Mutasi Guru
SMA Negeri 1 Kepanjen menentukan persyaratan mutasi guru sesuai dengan prinsip
manajemen berbasis sekolah melalui mekanisme yang obyektif dan transparan antara lain
mencakup hal-hal sebagai berikut :
a. Memenuhi persyaratan yang ditentukan :
1. Tersedia jumlah jam pada mata pelajaran tersebut minimal 24 jam
2. Ada surat permohonan dari yang bersangkutan
3. Ijasah minimal S1 sesuai dengan mata pelajaran yang di butuhkan
SMA Negeri 1 Kepanjen
4. Guru yang bersangkutan mengampu mata pelajaran sesuai dengan
ijazahnya
5. Memiliki kewenangan untuk mengajar atau memiliki akta IV
6. Tidak cacat jasmani/rohani
b. Proses mutasi harus sesuai prosedur :
1. Mengajukan permohonan ke sekolah
2. Mendapat persetujuan dari Tim mutasi (kepala sekolah, 4 waka) dan MGMP mata
pelajaran yang bersangkutan
3. Memperoleh surat kesediaan menerima dari SMA Negeri 1 Kepanjen
4. Menyerahkan surat lolos butuh dari sekolah asal
5. Mengisi dan menandatangani surat pernyataan kesanggupan menaati segala
peraturan dan tata tertib yang berlaku di SMA Negeri 1 Kepanjen
6. Menandatangani komitmen/ ketentuan guru mutasi
7. Mengikuti wawancara dengan tim mutasi
8. Pelaksanaan tugas dimulai setelah terbit SK mutasinya
C. Mutasi Siswa
SMA Negeri 1 Kepanjen menentukan persyaratan pindah/ mutasi peserta didik sesuai
dengan prinsip manajemen berbasis sekolah, melalui suatu mekanisme yang obyektif dan
transparan antara lain mencakup hal-hal sebagai berikut :
Pengorganisasian kelas pada SMA Negeri 1 Kepanjen untuk kelas X, XI dan XII melaksanakan
kurikulum 2013 dengan Peminatan Matematika dan Ilmu Alam (MIPA), Peminatan Ilmu-ilmu Sosial
(IPS) dan Ilmu Bahasa dan Budaya (IBB) dan Lintas Minat yang didasarkan pada hasil angket
pemilihan peminatan peserta didik, Pengembangan diri melalui kegiatan ekstra dan BP/ BK, serta
kegiatan Pramuka sebagai ekstrakurikuler wajib bagi semua peserta didik kelas X. Jumlah mata
pelajaran di kelas X 16 mata pelajaran yang terdiri atas 6 mata pelajaran Wajib A, 4 mata pelajaran
wajib B, 4 mata pelajaran peminatan, dan 2 mata pelajaran lintas minat
1. Setiap Peserta didikharus diperlakukan dan dilayani sebagai individu yang unik
sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan gayabelajar serta kebutuhan ekosistem
pendidikan yang mendukung. Implementasi SKS dimaksudkan untuk melayani semua
kelompok peserta didik yang termasuk pembelajar cepat, pembelajar normal, dan
pembelajar lambat, jadi, bukan hanya untuk peserta didik pembelajar cepat (vide Pasal
1, 2, dan 3).
2. Proses belajardan pembelajaran harus dirancangdan dikembangkan sebagai
proses interaktif yang mengorganisasikan pengalaman belajar untuk membangun sikap,
pengetahuan, dan keterampilan, serta karakter melalui tranformasi pengalaman belajar
melalui pembelajaran tatap muka, terstruktur, dan mandiri yang bersifat sistematik dan
sistemik. (videPasal 3, 4, dan Pasal 6)
3. Setiap peserta didikharus difasilitasi demikian rupa agar mampu mencapai
ketuntasan belajar dalam setiap mata pelajaran secara optimal sesuai kecepatan
belajarnya. Bagi peserta didik termasuk kelompok pembelajar lambat harus dibantu
dengan program remediasi yang memadai untuk mengejar penuntasan kompetensi
paling tidak sama dengan peserta didik yang normal, dan bagi peserta didik yang
termasuk pembelajar cepat harus difasilitasi untuk mempelajari UKBM berikutnya
sehingga dapat menyelesaikan .dalam waktu yang lebih cepat dari waktu yang tersedia
secara formal(Baca juga Naskah Panduan Pelaksanaan Pembelajaran Tuntas yang
diterbitkan Direktorat Pembinaan SMA, Tahun 2017). (videPasal 6,7, 8,9, dan 10)
4. Penilaian hasil belajar peserta didikharus menggunakanpenilaian acuan patokan
berbasis kompetensi. Artinya penguasaan/capaian belajar setiap peserta didik diukur
dari penguasaan kompetensi yang dicapai secara individual. Penguasaan kompetensi
peserta didik diukur dari kriteria ketuntasan setiap KD masing-masing matapelajaran
pada semester berjalan. Kelulusan setiap peserta didik ditentukan oleh penyelesaian
seluruh mata pelajaran secara tuntas dan diakhiri dengan ujian sekolah atau ujian yang
bersifat nasional sebagai penilaian sumatif yang dapat diadakan pada setiap semester.
(vide Pasal 2,3, dan 13)
5. Bahan belajardanpembelajaranyang ditetapkan oleh pihak berwenang atau oleh
satuan pendidikan dan tersedia secara publik di pasaran, yang dapat berbentuk Buku
Teks Pelajaran (BTP) dan/atau modul, yang berbentuk kemasan unit-unit
pembelajaran utuh individual yang dapat dipelajari secara mandiridisertai sumber
belajar lain yang tercetak dan/atau digital. Buku teks pelajaran menggunakan buku yang
telah ditetapkan secara resmi oleh Kemendikbud atau dikembangkan bahan belajar baru
yang bersifat moduler yang sepenuhnya atau sebagian bersifat membelajarkan sendiri.
Disamping itu harus dikembangkan Unit Kegiatan Belajar (UKBM) berbasis KD yang
digunakan untuk memfasilitasi peserta didik secara bertahap-berlanjut mempelajari
dan menguasai unit-unit pembelajaran dalam suatu mata pelajaran. Dengan demikian
setiap peserta didik dapat belajar untuk menguasai kompetensi sesuai dengan gaya dan
kecepatan belajarnya. (videPasal 3,6,7,8, dan 9)
6. Program pendidikan harus sepenuhnya menggunakan Struktur Kurikulum 2013
beserta semua perangkat pendukungnya yang relevan; dan pengambilan mata pelajaran
oleh peserta didik dilakukan secara fleksibel secara individual atau kelompok kecil.
Seluruh mata pelajaran yang diwajibkan harus ditempuh oleh setiap peserta didik.
Karena itu setiap peserta didik memiliki kuota belajar di SMA sama selama 6 (enam)
semester, tidak bolehada pemampatan ke dalam program kurang dari enam semester.
Dalam implementasi SKS proses pendidikan diprogramkan agar setiap peserta didik
dapat belajar lebih efisien sehingga lama belajarnya bisa kurang dari 6 (enam) semester
dengan cara menyelesaikan penguasaan setiap/seluruh mata pelajaran lebih cepat. Bagi
peserta didik yang tidak mampu menyelesaikan seluruh mata pelajaran sesuai waktu
belajar yang tersedia (8 semester) harus tetap difasilitasi sampai dengan yang
bersangkutan menyelesaikan seluruh mata pelajaran yang dipersyaratan dalam
Kurikulum.(videPasal 1, 2, 3, 4, 6,7,8, 9, 12, 13, dan 14)
7. Guru dan/atau sekolah harus berperan sebagai: fasilitator belajar, pengorganisasi
belajar, penopang kajian, pembangun karakter, dan sumber belajar. Pada dasarnya setiap
guru, sesuai dengan kewenangannya, harus menyelenggarakan pembelajaran klasikal,
pembelajaran kelompok kecil, dan pembelajaran individual sesuai dengan
kebutuhan belajar peserta didik yang bervariasi. Jadwal semua pembelajaran diatur
sepenuhnya oleh masing-masing satuan pendidikan dengan pimpinan Kepala Sekolah
dan seluruh perangkatnya. Demikian juga untuk pengelolaan sarana dan prasarananya
sepenuhnya menjadi kewenangan masing-masing satuan pendidikan dalam kerangka
peningkatan mutu berbasis sekolah. (videPasal 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14,
15, 16, dan 17)
Peserta Didik pada sekolah penyelenggara Sistem Kredit Semester (SKS) diberikan penanda
jika:
.
Kegiatan ini difasilitasi dan/ atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga
kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakulikuler. Kegiatan
pengembangan diri juga dilakukan antara lain melalui kegiatan pelayanan konseling
yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan
pengembangan karir peserta didik serta kegiatan kepramukaan, kepemimpinan, dan
kelompok ilmiah remaja.
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran. Penilainnya dilakukan secara kualitatif,
tidak kuantitatif seperti pada mata pelajaran.
Kegiatan pengembangan diri di SMA Negeri 1 Kepanjen dilaksanakan dikelas X, XI dan XII.
Pengembangan diri terdiri atas 2 (dua) bentuk kegiatan, yaitu terprogram dan tidak
terprogram.
Kegiatan Pelaksanaan
Layanan dan kegiatan Individual
pendukung konseling Kelompok: tatap muka guru BP masuk ke kelas
Ekstrakurikuler Kepramukaan
PMR
UKS
KIR
Olah raga
Kerohaniaan
Seni budaya/sanggar seni
Kesehatan reproduksi remaja
Latihan dasar kepemimpinan
2. Kegiatan pengembangan diri secara tidak terprogram dapat dilaksanakan sebagai berikut.
Kegiatan Contoh
Rutin, yaitu kegiatan yang Piket kelas
dilakukan terjadwal Ibadah
Berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran di kelas
Bakti sosial
Nilai-nilai yang
Jenis Pengembangan Diri Strategi
ditanamkan
Ekstrakurikuler Wajib :
KEPRAMUKAAN
2) Sistem Aktualisasi
3) Sistem Reguler
Penyelenggaraan pendidikan kepramukaan melalui ekstrakurikuler pada
satuan pendidikan dengan menerapkan sistem reguler adalah bentuk kegiatan
pendidikan kepramukaan yang dilaksanakan pada Gugus depan (Gudep) yang
ada di satuan pendidikan dan merupakan kegiatan pendidikan kepramukaan
secara utuh. Oleh karena itu apabila satuan pendidikan memilih sistem reguler
dan belum memiliki Gudep, maka harus terlebih dahulu menyiapkan sistem
pengelolaan pendidikan kepramukaan melalui Gudep.
Aktivitas Sistem Reguler:
a. Bersifat sukarela sesuai dengan bakat dan minat peserta didik
b. Setiap satu kali kegiatan dilaksanakan selama 2 jam pelajaran.
c. Dilaksanakan setiap satu minggu satu kali.
d. Sepenuhnya dikelola oleh Gugus Depan Pramuka pada satuan atau gugus
satuan pendidikan.
e. Pembina kegiatan adalah Guru Kelas /Guru Matapelajaran selaku Pembina
Pramuka dan/atau Pembina Pramuka serta dapat dibantu oleh Pembantu
Pembina (Instruktur Muda/Instruktur Pramuka) yang telah mengikuti
Kursus Mahir Dasar (KMD).
Tujuan pelaksanaan pendidikan kepramukaan melalui ekstrakurikuler
sistem reguler adalah meningkatkan kompetensi (nilai-nilai dan keterampilan)
peserta didik yang sejalan dan sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, yang memiliki minat dan ketertarikan sebagai
anggota pramuka, melalui: aplikasi Dwi Satya dan Dwi Darma bagi peserta didik
usia Siaga, dan aplikasi Tri Satya dan Dasa Darma bagi peserta didik usia
Penggalang dan Penegak
b. Pola
Pola Kegiatan Pendidikan Kepramukaan diwujudkan dalam bentuk:
1) Upacara kepramukaan dengan berbagai metode dan teknik dalam bentuk belajar
interaktif dan progresifdisesuaikan dengan kemampuan fisik dan mental peserta
didik.Upacara meliputi upacara pembukaan dan penutupan.
2) Keterampilan dilaksanakan sebagai perwujudan komitmen Kepramukaan dalam
bentuk pembiasan dan penguatan sikap dan keterampilan sesuai dengan
kebutuhan pembelajaran.
3) Penilaian
Peserta didik wajib memperoleh nilai minimal “BAIK” pada Pendidikan Kepramukaan
pada setiap semesternya. Nilai yang diperoleh pada Pendidikan Kepramukaan
berpengaruh terhadap kenaikan kelas peserta didik
Ekstrakurikuler Pilihan (untuk kelas X dan XI pada program MIA. IIS, danIBB)
1) Palang Merah Remaja (PMR), bertujuan :
a. Melatih praktik P3K
b. Mengembangkan jiwa sosial dan peduli kepada orang lain
c. Mengembangkan sikap kerjasama
d. Membiasakan hidup sehat melalui UKS
2) Pembinaan Prestasi Siswa :
a. Olimpiade Sains Nasional (OSN) meliputi :
1) Matematika
2) Fisika
3) Kimia
4) Biologi
5) Ekonomi
6) Astronomi
7) Komputer
8) Kebumian
9) Geograf
Bertujuan :
b. Non OSN
1) Pembinaan demokrasi, hak asasi manusia, hukum dan
pendidikan politik (PKn)
2) Pembinaan bahasa Indonesia (cerpen, perpustakaan, puisi, dsb.)
3) Pembinaan Bahasa Inggris (pidato, debat, dsb.)
4) Pembinaan bahasa Jerman (pidato, debat, seni budaya, dsb.)
5) Pembinaan bahasa Jepang (pidato, debat, senibudaya, menulis,
dsb.)
6) KIR IPA (Fisika, Kimia, Biologi), IPS (Ekonomi, Sosiologi, Geograf,
Sejarah), BHS (Antropologi)
Bertujuan :
c. Alokasi Waktu
Kelas X dan kelas XI diberikan ekstrakurikuler yang dialokasikan 2 jam
(ekstrakurikuler 2 x 60 menit) tiap pertemuan dan setiap minggu satu kali
pertemuan.
Jadwal kegiatan ekstrakurikuler diatur sebagai berikut :
Achmad Faisal
Kamis
Jumat
Jadwal kegiatan BK
Hari
No Pengembangan Diri
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu
1 BK
Penilaian
Penilaian kegiatan pengembangan diri dan ekstrakulikuler dalam bentuk kualitatif, dengan
kualifkasi
A : Sangat baik
B : Baik
C : Cukup
D: Kurang
a. Beban Belajar setiap UKBM diatur secara proporsional dengan jumlah pasangan
KD total untuk setiap mata pelajaran SMA.
b. Beban Belajar setiap UKBM disesuaikan dengan tugas belajar (learning task)
dan pengalaman belajar (learning experiences) yang dituntut untuk masing-
masing pasangan KD.
Mengacu kepada 2 (dua) pengaturan beban belajar setiap UKBM di atas, maka penghitungan
beban belajar setiap UKBM yang dinyatakan dalam jam pelajaran (JP).
1) RPP mata pelajaran tertentu memuat 1 (satu) pasangan KD, alokasi waktu
misalnya 4 JP (2 pertemuan) dengan 1 UKBM. Dari satuan waktu yang tersedia,
yaitu 4x45 menit (180 menit) minimal 72 menit untuk kegiatan tatap muka dan
paling banyak 108 menit untuk kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri setiap
minggu dalam satu semester.
2) RPP mata pelajaran tertentu memuat 1 (satu) pasangan KD, alokasi waktu
misalnya ada 4 JP (2 pertemuan) dengan 2 UKBM. Dari satuan waktu yang
tersedia, yaitu 4x45 menit (180 menit) minimal 72 menit untuk kegiatan tatap
muka dan paling banyak 108 menit untuk kegiatan terstruktur dan kegiatan
mandiri setiap minggu dalam satu semester.
3) RPP mata pelajaran tertentu memuat lebih dari 1 (satu) pasangan KD, alokasi
waktu misalnya 6 JP (3 pertemuan) dengan 1 UKBM. Dari satuan waktu yang
tersedia, yaitu 6x45 menit (270 menit) minimal 108 menit untuk kegiatan tatap
muka dan paling banyak 162 menit untuk kegiatan terstruktur dan kegiatan
mandiri setiap minggu dalam satu semester.
4) RPP mata pelajaran tertentu memuat lebih dari 1 (satu) pasangan KD, alokasi
waktu 6 JP (3 pertemuan) dengan 3 UKBM. Dari satuan waktu yang tersedia,
yaitu 6x45 menit (270 menit) minimal 108 menit untuk kegiatan tatap muka
dan paling banyak 162 menit untuk kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri
setiap minggu dalam satu semester.
Berdasarkan 4 (empat) contoh penghitungan beban belajar UKBM di atas, maka
penghingan beban belajar pada setiap UKBM didasarkan pada alokasi waktu dari
pasangan KD dalam RPP setiap minggu dalam satu semester. Apabila dalam RPP
memuat lebih dari 1 (satu) pasangan KD atau memuat 1 (satu) pasang KD namun
tugas belajar dan pengalaman belajar yang dituntut dalam pasangan KD tersebut
banyak, maka 2 (dua) macam RPP tersebut alokasi waktunya banyak. Untuk itu,
beban belajar UKBM dari RPP tersebut banyak. Dengan demikian, beban belajar pada
setiap UKBM disesuaikan dengan tugas belajar dan pengalaman belajar yang dituntut
pada pasangan KD dengan tetap memperhatikan satuan waktu untuk kegiatan tatap
muka, kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri. Pengaturan alokasi waktu pada
setiap UKBM secara proporsional harus dilakukan pada saat melakukan pemetaan KD
pada waktu menyusun Promes.