada tab
parameters setelah menekan tombol , dimana tahapan selanjutnya
yaitu mengaktifkan lapisan tanah ke-4 di atas tanah asli. Klik Update
- Phase 3: SF setelah timbunan
Pastikan tahap ini dillakukan setelah tahap timbunan lapis ke-4.
Pada tab general, pilih calculation type pada menu phi/c reduction.
Di tab parameters loading input akan default di Incremental
multipliers. Pada tab Multipliers, pastikan Msf sebesar 0.1.
C. Analisis Konsolidasi
- Phase 1: Konsolidasi Timbunan lapis ke-1
Pastikan tahap ini dilakukan setelah initial phase. Pada tab general,
calculation type yang harus dipilih yaitu Consolidation analysis. Klik
parameters tab. Pada tab parameters, loading input yang harus dipilih
yaitu staged construction. Tentukan time interval, dalam kasus ini
akan dicoba tanah timbunan lapis pertama dikonsolidasi selama 100
hari. Lalu klik define. Setelah klik tombol define akan muncul
gambar kerja, selanjutnya aktifkan lapisan tanah timbunan (lapis
pertama diatas tanah asli). Klik update
- Phase 2: Konsolidasi Timbunan lapis ke-2
Tahap ini dilakukan setelah tahap konsolidasi timbunan lapis ke-1.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan sama dengan tahap
konsolidasi timbunan lapis ke-1. Pada tab parameters time interval
yang digunakan juga selama 100 hari, setelah itu klik dan aktifkan
lapisan tanah timbunan ke-2. Klik update
- Phase 3: Konsolidasi Timbunan lapis ke-3
Tahap ini dilakukan setelah tahap konsolidasi timbunan lapis ke-2.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan sama dengan tahap
konsolidasi timbunan lapis ke-2. Pada tab parameters time interval
yang digunakan juga selama 100 hari, setelah itu klik dan aktifkan
lapisan tanah timbunan ke-3. Klik update
- Phase 3: Konsolidasi Timbunan lapis ke-4
Tahap ini dilakukan setelah tahap konsolidasi timbunan lapis ke-3.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan sama dengan tahap
konsolidasi timbunan lapis ke-3. Pada tab parameters time interval
yang digunakan juga selama 100 hari, setelah itu klik dan aktifkan
lapisan tanah timbunan ke-4. Klik update
- Konsolidasi 90%
Tahapan ini bertujuan untuk menunjukan bahwa penurunan tanah
yang terjadi pada tahapan sebelumnya telah mencapai 90 %. Setelah
dilakukan konsolidasi 90%, tanah pada lapisan ini dianggap tidak
akan terjadi lagi penurunan. Pastikan tahap ini dimulai setelah tahap
konsolidasi timbunan lapis ke-4.Pastikan pada tab general tipe
kalkulasi yang dipilih berupa consolidation analysis. Pada tab
parameters pilih minimum pore pressure pada menu loading input
- Phase 3: SF Hasil Konsolidasi
Pada tahap ini pastikan perhitungan dilakukan setelah tahap
Konsolidasi 90%. Pada general tab pilih tipe kalkulasi Phi/c
reduction
- Setelah tahapan selesai sebelum melakukan perhitungan dilakukan
pimilihan titik yang ditinjau pada jaringan elemen (minimal dua
titik) tepat pada kaki lereng dan badan lereng
- Proses perhitungan selesai
B. Plaxis Output
BAB 2
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil yang telah dibahas pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan
bahwa :
1. Hasil perhitungan Hcritis empirs pada segmen no 4 proyek sebesar 0,6 m .
Sedangan hasil trial pemodelan menggunakan program Plaxis dan dilanjutkan
menggunakan persamaan regresi linier Hcritis yang diperoleh sebesar 1,968
dengan factor keamanam 1,5. Sehingga H pelaksanaan yang digunakan pada saat
kontruksi yaitu sebesar 1,5 m dengan factor keamanan 1,818.
2. Berdasarkan graik peningkatan tekanan air pori berlebih pada timbunan dapat
diketahui bahwa selama tahap kontruksi timbunan tekanan air pori berlebih
meningkat dalam waktu singkat, sedangkan selama proses konsolidasi tekanan
air pori berlebih akan berkurang sejalan dengan waktu.
3. Berdasarkan grafik evaluasi keamanan untuk tahap kontruksi dapat diketahui
bahwa nilai factor keamanan (SF) yang diperoleh dari masing-masing layer
timbunan (setiap 0,5m) telah mencapai nilai yang kurang-lebih konstan
4. Hasil pemodelan timbunan setinggi 2m dengan lama pengerjaan 3 hari setiap
layer timbunan dengan waktu tunggu (interval waktu konsolidasi) 100 hari nilai
total penurunan sebesar 0,789 m dan peningkatan penurunan sebesar 0,459 m
DAFTAR PUSTAKA

Kementrian PUPR. 2019. Kumpulan Korelasi Parameter Geoteknik dan Fondasi.


Jakarta
Faisal Haq, M. 2017. Perencanaan Timbunan dan Konstruksi Penahan Tanah
untuk Terminal Penumpang di Pelabuan Bima, Nusa Tenggara Barat.
Tugas Akhir. Departement Teknik Sipil. Institut Teknologi Sepuluh
November, Surabaya.
Barimbing, F R Br. Analisis Penurunan dan Waktu Konsolidasi Tanah Lunak
Menggunakan Metode Preloading dan Pre- Fabricated Vertical Drain
(Studi Kasus : Proyek Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Medan –
Kualanamu STA 35 + 950 ). Jurnal Teknik Sipil . Universitas Sumatera
Utara
Plaxis V8. 2012. Tutorial Manual. A.A Balkema. Rotterdam.
Bahan Ajar Mata Kuliah Perbaikan Tanah Teknik Sipil Universitas Jember

Anda mungkin juga menyukai