Etika Profesi 1
Etika Profesi 1
NIM : 33020160097
KELAS : ETIKA PROFESI (07.00-08.40)
1) Pengaduan hanya dapat diterima dan ditangani oleh Mahkamah Agung, Pengadilan
Tingkat Banding dan Pengadilan Tingkat Pertama apabila disampaikan secara
tertulis oleh Pelapor.
2) Pelapor dianjurkan untuk menggunakan fonnulir khusus untuk menyampaikan
pengaduannya, baik dalam bentuk cetak maupun elektronik di situs resmi
Mahkamah Agung. Meskipun demikian. pengaduan yang tidak menggunakan
formulir khusus tersebut tetap akan diterima dapat ditindaklanjuti.
3) Dalam hal Pelapor memiliki kesulitan untuk membaca dan menulis, petugas
Mahkamah Agung atau Pengadilan akan membantu menuangkan Pengaduan yang
ingin disampaikan Pelapor secara tertulis dalam formulir khusus pengaduan.
a) Ketua atau Wakil Ketua pada Pengadilan Tingkat Pertama atau Pengadilan
Tingkat Banding di mana Terlapor bertugas; atau
b) Ketua Wakil Ketua Mahkamah Agung Bidang Non Yudisial, atau Ketua Muda
Pengawasan dengan tembusan kepada Kepala Badan Pengawasan.
2. Apabila pengaduan dikirimkan melalui pos dalam amplop tertutup, maka harus
disebutkan secara jelas bahwa isi amplop tersebut adalah pengaduan dengan
menuliskan kata "PENGADUAN pada Pengadilan" pada bagian kiri atas muka
amplop tersebut.
3. Pengaduan online bisa langsung disampaikan ke website
www.siwas.mahkamahagung.co.id
2. Prosedur Pemeriksaan
a. Pemeriksaan terhadap anggota yang dituduh melanggar Kode Etik dilakukan secara
tertutup.
b. Pemeriksaan harus memberikan kesempatan seluas-Iuasnya kepada anggota yang
diperiksa untuk melakukan pembelaan diri.
c. Pembelaan dapat dilakukan sendiri atau didampingi oleh seorang atau lebih dari
anggota yang ditunjuk oleh yang bersangkutan atau yang ditunjuk organisasi.
d. Hasil Pemeriksaan dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan yang
ditandatangani oleh semua anggota Komisi Kehormatan Profesi Hakim dan yang
diperiksa.
Pemeriksaan atas dugaan pelanggaran dilakukan oleh Mahkamah Agung atau oleh
Mahkamah Agung bersama Komisi Yudisial dalam hal ada usulan dari Komisi Yudisial
untuk dilakukan pemeriksaan bersama.
a. Dalam hal Komisi Yudisial menerima laporan dugaan pelanggaran kode etik yang
juga merupakan pelanggaran hukum acara, Komisi Yudisial dapat mengusulkan
kepada Mahkamah Agung untuk ditindaklanjuti.
b. Dalam hal Mahkamah Agung menilai hasil penelaahan atas laporan masyarakat yang
diusulkan olehKomisi Yudisial sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak layak
ditindaklanjuti, Mahkamah Agung memberitahukan hal tersebut kepada Komisi
Yudisial paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak hasil telaahan diterima.
c. Dalam hal Mahkamah Agung menilai hasil penelaahan atas laporan masyarakat yang
diusulkan oleh Komisi Yudisial sebagaimana dimaksud ayat (1) layak
ditindaklanjuti, Mahkamah Agung memberitahukan hasil tindak lanjut tersebut
kepada Komisi Yudisial paling lama 60 (enam puluh) hari sejak hasil telaahan
diterima.
3. Sanksi Kode Etik
a. Sanksi ringan:
1) Teguran lisan;
2) teguran tertulis;
3) Pernyataan tidak puas secara tertulis.
b. Sanksi sedang:
1) Penundaan kenaikan gaji berkala paling lama 1 (satu) tahun;
2) Penurunan gaji sebesar 1 (satu) kali kenaikan gaji berkala paling lama 1 (satu)
tahun;
3) Penundaan kenaikan pangkat paling lama 1 (satu) tahun;
4) Hakim nonpalu paling lama 6 (enam) bulan;
5) Mutasi ke pengadilan lain dengan kelas yang lebih rendah;
6) Pembatalan atau penangguhan promosi.
c. Sanksi berat:
1) Pembebasan dari jabatan;
2) Hakim nonpalu lebih dari 6 (enam) bulan dan paling lama 2 (dua) tahun;
3) Penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat lebih rendah untuk paling lama
3 (tiga) tahun;
4) Pemberhentian tetap dengan hak pensiun;
5) pemberhentian tidak dengan hormat.
4. Cara Pengambilan Putusan
Keputusan diambil sesuai dengan tata cara pengambilan putusan dalam Majelis
Hakim.
5. Upaya Terhadap Putusan
Keputusan penjatuhan sanksi pelanggaran kode etik dan pedoman perilaku hakim
tidak dapat diajukan keberatan.
a) Sanksi yang dijatuhkan kepada hakim berlaku sejak tanggal disampaikan oleh
pejabat yang berwenang kepada yang bersangkutan.
b) Apabila hakim yang dijatuhi sanksi tidak hadir pada waktu penyampaian
keputusan, maka keputusan itu berlaku pada hari ketiga puluh terhitung mulai
tanggal yang ditentukan untuk penyampaian keputusan tindakan tersebut.
c) Setiap keputusan penjatuhan sanksi kepada hakim diberikan tembusannya kepada
Komisi Yudisial.
3. Sanksi – Sanki
Sanksi-sanksi atas pelanggaran kode etik profesi ini dapat dikenakan hukuman berupa:
a) Teguran;
b) Peringatan;
c) Peringatan keras;
d) Pemberhentian sementara untuk waktu tertentu;
e) Pemberhentian selamanya;
f) Pemecatan dari keanggotaan organisasi profesi.
Dengan pertimbangan atas berat dan ringannya sifat pelanggaran kode etik dapat
dikenakan sanksi-sanksi dengan hukuman:
a) berupa teguran atau berupa peringatan bilamana sifat pelanggarannya tidak berat.
b) berupa peringatan keras bilamana sifat pelanggarannya berat atau karena
mengulangi berbuat melanggar kode etik dan atau tidak mengindahkan sanksi
teguran/peringatan yang diberikan.
c) berupa pemberhentian sementara untuk waktu tertentu bilamana sifat
pelanggarannya berat, tidak mengindahkan dan tidak menghormati ketentuan kode
etik profesi atau bilamana setelah mendapatkan sanksi berupa peringatan keras
masih mengulangi melalukan pelanggaran kode etik profesi.
Advokat/Penasehat Hukum yang melakukan pelanggaran kode etik profesi dengan
maksud dan tujuan merusak citra serta martabat kerhormatan profesi Advokat/ Penasehat
Hukum yang wajib dijunjung tinggi sebagai profesi yang mulia dan terhormat, dapat
dikenakan sanksi dengan hukuman pemberhentian selamanya. Sanksi putusan dengan
hukuman pemberhentian sementara untuk waktu tertenu dan dengan hukuman
pemberhentian selamanya, dalam keputusannya dinyatakan bahwa yang bersangkutan
dilarang dan tidak boleh menjalankan praktek profesi Advokat/Penasehat Hukum baik di
luar maupun di muka pengadilan. Terhadap mereka yang dijatuhi hukuman pemberhentian
selamanya, dilaporkan dan diusulkan kepada Pemerintah cq. Menteri Kehakiman R.I.
untuk membatalkan serta mencabut kembali izin praktek/surat pengangkatannya.
4. Cara Pengambilan Putusan (Pasal 15)
Laporan pengaduan diajukan secara tertulis dalam bahasa indonesia oleh pelapor atau
kuasanya yang mendapat kuasa untuk maksud tersebut dengan memuat perihal sebagai
berikut:
1) Petunjuk adanya penyimpangan Kode Perilaku Jaksa diperoleh dari hasil temuan
pengawasan melekat, pengawasan fungsional atau berdasarkan laporan pengaduan
yang diterima oleh pejabat yang berwenang menjatuhkan tindakan administratif.
2) Pejabat yang berwenang menjatuhkan tindakan administrative memanggil jaksa
yang bersangkutan untuk dilakukan pemeriksaan.
3) Sejak dilakukan pemeriksaan, pimpinan satuan kerja wajib segera melaporkan
kepada atasannya secara berjenjang selambat-lambatnya dalam waktu 7 (tujuh)
hari.
4) Pemeriksaan dan penjatuhan tindakan administratif kode perilaku jaksa dilaksanaka
oleh:
a. Jaksa Agung dan unsur persaja bagi Jaka yang menduduki jabatan structural atau
jabatan lain yang wewenang pengangkatan dan pemberhentiannya oleh
Presiden.
b. Jaksa Agung Muda, pejabat eselon II pada masing-masing Jaksa Agung Muda
yang terkait serta unsur-unsur persaja bagi Jaksa yang bertugas dilingkungan
Kejaksaan Agung Republik Indonesia.
c. Jaksa Agung Muda Pengawas dan unsur inspektur serta unsur persaja bagi Jaksa
yang bertugas diluar Lingkungan Kejaksaan Agung Republik Indonesia.
d. Kepala Kejaksaan Tinggi, Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi, para asisten dan
kepala bagian tata usaha serta unsur persaja bagi jaksa yang bertugas
dilingkungan Kejaksaan Tinggi.
e. Kepala Kejaksaan Negeri, para kepala seksi dan kepala sub bagian pembinaan
serta unsur persaja bagi Jaksa yang bertugas dilingkungan Kejaksaan Negeri.
5) Sidang Pemeriksaan Kode Perilaku Jaksa dilakukan secara tertutup dan putusan
dibacakan secara terbuka, putusan di sampaikan kepada yang bersangkutan segera
setelah dibacakan
6) Sidang Pemeriksaan Kode Perilaku Jaksa diselesaikan paling lama 30 (tiga puluh)
hari kerja.
Langkah terakhir dalam model ini menuntut penghitungan keputusan optimal, hal
ini dibuat dengan mengevaluasi masing-masing alternatif terhadap kriteria berbobot
dan memillih alternatif dengan skor tertinggi.